Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anto Yamashita Saputra
Abstrak :
Perubahan organisasi merupakan bagian dari siklus kehidupan bisnis yang normal dan tak terhindarkan. Jika dikelola dengan baik, perubahan organisasi berpeluang meningkatkan kinerja bisnis serta keselamatan dan kesehatan kerja suatu organisasi. Namun demikian, perubahan organisasi dapat pula memperburuk keadaan yang disebabkan oleh distress akibat perubahan pada elemen intrinsik di tempat kerja. Faktor lingkungan rumah, lingkungan sosial dan karakteristik individu juga merupakan faktor risiko distress yang harus dikelola organisasi pada saat melakukan perubahan. PT X melakukan perubahan organisasi di tahun 2022. Pasca perubahan, pekerja sering mengeluh munculnya gejala-gejala distress dengan berbagai tingkatan. Oleh karena itu, perubahan organisasi perlu dilakukan kajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala distress pekerja pasca perubahan organisasi, mengetahui hubungan faktor risiko distress dengan tingkat gejala distress dan mengetahui faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada pekerja Fungsi K3 dan Fungsi Operasi dengan jumlah 193 responden pada bulan Mei – Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gejala distress yang dialami pekerja pasca perubahan organisasi adalah 153 pekerja (79,3%) dengan tingkat rendah, 30 pekerja (15,5%) sedang dan 10 pekerja (5,2%) tinggi. Faktor risiko distress yang berhubungan signfikan dengan tingkat gejala distress adalah umur, bagian kerja, ketaksaan peran, konflik peran, beban kerja kuantitatif, beban kerja kualitatif, tanggung jawab terhadap orang lain, lingkungan rumah dan lingkungan sosial. Sementara faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan dengan tingkat gejala distress adalah umur dan lingkungan rumah. ......Organizational change is a normal and unavoidable part of the business life cycle. If managed properly, organizational change has the opportunity to improve business performance and occupational safety and health of an organization. However, organizational change can also exacerbate the situation caused by distress due to changes in intrinsic elements in the workplace. Factors of the home environment, social environment and individual characteristics are also risk factors for distress that must be managed by the organization when implementing change. PT X implements organizational change in 2022. After the change, workers often complain of symptoms of distress with various levels. Therefore, organizational change needs to be studied. This study aims to determine the level of symptoms of workers' distress after organizational change, to determine the relationship between risk factors for distress and the level of symptoms of distress and to determine the risk factors for distress that are most closely related simultaneously. This research is a quantitative study using a cross-sectional approach using questionnaires distributed to workers in the K3 Function and Operations Function with a total of 193 respondents in May - June 2023. The results showed that the level of distress symptoms experienced by workers after organizational change was 153 workers (79 .3%) with a low level, 30 workers (15.5%) medium and 10 workers (5.2%) high. Distress risk factors that are significantly related to the level of distress symptoms are age, work assignment, role ambiguity, role conflict, quantitative workload, qualitative workload, responsibility to others, home environment and social environment. While the risk factors for distress that are most related simultaneously to the level of distress symptoms are age and home environment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestyani
Abstrak :
Suami saat persalinan istri mengalami kecemasan dari kecemasan ringan, gejala yang sering dialami adalah sukar konsentrasi, merasa tegang, dan gelisah Nurjanah,2013. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi distress psikologis pada suami yang menghadapi persalinan istri primigravida dan faktor ndash; faktor yang memengaruhi. Desain penelitian berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 160 suami yang mendampingi persalinan istri primigravida di Kabupaten Bogor. Variabel independen yang diteliti diantaranya usia suami, pekerjaan suami, sosial ekonomi,tingkat pendidikan, kondisi spiritual, dukungan sosial, dan tingkat pengetahuan terhadap persalinan serta distress psikologis sebagai variabel dependennya. Instrumen yang digunakan yaitu Kuesioner Spirituality Perspective Scale SPS, Multidimensional Scale of Perceived Social Support MPSS, Hopkins Symptom Checlist-25 HSCL-25. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden mengalami distress psikologis 69,4. Dukungan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya distress psikologis pada suami yang menghadapi persalinan istri primigravida OR=26,042. Semakin rendah dukungan sosial yang diterima suami maka semakin meningkat kejadian distress psikologis. Rekomendasi Perlu adanya kerjasama antara perawat maternitas dengan progam pemerintah dalam memberikan edukasi kepada suami dengan cara memasukkan edukasi pada suami dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak sehingga bisa memberikan modal pengetahuan pada suami dalam menghadapi persalinan istri primigravida. ...... Husband during primigravida wife's labor, experience anxiety from mild to moderate anxiety. The anxiety symptoms that are often experienced are difficulty to focus, feel tense, and restless Nurjanah,2013. This study aimed to identify psychological distress on husbands who dealt with primigravida wife's labor and the influencing factors. This research design was analytic descriptive with a cross sectional approach on 160 husbands who accompanied the labor of primigravida wives in Bogor District. Independent variables of this study were husband's age, husband's job, socioeconomic, educational level, spiritual condition, social support, and knowledge level of labor and psychological distress as the dependent variable. Spirituality Perspective Scale Questionnaire SPS, Multidimensional Scale of Perceived Social Support MPSS, Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 were used to collect data. The results showed the majority of respondents experienced psychological distress 69.4. Social support was the most influential factor on the occurrenced of psychological distress in husbands who dealt with primigravida wife's labor OR 26,042. The lower the social support that the husband receives, the higher the incidence of psychological distress. Recommendation for this study is the need for cooperation between maternity nurses and goverment to educate husbands by include husbands education in the Maternal and Child Health Book to increase husband's knowledge in deal with of primigravida wife's labor.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steveen Johanes
Abstrak :
ABSTRAK
PT X sebagai perusahaan yang hampir seluruh hutang bank-nya dalam mata uang USD, tidak luput dari krisis ekonorr;i yang terjadi pada tahun 1998. Sebenamya bila permintaan tidak turon karena krisis ekonomi dan sosial politik, PT X seharusnya bisa lolos dari beban hutang yang membengkak karena pendapatan PT X dalam mata uang USD. Namun karena permintaan turun drastis, maka PT X menjadi tidak mampu memew1hi kewajibannya, dan pada tahun 1999 hutang PT X direstrukturisasi.

Setelah restrukturisasi berjalan 2 tahun, PT X datang kembali ke para kreditur untuk mengajukan restrukturisasi ulang densan alasan kesulitan arus kas. Permohonan PT X adalah merubah jatuh tempo fasilitas kredit dari tahun 2003 menjadi 5 tahun kemudian setelah perjanjian restrukturisasi ulang ditandatangani. Selain itu PT X juga mengajukan permohonan perubahan atas ketentuan-ketentuan perjanjian restrukturisasi 2wal. Sehingga sejak akhir tahun 2001, negosiasi dimulai kembali antara kreditur dan debitur untuk mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak.

Latar belakang di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenat, kelayakan permohonan restrukturisasi ulang yang diajukan oleh PT X dari sudut pandang kreditur khususnya kreditur dalam negeri.

Dalam melakukan penelitiannya, pertama-tama penulis melakukan analisa dari prospek industri dari bidang usaha PT X yaitu alat berat. Analisa industri ini diperlukan mengingat bila kondisi industrinya saja sudah tidak berprospek, maka sebaiknya hutang PT X tidak perlu direstrukturisasi, tapi cukup dengan cara penyelesaian kredit saja. Karena sulit bagi suatu perusahaan untuk dapat tetap.berkembang bila kondisi makronya saja sudah tidak mendukung.

Setelah analisa industri, penulis melakukan analisa atas proposal yang diajukan debitur, kondisi keuangan PT X masa lalu, dan proyeksi. Analisa kondisi keuangan masa lalu meliputi kondisi operasi, kondisi keuangan, mapun kondisi arus kas. Sedangkan dalam analisa proyeksi, agar dapat diperoleh analisa yang lebih baik, maka penulis mehkuan analisa sensitivitas dengan membuat beberapa skenario proyeksi.

Analisa industri menunjukkan bahwa industri alat berat masih memiliki prospek ke depan Sehingga bila dilihat dari industrinya, PT X masih layak untuk direstrukturisasi.

Bila dilihat dari proposal yang diajukan oleh PT X, banyak sekali perubahan yang akan merugikan posisi kreditur. Oleh karena itu, perubahan ketentuan yang diajukan oleh PT X dalam proposal restrukturisasi ulang tidak layak untuk disetujui oleh kreditur. Apalagi dengan disetujuinya restrukturisasi ulang, tidak ada jaminan bahwa kredit PT X akan lunas pada saat jatuh tempo nanti. Padahal dengan ketentuan yang baru tersebut, akan lebih sulit bagi kreditur untuk memberi tekanan terutama apabila fasilitas kredit PT X menjadi bermasalah.

Selanjutnya dari analisa kondisi keuangan masa lalu, masih banyak pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Dalam hal ini, penulis hanya bisa memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang ada, namun untuk kepastiannya, diperlukan penelitian yang lebih mendalam. Hal ini disebabkan karena keterbatasan informasi yang bisa diperoleh akibat dari keterbatasan akses yang bisa dilakukan penulis.

Berdasarkan analisa kondisi keuangan masa lalu, penyebab utama PT X mengalami kesulitan arus kas karena PT X membutuhkan modal keija yang besar. Namun berdasarkan analisa lebih lanjut, penyebab kesulitan arus kas kemungkinan disebabkan karena meningkatnya piutang tak tertagih, atau ada upaya dari PT X untuk menunda arus kas masuk agar kondisi keuangan PT X terlihat baruk sehingga ada alasan untuk mengajukan restrukturisasi ulang. Sedangkan meningkatnya tingkat persediaan kemtingkinan karena banyaknya barang dagangan PT X yang tidak laku sehingga menumpuk di gudang.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Puspasari Ayu
Abstrak :
ABSTRAK
Kehamilan menjadi krisis situasional terutama bagi ibu primigravida sehingga berdampak pada kesejahteraan ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi prenatal distress pada ibu primigravida dan faktor yang memengaruhinya. Desain penelitian berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 214 ibu primigravida di Kota Serang. Variabel independen yang diteliti diantaranya usia ibu, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, usia kehamilan, dukungan sosial, pengalaman masa lalu, kepuasan terhadap dukungan suami, perencanaan kehamilan serta prenatal distress sebagai variabel dependennya. Instrumen yang digunakan diantaranya Socio-demographic questionnaire, PTSD Symptom Scale PSS , Multidimensional scale of perceived social support MSPSS , London Measure of Unplanned Pregnancy Instrument LMUP , Marital Adjustment Test MAT dan Prenatal Distress Questionnaire PDQ . Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden mengalami distress tinggi 55,6 . Usia ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya prenatal distress pada ibu primigravida OR=10,31; 95 CI, 4,7-22,6 . Semakin rendah usia ibu maka semakin meningkat masalah psikososialnya. Sebaliknya, semakin tinggi usia ibu maka semakin meningkat koneksi sosialnya sehingga lebih mudah menyesuaikan diri selama kehamilan. Petugas kesehatan sebaiknya lebih gencar memberikan penyuluhan pada remaja mengenai perencanaan kehamilan.
ABSTRACT
Pregnancy is a crisis situation, especially for primigravida, which affects the well being of mother and fetus. The aim of this research is to identify prenatal distress in primigravida and the factors that could affect it. The research design is in the form of analytic descriptive with cross sectional approach on 214 primigravida in Serang City. The independent variables of the research are including maternal age, education level, income level, gestational age, social support, past experience, satisfaction of husband support, pregnancy planning and prenatal distress as the dependent variable. The used Instruments are Socio demographic questionnaire, PTSD Symptom Scale PSS , Multidimensional scale of perceived social support MSPSS , London Measure of Unplanned Pregnancy Instrument LMUP , Marital Adjustment Test MAT and Prenatal Distress Questionnaire PDQ . The results showed that the majority of respondents have been through severe distress 55.6 . Maternal age is the most important factor which effects on prenatal distress in primigravida OR, 10.31 95 CI, 4.7 22.6 . The lower of the mother 39 s age, the more it increases his psychosocial problems. Or vice versa, the higher of the mother 39 s age, the easier they make social connections during pregnancy. Health workers should be more aggressive giving counseling to the teenagers about the planning of pregnancy.
2017
T49375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Tuminah
Abstrak :
Latar belakang: Hipertensi, DM, dan stres psikologis masih menjadi masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Tujuan: menilai kejadian hipertensi dan besaran risiko akibat efek gabungan antara DM dan stres psikologis pada orang dewasa. Metode: Analisis menggunakan data sekunder Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (FRPTM). Disain studi yaitu studi kohor retrospektif. Populasi: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Inklusi: Data yang lengkap pada wawancara/pengukuran/ pemeriksaan. Eksklusi: Data subyek yang hipertensi saat baseline. Sampel: Data penduduk berusia 25 tahun ke atas (saat baseline) yang menjadi responden Studi Kohor FRPTM di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 3165 data subyek dianalisis dengan regresi Cox. Hasil: Hipertensi yang ditemukan sebanyak 207 orang (6,6%). Relative risk (RR) untuk terjadinya hipertensi akibat adanya efek gabungan antara DM dan stres psikologis sebesar 2,20 dengan 95% CI (1,030—4,711) setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Interaksi yang didapatkan bersifat sinergis (positif). Kejadian hipertensi yang disebabkan karena interaksi sebesar 30%. Kesimpulan: Kelompok subyek dengan DM dan stres psikologis berisiko untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,20 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek tanpa DM dan tanpa stres psikologis dengan hubungan yang bermakna secara statistik. Kata kunci: Diabetes, stres psikologis, hipertensi ......Background: Hypertension, DM, and psychological distress are still health problems that cannot be fully controlled. Purpose: to assess the proportion of hypertension and the magnitude of the risk due to the combined effect of DM and psychological distress in adults. Methods: Analysis using secondary data of Cohort Study on Non-Communicable Disease Risk Factors (NCDRF). The study design was a retrospective cohort study. Population/sample: Data of respondents of the NCDRF Cohort Study in Bogor City, West Java aged 25 years and over (at baseline). Inclusions: Complete data on interviews/ measurements/examinations. Exclusion: Data of hypertensive subjects at baseline. A total of 3165 subject data were analyzed with Cox regression. Results: Hypertension was found in 207 people (6.6%). The relative risk (RR) for the occurrence of hypertension due to the combined effect of DM and psychological distress is 2.20 with a 95% CI (1.030-4.711) after controlling for gender and obesity. The interactions obtained are synergistic (positive). The incidence of hypertension caused by interactions is 30%. Conclusion: The group of subjects with DM and experiencing psychological stress has a risk of developing hypertension by 2.20-fold higher rather than the group of subjects without DM and without psychological distress with a statistically significant association.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K. Seno Pamungkas
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi financial distress dengan menggunakan model financial distress Ohlson pada BUMN Sektor Non Financial periode kinerja tahun buku 2017-2020. Objek analisis adalah perusahaan BUMN non Keuangan dan Perbankan yang terdaftar di Kementerian BUMN. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Probability of Default seluruh BUMN secara agregat mengalami peningkatan dari tahun 2017 sampai dengan 2020; 2) peningkatan Probability of Default tertinggi adalah di tahun 2020 dibandingkan Probability of Default tahun 2019; 3) BUMN Sektor Pariwisata dan Pendukung adalah sektor BUMN yang paling mengalami financial distress di tahun 2020, sedangkan sektor Perkebunan dan Kehutanan adalah sektor BUMN yang paling rendah tingkat financial distress di tahun 2020; 4) BUMN di sektor yang sama bisa menunjukkan tren perubahan kenaikan/ penurunan Probability of Default yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemangku kebijakan pembina BUMN dalam hal menentukan kebijakan pengelolaan BUMN kedepan, serta untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang lebih detail dan komprehensif terkait dengan pengelolaan BUMN. ......This study aims to identify the occurrence of financial distress conditions using Ohlson's financial distress model for Non Financial State Owned Enterprises in Indonesia During 2017-2020. The object of study is non-financial and banking SOE companies registered with the Ministry of State-Owned Enterprises for the period 2017 to 2020. The results of the study are as follows 1) From 2017 to 2020, the overall Probability of Default of all SOEs increased; 2) the highest increase in the Probability of Default was in 2020 compared to the Probability of Default in 2019; 3) Tourism sector experienced the most financial distress in 2020, while  the Plantation and Forestry sector experienced the least financial distress in 2020; and 4) SOEs in the same sector can show a different trend of financial distress. This study is expected to be useful for the government when developing SOE policies in the future and as well as being a useful input for further research related to SOEs.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fajar Maulidi Tanjung
Abstrak :
Isu stres terkait kerja diakui sebagai masalah global. Industri manufaktur atau perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan beresiko lebih tinggi mengalami stres dibanding jenis pekerjaan lain. Stress kerja merupakan akibat dari satu atau beberapa interaksi bahaya psikososial di tempat kerja. Hasil survey intenal PT X pada tahun 2022 menunjukan bahwa stres kerja merupakan yang paling banyak yang dikeluhkan karyawan. Di area Hotpress Tren kecelakaan kerja bulan Januari-April 2022 terus meningkat dan angka absenteisme pada bulan Februari 2022 mengalami kenaikan dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor psikososial terhadap distress pada pekerja di area Hotpress PT X Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer melalui kuesioner secara daring (online). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2022 – Juli 2022. Pekerja di area Hotpress PT. X didominasi oleh distress didominasi oleh tingkat distress sedang dan ringan hampir sebanding dengan masing-masing sebanyak 50% dan 49,2% serta tingkat distress berat sebanyak 2 orang (0,8%). Semua variabel faktor psikososial didominasi oleh kategori kondisi “kurang baik” kecuali variabel budaya organisasi. Berdasar uji T Independent didapat bahwa setiap jenis kelamian (p=0,683) baik laki-laki maupun perempuan memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdasarkan uji anova diketahui setiap status pernikahan (p=0,111) baik belum menikah, menikah maupun cerai memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdarakan uji Chi-square didapat variabel usia (p=0,746; OR=1,142), masa kerja (p=0,704; OR=0,905), budaya organisasi (p=0,202; OR=1,432), pengembangan karir (p=0,699; OR=1,119), kontrol pekerjaan (p=0,097; OR=0,645) dan desain pekerjaan (p=0,794; OR=1,073) tidak ada hubungan dengan tingkat distress. Sedangkan varibel peran dalam organisasi (p=0,001; OR; 2,349), hubungan interpersonal (p=0,007; OR=2,056), hubungan rumah dan tempat kerja (p=0,000; OR 3,505), Beban kerja (p=0,003; OR=2,193), jadwal kerja (p=0,021; OR=1,851) dan kondisi lingkungan fisik kerja (p=0,000; OR=7,597) memilihi hubungan dengan distress. Berdasarkan hasil penelitian perlunya perbaikan terkait kondisi pada variabel peran dalam organisasi, pengembangan karir dengan kejelasan karir, kontrol pekerjaan dengan melibatkan pekerja, hubungan interpersonal tempat kerja dengan , hubungan rumah dan tempat kerja, desain kerja, beban kerja dengan mengevaluasi beban pekerja dengan kemampuannya, jadwal kerja dan kondisi lingkungan fisik kerja. ......The issue of work-related stress is recognized as a global problem. Manufacturing industries or companies engaged in processing are at higher risk of experiencing stress than other types of work. Job stress is the result of one or more psychosocial threatening interactions at work. The results of PT X's internal survey in 2022 showed that work stress was the most complained of by employees. In the Hotpress area, the trend of work accidents in January-April 2022 continues to increase and the absentee rate in February 2022 has doubled compared to the previous month. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors on the pressure on workers in the Hotpress area of ​​PT X. This research will be conducted using a quantitative approach and a cross sectional study design. The data used is primary data through a bold questionnaire (online). This research was conducted in March 2022 – July 2022. Workers in the Hotpress area of ​​PT. X is dominated by distress, which is dominated by moderate and mild difficulty levels, almost equal to 50% and 49.2%, respectively, and 2 people (0.8%). All psychosocial factor variables are dominated by the “unfavorable” condition category except for the organizational culture variable. Based on the Independent T test, it was found that each sex type (p = 0.683) both men and women had the same average level of distress. Based on the ANOVA test, it is known that each marital status (p = 0.111) is either unmarried, married or has the same average stress level. Based on the Chi-square test, the variables were age (p=0.746; OR=1.142), years of service (p=0.704; OR=0.905), organizational culture (p=0.202; OR=1.432), career development (p=0.699; OR =1.119), job control (p=0.097; OR=0.645) and job design (p=0.794; OR=1.073) had no relationship with the level of distress. While the role variables in the organization (p=0.001; OR; 2.349), interpersonal relationships (p=0.007; OR=2.056), home and work relations (p=0.000; OR 3.505), workload (p=0.003; OR= 2.193, work schedule (p = 0.021; OR = 1.851) and physical work environment conditions (p = 0.000; OR = 7.597) choose the relationship with difficulty. The results of the study need improvements related to conditions on role variables in the organization, career development with career careers, work control by involving workers, workplace interpersonal relationships with e-mail, home and workplace relations, work design, workloads with workers' workloads with their abilities, work schedules and physical conditions of the work environment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagoes Harsono
Abstrak :
Tahun 2020 merupakan tahun dimulainya pandemi di seluruh negara. Kondisi pandemi menyebabkan tekanan secara drastis pada kondisi perekonomian global. Salah satu dampaknya dapat terlihat pada penurunan kinerja pasar di Indonesia. Pada Maret 2020 IHSG sempat menyentuh harga di bawah 4.000 sebelum akhirnya kembali memasuki tahun 2021. Ditengah tekanan ekonomi tersebut terdapat banyak perusahaan asuransi yang mengalami permasalahan keuangan yang disebabkan berbagai faktor. Dalam penelitian terdahulu metode Altman Z-score serta Ohlson O-score digunakan sebagai model dalam menentukan kondisi tekanan pada perusahaan asuransi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tingkat akurasi dari metode Altman Z-score dan Ohlson O-score, serta menemukan model baru dengan metode analisis diskriminan untuk menentukan kondisi tekanan keuangan pada perusahaan asuransi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat akurasi metode Altman Z-score lebih baik daripada Ohlson O-score. Hasil analisis diskriminan menemukan model untuk mengidentifikasi kondisi financial distress ditentukan oleh variabel antara lain Net Working Capital Ratio, Return on Total Assets Ratio, Current Ratio, Investment Adequacy Ratio, dan Solvency Ratio. ......Year 2020 is the year that pandemic started in all over the world. This condition causing global economic distress. One of the effects can be seen in the declining market performance in Indonesia. In March 2020, IHSG price drop below 4,000 before recovering in 2021. In the midst of these economic distress, there were many insurance companies experiencing financial problems caused by various factors. In previous studies, the Altman Z-score and Ohlson O-score methods were used as models in determining the financial distress on insurance companies. This study aims to examine the accuracy of the Altman Z-score and Ohlson O-score methods, as well as to find a new model with the discriminant analysis method to determine the financial distress condition on insurance companies. The results showed that the accuracy level of the Altman Z-score method was better than the Ohlson O-score method. The results of discriminant analysis found a model to identify financial distress conditions determined by Net Working Capital Ratio, Return on Total Assets Ratio, Current Ratio, Investment Adequacy Ratio, and Solvency Ratio.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Christina Natalia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan manajemen laba ketika perusahaan mengalami financial distress, perbedaan manajemen laba antara periode krisis dengan non krisis dan menganalisis perbedaan pengaruh financial distress terhadap manajemen laba antara periode krisis dan periode non krisis. Manajemen laba akrual diukur dengan menggunakan model Kothari et al. (2005) dan manajemen laba melalui aktivitas riil diukur dengan menggunakan model Roychowdhury (2006). Penelitian dilakukan pada 154 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial distress hanya berpengaruh pada manajemen laba akrual dan produksi berlebihan dan tidak berpengaruh pada manipulasi penjualan dan pengurangan biaya-biaya diskresioner. Periode krisis hanya berpengaruh terhadap praktik manajemen laba riil melalui produksi abnormal dan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba akrual dan kedua manajemen laba riil lainnya. Diduga pada saat periode krisis perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan manajemen laba riil melalui produksi abnormal. Variabel krisis tidak tidak terbukti membuat hubungan financial distress dengan manajemen laba riil melalui produksi abnormal menjadi semakin negatif. Latar belakang dari motivasi tersebut yaitu membuat pasar yakin bahwa perusahaan masih tetap mampu bertahan melakukan aktivitas riil dalam kondisi politik-ekonomi yang sedang buruk sehingga akan meningkatkan respon yang baik dari pasar. ......The purpose of this study are to determine the treatment of earnings management when the company experienced financial distress, earnings management differences between crisis and non crisis period, and analyze the differences in the effect of financial distress on earnings management between the crisis and noncrisis periods. Accrual earnings management is measured by using a model of Kothari et al. (2005) and earnings management through real activities is measured using the model Roychowdhury (2006) which divided by three proxies: sales manipulation, overproduction, and reduction of discretionary expenses. The sample of this research are 154 manufacture companies listed on Indonesian Stock Exchange in 2007-2010. The results show that financial distress only impact on accruals earnings management and real management through overproduction and has no impact on real management through sales manipulation and reduction of discretionary expenses. Crisis only impact on real management through overproduction and has no impact on accrual-based earnings management and for both earnings management through real activities. Variable crisis does not proven make the relationship between financial distress with real earnings management through abnormal production became increasingly negative. It is suspected to make sure the market that the company is still able to survive through real activity in bad political-economic conditions that will improve good responses from the market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S53332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Kartika
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh variabel efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan proporsi kepemilikan institusional terhadap kemungkinan terjadinya financial distress. Pengujian dilakukan atas 82 perusahaan yang terdaftar di BEI yang terdiri dari 41 perusahaan yang mengalami financial distress dan 41 perusahaan yang tidak mengalami financial distress, untuk periode pengamatan tahun 2011. Hasil pengujian regresi logit menunjukan bahwa variabel efektivitas dewan komisaris dan variabel efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel proporsi kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan dengan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil pengujian tambahan yang dilakukan atas komponen-komponen dalam skor efektivitas dewan komisaris dan komite audit menunjukkan bahwa dari seluruh komponen efektivitas dewan komisaris dan komite audit hanya komponen aktivitas dewan komisaris dan komite audit yang berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. ......This study was conducted to examine the effect of board effectiveness, audit committee effectiveness, and the proportion of institutional ownership on the possibility of financial distress. Tests conducted on 82 companies listed on the IDX consists of 41 companies that experienced financial distress and 41 companies that are not experiencing financial distress, for the year 2011. Logit regression testing results shows that the variable of board of commissioners effectiveness and audit committee effectiveness has negative effect on the probability of companies experiencing financial distress. Proportion of institutional ownership has no effect on the probability of companies experiencing financial distress. Additional regression testing conducted on the components of the boards of commissioners and committee audit effectiveness showed that out of all the components, only activities of boards of commissioners and audit committees that negatively affect the probability of financial distress at the company.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>