Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agrina Ika Wahidayati
"Di Indonesia, tindak kekerasan dalam rumah tangga menduduki peringkat ke-10 dalam penyebab kematian perempuan usia subiu' pada tahun 1998 (Depkes, 2000). Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Indonesia mengatakan bahwa 11,4% dari 217.000.000 jiwa penduduk Indonesia atau sekitar 24.000000 perempuan mengaku pemah mengalami kekerasan, dan kekerasan yang terbanyak adalah kekerasan dalam rumah tangga. Meskipun kejahatan ini tenjadi di banyak tempat, kejahatan ini masih tetap tersembunyi dalam kehidupan masyarakat dan terlindungi dari intervensi dunia luar, karena nilai patriarki yang mewarnai sikap dan kultur kehidupan kebanyakan keluarga di Indonesia.
Korban dari kekerasan dalam rumah tangga merasakan dampaknya dalam berbagai bentuk, baik secara rnedis, emosional, maupun mempengaruhi pekerjaan istri. Istri yang terjebak dalam hubungan dengan kekerasan mengalami kebingungan dan tekanan manipulasi, teror, dan ancaman yang harus diterima, serta merasa cemas dan depresif (Poerwandari, 2000). Karenanya, situasi kekerasan dalam rumah tangga merupakan sumber stres bagi istri. Mengingat dampak yang mengganggu kehidupan sehari-hari yang aman dan nyaman, istri melakukan usaha-usaha untuk mengatasi kondisi stresfid tersebut Usaha istri untuk membebaskan diri dari kekerasan sebagai sumber stres merupakan suatu proses. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami istri, memahami proses coping yang terjadi, serta menetahui keefektifan coping istri dalam menghadapi bentuk-bentuk KDRT tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena peneliti berusaha untuk menggali lebih dalam pemaasalahan kekerasan dalam rumah tangga. Alat ‘Inventori Sirategi terhadap Kekerasan’ dan ‘Abusive Behavior Observation Checklist (ABOC)’ yang disusun Dutton (1996) digunakan sebagai pembanding hasil wawancara. Subyek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang. Hasil penelitian ini memmjukkan bahwa bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang teljadi adalah kekerasan fisik, psikologis, ekonomi, seksual, dan perampasan kemerdekaan, masing-masing deugan intensitas dan Eekuensi yang bervariasi. Keberlangsungan proses coping merupakan hasil interaksi aspek-aspek eksternal dan aspek-aspek dalam individu, serta penilaian terhadap ancaman stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk rnengatasi tindak kekerasan. Berdasarkan proses tersebut, istri yang mengalami kekerasan dapat menggunakan strategi untuk mengakhiri perkawinan, mempertahankan perkawinan dengan tetap berusaha untuk merubah perilaku suami, atau bertahan dengan menerima atau memaklumi tindak kekerasan. Keefektifan strategi coping berlaku spesifik pada tiap-tiap kasus kekerasan, seiring dengan sumber daya individu dan sirategi coping yang digunakannya. Tanda-tanda keefektifan strategi coping terhadap kekerasan dalam rumah tangga dapat dilihat dari berkurangnya frekuensi dan intensitas kekerasan, tidak adanya afek negatifl serta dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik tanpa gangguan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus, Richard S.
New York: Oxford University Press, 2006
305.26 LAZ c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kewa Ariancy Pandhu
"Mahasiswa keperawatan yang kuliah sambil bekerja cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk sehingga hal ini perlu dikelola menggunakan strategi koping yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan strategi koping dengan kualitas tidur. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kombinasi quota sampling dan accidental sampling dengan jumlah responden 173 orang yang merupakan mahasiswa ekstensi S1 Keperawatan Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Ways of Coping versi Vitaliano, Russo, Carr, Maiuro dan Becker. Uji t tidak berpasangan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara strategi koping dengan kualitas tidur (p=0,003) Rata-rata skor kualitas tidur lebih tinggi pada mahasiswa ekstensi yang menggunakan emotion-focused coping (9,89±2,42). Mahasiswa yang menggunakan emotion-focused coping cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi institusi keperawatan untuk mengajarkan tentang strategi koping, meningkatkan dan mendukung seperti konseling dan pendidikan mengenai tidur. 

Nursing students who are studying while working prone to experince poor sleep quality so it needs to be overcome by using appropriately coping strategy. The study aimed to examine the correlation between coping strategy with sleep quality. The study used cross sectional design with combination of quota sampling and accidental sampling involving 173 respondents who were undergraduate nursing students of extension class at Universitas Indonesia and Muhammadiyah University, Jakarta. The study used Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Ways of Coping revised by Vitaliano, Russo, Carr, Maiuro and Becker. Independent-t test showed there was significantly correlation between coping strategy and sleep quality (p=0,003). Mean score higher among extension students who used emotion-focused coping (9,89±2,42). Students who used emotion-focused coping prone to poor sleep quality. The result of research provides an information for nursing institution for educating about coping strategy, increasing and supporting like counseling as well as education about sleep."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Agung Baskoro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang bagaimana tekanan di kehidupan sehari-hari, coping agama, dan stress-related growth terjadi pada pemeluk Syiah di Indonesia. Tekanan yang dimaksud disini adalah (1) tekanan akibat status minoritas, (2) tekanan akibat tindakan para pengikutnya sendiri, (3) tekanan akibat kesalahpahaman dan kurangnya pemahaman dari pemeluk agama mayoritas, (4) tekanan akibat tuntutan dari agama atau komunitas keagamaan, dan (5) tekanan akibat kebencian dan penolakan. Metode fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Partisipan diajak untuk mendeskripsikan seluruh pengalaman subjektifnya terhadap tekanan-tekanan tersebut. Beberapa partisipan melaporkan bahwa mereka mengalami suatu perkembangan kualitas diri setelah mengalami tekanan-tekanan tersebut, yaitu perkembangan filosofi hidup (contoh: memiliki prioritas baru yang lebih positif), perkembangan spiritual (contoh: memiliki ikatan spiritual yang lebih kuat), dan perkembangan sumber daya pribadi (contoh: memiliki etos kerja yang lebih baik). Hal ini hanya terjadi pada partisipan yang menggunakan problem-focus coping dan coping agama, yaitu menggunakan keyakinan agama untuk merekonstruksi pengalaman stressful secara lebih positif. Mereka memiliki suatu kedekatan emosional dan spiritual dengan pembimbing spiritual dan tokoh-tokoh suci yang mereka cintai sebagai suatu sumber inspirasi spiritual khususya ketika menghadapi tekanan.

ABSTRACT
This study aimed to describe how the daily life stressful experience, religious coping, and stress-related growth occurred in Indonesian Shiite. The stressful experience referred to this study are (1) stress due to minority status, (2) stress due to the actions of their own followers, (3) stress due to misunderstanding and lack of understanding of the majority religion, (4) stress due to demands from religion or religious communities, and (5) stress due to hatred and rejection. Phenomenological method used in this study. Participants were invited to described their entire subjective experienced regarding these stresses. Some participants reported that they experienced a development of self-quality after experiencing these stresses, namely the development of a philosophy of life (e.g. having a new positive priority), spiritual development (e.g. having a stronger spiritual bond), and the development of personal resources (e.g. having a better work ethic). These only happens to participants who use problem-focus coping and religious coping, that is, using religious beliefs to reconstruct the stressful experiences in more positive way. They have an emotional and spiritual closeness with spiritual guides and sacred figures whom they love as a source of special spiritual inspiration when faced with stressful situation.
"
2020
T55171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Ardi Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran coping pada perempuan di usia dewasa muda yang mengalami kekerasan seksual, Kekerasan seksual yang dimaksud disini adalah kekerasan yang terjadi karena adanya unsur kehendak seksual yang dipaksakan dan mengakibatkan terjadinya kekerasan oleh pelaku dan tidak diinginkan oleh korban (Rubenstein dalam Yuarsi, Dzuhayatin dan Wattie, 2003) Rentannya perempuan dalam mengalami kekerasan seksual ditentukan oleh banyak faktor, yaitu antara lain faktor lingkungan dalam arti budaya dan masyarakat, faktor negara, dan juga faktor individu baik individu sebagai pelaku maupun sebagai korban. Pandangan yang sudah berakar kuat mengenai posisi perempuan yang subordinat, ketentuan hukum yang belum tegas dalam menindak pelaku kekerasan seksual, kehendak pelaku yang berada di luar kontrol perempuan, serta reaksi perempuan terhadap kekerasan seksual itu sendiri merupakan bentuk - bentuk konkrit yang memberi sumbangan besar pada kerentanan perempuan terhadap kekerasan seksual. Semakin lama, perempuan harus semakin mengurangi ketergantungannya pada lingkungan, dan menjadi lebih waspada pada perubahan lingkungan di sekitarnya Namun demikian kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja baik dalam lingkup publik maupun privat, dan dilakukan oleh siapa saja baik orang yang dikenal maupun tidak dikenal, sehingga kadang kala kekerasan seksual itu tidak dapat dihindari. Saat perempuan mengalami kekerasan seksual, maka ia juga berarti mengalami suatu peristiwa yang tidak menyenangkan yang dapat memberikan baik dampak fisik maupun psikologis dan dapat menempatkan individu dalam keadaan bahaya atau emotional distres disebut, keadaan ini juga disebut sebagai stres (Baron & Byrne, 2000). Untuk mengatasi keadaan ini seseorang akan perlu melakukan coping. Dimana menurut Lazarus & Folkman (1984, dalam Aldwin dan Revenson, 1987 : 338) coping adalah usaha yang sifatnya kognitif maupun perilaku, yang terus berubah. Dimana usaha tersebut ditujukan untuk mengatasi tuntutan yang berat maupun yang melampaui sumber daya / kemampuan seseorang Pemilihan coping yang tepat akan membawa individu pada keadaan yang stabil. Oleh karena itu penulis ingin melihat bagaimana penghayatan perempuan yang mengalami kekerasan seksual trhadap peristiwa tersebut, dan kemudian coping apa yang dikembangkan oleh perempuan yang mengalami kekerasan seksual. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif Oleh karena proses coping pada diri setiap orang berbeda, yang disebabkan karena perbedaan pengalaman dan penghayatan masing - masing individu, maka pendekatan kualitatif lebih tepat digunakan dalam pendekatan ini karena pendekatan ini berdasarkan pada sudut pandang individu yang mengalaminya. Selain itu, penelitian ini juga merupakan sebuah studi kasus, sebab meneliti hampir keseluruhan aspek yang terdapat pada kehidupan responden. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 rcsponden, dengan menetapka kriteria bahwa responden adalah perempuan yang berada dalam usia dewasa muda dan pernah mengalami kekerasan seksual. Pada akhirnya responden pada penelitian ini memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun tingkat pendidikan yang relatif sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap orang akan memiliki strategi coping yang berbeda - beda hal ini ditentukan dari bagaimana ia mempersepsikan keadaan lingkungan dan juga dirinya sendiri. Namun ditemukan pula bahwa apabila coping yang dilakukan lebih bersifat emotion focused tanpa diimbangi dengan jenis problem - directed, maka dapat membawa akibat yang negatif sebab perasaan negatif itu menjadi lebih ditujukan pada diri. Apalagi apabila yang dikembangkan adalah strategi avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Ernawati Lestari
"Tesis ini membahas mengenai gambaran stres dan coping stres pada istri pertama yang dipoligami. tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai stresor, proses penilaian terhadap situasi menekan, dampak stres dan strategicoping yang digunakan untuk mengatasi stres. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara pada tiga istri pertama yang dipoligami, beserta tiga subjek pendukung.

This thesis discusses the description of stress and stress coping on the first wife who is polygamous. the purpose of this study is to get an overview of stressors, the process of assessing stressful situations, the effects of stress and strategic coping used to deal with stress. the method used in this study is a qualitative approach by interviewing the first three polygamous wives, along with three supporting subjects."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiana Ratnasari
"Penelitian ini mencoba melihat hubungan trait kepribadian dan strategi caping pada orangtua yang memiliki anak autistik. Kondisi spesifik yang terjadi akibat autisme seperti kegagalan berkomunikasi, perilaku tantrum dan tidak biasa, obsesi-kompulsi, serta ketergantungan yang tinggi pada anggota keluarga, membuat orangtua mengalami tingkat stres yang cukup tinggi. Randa! & Parker (1999) mengemukakan bahwa menjadi orangtua anak autistik memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak special needs lainnya seperti down ?s syndrom atau retardasi mental.
Perbedaan trait kepribadian dilihat dari teori McCrae & Costa berdampak pada strategi pemilihan coping terhadap masalah yang dihadapi selama pengasuhan anak autistik tersebut. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa trait kepribadian yang berhubungan positif dengan strategi coping adalah trait ncuroticism. Artinya makin tinggi skor trait ncuroticism seseorang maka akan makin tinggi pula skor strategi coping maladaptifnya. Sementara trait kepribadian conscientiousness memiliki hubungan yang negatif dengan strategi coping maladaptif.
Dominasi trait conscientiousness diikuti oleh trait agreeableness dan extraversión pada subjek penelitian ini sangat tinggi. Ke 50 subjek penelitian ini memiliki skor yang tinggi pada trait ini. Menurut peneliti hal ini terkait dengan usia diatas 30 tahun di mana pada tahapan usia tersebut dominasi trait yang menonjol adalah conscientiousness dan agreeableness (McCrae & Costa, 1992). Meski subjek penelitian ini didominasi oleh wanita namun secara keseluruhan total skor tertinggi dalam pemilihan strategi coping adalah yang berpusat pada masalah. Hal ini sedikit berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa wanita umumnya akan memakai strategi coping yang hanya memfokuskan pada pengaturan emosi saja tanpa mengubah stressor."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safuwan
"Penelitian ini berawal dari pengamatan penulis terhadap keseriusan pekerjaan yang digeluti oleh sebagian orang sebagai pengendara angkutan umum bajaj. Di tinjau secara factual kondisi riil kota Jakarta dipenuhi oleh pelbagai situasi seperti kepadatan, keramaian, keberagaman sarana transportasi, kesumpekan, polusi udara, dsb. Kondisi yang demikian itu jelas mengandung stress psikososial yang tinggi bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ekses yang timbul dari situasi tersebut akan terasimilasi pada pelbagai segmen kehidupan, di antaranya; persaingan kerja yang tajam dalam pelbagai sector, tanggung jawab terhadap pekerjaan yang meningkat dan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang mendesak dan stress kehidupan yang menggejala.
Tapi, para supir bajaj sebagai pengendara jenis angkutan umum yang kecil masih mampu bersaing dan kerja sama dalam aktivitasnya, mereka masih mampu eksis dalam kondisi lingkungan fisik kerja sekitar yang buruk, dan mereka juga masih mampu memnuhi tuntutan kebutuhan hidupnya. Inilah persoalan utamanya. Karenanya penulis terdorong untuk menelusuri secara ilmiah dan mendalam tentang fenomena tersebut.dari itu, penulis mengajukan judul dalam penelitian ini adalah perilaku coping kelompok supir bajaj. Melihat keadaaan yang demikian, mereka berupaya menampilkan pelbagai strategi periaku coping yang mereka yakini bias megatsi stress. Strategi itu ada yang terfokus pada masalah da nada juga yang berpusat pada emosi. Dalam upaya penggunaan strategi coping itu, kelompok supir bajaj tek perduli apakah yang mereka tampilkan itu positif atau negative, yang penting bagi mereka terbebas dari stress.
Menurut literature-literatur psikologi, dapat diidentifikasikan dan dipahami bahwa apabila seseorang atau kelompok berekasi terhadap suatu situasi, dimana situasi tersebut tidak menyenangkan dan menuntut mereka untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan obyek, maka proses yang terjadi dinamakan coping behavior. Secara umum dapat dikatakan bahwa inti dari perilaku coping adalah (1) respons tingkah laku dan pikiran terhadap stress, (2) penggunaan sumber daya yang ada pada diri individu atau lingkungannya (3) pelaksanaannya dilakukan secara sadar oleh individu (4) bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi konflik-konflik dan meningkatkan dinamika kehidupan individu.
Pembahasan studi ini disesuaikan dengan skema proses coping dari Richard Lazarus dan strategi perilaku coping dari Taylor. Model analisis ini diambil karena kedua teori tersebut saling terkait satu sama lain pada respon coping individu. Lazarus mencoba menggambarkan [elbagai aspek yang memicu proses stress individu, hingga melakukan coping. Sedangkan Taylor berusaha menjelaskan pelbagai strategi coping yang dilakukan oleh individu dalam rangka mengahdapi situai stress. Selain itu penelitian ini juga menggambarkan individu dan kelompoknya yakni kelompok supir bajaj. Untuk itu, analisisnya akan disesuaikan dengan perspektif psikologi social tentang kelompok. Pada gilirannya secara umum perilaku coping yang ditampilkan pun menjadi perilaku coping kelompok.
Penelitian ini lebih bersifat pendeskripsian secara mendalam secara menyeluruh tentang perilaku coping yang dilakukan oleh kelompok supir bajaj. Karenanya metode penelitian kualitatif menjadi andalan utama analisisnya. Pendekatan kualitatif akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif. Informan penelitian ini berjumlah 20 orang (10 orang sudah kawin dan 10 orang belum kawin) dengan kriteria informan, masing-masing individu telah berkeluarga dan belum berkeluaraga, serta sudah mengendarai bajaj sekitar 2 tahun keatas. Sementara metode pengambilan data dilakukan dalam tiga bentuk, observasu terlibat pasif, wawancara konversasional dan focus group discussion (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, proses perilaku cooping yang ditampilkan dalam 3 situasi yang dikaji (1) situasi keberagaman sarana transportasi umum (2) situasi lingkungan fisik kerja sekitar (3) situasi tuntutan kebutuhan hidup adalah sesuai dengan skema proses coping yang digambarkan oleh Lazarus. Kedua: penerapan strategi perilaku coping yang dijelaskan oleh Taylor, juga berlaku pada kelompok supir bajaj. Strategi perilaku coping dilakukan kelompok supir bajaj dalam ketiga situasi tersebut, tak terpisahkan dari 8 strategi coping, 3 strategi yang berpusat pada masalah, dalam bentuk; 8konfrontasi (9 cara coping), mencari dukungan social (8cara coping), dan dalam merencanakan pemecahan masalah (20 cara coping), sedangkan 5 strategi lainnya yang terfokus pada emosi dalam bentuk; control diri (14 cara coping), membuat jarak (11 cara coping), penilaian kembali secara positif (12 coping), menerima tanggung jawab (6 cara coping) dan dalam bentuk menghindar (4 cara coping). Ketiga, supir bajaj jug adapat disebut sebgai sebuah kelompok social yang maasih eksis dalam lingkungan heterogen kelompok. Kesesuaian pemahaman tentang kelompok yang diajukan para ahli dengan kelompok supir bajaj ternyata dapat digambarkan. Selain itu, mereka juga memiliki pelbagai karakteristik umum kelompok. Kesemua ciri merek aitu akan menjadi suatu variable pembeda dan variable yang menyamakan kelompok supir bajaj dengan pelbagai kelompok yang ditemui sehari-hari.
Dalam pada itu, kesimpulan yang disimpulkan dalam studi ini adalah penerapan skema proses (Lazarus) dan strategi perilaku coping (Taylor) berlaku juga perilaku coping pada kelompok supir bajaj, sebagai salah satu kelompok marjinal yang menerima beban stress yang besar. Upaya perilaku coping yang ditempuh kelompok supir bajaj itu merupakan suatu mekanisme dan strategi mereka dalam rangka mempertahankan pekerjaan demi kelangsungan hidup di DKI Jakarta. Sementara saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan pemda DKI Jakarta sudah selayaknya memberikan semacam dukungan social pada kelompok supir bajaj dan pada kelompok marjinal lainnya. Selanjutnya untuk perbaikan arena pertransportasian sebaiknya pemda DKI mengadakan semacam pelatihan agar para supir bajaj mengerti akan tata cara mengendara yang benar, berdisiplin dan sebagainya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
T37828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Upik Sarjiati
"Penduduk di negara maju maupun di negara berkembang sering menghadapi idiosyncratic dan aggregate risk. Letusan Gunung Merapi yang terletak di di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Oktober dan November 2010 menyebabkan 196 orang meninggal dunia, dan 2.586 rumah rusak. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak letusan Gunung Merapi terhadap kehidupan masyarakat desa, menganalisis karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, dan menginvestigasi coping strategy rumah tangga dalam menghadapi bencana erupsi pada jangka pendek (tiga bulan setelah erupsi), dan jangka panjang (enam bulan setelah erupsi) melalui mekanisme formal dan informal. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatf. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai kepala desa, penduduk desa dan NGO serta mendistribusikan 188 kuesioner kepada rumah tangga di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan metode purposive sampling dan clustering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bantuan melalui mekanisme informal seperti bantuan yang berasal dari keluarga inti dan besar, teman dan tetangga, serta bantuan melalui mekanisme formal seperti bantuan yang berasal dari partai, NGO, perusahaan dan pemerintah penting pada pasca bencana. Bantuan yang berasal dari institusi informal diperoleh rumah tangga segera setelah terjadi bencana. Dalam jangka panjang, bantuan pemerintah lebih penting sebagai salah satu coping strategy rumah tangga karena keterbatasan jumlah sumber bantuan lainnya.

People in the developed and developed countries often face idiosyncratic risk and aggregate risk. In October and November, 2010, the Mt. Merapi located in Sleman Regency, Yogyakarta Province, Indonesia erupted that caused 196 people dead, and 2,586 houses damaged. This paper aims to assess the impact of Mt. Merapi eruption on rural household livelihood, to examine socio-economic characteristics of households, and to investigate the coping strategies of the households against the eruption in the short term (three month after eruption), and in the long term (six month after eruption) through formal and informal mechanisms. This study use quantitative and qualitative method. Using purposive sampling and clustering, the data was collected by distributing 188 questionnaires from the households in Cangkringan Districts, Sleman Regency, and interviewing local leader, villager, and non-government organization. The findings are assistances from informal institution such as from nuclear and extended families, friends and neighbors, and formal institutions such as from party, non-government organization, company and government are important in the post disaster. Assistances from informal institutions were got by the households immediately after disaster. In the long term, assistances from government became more important as households’ coping strategies because amount of other assistances were limited."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynitta Poerwito
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T37624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>