Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Fitri
Abstrak :
Untuk menekan lajunya pertumbuhan penduduk di Indonesia maka dibuatlah strategi dari pelaksanaan program KB yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004 ? 2009 adalah dengan meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, Implant dan sterilisasi. Penggunaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam masih rendah hal ini dapat kita lihat dari 2423 PUS hanya 122 orang yang menggunakan kontrasepsi IUD. Angka ini masih rendah bila dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi IUD. variabel yang diteliti adalah Usia, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap, kelengkapan alat kontrasepsi, ketersediaan bidan / petugas KB dan dukungan suami. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua PUS yang aktif menjadi akseptor KB baik IUD maupun Non IUD dengan jumlah 106 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang menggunakan IUD adalah sebesar 41,5% dan Non IUD sebesar 58,5%. Hasil analisis data bivariat menunjukkan variabel yang secara statistik berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi IUD adalah Pengetahuan, Sikap, kelengkapan alat kontrasepsi dan dukungan suami. ...... To suppress the rate of population growth in Indonesia, then be made the implementation of the KB program (family planning) contained in the medium term development plan in 2004-2009, to improve long-term use of contraceptive methods (MKJP) such as IUD, implant, and sterilization. IUD contraceptive uses in the clinic pagaran Tapah Darussalam is still low, it can be seen from the 2423 health centers, only 122 peoples use the contraceptive IUD, the rate is still low when compared with others contraceptive. The research purpose is to find out how the knowledges and attitudes of mothers towards the selection of an IUD contraceptive, other than that to know the other factors related to the selection of IUD contraception. the variables were studied such as, age, education, number of children, knowledge, attitude, completeness of contraceptives, the availability of a midwife or attendant KB and husband?s support. The study uses cross-sectional design, the population in this study were all couples of childbearing age (PUS) an active to be KB acceptor which IUD and non-IUD IUD with the number of 106 respondents. The data was collected by direct interview method to respondents using questionnaire. The results showed that the proportion of respondents used IUD 41.5% and 58.5% of non-IUD results of the bivariate data analysis showed a statistically significant variable associated with the selection of the IUD contraceptive knowledge, attitude, completeness contraceptives and husband's support.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Benny Ferdy Malonda
Abstrak :
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha-usaha pembangunan di negara-negara berkembang telah memberi gambaran sebagai pengalaman bahwa perlu diperhatikan faktor-faktor sosial hudaya yang turut mempengaruhinya. Sebagai contoh, pembangunan di bidang kesehatan mengenai kampanye air masak di desa Los Molinos Peru yang dilakukan oleh Lembaga kesehatan pemerintahnya. Kampanye ini dinyatakan gagal karena petugas kesehatan tidak menelusuri kepercayaan/ tradisi yang membudaya dari masyarakat yang bersangkutan bahwa air minum yang telah dimasak merupakan minuman dari orang yang sakit. Ini berhubungan dengan konsep mengenai penyakit dan makanan untuk orang sakit. Petugas kesehatan juga gagal memilih kelompok acuan untuk demonstrasi penyebaran gagasan, karena memilih anggota masyarakat yang belum lama tinggal di desa yang bersangkutan dan masih terasing dengan masyarakat umum (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi 1986 : 9- 15)

Berkaitan dengan pembangunan kesehatan pula yaitu kampanye KB oleh pemerintah India dan Yayasan Rockefeler di suatu desa sampel di Punjab. Kajian Khanna (Khanna study) yang meneliti kampanye tersebut memberi gambaran bahwa, usaha kampanye tersebut gagal. Kegagalannya berhubungan dengan struktur sosial dalam kehidupan desa, serta budaya keluarga besar berkaitan dengan mata pencaharian hidup bertani (mengerjakan ladang untuk menabung guna memperoleh lahan) ada pada masyarakat yang bersangkutan (Mamdani 1972 : 67 - 104)

Menurut laporan yang dihasilkan pada pertemuan negara-negara Asia Pasifik dalam rangka program KB, dinyatakan bahwa untuk pelaksanaan KB secara internasional dirasa perlu mengkaji faktor-faktor sosial dan budaya yang bergengaruh terhadap praktek KB. Perlu diperhatikan benar-benar berbagai variable yang mempengaruhi kelangsungan peserta mengikuti KB, dengan mengkaji benar-benar variasi-variasi kebudayaan pada umumnya yang diukur dalam bentuk kelompok etnis atau agama, atau bagaimana bentuk persepsi-persepsi responden (sasaran kajian) mengenai sikap-sikap dan kepercayaan orang-orang sekitarnya. Juga perlu mengkaji secara obyektif hubungan sosial dan kebudayaan responden, bagaimana kesimpulan pernyataan-pernyataan masyarakat sasaran tentang variasi-variasi masukan program. Di samping adanya kajian-kajian yang berlingkup besar, perlu juga dilakukan kajian terhadap peserta KB dengan ruang lingkup yang kecil yang dirancang untuk menyelidiki secara lebih mendalam berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menerima, melanjutkan atau- berhenti berkeluarga berencana. Kemudian yang tak kalah penting dinyatakan bahwa perlu mengkaji proses komunikasi yang terjadi dalam usaha-usaha pelaksanaan dan penyampaian tujuan KB untuk dapat dijadikan sebagai masukan-masukan organisasi perencana (BKKBN 1984 : 20-21).

Berkaitan dengan hal-hal di atas sebagai contoh Foster dalam buku yang disusun Logan dan Hunt mengenai penjelasan aspek antropologi medik dan perencanaan kenehatan internasional menyatakan, bahwa walaupun pelayanan KB di Indonesia gratis dalam arti sesungguhnya, kadang-kadang tidak bermanfaat karena tetap peserta KB memerlukan pengeluaran biaya. Sebagai contoh sebagian besar ibu tertarik dalam perencanaan kelahiran hanya nanti sesudah mereka memiliki 4 atau 5 anak. Sering secara sosial anak-anak tidak ada yang menjaganya, dan bilamana para ibu hendak pergi ke tempat KB mereka harus membawa serta anak-anak mereka, sehingga secara ekonomis para ibu harus mengeluarkan pendapatan sehari untuk dihabiskan bersama dalam kunjungan untuk pelayanan KB gratis tersebut. Hal ini dijelaskan dalam kaitan bagaimana pengetahuan faktor-faktor sosial, budaya, dan psikologis yang mempengaruhi perubahan perilaku dapat dipakai untuk memperbaiki perlakuan-perlakuan dan perencanaan pelayanan kesehatan termasuk pencarian cara-cara baru untuk menjadikan sumber-sumber kesehatan dapat dimanfaatkan secara efisien (Foster dalam Logan dan Hunt 1973 : 301-307).

Program KB di Indonesia merupakan salah satu program pembangunan yang merupakan bagian integral dari program pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Program KB sebagai penanganan masalah kesehatan yang lebih luas bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat dengan pengendalian kelahiran dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditempuh kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan berkaitan dengan sektor pembangunan?.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peel, John
Edinburgh: Churchill Livingstone, 1975
363.96 PEE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rifkin, Bernard
Abstrak :
Salah satu masalah kependudukan yang terjadi sekarang ini adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk. Salah satu usaha menangani masalah tersebut adalah dengan menurunkan fertilitas. Analisis pada penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan fertilitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil SUPAS 1985 untuk propinsi Sulawesi Selatan. Responden yang diperhatikan adalah ibu-ibu yang pernah kawin berumur dibawah 50 tahun yang jumlahnya 5548 orang. Variabel yang diperhatikan adalah. : Anak lahir hidup (CEB) sebagai dependen variabel sedangkan untuk independen variabelnya adalah: Umur kawin pertama, status pemakaian alat kontrasepsi, pendidikan yang ditamatkan, jenis pekerjaan, kematian anak, tempat tinggal dan umur ibu. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik infrensial. Pada statistik infrensial dipakai metode statistika Regresi Ganda dan Garis Patah Paritas. Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah: 1. Terdapat perbedaan pola paritas menurut umur berdasarkan status pemakaian alat kontrasepsi dan latar belakang ibu. 2. Dengan hanya memperhatikan variabel antara maka setelah memperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model diperoleh hasil bahwa umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas baik di kota maupun di desa. Kemudian ibu yang tinggal di kota dan menggunakan slat kontrasepsi mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sedangkan untuk ibu yang tinggal di desa dan menggunakan alat kontrasepsi jumlah anak lahir hidupnya lebih rendah dari ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. 3. Dengan hanya memperhatikan variabel latar belakang maka hasil yang diperoleh setelah meperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model yang diperhatikan adalah: Kelompok ibu yang tidak bekerja dan kelompok ibu yang bekerja di sektor pertanian mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih banyak dari ibu kerja di sektor non pertanian. Diperoleh pula bahwa ibu yang tidak sekolah, tidak tamat SD, serta ibu yang tamat SD mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih sedikit dibanding dengan ibu yang tamat SLP+, namun perbedaan antara yang tidak tamat SD dan tamat SD tersebut tidak signifikan. Dan bagi ibu yang pernah mengalami kematian anak, jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang tidak pernah mengalami. 4. Variabel latar belakang dan variabel antara jika diperhatikan dalam suatu model maka hasil yang diperoleh setelah memperhatikan pengaruh variabel lain dalam model adalah: umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas, ibu yang menggunakan alat kontrasepsi, di kota anak lahir hidupnya lebih banyak tetapi di desa anak lahir hidupnya lebih sedikit. Kelompok ibu yang tidak bekerja dan ibu yang bekerja di sektor pertanian jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang kerja di sektor non. Kemudian ibu yang tidak sekolah, ibu tidak tamat SD serta ibu yang tamat SD jumlah anak lahir hidupnya lebih sedikit dari yang tamat SLP+. Selanjutnya diperoleh pula bahwa ibu yang pernah mengalami kematian bayi jumlah anak lahir hidupnya lebih tinggi. Secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan asosiasi dari variabel yang diperhatikan berdasarkan tempat tinggal kecuali perbedaan pengaruh penggunaan alat kontrasepsi pada model yang memuat variabel antara dan variabel latar belakang secara bersama-sama. Serta diperoleh pula hasil pada semua model yang diperhatikan bahwa terdapat perbedaan jumlah anal lahir hidup dari ibu yang tinggal di kota dan di desa yang mana anak lahir hidup ibu yang tinggal di kota lebih tinggi.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Tyas Hayanti
Abstrak :
Pemilihan kontrasepsi dapat berpengaruh ketika usia wanita lebih muda dari pasangannya, karena perbedaan usia antara pasangan dapat menyebabkan kesenjangan dalam rumah tangga yang mungkin akan menghambat wanita dalam mencapai tujuan fertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan usia antara pasangan terhadap pemilihan alat kontrasepsi dengan memperhitungkan faktor evaluasi, kompetensi, akses, dan tujuan kontrasepsi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa perbedaan usia antara pasangan signifikan mempengaruhi seseorang dalam pemilihan alat kontrasepsi. Selain itu, umur ibu, keinginan memiliki anak, jumlah anak lahir hidup, pendidikan, status pekerjaan, indeks kekayaan, informasi KB dan petugas KB juga signifikan mempengaruhi seseorang dalam pemilihan suatu alat kontrasepsi.
The choice of contraception may affect when a woman's age younger than her partner, because of the age difference between couple may cause gaps in the household which might inhibiting women in achieving its objectives in fertility. This study aimed to study the influence of age differences between couples towards contraceptive choice by taking into account evaluation factors, competence, access, and the purpose of contraception. Result of multivariate analysis showed that the age difference between couples significantly influence a person in contraceptive choice. Moreover, age of mother, desire to have children, the number of children born alive, education, employment status, wealth index, information family planning and family planning field worker also significantly influence someone in selecting a contraceptive.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arafat Patria
Abstrak :
Penggunaan kontrasepsi Suntik dan Pil terus meningkat dibandingkan penggunaImplan dan IUD. Masalah alat kontrasepsi adalah kejadian putus pakai dan ganticara salah satunya disebabkan oleh efek samping penggunaan alat kontrasepsi yangberdampak pada stagnan angka Total Fertility Rate, mortalitas morbiditas maternalneonatal serta kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian bertujuan untukmengetahui pengaruh pengalaman efek samping alat kontrasepsi sebelumnyaterhadap kejadian putus pakai alat kontrasepsi terakhir. Desain penelitian ini adalahdesain penelitian cohort retrospectif, dengan menggunakan analisis survival danjumlah sampel 12.467 responden. Hasil penelitian, pada pengguna IUD memilikirisiko kecepatan lebih rendah untuk putus pakai pada lebih 36 bulan dan penggunaPil memiliki risiko kecepatan lebih rendah pada sosial ekonomi miskin padapengguna dengan pengalaman efek samping alat kontrasepsi sebelumnya. Padapengguna Suntik memiliki risiko kecepatan putus pakai lebih tinggi pada tahun kedua. Pada pengguna Implan risiko lebih rendah pada tahun pertama, ketiga dankeempat namun secara statistik tidak bermakna. Perlu pencatatan kohor penggunaImplan setelah satu tahun, pengguna IUD setelah tiga tahun, pengguna Suntiksetelah satu tahun dan pengguna Pil pada tingkat Sosial Ekonomi Miskin agarpengguna alat kontrasepsi tersebut tidak mengalami putus pakai. ......The use of Injectable contraceptives and Pills continues to increase compared to users of Implans and IUDs. The problem of contraception is the incidence of discontinuation and change the way one of them is caused by the side effects of contraceptive use that affect the stagnant number of Total Fertility rate, mortality of neonatal maternal morbidity and unwanted pregnancy. The study aims to determine the effect of previous contraceptive side effects experiences on the last use of contraceptive use. The design of this study was a cohort retrospectif study design,using survival analysis and sample number of 12.467 respondents. The results of the study, on IUD users had lower risk risk for breaking out at over 36 months and users of Pills had lower risk risk in poor socioeconomic in users with previous experience of contraceptive side effects. Injecting users have the risk of breaking speed is higher in the second year. In users of Implan risk is lower in the first year,third and fourth but statistically not meaningful. Recording of user cohorts Implans after one year, IUD users after three years, injection users after one year and users of Pill at the level of Poor Social Economics, so that users of contraceptive continuation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arietta Pusponegoro
Abstrak :
Salah satu pilar Safe Motherhood adalah keluarga berencana (KB). Program KB bertujuan untuk menghindari kehamilan atau kelahiran yang tidak diinginkan yaitu dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Namun, penggunaan MKJP di Indonesia pada tahun 2017 jauh dari target yaitu sebesar 14% dari target 21,7%. Persentase tersebut dipengaruhi oleh faktor komunikasi informasi edukasi (KIE) tenaga kesehatan kurang baik, konseling belum sesuai prosedur dan pengetahuan ibu rendah. Bila melihat waktu yang disediakan untuk keterampilan konseling pada pelatihan AKDR-PP dan CTU, hanya 90 menit atau 6,2% dari waktu keseluruhan (24 jam pelatihan) pada pelatihan AKDR-PP dan hanya 90 menit atau 4,7% dari waktu keseluruhan (32 jam pelatihan) pada pelatihan CTU. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan teknik pelatihan konseling baru yang akan membuat kompetensi keterampilan konseling pada tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan kompetensi keterampilan konseling tenaga kesehatan pada pelatihan yang telah ada sehingga diharapkan akan memberikan luaran penerimaan (pengetahuan dan sikap) yang lebih baik pada calon akseptor. Pada tahap satu dilakukan pendekatan kualitatif dengan melakukan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam (WM) kepada bidan dan calon akseptor sebagai dasar pembuatan modul konseling intensif KB MKJP. Dilanjutkan dengan memberikan pelatihan konseling intensif. Selanjutnya tahap dua dilakukan pendekatan kuantitatif pada subjek tenaga kesehatan menggunakan uji analisis kelompok t-berpasangan. Pendekatan tahap tiga pada subjek calon akseptor mengunakan uji analisis kelompok t-tidak berpasangan. Hasil pada tahap kualitatif menunjukkan bahwa model pelatihan konseling intensif KB MKJP yang tepat adalah mencakup dua hari dengan durasi delapan jam setiap harinya dengan titik tekan materi teknik komunikasi saat konseling dan MKJP. Berdasarkan analisis kuantitatif yang dilakukan, terdapat perbedaan bermakna skor kompetensi keterampilan konseling intensif KB MKJP pada tenaga kesehatan antara sebelum pelatihan dan setelah pelatihan (p < 0,001). Konseling yang didapatkan oleh calon akseptor (intensif atau CTU/AKDR-PP) dengan skor minat KB MKJP juga menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0,001). Modul pelatihan konseling intensif KB MKJP memengaruhi kompetensi keterampilan konseling intensif KB MKJP dalam meningkatkan kesertaan calon akseptor KB MKJP. ......One of the pillars of Safe Motherhood is family planning.This program aims to avoid unwanted pregnancies by using LARCs. However, percentages of using LARCs in Indonesia 2017 was far from the target. It was influenced by Information Education and Communication (IEC) of health practicioners, mechanism of counseling, and mother’s knowledge. The time allocation provided for counseling skills in Post placental IUD and CTU training is still low. This study aims to find new counseling training techniques that will make the competency of counseling skills in health workers higher than existing ones and its expected to provide a better outcome (knowledge and attitude) on client. In phase one, a qualitative approach by conducting focus group discussion and in-depth interviews to midwifes and client as the basis for making intensive counseling modules for LARCs. Then, implemented LARCs intensive counseling training. Then in phase two, quantitative approach on the subject of health workers using paired t test. The subject client in phase three using unpaired t-test. The qualitative stage shows the appropriate intensive counseling method covers two days (8 hours / day) by emphasizing communication techniques during counseling and LARCs. There was a significant difference in the competency score of the LARCs intensive counseling skills on health workers between before training and after training and. Counseling obtained by prospective acceptors (intensive or CTU/AKDR-PP) with LARCs family planning interest scores also showed significant differences (p< 0.001). The LARCs intensive counseling training module affects the competency of LARCs intensive counseling skills and increases the participation of client towards LARCs.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutyarso
Abstrak :
Pendahuluan
Pemerintah Republik Indonesia dalam menanggulangi tekanan penduduk telah menempatkan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) sebagai Program Nasional. Menurut laporan BKKBN bahwa pada tahun 1988 di Indonesia terdapat 26.995.469 pasangan usia subur, pasangan yang mampu atau mudah memberikan keturunan.

Dari jumlah itu hanya 17.763.019 pasangan yang pernah menggunakan kontrasepsi dan ternyata di antara mereka sebagian besar adalah kaum wanita, sehingga para istrilah yang sebenarnya lebih aktif berperan sebagai akseptor KB sedang di pihak suami hanya 6% yang bersedia menggunakan kontrasepsi. Meskipun program KB dinilai cukup berhasil, tetapi dari kesinambungan dan kelancaran program tersebut diperlukan partisipasi aktif kaum pria.

Perkembangan kontrasepsi pria jauh tertinggal dibandingkan dengan kontrasepsi wanita. Hal ini disebabkan sulitnya mengendalikan proses spermatogenesis jika. dibandingkan dengan proses ovulasi. Baru pada akhir-akhir ini para peneliti baik dalam maupun luar negeri mulai tertarik kembali pada alat atau bahan kontrasepsi pria. Di Indonesia penelitian sistematik tentang KB pria masih belum banyak dilakukan (1). Berbagai usaha telah dan terus dilakukan oleh para ahli dalam bidang andrologi, untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria yang benar-benar ideal. Adapun yang dimaksud dengan kontrasepsi ideal harus memenuhi persyaratan mudah digunakan, murah, dapat diterima oleh masyarakat, tidak toksik, tidak menimbulkan efek sampingan, efektif dan bersifat reversibel (2). Sampai saat ini bahan atau alat kontrasepsi pria masih sangat terbatas yaitu kondom dan vasektomi. Terdapat petunjuk bahwa cara vasektomi bersifat ireversibel. Sedangkan kelemahan utama dalam penggunaan kondom adalah efek psikis karena berkurangnya daya sensitivitas.

Usaha untuk menemukan alat atau bahan kontrasepsi pria telah dilakukan oleh negara maju, antara lain dengan memanfaatkan bahan alami, tetapi hasilnya belum memuaskan sehingga penerapannya sebagai kontrasepsi pria masih diragukan. Oleh karena itu eksplorasi dan penelitian bahan kontrasepsi yang berasal dari tanaman masih merupakan prioritas. Selain itu bahan obat-obatan termasuk kontrasepsi yang berasal dari tanaman mempunyai keuntungan antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan efek samping (1).

Dari hasil skrining aktivitas spermisida 1.600 ekstrak tanaman yang tumbuh di India, ternyata 30 ekstrak tanaman mempunyai efek spermisida pada tikus dan 16 ekstrak tanaman menyebabkan "immotilitas spermatozoa" manusia (3).

Buah pare yang merupakan bagian dari tanaman pare (Momordica charantia L) dilaporkan mempunyai khasiat kontrasepsi, karena mengandung momordikosida golongan glukosida triterpen atau kukurbitasin (4). Bahan ini bersifat sitotoksik dan dapat menghambat spermatogenesis anjing (5). Disamping itu terdapat indikasi bahwa ekstrak buah pare yang diberikan pada tikus secara oral, dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas spermatozoa (6).

TeIah diketahui ada 12 jenis glukosida triterpen terkandung dalam tanaman pare, masing-masing dikenal dengan nama momordikosida A sampai L. Momordikosida utama yang terdapat dalam buah pare adalah jenis K dan L .(7), dan diduga momordikosida jenis inilah yang bersifat sitotoksilc atau sitostatik (8).

Terdapat bukti bahwa glukosida triterpen bersifat anti pertumbuhan, terutama menghambat perkecambahan biji kapas, menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan menghambat perkembangan fetus tikus (8). Dengan demikian kukurbitasin merupakan zat anti proliferasi dan anti. diferensiasi sel yang sangat poten (4,7,8).

Mengingat. spermatozoa merupakan sel haploid yang berasal dari perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal di dalam testis, maka timbul permasalahan yang menarik yaitu apakah ekstrak buah pare yang diberikan pada mencit jantan akan menghambat spermatogenesis dan sekaligus bersifat anti-fertilitas. Jika hal itu benar, apakah efek anti-fertilitas tersebut bersifat .reversibel. Masalah ini menjadi lebih menarik untuk diselidiki karena buah pare disukai banyak orang di Indonesia sebagai lauk dan mudah diperoleh?

1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library