Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadine Herdwita Putri Soerojo
Abstrak :
Latar Belakang: Sebanyak 9 juta orang di Indonesia mengalami gangguan depresi. Jawa Barat, salah satu provinsi di Indonesia, merupakan provinsi yang memliki masyarakat dengan gangguan mental emosional terbanyak kedua setelah Sulawesi Tengah. Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa self-esteem yang rendah merupakan salah satu faktor risiko dari depresi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara citra diri dengan depresi pada remaja SMA di Depok. Metode: Metode yang digunakan adalah rancangan studi cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan citra diri dan depresi pada remaja SMA. Aspek depresi dinilai menggunakan kuesioner Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R), sedangkan aspek citra diri dinilai dengan menggunakan kuesioner Citra Diri Rosenberg. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah remaja SMA Dian Didaktika dan dipilih menggunakan teknik random sampling yang menghasilkan 96 remaja. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square. Hasil: Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signfikan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi (p=0,000, p=0,000), sedangkan tidak ada hubungan yang signfikan antara tingkat dan kestabilan self-esteem dengan depresi (p=0,3660, p=1,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi. ...... Introduction: Approximately 9 million people in Indonesia have developed depression disorder. West Java, a province in Indonesia, has the second most citizens with emotional mental disorders after Central Sulawesi. From various studies, it was found that depression development was related to low self-esteem as its risk factor. Aim: This study aims to identify the presence or absence of a relationship between self-esteem and depression in high school adolescents in Depok. Method: The method used in this study was a cross-sectional study design to identify the relationship between self-esteem and depression in high school adolescents. The depression aspect was assessed using the Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire, while the self-esteem aspect was assessed using the Rosenberg Self-Esteem Scale questionnaire.  The research sample of this study was 96 students of SMA Dian Didaktika, a high school in Depok, West Java. The respondents was selected using random sampling technique. The data was analyzed using the Chi-Square Test. Results: The results obtained are that there is a significant relationship between self-consciousness and the perceived self with depression (p = 0.000, p = 0.000), while there is no significant relationship between the level and stability of self-esteem with depression (p = 0.660, p =  1.000).  Conclusion: There is a relationship between self-consciousness and the perceived self with depression in adolescents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarno NS
Jakarta: Jala Permata, 2006
158.1 SUT c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Oktaviany
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan intervensi untuk mengatasi permasalahan mengenai citra diri (salah satu dimensi dari motivasi ekstrinsik) karyawan HR Center Of Expertise (COE) PT.XYZ. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan observasi dan penyebaran kuesioner dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar karyawan memiliki citra diri rendah yang berpengaruh dalam kesiapannya menjalankan peran baru di Direktorat HR PT.XYZ. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang program intervensi untuk meningkatkan citra diri karyawan yang rendah untuk mendukung kesiapan mereka menjalankan peran HR yang baru dalam agenda transformasi HR PT.XYZ. Program intervensi yang akan dilakukan yaitu dengan sosialisasi terhadap perubahan yang terbagi dalam dua tahap yakni sosialisasi terhadap VP dan sosialisasi terhadap seluruh karyawan HR Center Of Expertise (COE). ......The purpose of this study was to develop an intervention program to solve the problem of employees HR Center of Expertise (COE) self image (a dimension of extrinsic motivation) at XYZ Company. This study used a quantitative method by using observation and questionnaire in data collection. The results showed that most employees have low self image affecting the readiness of new roles in the HR Directorate at XYZ Company. Based on this, the intervention program was designed to enhance employees self image (extrinsic motivation) to support their readiness to work a new roles in HR transformation at XYZ Company. This intervention program is the socialization of change in two phase: socialization for VP and socialization for all employees of HR Center of Expertise (COE).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30496
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Shakuntala
Abstrak :
ABSTRAK
Personal trainer adalah suatu profesi dimana penampilan dan pencitraan diri terbentuk menjadi jati diri mereka. Penelitian ini mengkaji tentang makna penampilan dan citra diri bagi personal trainer, pihak ? pihak yang bertanggung jawab, serta upaya ? upaya mereka untuk mendapatkan penampilan dan pencitraan diri tersebut. Penelitian untuk kasus ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pengamatan terlibat dan wawancara untuk memberikan gambaran mengenai kondisi kehidupan personal trainer yang dilakukan secara holistik. Hasil penelitian menunjukkan jika penampilan dan pencitraan diri yang ditunjukan oleh personal trainer tidak hanya berasal dari kewajibannya terhadap pekerjaan yang dimilikinya akan tetapi juga terbentuk oleh keinginannya untuk tampil sempurna yang mana mendorong mereka untuk melakukan beberapa hal seperti diet, latihan, dan konsumsi produk ? produk yang bersangkutan.
ABSTRACT
Personal trainer is a profession where looks/appearance and self ? image are becoming their personalities. This research studies about the meaning of looks/appearance and self ? image to personal trainer, parts which responsible for this to happen, also personal trainer?s effort to get those looks/appearance and self ? image. The research used qualitative methods with participant ? observation and personal interview to describe the condition of personal trainer life between their job.

The result came with a conclusion that looks/appearance which personal trainer shows is not only belong to their responsibilities on their profession but also to their own personal desire to look perfect that drove them to do diets, physical training, and consuming relevant products.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1660
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Media massa sebagai media informasi publik menjadi media promosi bagi artis untuk mendapatkan popularitas dan keuntungan secara finansial. Seringkali artis menuntut dirinya sendiri untuk kooperatif dengan wartawan, awak media yang akan menampilkan realitas simbol-simbol yang diterimanya pada saat melakukan wawancara. Bagaimana artis memahami citra dirinya yang ditampilkan di media massa, bagaimana artis mempersiapkan penampilan citra dirinya di hadapan wartawan (back stage region), bagaimana artis menampilkan citra dirinya di hadapan wartawan (front stage region), dan bagaimana artis memahami popularitasnya di publik sebagai dampak dari pemberitaan yang dibingkai wartawan di media massa (out stage region) menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Untuk mengungkapkan pengelolaan kesan artis dalam media massa, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori dramaturgi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi citra diri artis adalah orang-orang sekitar yang berinteraksi dengan dirinya, karena interaksi tersebutlah yang akan menjadi realita. Realita tersebut harus mampu dibingkai artis menjadi bagian dari citra dirinya. Sebelum berhadapan dengan wartawan untuk diwawancara, artis melakukan beberapa persiapan untuk menampilkan citra diri yang positif di hadapan wartawan. Artis memahami sepenuhnya makna popularitas bagi dirinya. Citra diri yang ditampilkan oleh artis, jika dibingkai secara positif oleh wartawan dalam berita di media massa, maka akan memberi kesan positif juga oleh publik. Jika sebaliknya, maka publik juga yang akan menolaknya. Berita di media massa membawa dampak popularitas yang besar bagi artis. Artis membutuhkan popularitas untuk dapat bertahan dalam menjalankan profesinya. Selain itu, artis juga mendapatkan berbagai keuntungan baik secara materi maupun immateriil sebagai dampak dari popularitas yang diperolehnya. Artis selalu berupaya memelihara hubungan baik dengan wartawan sebagai mitra kerjanya.
384 JKKOM 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Prasetyo
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang citra diri perempuan dalam novel “Love In The Kingdom of Oil” karya Nawal el Sadaawi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan citra diri perempuan dalam novel dari aspek fisik, psikis, dan sosial masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik dalam novel. Unsur intrinsik ini menjadi dasar dalam analisis citra diri perempuan. Kesimpulan dari analisis tersebut adalah terdapat korelasi antara unsur intrinsik tema, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat dengan penggambaran citra perempuan dalam novel tersebut. ......This thesis discusses about women self image in the novel “Love In The Kingdom of Oil” by Nawal el Sadaawi. The purpose of this study to describe about women self image in the novel from the physical aspect, psychological aspect, and social aspect. This research use a structural approach to analyze the intrinsic unsure of the novel. The intrinsic elements of the basis for the analyze of the woman self image. The conclusion of this analysis is that there is a correlation between theme, character and characterization, setting, and moral with describtion of women self image in that novel.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfina Fadliya Surjaatmadja
Abstrak :
ABSTRAK
Ruangan yang sangat menarik yang dilihat melalui sebuah foto atau istilah yang biasa disebut sebagai Photogenic Space ini muncul dan menjadi marak akibat penggunaan media sosial yang sudah melekat pada keseharian masyarakat. Media sosial ini sendiri sebagai konsumsi dari masyarakat sehari-hari memiliki dampak yang signifikan pada cara pandang, pola pikir, dan bahkan citra diri. Kasus yang akan diangkat pada penulisan skripsi ini adalah penggunaan media sosial Instagram yang berbasis foto. Melalui hasil analisis saya didapatkan bahwa indikator-indikator arsitektural yang membentuk Photogenic Space memiliki peranan pada pembangunan citra diri melalui media sosial Instagram.
ABSTRACT
Photogenic space or a space that looks appealing from a photo has become popular because of the high usage of social media. Social media itself has become a part of society?s daily life, which affected the society?s perspective, mindset, and also selfimage. The case is analyzed further is one of the most popular picture based social media, Instagram. Indicators of photogenic space from architectural perspective were found throughout the analysis and have a part in the self-image development as a result of the Instagram usage.
2016
S62826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Tanaya Raditya
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Aisha Darby
Abstrak :
Media adalah sumber informasi penting untuk standar dan norma kecantikan yang dianut masyarakat dan salah satunya standar yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah ide mengenai warna kulit yang ideal. Data dari Mills (2017) menemukan bahwa standar kecantikan yang ditransmisikan oleh media terutama sangat berdampak pada perempuan. Salah satu cara media mengimplementasikan standar kecantikan tersebut adalah melalui iklan. Iklan produk kecantikan seringkali menggambarkan warna kulit yang gelap sebagai sesuatu yang buruk sedangkan warna kulit terang selalu digambarkan sebagai pertanda kecantikan. Hal ini mengungkap cara kerja colorism di Indonesia. Colorism, adalah proses diskriminasi yang memberikan hak istimewa bagi mereka yang memiliki warna kulit lebih terang dibandingkan mereka yang kulitnya gelap. Colorism memiliki implikasi internal (konsep diri), dan juga implikasi eksternal (diskriminasi). Tulisan ini berusaha untuk mengetahui implikasi internal colorism, yakni konsep diri, sebagai akibat dari iklan kecantikan. Setelah melakukan wawancara dengan dua orang informan, penulis dapat menyimpulkan bahwa iklan kecantikan memang memainkan peran yang penting dalam melestarikan colorism di kalangan perempuan yang pada akhirnya membentuk self-esteem, ideal self, self image (konsep diri) perempuan tersebut. ......Media is an important source of beauty norms and standards that a society adheres to and a beauty standard that we come across a lot in society are skin color ideals. Data from Mills (2017) shows that beauty standards that are transmitted by the media have an especially profound impact on women. One of the ways in which beauty standards are implemented by the media is through advertisements. Beauty advertisements often portray dark skin as something that is bad and shows lighter skin tones as a sign of beauty. This shows how colorism works in Indonesia. Colorism is the process of discrimination that gives priviledges to those with lighter skin tones compared to those with darker skin tones. Colorism has internal (self concept) and external (discrimination) implications. This writing attempts to discover the internal implications of colorism, namely self concept, as a consequence of beauty advertisements. After conducting interviews with two informants, it can be concluded that beauty advertisements do play an important role in strengthening colorism in women, which in turn impacts their self-esteem, ideal self, and self image (self concept).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Samjunanto
Abstrak :
Latar Belakang: Infeksi HIV/AIDS merupakan penyakit yang kronis dan tidak dapat disembuhkan namun gejalanya masih dapat dikendalikan. Oleh karena itu, kualitas hidup menjadi luaran terapi yang penting untuk diperhatikan. Berbagai faktor psikosial seperti stigma, citra diri, gangguan depresi, risiko bunuh diri dan mekanisme koping merupakan faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dengan HIV/AIDS dan dapat diintervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stgima, citra diri, gangguan depresi, risiko bunuh diri dan mekanisme koping terhadap kualitas hidup pasien dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subjek penelitian diambil dengan menggunakan consecutive sampling pada pasien dewasa yang berobat di poliklinik khusus HIV/AIDS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Juni 2023. Instrumen swaperiksa digunakan untuk menilai variabel kualitas hidup (WHOQOL-Bref), stigma (Berger HIV Stigma Scale), mekanisme koping (Brief-COPE) dan citra diri (RSES). Wawancara semi terstruktur juga dilakukan untuk menilai gangguan depresi (MINI-ICD) dan risiko bunuh diri (CSSRS). Analisis regresi liner multipel digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan luaran kualitas hidup. Hasil: Dari 207 subjek penelitian yang diteliti, didapatkan hubungan yang bermakna antara stigma diri dengan kualitas hidup pada ranah kesehatan fisik (B:-0.15; IK95%: -0.23– -0.07), hubungan sosial (B:-0.19, IK95%:0.27– -0.10) dan lingkungan (B:-0.12; IK95% -0.20– -0.04). Didapatkan hubungan yang bermakna antara citra diri dengan kualitas hidup pada ranah kesehatan fisik (B:1.12; IK95%:0.71– 1.67), psikologis (B:1.73; IK95%:1.21– 2.26), hubungan sosial (B:0.91, IK95%:0.35– 1.46) dan lingkungan (B:1.27; IK95%:0.77– 1.77). Didapatkan hubungan yang bermakna antara gangguan depresi dengan kualitas hidup pada ranah kesehatan fisik (B:-4.59; IK95%:-7.41– -1.77), psikologis (B:-5.64; IK95%:-8.72– -2.56),  dan hubungan sosial (B:-4.92, IK95%:-8.17– -1.66). Didapatkan hubungan yang bermakna antara mekanisme koping dengan kualitas hidup pada ranah kesehatan fisik (B:5.97; IK95%:1.71–10.24), psikologis (B:9.65; IK95%:4.99– 14.31), hubungan sosial (B:12.99, IK95%:8.07– 17.91) dan lingkungan (B:10.79; IK95%:6.39– 15.18) Koefisen determinasi pada penelitian ini sebesar 43.5-54.4%. Simpulan: Terdapat hubungan antara stigma, gangguan depresi, risiko bunuh diri, citra diri dan mekanisme koping terhadap tiap ranah kualitas hidup pada pasien dengan HIV/AIDS. Citra diri dan mekanisme koping yang berfokus pada masalah menjadi faktor protektif sedangkan stigma dan gangguan depresi menjadi faktor risiko. ......Background: HIS/AIDS is a chronic incurable yet controllable diseases. Thus, quality of life is a pivotal clinical outcame that must be evaluated other than its morbidity and mortality. Some psychosocial factors, such as  stigma, self-esteem, depressive disorder, sucidality, and coping mechanism, are prominent indicators that affect quality of life and could be intervened. This study aim to elaborate the relationship of stigma, self-esteem, depressive disorder, sucidality, and coping mechanism to the quality of life in patient with HIV/AIDS. Method: A cross-sectional study was conducted in June 2023 in outpatient HIV/AIDS clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. Consecutive sampling was used in adult patients. Self rating instrument was used to measure quality of life (WHOQOL-Bref), stigma (Berger HIV Stigma Scale), coping mechanism (Brief-COPE) and self esteem (RSES). Semi-structured interview was used to assess depressive disorder (MINI-ICD) and suicide risk (CSSRS). Multiple linear regression was used to explore the relationship between the independent variables and quality of life. Results: There are 207 respondents in this study. The results showed significant relationship between stigma and quality of life in physical health (B:-0.15; CI95%:-0.23– -0.07), social relationship (B:-0.19, CI95%:0.27– -0.10) and environment domains (B:-0.12; CI95% -0.20– -0.04) There was a significant relationship between self esteem and quality of life in physical health domain (B:1.12; CI95%:0.71– 1.67), psychological (B:1.73; CI95%:1.21– 2.26), social relationship (B:0.91, CI95%:0.35– 1.46) and environment domains (B:1.27; CI95%:0.77– 1.77). Significant relationships were found between depressive disorder and quality of life in physical health domain (B:-4.59; CI95%:-7.41– -1.77), (B:-5.64; CI95%:-8.72– -2.56), and social relationship domains (B:-4.92, CI95%:-8.17– -1.66). There was a significant relationship between coping mechanism and quality of life in physical health domain (B:5.97; CI95%:1.71–10.24), psychological (B:9.65; CI95%:4.99– 14.31), social relationship (B:12.99, CI95%:8.07– 17.91)  and environment domains (B:10.79; CI95%:6.39– 15.18). The determinant coefficient in this study were 43.5-54.4%. Conclusion: There is relationship relationship of stigma, self-esteem, depressive disorder, sucidality, and coping mechanism with the quality of life in patient with HIV/AIDS in each domains. Stigma and depressive disorder are risk factors while self-esteem and problem focused coping mechanism are the protective factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>