Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candra Sulimin
"Di berbagai negara maju kini telah dikembangkan beberapa produk baru sebagai bahan plafon. Antara lain ceiling suspension system. Bahan ini dikenal orang awam sebagai acoustic tile atau plafon akuslik. Sifat bahan ini yang kuat dan tahan api membuat sebagian proyek-proyek konstruksi mulai mengalihkan bahan plafonnya dari triplek ke plafon almstik ini terutama untuk proyek-proyek gedung bertingkat yang memerlukan penanganan bidang mekanikal elektrikal yang lebih rumit.
Untuk itulah maka P.T. X mencoba untuk memasarkan produk plafon akustik ini di Indonesia. Dalam perkembangannya, tentu saja P.T. X harus bersaing dengan perusahaan lainnya dalam memasarkan produknya di pasar. Akibatnya panting bagi P.T. X untuk dapat menentukan strategi pemasaran yang lebih baik untuk menembus pasar dan bertahan daiam pasar serta menghadapi pesaing-pesaingnya. Strategi pemasaran yang baik sebenarnya terdiri dari strategi bauran-bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi. Untuk itu penulis melalui skripsi ini mencoba untuk mengusulkan suatu strategi pemasaran yang cocok bagi P.T. X dengan melihat bauran-bauran pemasaran tersebut.
Dengan menggunakan latar belakang ilmu teknik industri yang penulis miliki, penulis berusaha melakukan pendekatan analisa regresi dan ilmu lainnya untuk memberikan usulan strategi pemasaran kepada P.T. X. Melalui analisa regresi diharapkan maka akan hubumgan antara bauran-bauran pemasaran terhadap penjualan sehingga akan dapat diidentifikasi bauran-bauran pemasaran yang berpengaruh besar terhadap penjualan.
Selain itu, dengan menggunakan teknik peramalan dan pengujian kai-kuadrat, juga melalui wawancara dengan berbagai pihak dan penelusuran data-data serta Iiteratur, maka penulis berusaha merumuskan strategi yang terbaik bagi P.T. X. Hasilnya diperoleh kesimpulan berbentuk strategi-strategi pemasaran dalam setiap baurannya dan bahwa bauran pemasaran produk adalah bauran pemasaran terpenting, disusul dengan bauran pemasaran harga dan promosi. Sedangkan melalui penelitian ini juga didapat kesimpulan bahwa bauran pemasaran distribusi tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penjualan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Aditya
"Pada tahun 2023 PT. Yakult Indonesia Persada melakukan perbaikan di area pabriknya yang berada di Desa Pesawahan Cicurug Sukabumi, Jawa Barat. Salah satunya adalah penggantian ceiling pada area moulding room. Existing ceiling pada area tersebut menggunakan material akustik diganti menjadi material sandwich panel agar ruangan menjadi lebih kedap dan kebersihannya mudah dikontrol. PT. Takenaka Indonesia dimana penulis bekerja sebagai site engineer ditunjuk sebagai kontraktor yang melaksanakan proyek tersebut dengan durasi pengerjaan 12 bulan. Adapun metode pekerjaan yang dilakukan adalah menggunakan sistem temporary stage sehingga memisahkan antara area produksi owner dan area kerja konstruksi. Temporary stage yang digunakan menggunakan rangka baja UNP yang diatasnya ditumpangi sandwich panel dengan tebal 50 mm sebagai lantai kerjanya. Setelah temporary stage selesai dipasang, tahap selanjutnya adalah melakukan pembongkaran existing ceiling, pemasangan ceiling hanger UNP dan pemasangan ceiling baru berupa material sandwich panel PIR dengan tebal 100 mm dengan metode slip joint. Dengan menetapkan standard kerja yang tinggi, PT. Takenaka Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga aspek safety dalam setiap proses kerjanya. Hal ini dibuktikan dengan melakukan toolbox meeting, penyediaan alat P3K & klinik serta melakukan simulasi tanggap darurat gempa bumi. Selain itu pihak kontraktor juga menjunjung tinggi integritas kerja dengan menaati kode etik keinsinyuran yang berlaku. Sehingga, pekerjaan bisa selesai dengan tepat waktu dan dengan kualitas yang baik.

In 2023, PT. Yakult Indonesia Persada made improvements to its factory area located in Pesawahan Village, Cicurug, Sukabumi, West Java. One of them is replacing the ceiling in the molding room area. The existing ceiling in the area uses acoustic material replaced with sandwich panel material so that the room becomes more soundproof and its cleanliness is easy to control. PT. Takenaka Indonesia, where the author works as a site engineer, was appointed as the contractor to carry out the project with a duration of 12 months. The work method used is to use a temporary stage system so as to separate the owner's production area and the construction work area. The temporary stage used uses a UNP steel frame with a 50 mm thick sandwich panel as its working floor. Furthermore, the existing ceiling was dismantled, the UNP ceiling hanger was installed, and a new ceiling was installed in the form of a 100 mm thick PIR sandwich panel using the slip joint method. By setting high work standards, PT. Takenaka Indonesia is also committed to maintaining safety aspects in all its work. This is evidenced by holding toolbox meetings, providing first aid kits & clinics, and conducting earthquake emergency response simulations. In addition, the contractor also upholds work integrity by complying with the applicable engineering code of ethics. So, the work is completed on time and with good quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tichelmann, Karsten
Switzerland: Birkhauser GmbH, 2008
R 721 TIC d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Celine Lorencia
"ABSTRAK
Persepsi publik terhadap PR sebagai industri feminin merupakan dampak adanya feminisasi di industri PR. Asumsi ini didasari oleh kecocokan alasan ketertarikan perempuan terhadap PR, dengan keterampilan yang dimilikinya. Walaupun terdapat feminisasi pada industri PR, tidak menjamin bahwa PR perempuan akan diuntungkan. Oleh karena itu, naskah ringkas ini akan mengulas dampak feminisasi pada industri PR, khususnya pada edukasi dan profesi di Indonesia, dan bagaimana mahasiswa PR melihat fenomena ini. Naskah ringkas ini menggunakan metode kajian literatur dan mewawancarai empat mahasiswa PR. Konsep utama yang akan dibahas berupa: feminisme dan glass ceiling. Alhasil, ditemukan dampak feminisasi yang dialami oleh kaum ldquo;dominate yet marginal rdquo; perempuan dan kaum ldquo;marginal yet dominate rdquo; laki-laki , yaitu fungsional teknis, learning by doing, mispersepsi degradasi, serta no budget, wages dan pelecehan seksual. Melihat fenomena feminisasi pada industri PR, mahasiswa Public Relations Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia memahami dan menyadari adanya fenomena ini, tetapi tidak menganggapnya sebagai isu yang signifikan. Mahasiswa tersebut tidak menyadari dampak yang dapat timbul dari fenomena ini, hingga ketika menjawab pertanyaan dari penulis. Dari dampak tersebut, penulis juga memberikan rekomendasi berupa: re-kurikulum, kompetensi profesi, dan sosialisasi kebijakan pelecehan seksual.

ABSTRACT<>br>
AbstractPublic perception of PR as feminine industry is the impact of the feminization in PR industry. This assumption is according to the compability of women rsquo s interest on PR with the skill their own. While there is feminization in PR industry, does not assure that women PR will be advantaged. Thus, this journal will review the impact of feminization in Indonesia rsquo s PR industry, especially on education and profession, and how PR college students see this phenomenon. This journal uses literature review method and interviews four PR college students. The main concepts which will be discussed are feminism and glass ceiling. In result, it is found that the impact of feminization suffered by the ldquo dominate yet marginal rdquo women and the ldquo marginal yet dominate rdquo men is functional and technic, learning by doing, misperception degradation, and also no budget, wages and sexual harassment. Seeing this feminization phenomenon on PR industry, Communication Studies, Public Relations college students in University of Indonesia understands and awares of this phenomenon, yet not considering the issue as a significant one. The college students do not realize the impacts of this phenomenon, until answering the question from author. From those impacts, the author also gives recommendation, i.e. re curriculum, profession competence, and sexual harassment socialization policy."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dittha Nonthiworawong
"ABSTRAK
This study conducts the energy and exergy analysis of a light-vent pipe which is integrated into attic space. The roof is a shed roof with 30 degrees of inclination angle. The LVP is manufactured from an aluminum sheet with a translucent flat cover and is 0.15 m in diameter. The results show that the test house integrated with the LVP could well transfer heat accumulated in attic space by natural ventilation through the LVP. The natural daylight has an influent to the air mass flow rate corresponding to energy and exergy efficiency. The total energy and exergy efficiencies were 37-67% and 12.3-33%, respectively. In addition, the ceiling heat gain and exergy heat gain performed that, the requirement of space cooling of the house with LVP lower than that the reference house."
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
607 STA 24:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Indonesia adalah negara dengan pemeluk agama islam terbesar di dunia, sebesar 87.2% dari total penduduknya adalah muslim. Masjid memiliki peran fisik maupun sosial yang penting sebagai pusat aktivitas umat muslim. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jumlah bangunan masjid di Indonesia yang meningkat secara pesat. Masjid secara umum dibangun dengan ukuran ruang yang besar dan megah sehingga meningkatkan kemungkinan penggunaan pencahayaan buatan yang berlebih. Studi ini mengeksplorasi pola titik lampu serta tipe lampu yang berbeda yang diaplikasikan pada ruang utama masjid dengan bentuk plafon yang berbeda beserta kaitannya dengan efisiensi energi. melalui simulasi, studi ini menggunakan tiga bentuk plafon masjid yang berbeda sebagai studi kasus, yaitu masjid al-Falah dengan plafon kubah, masjid al-Musyawarah dengan plafon limas dan Masjid Sunda Kelapa dengan plafon datar. Ketiga bentuk tersebut merepresentasikan bentuk plafon masjid yang secara umum digunakan masjid di Indonesia. Menggunakan simulasi software DIALux, studi ini bertujuan untuk: (1) menemukan tipe dan konfigurasi pencahayaan buatan yang paling efisien pada masing-masing masjid dengan tiga bentuk plafon yang berbeda; serta (2) menemukan bentuk plafon masjid yang paling efisien untuk masing-masing tipe dan konfigurasi pencahayaan yang berbeda. Studi ini menghasilkan panduan dasar mengenai konfigurasi pencahayaan yang efisien pada bentuk plafon masjid yang berbeda-beda.

Indonesia is the largest muslim country in the world, around 87.2% of its population are muslim. Mosque, as the centre of muslim activities, has important roles for muslim’s physical and social aspects. Therefore, it causes massive addition of mosque buildings in Indonesia. Mosques are mostly built in spacious areas which increase the possibility of extravagance in lighting. This study explores the different spot sources and types of artificial lighting applied in the different type of mosque’s ceiling and its relation to the efficiency to energy. As the object this study takes three different mosques. Those are al-Falah Mosque, al-Musyawarah Mosque and Sunda Kelapa Mosque. The three mosques represent the shapes of the ceiling that generally used in the country: dome, pyramid and flat - shaped ceiling. Using the software simulation DIALux, this study aimed to: (1) find the most efficient artificial lighting types and configuration pattern that possible for different types of mosque’s ceiling shape in terms of its lux distribution quality; and (2) find which type of mosque’s ceiling shape that has the most efficient energy for each different artificial lighting types and configuration pattern in terms of lux distribution and uniformity. As the result, a basic guideline for efficient lighting configuration in different shaped ceiling mosque are proposed."
2019
T53036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinadilla Putri Wibowo
"Pada era globalisasi saat ini dapat kita ketahui bahwa semakin banyak perempuan yang memilih untuk berkontribusi dan mengembangkan karier mereka di suatu organisasi atau perusahaan. Namun, perempuan memiliki hambatan tersendiri ketika ingin mengembangkan karier mereka peristiwa ini biasanya disebut dengan fenmena glass-ceiling atau adanya langit-langit kaca yang tidak terlihat namun menjadi hambatan bagi perkembangan karier perempuan. Faktor-faktor glass-ceiling dapat berasal dari lingkungan eksternal maupun hambatan yang tercipta dari individu itu sendiri, perkembangan zaman dan juga penyuaraan tentang kesetaraan gender membuat lingkungan masyarakat seharusnya lebih peka terhadap perkembangan karier perempuan pada masa ini. Salah satu upaya yang sudah terealisasi dalam upaya pengembangan karier perempuan adalah sistem gender quota yaitu sistem penetapan kuota tertetu atas keterlibatan perempuan di tempat kerja. Namun, sistem ini tidak akan berjalan dengan baik apabila perempuan memiliki barriers yang muncul dalam diri mereka sendiri. Indivdual barriers perempuan juga dapat menjadi hambatan dalam perkembangan karier mereka seperti rendahnya efikasi diri (self-efficacy) dan juga percaya diri (self-confidence) yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk mengembangkan karier mereka di tempat kerja. Penelitian yang berbentuk studi eksplorasi ini akan menguji pengaruh self-efficacy, self-confidence dan gender quota terhadap fenomena glass ceiling di lingkungan sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi. Penelitian ini akan meggunakan metode kualitatif dengan mewwancarai 10 narasumber yang memiliki profesi sebagai dosen, dekan, wakil dekan, kepala departemen dan guru besar perempuan di universitas negeri dan swasta di daerah Jawa.

In the current era of globalization, we can see that many women are choosing to contribute to the development of a company. However, women have their own obstacles when they want to develop their careers, this event is usually called the glass-ceiling phenomenon or the existence of an invisible glass ceiling that becomes an obstacle to women's career development. glass-ceiling factors can come from the external environment as well as barriers created by the individual himself, the development of the times and also the voice about gender makes the community environment should be more sensitive to career development at this time. One of the efforts that have been realized in efforts to develop women's careers is the gender quota system, namely the determination of certain quotas for women's involvement in the workplace. However, this system will not work well if women have obstacles that arise within themselves. Women's individual barriers can also be obstacles in their career development such as self-efficacy and self-confidence which makes them feel unable to develop their careers at work. This research in the form of an exploratory study will examine the effect of self-efficacy, self-confidence and gender quota on the glass ceiling phenomenon in the education sector, especially universities. This study will use a qualitative method by interviewing 10 resource persons who have professions as lecturers, vice deans, heads of departments and female professors at public and private universities in Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hennigusnia
"ABSTRAK
Tesis ini melihat kesenjangan upah menurut jender di Indonesia tahun
2008-2012. Selain melihat kesenjangan upah pada tingkat rata-rata, penelitian ini juga akan melihat kesenjangan upah di kuantil yang berbeda dari distribusi upah, sehingga dapat diketahui apakah kesenjangan upah melebar di bagian atas distribusi upah “glass ceiling” atau melebar di bagian bawah distribusi upah “sticky floor”. Tesis ini menggunakan data Sakernas 2008-2012, untuk mengestimasi persamaan upah laki-laki dan perempuan menggunakan OLS standar. Kemudian, metode dekomposisi Oaxaca-Blinder (1973) digunakan untuk menentukan besarnya kesenjangan upah menurut jender yang disebabkan oleh faktor karakteristik (explained effect)dan faktor diskriminasi (efek unexplained).
Sedangkan untuk menentukan kesenjangan upah menurut jender di kuantil yang berbeda dari distribusi upah menggunakan regresi kuantil dan menerapkan dekomposisi Machado - Mata (2005). Tesis ini menemukan bahwa kesenjangan upah menurut jender masih didominasi oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan
(Unexplained) dan diindikasikan sebagai diskriminasi, baik pada tingkat rata-rata maupun di setiap kuantil dalam distribusi upah. Tesis ini juga menemukan adanya bukti lantai lengket (sticky floor) di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis looked the gender wage gap in Indonesia from 2008-2012. In
addition to looking at the wage gap average level, the study alsolooked at the
wage gap at different quantile of the wage distribution, so it can be known
whether the wage gap widened at the top of the wagedistribution "glass ceiling" or
widened at the bottom of the wagedistribution "sticky floor". This thesis used data
Sakernas 2008-2012, to estimate the wage equation of men and women using
OLSstandard. Then, the Oaxaca-Blinder decomposition method (1973) wasused
to determine the magnitude of the gender wage gap based on gender that caused
by the characteristics factors (explained effect) and the discrimination factor
(unexplained effects). As for determining thegenderwage gap in different quantile
of the wage distributifusing quantile regression and applying Machado
decomposition – Mata (2005). This thesis found that the genderwage gap was
stilldominated by factors that can not be explained (Unexplained) and
wasindicated as discrimination, both at the average level and in each quintile of
the wage distribution. This thesis also found evidence ofsticky floor in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dini Rizki
"Pada dasarnya, kejahatan memiliki batasan tersendiri di setiap disiplin ilmu, seperti halnya yang ditekankan dalam tulisan ini, yaitu suatu tindakan yang dapat memberikan kerugian fisik, psikologis, bahkan materi. Terlebih lagi ketika media telah mengambil peran, sehingga terbentuk pola yang dapat merepresentasikan suatu kejahatan, baik secara faktual maupun fiktif sebagai bagian dari landasan berpikir seorang individu mengenai sifat kejahatan, khususnya viktimisasi. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini secara khusus menyoroti film sebagai wadah penyampaian makna melalui audio dan visual menenai sebuah fenomena yang dikenal sebagai glass ceilling. Film Kim Ji-Young, Born 1982 merupakan salah satu film yang berusaha menunjukkan adanya bias gender di ranah privat maupun dunia kerja. Untuk mempermudah penulis dalam melihat fenomena tersebut, metode pengumpulan data yang dimanfaatkan oleh penulis merujuk pada level analisis wacana yang ditawarkan oleh Sara Mills, meliputi 1) cuplikan adegan karakter dan peran Kim Ji Young; 2) cuplikan adegan fokalisasi Kim Ji Young; 3) cuplikan adegan skemata Kim Ji Young; dan 4) cuplikan adegan penggambaran glass ceiling sebagai bentuk bias gender dalam film Kim Ji Young, Born 1982. Lebih lanjut, penulis mendalami fenomena tersebut menggunakan teori feminis sosialis, kriminologi konstitutif, pendekatan kriminologi visual, dan pendekatan kriminologi naratif. Berdasarkan teori feminis sosialis dan kriminologi konstitutif, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat pembatas yang dibuat secara nyata dalam lingkungan sosial. Secara khusus, dalam tulisan ini feminis sosialis berfungsi untuk melihat adanya sistem patriarki dan kapitalis sebagai landasan terjadinya bias gender. Kondisi ini kemudian dijelaskan sebagai sebuah kejahatan karena dilandasi oleh bias gender yang pada akhirnya membatasi ruang gerak perempuan, pada akhirnya juga bisa berdampak pada kesehatan mental seorang perempuan atau dikenal sebagai postpatrum depression.

Crime has limitations in each discipline, as emphasized in this paper, namely an action that can cause physical, psychological, and even material harm. When the media has taken a role, a pattern is formed that can represent a crime, both factually and victimization. As part of the foundation of an individual's thinking about the nature of the crime, especially victimization. Based on this, this paper explicitly highlights film as a vehicle for conveying meaning through audio and visuals regarding a phenomenon known as glass ceilings. Kim Ji-Young, Born in 1982, is one of the films that try to show the existence of gender bias in the private sphere and the world of work. To make it easier for the writer to see this phenomenon, the data collection method used by the writer refers to the level of discourse analysis offered by Sara Mills, including: 1) footage of Kim Ji Young's character and role; 2) footage of Kim Ji Young's vocalization scene; 3) stills of Kim Ji Young's schemata scene; and 4) Footage of the glass ceiling depiction as a form of gender bias in the film Kim Ji Young, Born 1982. Furthermore, the author explores this phenomenon using socialist feminist theory, constitutive criminology, visual criminology, and narrative criminology approaches. Based on socialist feminist theory and constitutive criminology, the writer can conclude that there are barriers that are actually made in the social environment. Specifically, in this paper, socialist feminists function to see the patriarchal and capitalist systems as the foundation for gender bias. This condition is then explained as a crime because it is based on gender bias which ultimately limits women's space for movement. In the end, it can also impact a woman's mental health, known as postpartum depression."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Setiawati
"Tujuan: menilai prevalensi katarak terinduksi radiasi, serta menghubungkannya
dengan dosis paparan radiasi dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi.
Metode: Studi potong lintang dan studi kasus-kontrol. Seratus delapan puluh subyek
berpartisipasi dalam penelitian. Prevalensi katarak terinduksi radiasi dinilai
menggunakan analisis Scheimpflug pada alat Pentacam®-Oculus. Dosis paparan
radiasi kumulatif dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi pada subyek
diidentifikasi melalui kuesioner dan personal dosimeter.
Hasil: Prevalensi katarak terinduksi radiasi sebanyak 16.7%. Median dosis radiasi
kumulatif berdasarkan kuesioner menunjukkan median 0,8 (0.1- 35.6) Gy. Hubungan
korelasi positif didapatkan antara dosis radiasi kumulatif dengan densitas lensa (R
Spearman= 0.64). Sebanyak 83.9% subyek menggunakan tabir pada 71-100% masa
kerjanya, tetapi mayoritas subyek penelitian (40.6%), tidak menggunakan kacamata
pelindung. Peningkatan risiko katarak terinduksi radiasi meningkat secara bermakna
seiring dengan kepatuhan penggunaan proteksi radiasi yang kurang. Subyek dengan
proteksi tabir radiasi 31-50% dari masa kerjanya meningkatkan risiko katarak 10.80
kali lipat (IK 95% 1.05-111.49, p=0.044). Sementara itu, kelompok proteksi tabir
radiasi 51-70% meningkatkan risiko katarak 8.64 kali lipat (p=0.001). Subyek yang
tidak memakai kacamata pelindung memiliki OR 164.3 (IK 95% 19.81-1363)
dibandingkan dengan kelompok pengguna kacamata pelindung.
Kesimpulan: Katarak terinduksi radiasi pada pekerja radiasi bidang kardiologi
intervensi tergantung pada dosis paparan radiasi dan penggunaan proteksi radiasi.
Oleh karena itu, kepatuhan pekerja radiasi perlu ditingkatkan sesuai ketentuan
proteksi radiasi.

Objectives: to determine the prevalence of radiation-induced cataract and correlate
with radiation exposure dose and radiation protection use among radiation workers of
interventional cardiology.
Methods: A cross-sectional and retrospective case-control study. One hundred and
eighty subjects were included. Prevalence of radiation-induced cataract was assessed
using Scheimpflug analysis on the Pentacam®-Oculus. Individual cumulative
radiation exposure dose and radiation protection use of subjects were identified from
questionnaire and personal dosimeter.
Results: The prevalence of radiation-induced cataract was 16.7%. Median cumulative
radiation dose was 0.8 (0.1-35.6) Gy. A positive correlation was found between
cumulative radiation dose and lens density (RSpearman=0.64). This study showed that
83.9% of subjects used ceiling-suspended shield in 71-100% of their working period,
however the majority of subjects (40.6%) did not wear protective eyewear.
Statistically significant increasing risk of cataract was found along with unresponsive
use of radiation protection. The subjects using ceiling-suspended shield in 31-50% of
their working period were increasing their cataract risk by 10.80 times (95% CI 1.05-
111.49, p=0.044). Meanwhile, the subjects using protective eyewear in 51-70% of
their working period were increasing their cataract risk by 8.64 times (p=0.001).
Subjects who did not wear protective eyewear had an OR 164.3 (95% CI 19.81-1363)
compared to those who wore protective eyewear.
Conclusion: Radiation-induced cataract among radiation workers of interventional
cardiology was depend on radiation exposure dose and radiation protection.
Therefore, the compliance of radiation safety recommendation should be improved."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library