Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Gianawati
Abstrak :
Choledocoltthiasis may cause acute cholangitis which is life-threatening condition. It has non specific clinical signs from mild to severe condition such as septicemia. Diagnostic and treatment modalities had developed a great deal recently. Therapeutic options include endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP), common bile duct exploration (CEDE), laparoscopic CBDE and stone retrieval. The important thing is to choose the appropriate method for each patient. We reported a case of choledocolithiasis in 40 years old, male patients who was clinically diagnosed as acute cholangitis. Diagnostic approach to find the etiology was done. Abdominal USG and CT were performed and showed multiple stones in gallbladder and intrahepatic biliary duct, suspected mass at capul of the pancreas and hepatomegaly. The ERCP showed dilatation of intra and extra hepatic biliary ducts with multiple stone in common bile duct (CBD), hepatic duct and gallbladder. The slent was placed for biliary drainage. The patient underwent cholecystectomy per laparoscopy, but further evaluation of the cholangiography still showed the presence of stones in intrahepatic biliary duct. Laparotomy exploration of CBD was done and it revealed multiple stones and dilatation of distal CBD. Surgical treatment selected for this case was chole docojej unostomy.
2004
IJGH-5-2-August2004-71
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pusat perbelanjaan merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat kota yang mengalami pertumbuhan sangat pesat sejak tahun 1980- an hingga saat ini. Pertumbuhan pusat perbelanjaan tersebut membentuk pola persebaran yang dapat dibedakan menurut jenjang hirarki. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pertumbuhan pusat perbelanjaan di DKI Jakarta tahun 1980-2005 yang terbentuk berdasarkan hirarki pusat perbelanjaan dan jarak pusat perbelanjaan dari CBD serta karakteristik penggunaan tanah di lokasi sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik deskriptif dengan mengklasifikasikan pusat perbelanjaan menurut hirarki kemudian mengamati pertumbuhannya dalam kurun waktu tahun 1980-2005 yang dibagi menjadi tiga periode tahun. Pola pertumbuhan pusat perbelanjaan dilihat berdasarkan jarak dari CBD dan karakteristik penggunaan tanah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan pusat perbelanjaan selama kurun waktu 1980-2005 akan didominasi oleh hirarki tinggi pada lokasi yang terletak di CBD dan karakteristik penggunaan tanah perdagangan dan jasa di sekitar lokasi pusat perbelanjaan. Kata kunci : pusat perbelanjaan, hirarki, ritel, CBD. x + 86 hal. ; 8 peta ; 18 Tabel ; 13 Gambar ; 18 Foto Bibliografi 26 (1986-2006) iii
Universitas Indonesia, 2007
S34020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah F. Syaukat
Abstrak :
ABSTRAK
Ciri-ciri suatu kota dengan pelayanan skala internasional adalah adanya kawasan penggunaan lahan untuk komersial, seperti perdagangan, industri, jasa, dsb yang umumnya menempati gedung-gedung perkantoran yang terpusat di pusat kota atau yang dikenal sebagai CBD (central business district). Namun Bruce Katz (2002) mengungkapkan hal-hal yang rnenjadi trend wilayah metropolitan saat ini diantaranya adalah sebaran gedung perkantoran yang meluas ke pinggiran kota (office sprawl).

Suatu metropolitan umumnya mengendalikan perkembangan struktur kotanya dengan rencana kota, namun dalam perkembangannya di lapangan para pengembang dan pengusaha memiliki perhitungan bisnis dalam menentukan lokasi gedung perkantoran, perhitungan ini belum tentu sesuai dengan rencana kota yang ditetapkan Sehingga tidak mengherankan jika terjadi perluasan lokasi gedung perkantoran terjadi ke luar wilayah yang sudah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan melihat persebaran gedung perkantoran yang terjadi di CBD dan perluasannya di Jakarta, kemudian membuktikan aplikasi teori lokasi dalam pemilihan lokasi gedung perkantoran yang berimplikasi pada sebaran yang terjadi. Berdasarkan proses tersebut, kemudian penelitian akan mengidentifikasi karakter wilayah sebaran dan perluasannya. Dalam proses mencapai tujuan penelitian, penelitian ini juga melakukan analisa kesesuaian fakta persebaran tersebut dengan rencana kota.

Berdasarkan tahapan di atas didapatkan, bahwa persebaran gedung perkantoran yang terjadi di Jakarta awalnya terpusat di pusat kota namun saat ini sudah mulai tersebar di berbagai penjuru kota atau telah terjadi gejala office sprawl. Perluaan persebaran ini terjadi pada wilayah dengan karakter aksesibilitas jaringan jalan yang baik dan memadai, disamping nilai lahan yang rnurah di wilayah luar pusat kota. Berdasarkan pembuktian teori Thunen didapatkan bahwa, pada periode sebelum 1985 penerapan teori lokasi Thunen terjadi dalam pemilihan lokasi gedung perkantoran, namun setelah tahun 1985 mulai memudar. Sesuai dengan pengolahan data dan informasi primer didapatkan bahwa perluasan yang terjadi sebagai implikasi pemudaran teori Thunen dalam penempatan lokasi gedung perkantoran telah menciptakan fenomena substitusi kawasan bisnis CBD ke wilayah lain.
ABSTRAK
The character of a city with international services is the availability of district for business activities such as trading, industry, services, etcetera, which generally present in office buildings at the center of the city as known as CBD (Central Business District). However, according to Bruce Katz (2002) there is a trend recently in a metropolitan city that office buildings is extending to the border ofthe city (office sprawl).

A metropolitan city generally controls the development of its city structure by a plan structure, which is yet on its way in reality the developer and entrepreneur have their own business consideration in making decision of buildings location. The consideration sometimes does not go along with the plan structure. Hence, it is not wondering that the extending of location of office buildings is happened on the consequence that it could ruins the plan structure.

The aim of this research is to find the spatial distribution map of office buildings at CBD and its extending in Jakarta. Also to prove the application of location theory in choosing the location of office buildings that implies the distribution Based on this process, the research will identities the character of distribution area and its extending. In the process to achieve the goal, the research will also analyze the conformity of the fact of distribution and plan structure of the city.

Based on the stages mentioned above, that the spatial distribution of office buildings in Jakarta previously was in the center of city, recently yet has been moving around the city which known as oflice sprawl. The extending which occurred in the district has easier and better accessibility, besides the lower price of the land. Application of Thunen?s theory before 1985 has influenced the process of deciding the location of office buildings. However, after 1985 the theory is not used anymore or fade away. Based on the analyzed data and collected information we can assume that the extending and the application of Thunen?s theory in deciding the location of office buildings has created the substitution phenomena of CBD business area to another district as an alternative location to extend the business activities.
2007
T17962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Wulandari
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pemanfaatan sumberdaya hayati Indonesia oleh pihak asing dimana ada beberapa tanaman tradisional Indonesia yang dipatenkan oleh negara maju tanpa memberikan kompensasi kepada Indonesia. Negara maju menggunakan pengetahuan tradisional yang terkait dengan temulawak, brotowali, gambir, pasak bumi dan kunyit sehingga menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi seperti obat-obatan, kosmetik, dan pangan. Hal ini tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena bahan dasar produk-produk tersebut berasal dari Indonesia. Produk yang telah dipatenkan pun memiliki hak eksklusif/monopoli sehingga jika Indonesia membuat, menggunakan, atau menjual hal yang sama maka Indonesia harus membayar royalti kepada pemegang hak paten. Padahal apa yang telah dipatenkan oleh pihak asing tersebut disinyalir merupakan pengembangan dari pengetahuan tradisional masyarakat Indonesia yang sudah bertahun-tahun menggunakan tanaman obat tersebut untuk berbagai macam manfaat terutama obat-obatan. Sesuai dengan konvensi keanekaragaman hayati seharusnya Indonesia mendapatkan pembagian keuntungan yang adil dari hasil pemanfaatan bahan hayati tersebut. Dengan menggunakan teori strukturalis, penelitian ini melihat bagaimana hak paten merupakan alat dari para kapitalis di negara maju untuk tetap mempertahankan kekuasaannya terhadap negara berkembang (Indonesia) dan justifikasi atas eksploitasi sumberdaya hayati milik Indonesia. Struktur sistem internasional yang ada menyebabkan tidak terjadinya benefit sharing atas pemanfaatan dan komersialisasi sumberdaya hayati Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemanfaatan dan komersialisasi sumberdaya hayati Indonesia oleh pihak asing tanpa disertai benefit sharing disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kepentingan negara maju dalam TRIPs, adanya ketidaksinkronan TRIPs dan CBD, serta permasalahan internal di dalam negeri Indonesia sendiri. ......This thesis discusses the use of Indonesia's biological resources by foreign parties, where there are several traditional Indonesian plants are patented by develop countries without giving compensation to Indonesia. Developed countries using traditional knowledge related to ginger, brotowali, gambier, pasak bumi and turmeric to produce high value products such as pharmaceutivals, cosmetics, and food. It is not beneficial for Indonesia, because the basic ingredients of such products from Indonesia. The products have been patented also has exclusive rights/monopoly so that if Indonesia is making, using, or selling the same thing then Indonesia has to pay royalties to patent holders. Whereas what has been patented by a foreign party is alleged is a development of traditional knowledge of Indonesian people who have been using herbs for years for a variety of benefits, especially medication. In accordance with the convention of biodiversity, Indonesia should get a fair sharing of benefits from the utilization of these biological materials. With the use of structuralism theory, the study looks at how a patent is a tool of the capitalists in developed countries to retain power over developing countries (Indonesia) and the justification of the exploitation of Indonesia's biological resources. The structure of the existing international system led to the absence of benefit sharing of biological resources, utilization and commercialization of Indonesia. The results prove that the utilization and commercialization of Indonesia's biological resources by a foreign party without benefit sharing is caused by several factors, including the interests of developed countries in TRIPS, inappropriate of the TRIPS and CBD, and as well as internal problems within Indonesia itself.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28888
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak luput dari permasalahan kependudukan. Jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang tinggi, persebaran dan kepadatan penduduk tidak seimbang dan struktur umur yang kurang menguntungkan berdampak langsung pada tingkat kualitas penduduk. Berbagai program pembangunan telah, sedang, dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut, antara lain melalui program keluarga berencana (KB).Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana perbedaan akseptor keluarga berencana di daerah yang dekat dengan pusat kegiatan utama/ central bussiness district(CBD) yaitu di Kecamatan Cakung dengan daerah yang letaknya jauh dari pusat kegiatan utama/CBD dan kaitannya dengan aksesibilitas, jumlah tempat pelayanan keluarga berencana, jumlah petugas penyuluh keluarga berencana, tingkat pendidikan dan persentase wanita pasangan usia subur (PUS) yang bekerja. Metodologi yang digunakan adalah korelasi peta dan analisis statistik dengan metode korelasi chi square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan dengan persentase akseptor KB aktif terhadap Pasangan Usia Suburnya yang terbesar di daerah dekat CBD seperti Kecamatan Cakung adalah daerah dengan karakteristik aksesibilitas dengan tingkat rendah. Dalam hal pelayanan KB memiliki jumlah tempat pelayanan KB sedikit dan jumlah petugas penyuluh KB sedang. Sedangkan kondisi sosial masayarakatnya memiliki tingkat pendidikan kepala keluarga sedang dan persentase wanita PUS yang bekerja tinggi. Di Kecamatan Cipayung yang lokasinya jauh dari CBD, kelurahan dengan persentase akseptor KB aktif terhadap Pasangan Usia Suburnya yang terbesar adalah daerah dengan karakteristik aksesibilitas rendah. Dalam hal pelayanan KB, memiliki jumlah tempat pelayanan dan petugas penyuluh KB sedikit. Kondisi sosial masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan kepala keluarga rendah dan persentase wanita PUS yang bekerja tinggi.Berdasarkan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang diajukan di Kecamatan Cakung, yang berhubungan secara signifikan adalah faktor persentase wanita PUS yang bekerja dengan p<0,1 pada taraf signifikansi 10 %.
Universitas Indonesia, 2006
S33936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gulardi Nurbintoro
Abstrak :
The drafters of the 1982 UN Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) have left behind a lacunae in terms of the regulations concerning Biodiversity in the Areas Beyond National Jurisdiction (BBNJ). As living organisms are found in the deep seabed in areas beyond national jurisdiction, as well as the utilization of marine genetic resources beyond national jurisdiction for commercial purposes, States are currently deliberating on the proper regime in dealing with the management and exploitation of the biodiversity. Some States argue that Part XI UNCLOS applies hence BBNJ is also part of the Common Heritage of Mankind. On the other hand, some States believe that Part VII UNCLOS applies which will allow individual States to exploit the resources in accordance with the principle of the freedom of the high seas. Since 2004, the UN General Assembly has established a Working Group to discuss the issue. Indonesia as a Party to UNCLOS which in general advocates the importance of the rule of law in the oceans has the interest that the discussion in the UN will allow developing countries, including Indonesia, to enjoy the result of the exploration and exploitation of non-mineral resources at the bottom of the ocean.

University of Indonesia, Faculty of Law, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Satwika Riaresmana
Abstrak :
Terdapat banyak alasan dalam penentuan sebuah lokasi, seperti pertimbangan biaya, jarak, waktu tempuh, aksesibilitas, kontak tatap muka, dan citra perusahaan. Aktifitas membutuhkan lokasi yang mudah dijangkau untuk keberhasilan ekonominya dan demi efisiensi fungsional maka cenderung tertarik menuju CBD. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi, maka penentuan lokasi bersifat semakin footloose, yaitu tidak harus terpaku pada suatu tempat. Aktifitas yang berbeda memiliki permintaan akan aksesibilitas yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persebaran lokasi studio radio FM berdasarkan karakteristik daerah di DKI Jakarta, serta melihat apakah dalam pemilihan lokasi studio, pihak radio menyesuaikan antara segmentasi target pendengarnya dengan karakteristik daerah.Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif. Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya penelitian ini termasuk penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 39 radio yang tersebar pada 30 titik lokasi studio. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling (sampel acak berstrata). Analisa yang dilakukan merupakan analisa deskriptif, yaitu mendeskripsikan pada daerah dengan karakteristik tertentu yaitu CBD dan NON CBD terdapat radio dengan ciri segmentasi target pendengar seperti apa serta alasan pemilihan lokasi studionya. Analisa ini dilakukan dengan teknik korelasi peta antara informasi yang terdapat pada peta karakteristik daerah dengan peta persebaran lokasi studio radio berdasarkan segmentasi target pendengarnya. Diperoleh kesimpulan bahwa pada CBD yang memiliki karakteristik daerah yaitu terdapat bangunan perkantoran dan pusat perbelanjaan (mall atau plaza), sebagian besar radio memiliki target pendengar SES A. Pada daerah permukiman, terdapat perbandingan yang seimbang antara radio dengan target pendengar SES A dan NON A. Tidak semua radio dalam memilih lokasi studio menyesuaikan antara karakteristik daerah dengan segmentasi target pendengarnya. Selain faktor citra lokasi, terdapat alasan lain yaitu memudahkan pola kontak dengan pengiklan dan pendengar, efisiensi biaya operasional, mempermudah koordinasi bisnis dan teknis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S34044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Wilayah pesisir dengan topografi yang relatif datar merupakan tempat yang menarik untuk dijadikan permukiman. Pada perkembangan selanjutnya wilayah ini memiliki laju pemanfaatan lahan yang cukup pesat salah satunya adalah permukiman. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk sekaligus terjadinya peningkatan akan kebutuhan permukiman. Pesisir Kota Bau-Bau merupakan pusat dari berbagai aktivitas penduduk diantaranya yang paling menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa. Terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan tersebut termasuk permukiman yang berada di pusat kota di kawasan pesisir menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman. Penilaian kualitas permukiman dalam penelitian ini meliputi variabel jenis bangunan, adanya genangan banjir, kepadatan bangunan, tingkat pelayanan listrik, air bersih, ketersediaan TPS dan tingkat kepemilikan IMB, serta menghubungkan persebaran kualitas permukiman tersebut dengan jarak ke CBD, wilayah ketinggian, dan jarak dari garis pantai. Dari hasil penelitian, permukiman dengan kualitas baik berada di Kelurahan Batulo, Bone-Bone, Bukit Wolio Indah, Kadolomoko, Lipu, Wangkanapi dan Tarafu. Permukiman dengan kualitas sedang berada di Kelurahan Bataraguru, Kadolokatapi, Kaisabu Baru, Lamangga, Lanto, Ngangana Umala, Wajo, Wale dan Wameo. Sedangkan permukiman dengan kualitas buruk berada di Kelurahan Baadia, Kaobula, Katobengke, Melai, Tanganapada, dan Tomba. Hubungan antara jarak ke CBD, ketinggian dari permukaan laut, dan jarak dari garis pantai terhadap persebaran kualitas permukiman tersebut adalah semakin jauh jarak permukiman ke CBD, semakin tinggi letak permukiman dan semakin jauh jarak permukiman dari garis pantai maka permukiman tersebut cenderung menunjukkan kualitas permukiman yang buruk. Kata kunci : wilayah pesisir Kota Bau-Bau, kualitas permukiman, jarak ke CBD, wilayah ketinggian, jarak dari garis pantai. ix+82 hlm.; 16 tabel; 9 gambar; 7 lamp; 14 peta Bibliografi : 42 (1977-2006)
Universitas Indonesia, 2007
S33932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kota Semarang yang berjarak sekitar 417 kilometer dari Jakarta dan 250 kilometer dari Surabaya adalah sebuah kota bersejarah yang memiliki fungsi sebagai kota pelabuhan, kota industri, kota perdagangan, kota budaya serta kota pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang letak Kawasan Pusaka (Heritage District) Kota Semarang, Central Business District (CBD) Kota Semarang dan Tourist Business District (TBD) Kota Semarang sehingga dapat dibuat sebuah Model Spasial Tourist Business District (TBD) Kota Semarang. Dengan mengadaptasi Model Perkembangan Kota Bersejarah Ashworth dan Turnbridge (1990), dapat disimpulkan bahwa Model Spasial Tourist Business District (TBD) Kota Semarang telah memasuki tahapan kelima dari perkembangan Kota Bersejarah, yang ditandai dengan meluasnya Central Business District (CBD) dan Tourist Business District (TBD) ke berbagai arah.
Universitas Indonesia, 2007
S34090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Paramitha
Abstrak :
Dalam memprosese sebuah Urban Space, indera penglihatan kita mempunyai peran yang penting. Indera ini merupakan indera yang akan menangkap informasi visual dari objek yang membentuk sebuah pengalaman visual. Pengalaman visual yang tercipta merupakan interelasi dari informasi yang diberikan oleh objek visual, darimana dan bagaimana sebuah objek dialami dan persepsi manusia. Sudut pandang yang terbentuk dari bagaimana sebuah objek dialami akan penting, karena sebuah objek dapat menciptakan pengalaman visual yang berbeda pada saat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan pengalaman visual berdasarkan 3 sudut pandang di koridor Sudirman - Thamrin, yaitu sudut pandang pedestrian, sudut pandang pengguna kendaraan bermotor dan sudut pandang pengguna Car Free Day. ...... In processing an urban space, the role of the sense of sight is important. This will be the sense that captures visual information provided by objects to form a visual experience. The visual experience created will be an interrelation of information provided by the objects, where and how the objects are being experience, and human perception. The viewpoint formed by how the objects are being experience becomes important because the same object can create a different visual experience seen from a different viewpoint. Here I will describe about the differences in visual experience by the 3 viewpoints in Sudirman - Thamrin corridor, which is the pedestrian viewpoint, vehicle user viewpoint and Car Free Day user viewpoint.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library