Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simangunsong, Roy Arnold Sabam David
"Industri perbankan Indonesia pada awalnya mengalami perkembangan sangat pesat diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang dikenal dengan pakto 88. Pertumbuhan yang sangat pesat tersebut ternyata tidak disertai dengan pengawasan yang ketat sehingga pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia banyak bank yang ditutup dan direkapitalisasi. Akibat jumlah bank yang ada semakin kecil, produk yang hampir sejenis serta insentif bunga tidak lagi menarik menyebabkan bank harus melakukan diferensiasi dalam bersaing. Salah satu diferensiasi yang dilakukan bank adalah mengembangkan internet sebagai altematif saluran distribusi jasa keuangan. BII yang merupakan bank yang melayani pasar retail termasuk salah satu pionir dalam menawarkan layanan internet banking. Tujuan dari penulisan karya akhir ini adalah untuk menganalisa strategi pemasaran BII untuk internet banking, kesiapan dalam mendukung layanan tersebut dan juga seberapa jauh BII telah mengoptimalkan layanan internet banking . Melalui analisa lingkungan didapatkan bahwa kesempatan untuk internet banking BII masih cukup baik. Hal tersebut terlihat seperti keinginan pemerintah mendukung PKM (Pengusaha Kecil-Menengah)melakukan perdagangan elektronis( e-commerce ), infrastruktur teknologi informasi serta pertumbuhan pengguna internet. Namun dibalik kesempatan tersebut juga terdapat ancaman yang harus diwaspadai seperti pengecilan bandwith, biaya yang harus ditanggung konsumen, budaya komunitas virtual Indonesia serta khusus untuk perbankan adalah mengenai regulasi rasio kecukupan modal. Dari analisa internal juga didapatkan bahwa masih terdapat kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki dengan segera agar internet banking dapat berjalan lebih baik. Dari analisa industri didapatkan bahwa persaingan di industri perbankan cukup ketat sehingga diperlukan suatu strategi diferensiasi yang terfokus kepada konsumen ataupun melalui kapabilitas perusahaan agar tidak mudah ditiru oleh kompetitor. Akibat tidak tersegmennya konsumen internet banking BII menyebabkan kegiatan pemasaran mereka tidak terlalu terfokus. Hal tersebut juga menyebabkan mereka sulit untuk melakukan pengembangan produk ataupun layanan yang ditujukan khusus untuk konsumen internet banking. BII juga terlihat belum mengoptimalkan kegunaan daii internet untuk memasarkan produk ataupun layanan tersebut sehingga terkesan tidak serius. Personalisasi layanan yang seharusnya mereka lakukan agar internet banking tersebut menjadi lebih sukses tidak terjadi akibat tidak mempergunakan CIF secara otpimal atau karena tidak melakukan riset. Agar kegiatan pemasaran yang mereka lakukan lebih optimal dan efektif sebaiknya BII melakukan segmentasi terhadap konsumennya. Dengan melakukan segmentasi tersebut mereka dapat merancang produk dan layanan yang lebih kompetitif dan juga mereka akan lebih dapat melakukan personalisasi layanan internet banking yang mereka tawarkan. BII juga sebaiknya lebih mengoptimalkan kegiatan pemasaran melalui internet baik itu melalui banner, sulur-sulur situs dan juga membangun komunitas virtual sehingga selain untuk meningkatkan loyalitas konsumen juga dapat mengedukasi konsumen. Melalui edukasi pasar maka time to acceptace konsumen mengenai internet banking dapat dipercepat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Chandra
"ABSTRACT
Makin tajamnya persaingan antra bank dengan Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan antar bank satu sama lain
dewasa ini menuntut kemampuan para manajer masing-masing bank bertindak secara profesional dan rasional agar
pertumbuhan dan pangsa pasar yang telah dimiliki
sekurang?kurangnya. dapat dipertaharkan, dan jika mungkin
ditingkatkan.
Dengan dikluarkannya paket deregulasi Oktober
1988 (PAKTO 1988) persaingan menjadi lebih taiam karena
masing?masing bank berupaya mempertahankan kelangsungan
hidupnya sebagai akibat munculnya bank-bank baru dan bank
campuran. Dalam karya akhir ini, kami mencoba untuk
menganalisa perkembangan industri perbankan dalam kaitannya
dengan PAKDES 1987 dan PAKTO 1938, ditinjau dari
beberapa aspek yaitu, lingkungan makro, daya saing dalam
industri, kondis pasar, keadaan keuangan dan potensi
manajemefl puncak dari bank yang go-pubic.
Lingkungan makro yang meliputi faktor ekonomi,
teknologi dan politik dan peraturan pemerintah merupakan
salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan
implementasi strategi manajemen dan pencapaian tujuan
perusahaan.
Aspek lingkLangan makro yang berpengaruh terhadap
industri perbankan adalah deregulasi Oktober 1988, karena
memberi peluag bagi bank yang telah ada untuk membuka
cabang dan cabang pembantu, serta dipermudahnya pemberian
pemberian izin pembukaan bank baru dan bank campuran.
Kesempatan tersebut merupakan momentum yang terbaik bagi
kelompok persahaan besar (akhir?akhir ini disebut konglomerat) untuk berlomba membuka bank-bank baru dan atau bank campuran.
Daya saing dalam industri perbankan tidak lepas dari
dampak PAKDES 1987, dimana ancaman pendatang baru berupa
pembukaan bank baru dan bank campuran oleh perusahaan
konglomerat, disamping ancaman dari luar industri perbankan
berupa produk substitusi dan LKBB dan pasar modal.
Kekuatan negosiasi pembeli jasa dapat dilihat dari
aspek kemampuan bank dalam memberikan kredit terutama
tingginya tinçgkat suku bunga pinjaman bank bila dibanding
sumber lain sehingga pembeli jasa berusaha mencari alternatif
pembiayaan substitusi melalui pasar modal yang sekarang ini
sangat gencar digalakkan oleh BAPEPAM, disamping sumber
pembiayaan lain dari LKBB.
Kekuatan negosiasi pemilik dana dapat dilihat dari
aspek kemampuan industri perbankan untuk menghimpun
dana dan masyarakat, antara lain melalui tabungan tahapan,
tabungan kesra, tabungan deposito, giro dan lain sebagainya.
Karena meninkatnya jumlah bank, persaingan dalam
memperebutkan dan. masyarakat yana terbata soemakin han
semakin tajam.
Walaupun telah lahjr bank-bank baru dan bank campuran
sebagai akibat dari PAKTO 1988, industri perbankan secara
keseluruhan tetap cerah karena pertumbuhan ekonomi nasional
yang baik pada tahun 1989 sebesar 6,4 % (Sumber laporan Bank
Dunia).
Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada
kemampuan manjemennya, apakah dapat bertindak secara
profesional, fleksibel dan cepat dalam pengambilan keputusan
sesuai dengan perubahan lingkungan usaha yang semakin cepat.
Dengan kata lain. potensi manajemen terutama manajemen puncak
yang menentukan tujuan dan strategi sangat menentukan
keberhasilan perusahaan, dimana ini juga berlaku
pada industri perbankan.
Sebagai alah satu alterratif sumber pembiayaan,
beberapa bank telah melakukan penawaran saham kepada publik
melalui pasar modal guna mendapatkan dana murah dan jumlah
relatif besar. Dalam kaitan ini, kami memilih pokak bahasan
?penentuan harga saham perdana pada BII dan Bank Niaga?
dengan mengacu pada proyeksi laporara keuangari dan prospektus
bank-bank tersebut, wawancara dengan pejabat-pejabat bank
yang berwenang serta publikasi dari Bank Indonesia dan
BAPEPAM, dan teori yang berkaitan.
Dalam perentuan harga saham perdana terdapat beberapa
pendekatan yaitu pendekatan arus deviden, pendekatan
earning, pendekatan nilai aktiva bersih, pendekatan arus
kas, pendekatan dengan analisa teknis, serta aspek penawaran
untuk mendapat izin go-public, bank harus tergolong
sehat sesuai dngan kriteria Bank Indonesia, sehingga setelah
bank tersebut. Go-public, pemodal diharapkan dapat memperoleh
hasil yang memadai dan pembelian saham bank yang
bersangkutan.
Penentua Price Earning Ratio (P/E ratio) dalam
praktek adalah berdasarkan kesepakatan antara emiten
dengan underwriter, dan ratio dari perusahaan sejenis, tetapi
keputusan akhir harga saham perdana dipengaruhi juga oleh
animo dan daya beli investor, serta jumlah saham yang
ditawarkan paca saat penawaran umum. Penentuan harga saham
perdana dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut
diharapkan harga kurs saham dìpasar Sekunder tidak iatuh
dibawah harga Perdana walaupun tidak ada Jaminan bahwa harga
kurs tidak akan turun karena terdapat gejala IHS baik di BEJ
maupun BES terjadi penurunan dan kemunduran volume transaksi
perdagangan saham di pasar sekunder sekitar Oktober 1909
sampai dengan Januari 1990. Hal tersebut dìsebabkan karena
masyarakat pemodal sudah kritis dan tidak bersifat latah
dalam membeli saham, investor asing lebih selektif dalam
melakukan pembelian saham di Pasar Modal Indonesia.
Berdasarkan penelitian dan anaisa ini, kami menarik
kesimpulan bahwaa penentuan harga saham perdana atas kedua
bank tersebut, menggunakan pendekatan earning, dan nenilai
harga saham perdana kedua bank tersebut terlalu tinggi pada
saat dilakukan penawaran umum.
Dari hasil studi ini, kami memberi saran kepada emiten
dan underwriter dalam memilih alternatif penentuan harga
saham berdasarkan prospek dan perkembanqan usaha emiten,
keadaan keuangan, reputasi manajemen dan citra perusahaan
tersebut dengan memperhatikan faktor eksternal lain yang
berpengaruh, antara lain jumlah supply saham baru, sikap
investor atas perkembangan pasar modal di Indonesia, dan
peraturan yang relevan di pasar modal antara lain investor
asing tidak diizinkan membeli saham perbankan. Dengan
penentuan harga saham dengan cara tersebut lebih menekankan
kepentingan jangka panjang emiten dan pemodal, sehingga
perkembangan pasar modal yang berkesinambungan dapat
terwujud.
Sebagai investor yang bijaksana harus selalu
mempertimbangkan besarnya resiko yang bersedia dítanggung
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan dalam pemilihan
saham yang ditawarkan, sehingga keputusan investasinya benar-
benar atas dasar pertimbangan rasional-obyektif, dengan
demikian diharapkan dapat memperoleh hasil investasi yang
diinginkan. Akhirnya kami menghimbau calon investor untuk
menganalisa secara seksama prospektus perusahaan yang go-
public, informasi lain yang berkaitan dengan bidang kegiatan
industri yang bersangkutan, dan indikator ekonomi. makro dan
kebijaksanaan pemerintah yang dapat mempengaruhi usaha calon
emiten, serta peraturan dibidang pasar modal sebelum mereka
memutuskan membeli saham.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imansyah
"Investasi pada Teknologi Informasi (TI) terus meningkat, begitu pula dengan kepercayaan pada sebagian besar perusahaan pada infrastruktur teknologi dan fungsi dari teknologi informasi. Investasi untuk menggunakan teknologi informasi dalam mendukung proses bisnis terus dilakukan. Para top eksekutif semakin meningkatkan fokus pada isu terdapatnya nilai bisnis pada investasi TI yang telah mereka lakukan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan bagaimana pengelolaan TI (IT Governance) untuk memaksimalkan nilai bisnis pada perusahaan Bii Finance Center. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan dan melakukan wawancara kepada IT leader di perusahaan. Setelah melakukan analisa bagaimana pengelolaan TI di perusahaan tersebut, penelitian ini memberikan saran perbaikan terhadap pengelolaan TI tersebut. Saran diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada pada perusahaan sehingga meningkatkan nilai TI terhadap bisnis secara lebih optimal. Penelitian ini dimulai dengan memetakan kondisi perusahaan dengan teori kelompok struktur, proses dan mekanisme relasional dari teori Van Grembergen, De Haes dan Guldentops, 2004. Setelah dipetakan, kondisi tersebut dianalisa permasalahannya dengan membandingkannya dengan teori best practices pengelolaan TI. Pada Bii Finance, terdapat permasalahan yang banyak bersifat kultural daripada struktural. Secara teoritis, Bii Finance sudah mengelola TI-nya dengan baik dimana hal tersebut tercermin dengan jelasnya pembagian peran dan tanggung jawab pada bagian struktur perusahaan. Namun proses dalam melaksanakan pengelolaan TI masih dilakukan secara ad-hoc serta pengkomunikasiannya ke seluruh bagian perusahaan belum maksimal. Dari penelitian ini didapat 13 permasalahan pada kondisi pengelolaan perusahaan tersebut. Dari permasalahan yang ada, penelitian ini mengajukan saran perbaikan pengelolaan TI melalui proses-proses yang ada pada COBIT 4.1. Sebanyak 16 proses diajukan menjadi saran agar pengelolaan TI di Bii Finance dapat lebih meningkatkan nilai bisnis pada perusahaan.

Information technology investment is growing significantly and so is the reliance for enterprise to infrastructure technology and information technology functions. People keep investing in Information Technology to support business processes. Top executives are now focusing on issues that there are business values to IT investment in their company. This descriptive research is ilustrating how IT Governance?s to maximize business value for PT. Bii Finance Center. The research?s data are observed in the field and interviewed IT leaders in the company. After doing the analysis, this research is made to give suggestions to fix the IT Governance in the company. Hopefully the suggestions can solve problems reside in the company so can maximze the IT value for business. This research is started with mapping the company?s condition into IT Governance?s area in Structure, Processes and Relational Mechanism from the theory of Van Grembergen, De Haes and Guldentops, 2004. After the mapping process, the company?s condition will be observed to look for the problems by comparing with the best practices teories. The problems in Bii Finance are more on cultural problem instead of structural. Theorytically, IT in Bii Finance is already well governed which can be found from structural perspective where Bii Finance already defines the role and responsibillity very well. But the processes to govern the IT are still ad-hoc and the communication to all stakeholders is not maximized yet. There are 13 problems defined in the Bii Finance?s IT Governance. From the problems, this research provides an IT Governance plan to solve it thorugh processes of COBIT 4.1. 16 processes are provided to solve the problems in Bii Finance so hopefully they can maximize the business value in the company."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"At the end of twentieth century there were acquisition dominated business transaction within national scale and also international scale. In the international term there is known acquisition across border. corporate acquisition is one amongst many business strategies for developing corporation within home country and abroad without necessitated to set up a new legal business entity. Acquisition becomes a faster and easier selection in getting financial return. A rampant acquisition of corporation at this moment need to be supervised closely and carefully by many parties since the trend of dominant acquisition many break Antimonopoly Law and Banking law as happening with Maybank acquisition of BII. There is indication that the acquisition of BII's shares have broken Bank Indonesia regulation concerning single presence policy on Indonesia Banking. Nevertheless until now, the growing activities of shares acquisition across border have not comprehensively been regulated yet into regulation of Limited Corporation Law, Antimonopoly Law and Indonesia Banking Law."
JUHUBIS
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Rihardika
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti reaksi investor pada peristiwa akuisisi PT Bank Internasional Indonesia Tbk oleh Malayan Banking Berhad. Metode penelitian ini menggunakan event study dengan tiga event penelitian Event pertama adalah pengumuman akuisisi, kedua pembatalan akuisisi dan keitiga pemberian kembali ijin akuisisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa event pertama mendapatkanrespon yang positif dari investor BII dan yang negatif dari Maybank, event kedua tidak mendapatkan respon yang positif dari investor BII dan respon yang negatif dari Maybank. Event kedua tidak mendapatkan respon yang signifikan dari investor BII dan mendapatkan respon yang positif dari investor Maybank dan event ketiga mendapatkan respon yang postif dari investor BII dan respon negatif dari invenstor Maybank"
2008
T25561
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library