Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggariwati
Abstrak :
ABSTRAK
Awal tahun 2019 terjadi peningkatan insiden DBD di hampir seluruh wilayah Indonesia. Data 2014-2015 menunjukkan DKI Jakarta selalu memiliki IR DBD di atas angka Nasional. Pola peningkatan IR DBD di DKI Jakarta sangat bervariasi antar Kelurahan, beberapa Kelurahan mengalami peningkatan kasus sangat tinggi sementara Kelurahan lain justru turun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan IR DBD per Kelurahan periode Januari-Mei 2019. Jenis penelitian observasional analitik dengan disain cross sectional. Hasil penelitian mendapatkan model fit multivariat memuat 3 variabel yang mempengaruhi peningkatan IR DBD per Kelurahan, yakni Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan nilai Prevalens Rasio (PR) 1,66 (95% CI= 1,14-2,41), IR DBD sebelumnya, PR 0,60 (95% CI = 0,42-0,86) dan proporsi umur 6-17 tahun PR sebesar 1,52 (95% CI= 1,06-2,16). Untuk mencegah peningkatan IR DBD tingkat Kelurahan maka ABJ perlu ditingkatkan minimal 90-95% dan dipertahankan bagi yang telah mencapai ≥ 95% melalui upaya pokok pengendalian vektor DBD yakni dengan melaksanakan kegiatan PSN 3 M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), pihak Sekolah perlu dilibatkan dalam gerakan PSN ini sebab proporsi usia Sekolah SD sd SMA yang tinggi berperan dalam peningkatan IR DBD, Dinas Kesehatan beserta jajarannya perlu memberikan feed back pelaporan DBD kepada masyarakat dan lintas sektor di tingkat Kelurahan secara rutin agar masyarakat dan aparat Kelurahan senantiasa waspada terhadap potensi peningkatan kasus DBD di wilayahnya, untuk menjaga kualitas PE DBD hendaknya senantiasa mendapat pembinaan dari Dinkes dan Sudinkes.
ABSTRACT
Beginning 2019 year the incidence of dengue was increase in almost all of regions in Indonesia. Data from 2014 to 2015 shows that DKI Jakarta always has a DHF incidence rate above the national rate. The pattern of increasing DHF IR in DKI Jakarta varies greatly among urban villages, some urban villages have experienced very high increase in cases while other urban villages have actually declined. This study aims to determine the factors associated with an increase in DHF Incidence Rate by urban village in the period January to May 2019. This research is an analytic observational type with cross sectional design. The results get a multivariate fit model containing 3 variables that affect the increase in DHF per village, namely larvae free rate (ABJ) with a Prevalence Ratio (PR) 1.66 (95% CI = 1.14-2.41), DHF Incidence Rate previously, PR was 0.60 (95% CI = 0.42-0.86) and the proportion of ages 6-17 years of PR was 1.52 (95% CI = 1.06- 2.16). To prevent an increase in DHF at the Village level, the ABJ needs to be increased by at least 90-95% and maintained for those who have reached ≥ 95% through the main efforts to control the DHF vector, namely by carrying out the activities of the PSN 3M Plus and Movement 1 House 1 Larva Monitor (G1R1J), parties Schools need to be involved in this PSN movement because a high proportion of elementary school age to senior high school plays a role in increasing DHF Incidence Rate, the Health Office and its staff need to provide DBD reporting back to the community and cross-sectoral at the urban village level regularly so that the community and village's officials are always on the lookout for the potential increase in dengue cases in their region, to maintain the quality of DHF Epidemiological Investigation should always receive guidance from the Public Health Office of DKI Jakarta Provincial.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virli Andani Harnelis
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus betina yang terinfeksi virus dengue (DENV). Selama masa pandemi COVID-19, jumlah kasus DBD di dunia internasional maupun nasional mengalami penurunan, begitupun Kota Jakarta Timur. Kendati demikian, Kota Jakarta Timur merupakan kota dengan kasus DBD tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor iklim dengan jeda waktu 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), dan 2 (time lag 2) bulan, kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Jakarta Timur pada saat sebelum dan selama masa pandemi COVID-19 tahun 2018-2021. Data dianalisis menggunakan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan analisis spasial. Secara statistik, terdapat perbedaan rata-rata incidence rate (IR) DBD dan ABJ yang signifikan antara tahun 2018-2021 (p = 0,000; p = 0,011). Selain itu uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 1 (p = 0,002; r = 0,041) dan time lag 2 (p =0,000; r = 0,651), suhu udara time lag 1 (p = 0,004; r = -0,441), dan time lag 2 (p = 0,001; r = -0,48), serta kelembaban udara non time lag (p = 0,002; r = 0,429), time lag 1 (p = 0,000; r = 0,668), dan time lag 2 (p = 0,000; r = 0,699) dengan kejadian DBD. Secara spasial maupun statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dan ABJ dengan kejadian DBD. Pemetaan tingkat kerawanan kejadian DBD pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa dari 10 kecamatan yang ada di Kota Jakarta Timur, 1 kecamatan mengalami peningkatan tingkat kerawanan menjadi sedang dan 2 kecamatan mengalami penurunan tingkat kerawanan menjadi rendah. Kecamatan Matraman tergolong pada tingkat kerawanan tinggi. Kecamatan Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, dan Ciracas tergolong pada tingkat kerawanan sedang. 5 Kecamatan lainnya tergolong pada tingkat kerawanan rendah. Adanya perbedaan rata-rata yang signifikan pada ABJ dan IR DBD, hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD, serta tingkat kerawanan yang tinggi pada beberapa wilayah, sebaiknya dijadikan pertimbangan oleh pemerintah setempat untuk meningkatkan upaya pencegahan DBD dan menyusun rencana strategis dalam pengendalian DBD. ......Dengue hemorrhagic fever (DHF) is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes infected with the dengue virus (DENV). During the COVID-19 pandemic, the number of dengue cases internationally and nationally decreased, as did the City of East Jakarta. Thus, East Jakarta City is the city with the highest dengue cases in DKI Jakarta Province. This study aims to analyze climate factors at time lag of 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), and 2 (time lag 2) months, population density, and larva free index (LFI) with the incidence of DHF in the city of Jakarta. East before and during the 2018-2021 COVID-19 pandemic. The data were analyzed using the average difference test, correlation test, and spatial analysis. Statistically, there is a significant difference in the average incidence rate (IR) of DHF and LFI between 2018-2021 (p = 0.000; p = 0.011). In addition, the correlation test showed a significant relationship between rainfall at time lag 1 (p = 0.002; r = 0.041) and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.651), air temperature at time lag 1 (p = 0.004; r = -0.441), and time lag 2 (p = 0.001; r = -0.48), as well as non-time lag air humidity (p = 0.002; r = 0.429), time lag 1 (p = 0.000; r = 0.668), and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.699) with the incidence of DHF. Spatial and statistically, there was no significant relationship between population density and LFI with the incidence of DHF. Mapping the level of vulnerability to DHF events before and during the COVID-19 pandemic, shows that of the 10 sub-districts in East Jakarta City, 1 sub-district experienced an increase in the level of vulnerability to moderate and 2 sub-districts experienced a decrease in the level of vulnerability to low. Matraman sub-districts are classified as high vulnerability. Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, and Ciracas sub-districts are classified as moderate vulnerability. The other 5 sub-districts are classified as low vulnerability. The existence of significant differences in the average ABJ and IR of DHF, the relationship between climatic factors and the incidence of DHF, as well as the high level of vulnerability in some areas, should be considered by the local government to increase efforts to prevent DHF and develop a strategic plan in controlling DHF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi Widyastuti
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berpotensi menimbulkan wabah di Indonesia. Di Provinsi DKI Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Selatan menempati peringkat kedua dalam total kasus DBD selama tahun 2007-2009 setelah Jakarta Timur. Kepadatan jumlah penduduk, jumlah tempat umum, jumlah daerah rawan banjir/genangan, dan Angka Bebas Jentik merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi penularan kasus DBD di masyarakat.Penelitian dengan desain studi ekologis ini menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan untuk melihat pemetaan tingkat kerentaan wilayah terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011. Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, jumlah daerah rawan banjir, dan Angka Bebas Jentik dengan kasus DBD (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah tempat umum dengan kasus DBD (r=-0,508; p<0,0001) di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2011. Pemetaan yang dilakukan dengan yang memperhitungkan kelima variabel memperlihatkan gambaran tingkat kerentanan wilayah Kota Jakarta Selatan terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011. ...... Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the infectious diseases which potentially cause an outbreak in Indonesia. In DKI Jakarta Province, South Jakarta city is placed as a second tops after East Jakarta in relation to DHF incidence during 2007-2009 periods. Population density, public places, flood prone areas, and larvae free index are the factors which can influence the transmission of DHF in community. This study used an ecology design based on secondary data from South Jakarta Health Office to find about the correlation between variables and developed an area mapping based on vulnerability level to DHF incidence at the districts level in South Jakarta, 2007-2011. The result shows that statistically there?s no significantly correlation between population density, flood prone area, and larvae free index with the occurrence of DHF incidence (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05), and there?s significantly correlation between public places and DHF incidence, with medium strength level and negative direction (r=-0,508; p<0,0001). The mapping which considers all five variables mentioned above shows the vulnerability level of district areas to DHF incidence in South Jakarta from 2007 to 2011.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Widyo Asmoro
Abstrak :
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Persebaran penyakit ini diduga memiliki hubungan dengan kepadatan penduduk, kondisi iklim, dan kepadatan vektor. Pada penelitian ini, digunakan studi ekologi untuk mengetahui korelasi antara faktor kepadatan penduduk, variabilitas iklim, dan indikator keberhasilan praktik pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan secara statistik antara variabel kepadatan penduduk dengan kejadian DBD (r=0.65; p=0.226) dan antara ABJ dengan kejadian DBD (r=0.64; p=0.25). Sementara itu, untuk variabel iklim terdapat korelasi yang signifikan antara kelembaban dengan kejadian DBD (r=0.31; p=0.019).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) caused by dengue virus and transmitted through the bite of Aedes aegypti. Spread of diseases is suspected of having links with the population density, climatic condition, and vector density. This study used an ecological study to determine the correlation between population density, climate varability, and indicator of success in breeding site suppression in Depok city. The result of this study indicate that there were no significant correlation between DHF incident with population density (r=0.65; p=0.226) and larvae free index (r=0.64; p=0.25) in Depok city from 2011?2015. But then, there was a significant correlation between humidity and DHF incident in Depok city in the period 2011?2015 (r=0.31; p=0.019).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Zannah
Abstrak :
Demam berdarah dengue merupakan penyakit tular vektor. Pada tahun 2021 Indonesia memiliki IR 11,48/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate sebesar 0,89%. Pada tahun 2021 Depok memiliki kasus tertinggi sebanyak 3.155 kasus (IR= 75,24/100.000 Penduduk). Pencegahan DBD dilakukan dengan dibentuknya Kordinator kader jumantik tiap RT untuk meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ). ABJ baik jika ≥ 95%. Peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dipengaruhi oleh pengetahuan dan peran koordinator kader jumantik . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan peran koordinator kader jumantik terhadap angka bebas jentik (ABJ) di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2022. Penelitian kuantitatif menggunakan data primer yaitu kuesioner yang telah dimodifikasi dari arahan Kemenkes RI dan penelitian sebelumnya. Desain penelitian cross sectional, sampel penelitian 101 responden. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan terdapat hubungan yang signifikan Peran Koordinator Kader Jumantik yaitu Pemantauan Jentik Berkala (PJB) terhadap Angka Bebas Jentik (ABJ). ......Dengue hemorrhagic fever is a vector-borne disease. In 2021 Indonesia has an IR of 11.48/100,000 population and a Case Fatality Rate of 0.89%. In 2021 Depok has the highest case of 3,155 cases (IR = 75.24/100,000 Population). Prevention of DHF is carried out by establishing a jumantik cadre coordinator for each RT to increase the larva-free rate (ABJ). ABJ is good if 95%. The increase in larva free rate (ABJ) is influenced by the knowledge and role of the jumantik cadre coordinator. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and the role of the jumantik cadre coordinator on the larva-free rate (ABJ) in Tugu Village, Cimanggis District, Depok City in 2022. This quantitative study used primary data, namely a questionnaire that had been modified from the direction of the Indonesian Ministry of Health and previous research. The research design is cross sectional, the research sample is 101 respondents. The results of the study showed that there was a significant relationship between knowledge and the larva-free rate (ABJ) and there was a significant relationship between the role of the Jumantik Cadre Coordinator, namely Periodic Lartic Monitoring (PJB) on the larva-free rate (ABJ).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ringga Fidayanto
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit berbasis vektor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan memprediksi kejadian DBD berdasarkan faktor iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta model pengendalian. Desain penelitian adalah studi ekologi time series dengan data sekunder dari dinas kesehatan kota Surabaya meliputi kejadian DBD dan angka bebas jentik (ABJ) serta data iklim curah hujan, kelembaban, suhu udara dan lama penyinaran matahari yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Badan (BMKG) stasiun perak Surabaya. Penelitian tersebut menemukan kelembaban berkorelasi dengan angka bebas jentik, tetapi ABJ tidak berkorelasi dengan jumlah kejadian DBD. Model pengendalian DBD dirediksi berdasarkan korelasi faktor iklim dan kejadian DBD, pengendalian sumber penyakit, pengendalian media transmisi dan paparan pada masyarakat. Model pengendalian DBD dapat digunakan untuk tindakan kewaspadaan dini dengan melakukan pengendalian DBD pada periode bulan Januari hingga Juni. Pada bulan tersebut, musim hujan akan berakhir, tetapi menyisakan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan peningkatan suhu udara yang meningkatkan penularan DBD.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based diseases are a public health problem in many tropical countries, including Indonesia. This study aims to predict the incidence of dengue by climatic factors (rainfall, humidity, air temperature and solar irradiation time) and Its control model. The study design was ecological time series study, using secondary data for 3 Years i.e. 2009, 2010 and 2011. The data was the incidence of dengue larva free number from Surabaya city health department as well as climate data obtained from the Meteorology and Geophysics Agency, Perak Station Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue Control Model of Dengue Hemorrhagic Fever Ringga Fidayanto* Hari Susanto** Agus Yohanan*** Ririh Yudhastuti**** Surabaya. The results showed that the humidity effect on larva-free number (ABJ), but the larvae-free number had no effect on the incidence of DHF, but the larvae-free number no significant effect on the incidence of dengue. Model predictive control of DHF is based on the correlation between climate and dengue incidence, control of diseases, control of transmission. Models can be used to control dengue early warning measures to control dengue in the month of January until June period in which the month before the rainy season ends, but leaves puddles as breeding places of Aedes aegypti as well as rising the temperature increases lead to transmission of dengue fever.
Surabaya: Astra Argo Lestari, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Rahmawati
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (DENV) yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DBD merupakan penyakit akibat infeksi dari nyamuk yang berkembang paling cepat dan menjadi ancaman kesehatan di dunia. Wilayah geografis Indonesia yang beriklim tropis merupakan wilayah hiper-endemik DBD. Kota Depok merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki tren penyakit DBD yang fluktuatif dan cenderung tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2019 dan 2021 Kota Depok termasuk peringkat 2 terbesar sebagai kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dan analisis uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara), kepadatan penduduk dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate (IR) DBD di Kota Depok pada tahun 2017-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 0, time lag 1 dan time lag 2, suhu udara time lag 1, kelembaban udara time lag 0, time lag 1 dan time lag 2 dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Incidence Rate DBD. Hubungan yang signifikan antara faktor iklim dan ABJ terhadap IR DBD, menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pengendalian DBD dengan melakukan PSN 3M Plus harus dilakukan dan ditingkatkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok maupun masyarakat. Selain itu, diperlukan kolaborasi dan kerja sama lintas sektor yaitu pihak Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG, sehingga dapat dibuat kebijakan dan perencanaan yang tepat untuk pencegahan dan penanggulangan DBD di Kota Depok pada periode sebelum peningkatan kejadian DBD. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the Dengue virus (DENV) which is transmitted to humans through the bites of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. Dengue fever is a disease caused by infection from mosquitoes that develops the fastest and becomes a health threat in the world. The geographical area of Indonesia with a tropical climate is a hyper-endemic area for DHF. Depok City is one of the cities in West Java Province which has a fluctuating trend of Dengue fever every year. In 2019 and 2021 Depok City is ranked 2nd as the district/city with the highest DHF cases in Indonesia. This study used an ecological study design and correlation test analysis to determine the relationship between climate factors (rainfall, air temperature and air humidity), population density and larvae free rate (LFR) on the Incidence Rate (IR) of DHF in Depok City in 2017- 2021. The results showed that there was a significant relationship between rainfall time lag 0, time lag 1 and time lag 2, air temperature time lag 1, air humidity time lag 0, time lag 1 and time lag 2, and larva free number (LFR) on the Incidence Rate of DHF. The significant relationship between climate factors and LFR on DHF IR shows that prevention and control of DHF by doing PSN 3M Plus is necessary to do and must be improved by the Dinas Kesehatan Kota Depok and the community. Besides that, cross-sector collaboration and cooperation between Dinas Kesehatan Kota Depok dan BMKG should be done, so that appropriate policies and planning can be made for the prevention and control of DHF in Depok City, especially in the period before the increase of DHF incidence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library