Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fery Andriyanto
Abstrak :
Layanan 4G bukan dongle di Indonesia pertama kali digelar pada tahun 2014 oleh Telkomsel. Layanan 4G bukan dongle di Indonesia hingga saat ini telah disediakan oleh 6 operator seluler. Pengukuran tentang QoE pada layanan 4G di Indonesia belum pernah dilakukan. QoE berbeda dengan QoS, di mana QoS mengukur kualitas layanan berdasarkan parameter teknis jaringan sedangkan QoE mengukur kualitas layanan sesuai dengan persepsi pengguna layanan. Peningkatan pengguna layanan 4G di masa depan memberikan motivasi pengukuran QoE pada layanan 4G saat ini di Indonesia perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur layanan 4G di DKI Jakarta sebagai sampel dari populasi penduduk Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Survei menggunakan sampel berupa purposive sampling, metode pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan meneliti masalah tertentu pada suatu kelompok populasi. Responden survei dalam penelitian ini berjumlah 422 orang dengan kriteria pemakai telepon seluler menggunakan layanan 4G yang beraktivitas di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa performa semua operator layanan 4G signifikan berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan 3G. Penelitian juga menemukan bahwa 213 responden lebih sering menggunakan telepon seluler sebagai modem/tethering/personal hotspot, 72,75 responden lebih sering melakukan panggilan voice atau video dengan aplikasi text messenger, 188 responden lebih sering menggunakan kamera ponsel disertai peningkatan aktivitas mengakses aplikasi media sosial yang lebih sering dengan menggunakan layanan 4G saat ini dibandingkan dengan saat menggunakan layanan 3G, dan 86 dari 153 responden pengguna Telkomsel menyatakan bahwa tarif layanan 4G Telkomsel mahal. ......First 4G mobile service roll out in Indonesia was held in 2014 by Telkomsel mobile operator. 4G mobile services have been provided by 6 mobile operators in Indonesia. A measurement of 4G mobile service Quality of Experience QoE never been conducted in Indonesia. QoE is different from Quality of Service QoS , QoS focuses on technical parameters while QoE focuses on end user perceptive measures. 4G subscribers growth triggers the importance of QoE measurement in Indonesia. This research aims to measure QoE of 4G in DKI Jakarta as the sample of Indonesian subscribers population. Data is collected by survey method. Survey employed purposive sampling, sampling method that aims to conduct specific reseach issues on a specific population. Survey conducted to 422 respondents with main activity engaged in Jakarta and using any 4G mobile telecommunication operator. Research found all of Indonesian mobile operators provide 4G mobile service that significance better than the old 3G mobile service. Research also found that 213 respondents use cell phone as personal hotspot, 72,75 respondents call using messenger application, 188 respondents use cell phone camera with increases social media accessing with 4G mobile data service more frequent than 3G data service, and 86 of 153 respondents using Telkomsel service operator state that 4G service tarrif is expensive.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Setiawan
Abstrak :
[ABSTRAK
Kebutuhan akan layanan data pada jaringan telekomunikasi terus meningkat, jumlah trafik data setiap tahun selalu bertambah sedangkan trafik voice cenderung sudah jenuh. Teknologi 4G LTE (Generasi ke-empat Long Term Evolution) sebagai teknologi jaringan telekomunikasi terbaru dari 3GPP (Thrid Generation Pathnership Project) mampu memberikan kecepatan dan kapasitas lebih baik dari teknologi sebelumnya. Implementasi 4G LTE ini menjawab tantangan trend kebutuhan akan layanan data yang terus meningkat. Dalam proses implementasinya terdapat 2 tantangan besar yaitu terbatasnya lebar pita frekuensi di 1800 Mhz dikarenakan harus berbagi dengan sistem eksisting 2G DCS 1800 Mhz, dan kondisi demografi Indonesia yang bervariasi. Model dibangun dengan mengkombinasikan tipe area dengan lebar pita yang digunakan mulai dari 3 Mhz, 5 Mhz, 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Dengan melakukan simulasi pada berbagai tipe area di Jabodetabek dan berbagai lebar pita frekuensi dihasilkan lebar pita yang berbeda pada masing-masing area berdasarkan aspek teknis (coverage dan kapasitas) dan kelayakan ekonomi yang diharapkan.
ABSTRACT The need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility., The need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility.]
2015
T45563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Riansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Trafik data saat ini terus bertumbuh secara eksponensial, yang didorong dengan makin berkembangnya data nirkabel wireless data dan penggunaan smartphone yang terus bertumbuh. Untuk mendukung perkembangan pemakaian trafik data, semua operator terus mengembangkan jaringan 4G LTE . XL Axiata sebagai salah satu operator besar di Indonesia telah secara resmi mengkomersialkan layanan internet cepat 4G LTE secara nasional di Indonesia.Sejak layanan LTE diluncurkan, masih banyak pelanggan yang belum beralih menggunakan layanan LTE, meskipun handset sudah memiliki kemampuan 4G LTE . Di jaringan XL Axiata, handset 4G yang pernah berada di jaringan 4G LTE kurang dari 30 . Sisanya tidak pernah berada di jaringan 4G, atau hanya berada di jaringan 2G dan 3G saja.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi Big Data di XL Axiata dengan membandingkan biaya investasi yang dikeluarkan untuk implementasi Big Data dengan peningkatan trafik dan revenue yang didapat dengan berpindahnya pelanggan dengan handset 4G yang sebelumnya tidak pernah berada di jaringan 4G hanya di jaringan 2G dan 3G ke jaringan 4G. Analisis meliputi analisis teknis, ekonomi dan bisnis. Analisis dilakukan di 6 kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar selama 8 bulan Mei ndash; Desember 2016 . Dari hasil perhitungan, kenaikan trafik yang didapat di 6 kota tersebut rata-rata adalah sebesar 16.17 .
ABSTRACT
The current data traffic continues to grow exponentially, driven by the growing wireless data and the use of smartphones. To support the development of data traffic consumption, all the operators continue to develop a 4G network LTE . XL Axiata as one of the major operators in Indonesia has formally commercialize fast Internet service 4G LTE in Indonesia.Since the launch of LTE services, there are still many customers who have not switched to use LTE services, although the handset has the capability of 4G LTE . In XL Axiata network, only less than 30 of handset 4G that has been connected in 4G network, the rest are never connected to 4G network, or just in 2G or 3G networks only.The purpose of this study is to analyze the implementation of Big Data in XL Axiata by comparing the investment cost incurred for Big Data implementation with increasing traffic and revenue gained by switching customers with 4G handset which previously never been on 4G network only in 2G and 3G networks to a 4G network. The analysis includes technical, economic and business analysis. The analysis was conducted in 6 major cities in Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar for 8 months May December 2016 . From the calculation, the increase of traffic obtained in 6 cities is an average of 16.17 .
2017
T47886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Sugiharto
Abstrak :
ABSTRAK
Teknologi telekomunikasi seluler telah berkembang ke generasi keempat, yaitu jaringan 4G. Meskipun hampir semua operator penyedia layanan telekomunikasi seluler telah menyatakan bahwa mereka siap dengan jaringan 4G, pada kenyataannya, tidak semua area di kota Yogyakarta tercakup oleh layanan jaringan 4G. Kondisi ini dikeluhkan oleh banyak pengguna. Kinerja jaringan 4G di wilayah Yogyakarta perlu ditelusuri lebih lanjut sehingga pemanfaatannya lebih optimal dan tidak mengecewakan pengguna jaringan. Penelitian ini menganalisis kinerja jaringan 4G LTE dari berbagai operator layanan telepon seluler di wilayah Kota Yogyakarta, diwakili oleh dua operator. Parameter kinerja yang diukur adalah Daya Sinyal Referensi yang Diterima (RSRP) dan Kualitas Referensi Sinyal yang Diterima (RSRQ). Dalam studi ini tes drive dilakukan untuk menentukan kualitas sinyal seluler di berbagai daerah yang mewakili daerah perkotaan, suburban dan perkotaan padat di kota Yogyakarta. Dari hasil pengukuran tes drive, kesimpulan dari hasil tes untuk operator A, RSRP nilai maks -57dBm, RSRP min -117 dBm, RSRP rata-rata -85.35dBm, RSRQ max -4 dBm, RSRQ min -23 dBm, dan RSRQ rata-rata -13,02 dBm. Sedangkan untuk operator B diperoleh nilai maks RSRP -51 dBm, RSRP min -105 dBm, RSRP rata-rata 76,92 dBm, RSRQ max -4 dBm, RSRQ min -21 dBm, dan RSRQ rata-rata -8,94 dBm.
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2019
600 JIA XI:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Enov Tikupasang
Abstrak :
Teknologi 4G LTE diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas dan speed layanan data, image perusahaan, dan interoperability dengan operator lain. Penelitian ini menganalisis VoLTE sebagai alternatif layanan voice di atas jaringan LTE dengan keterbatasan bandwidth frekuensi, tetapi kontribusi layanan voice yang masih tinggi pada studi kasus di Telkomsel. Penggunaan VoLTE merupakan tahapan selanjutnya setelah voice CS fallback. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah model untuk menilai kelayakan implementasi VoLTE dengan berbagai skenario waktu dan metode teknologi dalam rangka menurunkan nilai risiko dari implementasi LTE, sehingga dapat menentukan waktu dan metode yang tepat bagi implementasi fitur layanan VoLTE pada jaringan LTE dengan dua cara yaitu sistem SRVCC (Single Radio Voice Call Continuity) atau langsung pada sistem PS handover. Metoda penelitian yang digunakan adalah komplementer atau triangulation dengan ilmiah dan alamiah, dengan menggunakan statistik regresi, variabel acak berlainan, perhitungan bandwidth, dan nilai bisnis. Disamping itu untuk menghitung nilai risiko dari probabilistik ketidakpastian, maka digunakan analisis sensitivitas dan analisis risiko melalui simulasi Monte Carlo. Hasil yang diharapkan adalah optimalisasi dan efisiensi penggunaan bandwidth serta pembuktian hipotesis tentang studi kelayakan proyek implementasi layanan VoLTE. ...... 4G LTE technology is implemented to improve the quality and speed data services, corporate image, and interoperability with other operators. This study analyzes the VoLTE as an alternative voice services over LTE networks with limited frequency bandwidth, but the contribution of voice services is still high in the case study in Telkomsel. Use of VoLTE is the next stage after the voice CS fallback. The purpose of this research is to develop a model to assess the feasibility of implementation of VoLTE by the various scenarios timing and technology method in order to lower the risk value of the implementation of LTE, so it can determine the timing and the proper method for implementation of VoLTE service features on LTE network in two ways that are SRVCC system (Single Radio Voice Call Continuity) or directly on the PS handover system. The method used in this research are complementary or triangulation with scientific and natural, using statistikk regression, discrete random variables, bandwidth calculation, and business value. In addition, to calculate the risk value of probabilistic uncertainty, the use of sensitivity analysis and risk analysis with Monte Carlo simulation. The expected result is the optimization and efficient use of bandwidth as well as proving a hypothesis about the project feasibility study of the VoLTE services implementation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T41482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvy Kasman
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai iklan layanan Internet atas penjualan Modem Bolt 4G yang diduga melanggar ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan konsumen dan periklanan karena memberikan informasi yang tidak jelas, jujur, dan benar, serta juga menyalahi aturan periklanan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian normatif dengan melakukan studi kepustakaan. Berdasarkan studi diketahui bahwa hingga saat ini pengaturan periklanan di Indonesia terdapat dalam beberapa pasal dalam peraturan perundangundangan yang berbeda-beda. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa iklan Modem Bolt 4G tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia. ......This thesis discusses the top selling Internet advertising services Bolt 4G Modem violated statutory provisions governing consumer protection and advertising because it provides information that is not clear, honest, and true, and also violate the rules of advertising. In this study, the authors use the method of normative research to study literature. Based on the studies it is known that up to now the settings of advertising in Indonesia there are a few chapters in legislations different. Furthermore, based on the results of analysis show that advertising Bolt 4G modem is not in accordance with the provisions of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection and Ethics Pariwara Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Bagas Ksatria
Abstrak :
Konsensus yang ada dalam berbagai penelitian di lingkup ekonomi digital bahwa teknologi pita lebar memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas belum memperhitungkan perbedaan dampak dari teknologi pita lebar yang berbeda. Hal ini menimbulkan pertanyaan dampak ekonomi apa yang bisa diberikan dari pembaharuan teknologi ke teknologi pita lebar termutakhir. Penelitian ini menginvestigasi dampak dari infrastruktur teknologi pita lebar 4G terhadap produktivitas pekerja regional di Indonesia dengan cara membandingkan tingkat produktivitas pekerja regional rata-rata di kabupaten/kota dengan koneksi internet yang sebagian besar 4G dan di kabupaten/kota dengan koneksi internet yang sebagian besar 2.5G dan 3G. Hasil awal menunjukan bahwa kabupaten/kota dengan koneksi internet yang sebagian besar 4G memiliki tingkat produktivitas pekerja regional rata-rata yang secara signifikan lebih tinggi. Namun demikian, setelah melakukan penyesuaian terhadap selection bias dengan melakukan metode statistik propensity score matching (PSM), ditemukan bahwa perbedaan tingkat produktivitas pekerja regional rata-rata tidak lagi berbeda secara signifikan. Penemuan ini dapat disebabkan karena adanya diminishing return of speed, lag yang ada dari dampak investasi teknologi terhadap perekonomian, serta kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang sebagian besar belum membutuhkan penggunaan skala besar dari teknologi yang membatasi dampak dari teknologi pita lebar terhadap produktivitas. ......The current consensus in digital economics literatures shows the positive impacts of broadband on economic growth and productivity does not distinguish between different broadband networks. This poses a question on what sort of economic benefit do technological upgrades from older to newer generations of broadband networks have. This research investigates the impact of 4G broadband infrastructure on regional labor productivity in Indonesia by comparing the average level of labor productivity in municipalities with mostly 4G connections and municipalities with mostly 2.5G and 3G connections. The initial result of this study indicates that municipalities with mostly 4G broadband connection has a significantly higher average labor productivity. After adjusting for selection bias by employing propensity score matching, it is found that the difference in the average labor productivity is no longer statistically significant. This might be explained by the diminishing returns of (broadband) speed, lag of broadband investment impacts on the economy and the nature of most jobs in Indonesia that might not require heavy usage of broadband hence limiting its impact on productivity.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Fatihah Ragindita
Abstrak :
Seiring dengan terus berkembangnya teknologi telekomunikasi, dapat dilihat bahwa terdapat dampak signifikan dari penggunaan teknologi telekomunikasi di kehidupan masyarakat sehari-hari, dimana salah satu fungsi pentingnya adalah agar masyarakat dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya walaupun dalam keadaan jarak jauh. Sehingga, dibutuhkan infrastruktur telekomunikasi yang memadai, salah satunya adalah Base Transceiver Station (BTS) yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal radio menuju perangkat telekomunikasi lainnya, seperti contohnya dalam telekomunikasi seluler. Saat ini, Indonesia telah menerapkan teknologi 3G/4G, namun akibat persebaran infrastruktur teknologi telekomunikasi yang tidak merata, maka masih terdapat banyak wilayah blank spot di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan teknologi telekomunikasi di Indonesia adalah dengan melakukan perencanaan jaringan berdasarkan demand dan infrastruktur pada wilayah tersebut. Penelitian ini melakukan perencanaan jaringan pada Kabupaten Humbang Hasundutan, yang merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara dan berpotensi untuk dikembangkan kedepannya karena menjadi salah satu wilayah fokusan pemerintah dalam perkembangan food estate di Indonesia dan juga memiliki banyak objek wisata dan tempat bersejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah perencanaan kebutuhan BTS dan menara bersama untuk tahun 2024 berturut-turut sebanyak 97 dan 33 menara. Adapun salah satu solusi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penerapan menara bersama sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi lahan sehingga tidak terdapat wilayah blank spot terkhusus pada Kabupaten Humbang Hasundutan. ......Along with the continuous development of telecommunication technology, it can be seen that there is a significant impact of the use of telecommunications technology in people's daily lives, one of its important functions is so that people can communicate with one another even though they are in long distances. Thus, adequate telecommunication infrastructure is needed, one of which is the Base Transceiver Station (BTS) which functions to send and receive radio signals to other telecommunications equipment, such as in cellular telecommunications. Currently, Indonesia has implemented 3G/4G technology, but due to the uneven distribution of telecommunications technology infrastructure, there are still many blank spot areas in Indonesia. To overcome this problem, one of the methods that can be used to determine the need for telecommunications technology in Indonesia is to make a network planning based on demand and infrastructure in that region. This research conducts network planning in Humbang Hasundutan District, which is one of the districts in North Sumatera and has the potential to be developed in the future because it is one of the focus areas in the development of food estate in Indonesia and also has many tourist attractions and historical places. The results of this research indicate that the number of planning needs for BTS and joint towers for 2024 is 97 and 33 towers, respectively. One of the solutions proposed in this study is to implement a joint tower as a step to improve land efficiency so that there are no blank spots specifically in Humbang Hasundutan District.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suryanegara
Abstrak :
Mobile technology is continuously evolving towards the development of fourth generation (4G) cellular telephony. Many countries are anticipating such a new technological deployment while developing countries may also see it as the opportunity for catching up. Within the orientation of innovation building, 4G may act as the medium for triggering country’s innovation policies. This paper aims to identify the windows of opportunity from the upcoming implementation of 4G mobile technology. The methodology is constructed based on the perspective of an innovation system in which mobile cellular is regarded as a series of technological innovations. By utilizing the relevant data of 3G and 4G standard development, we predicted the 4G implementation profile. They consist of a set of technologies which can be the main area of science and technology (S&T) as well as research and development (R&D) activities in a developing country. Policymakers may utilize such opportunities to foster the acquisition and generation of the relevant knowledge in both manufacturing and service industries.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2012
UI-IJTECH 3:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Nelcy
Abstrak :
Jumlah kepala rumah tangga (KRT) perempuan di Indonesia terus meningkat. Untuk dapat menafkahi keluarganya, KRT perempuan harus bekerja keras, berpikir kreatif dan memanfaatkan teknologi digital sembari menjalani dua peran dalam kehidupan rumah tangganya. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan pendapatan mereka adalah dengan memanfaatkan Internet. Saat ini layanan internet yang paling banyak digunakan masyarakat adalah berbasis jaringan pita lebar generasi keempat (4G). Infrastruktur jaringan 4G pun sudah tersedia di sebagian besar wilayah Indonesia. Melalui teknologi 4G, masyarakat dapat merasakan layanan digital dengan kualitas data lebih baik, lebih cepat dan biaya lebih terjangkau. Meski teknologi sudah canggih, KRT perempuan dengan berbagai keterbatasan, belum tentu bisa memanfaatkannya secara optimal. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisa pengaruh teknologi jaringan 4G terhadap pendapatan per kapita rumah tangga, khususnya yang dikepalai perempuan dan menggunakan data yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015 dan 2019 dengan sampel sebanyak 601.580 KRT. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan teknologi 4G melalui layanan internet pada jaringan bergerak terbukti memiliki kontribusi positif terhadap pendapatan per kapita keluarga, khususnya pada rumah tangga yang dikepalai perempuan non miskin. ......The number of female household heads (KRT) in Indonesia continues to increase. In order to fulfill the needs of their family life, female head of household must be able to work hard, think creatively and utilize digital technology while carrying out two roles in her household life. One of the efforts that can increase their income is by utilizing the Internet. Currently, the most widely used internet service by the community is based on the fourth generation (4G) broadband network. 4G network infrastructure is also available in most parts of Indonesia. Through 4G technology, people can experience digital services with better data quality, faster and more affordable costs. Even though technology is advanced, female head of household with various limitations, may not be able to use it optimally. Therefore, this study will analyze the effect of 4G network technology on the income per capita of households, especially those headed by women and use data from the 2015 and 2019 National Socio-Economic Surveys (Susenas) with a sample of 601,580 household heads. The method used is multiple linear regression. The results of the study found that the application of 4G technology through internet services on mobile networks proved to have a positive contribution to the income per capita of families, especially in households headed by non-poor women.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>