Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggilia Stephanie
"ABSTRAK
Sebagai salah satu penyebab terbanyak peningkatan enzim hati, dan sirosis, NAFLD perlu dinilai derajat steatosisnya. Trigliserida sebagai salah satu komponen sindrom metabolik diketahui mempunyai pengaruh terhadap terjadinya nonalcoholic fatty liver disease NAFLD , namun korelasinya dengan derajat steatosis pada pasien NAFLD belum diketahui. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara kadar trigliserida dengan nilai Controlled attenuation parameter CAP pada pasien NAFLD, serta mendapatkan nilai titik potong trigliserida yang optimal untuk memprediksi derajat steatosis sedang-berat pada pasien NAFLD. Studi potong lintang dilakukan pada pasien NAFLD dewasa di poliklinik Penyakit Dalam RSCM, yang direkrut secara konsekutif. Pasien dengan sirosis hepatis dieksklusi dari penelitian. Diagnosis NAFLD dilakukan dengan menggunakan USG, sementara derajat steatosis ditentukan dengan metode CAP menggunakan alat Fibroscan. Sampel darah puasa diambil untuk pemeriksaan trigliserida. Korelasi antara kadar trigliserida dengan nilai CAP dianalisis dengan uji Pearson. Sebanyak enam puluh dua subyek, dengan median usia 55 rentang 21 ndash; 78 tahun. Median nilai IMT 26,1 rentang 19-38 kg/m2, lingkar pinggang 96,6 SB: 8,49 cm, kadar trigliserida 160,3 SB: 65,5 mg/dL, kolesterol LDL 147,8 SB: 38,2 mg/dL, kolesterol HDL 48,5 SB:11,1 mg/dL dan nilai CAP 268,5 SB: 46,8 dB/m. Obesitas sentral didapatkan sebanyak 94,8 . Komorbid didapatkan berupa hipertensi 46,8 , DM tipe 2 54,8 , dan sindrom metabolik pada 72,6 . Didapatkan adanya korelasi yang lemah antara TG dengan derajat steatosis r=0,272; p= 0,033 . Dari kurva ROC didapatkan kemampuan TG dalam memprediksi derajat steatosis kurang baik AUC 0,66 IK 95 0,48 ndash; 0,83 , sehingga tidak dilanjutkan untuk mencari titik potong. Didapatkan adanya korelasi lemah antara kadar trigliserida dengan derajat steatosis pada pasien NAFLD. Saat ini kadar trigliserida tunggal tidak dapat digunakan untuk mendeteksi derajat steatosis sedang-berat.ABSTRACT As one of the most common cause of elevated liver enzymes and cirrhosis nowadays, steatosis degree need to be evaluated in NAFLD cases. Triglyceride, one of metabolic syndrome components, is known to be associated with NAFLD. However, correlation between the triglyceride levels and steatosis degree, has not yet understood. This study aim to find correlation between triglyceride level with Controlled Attenuation Parameter CAP value in NAFLD patients, and also gain optimal cut off point of triglyceride for predicting moderate to severe NAFLD. A cross sectional study on adult NAFLD patient in RSCM Internal Medicine Clinic, recruited consecutively in four months. Patients with liver cirrhosis was excluded. Diagnosis of NAFLD using Ultrasound, meanwhile steatosis degree was assessed using CAP in Fibroscan. Blood samples were taken for Triglycerides examination. The correlation between triglyceride levels with CAP values were analyzed by Pearson test. Sixty two NAFLD subjects, with a median age of 55 range 21 78 years. Median value of BMI was 26.1 range 19 38 kg m2, mean for waist circumference, levels of LDL and HDL cholesterol was 96.6 SD 8.49 cm, 147.8 SD 38.2 mg dL, 48.5 SD 11.1 mg dL , respectively. Mean for triglyceride was 160.3 SD 65.5 mg dL, and CAP value 268.5 SD 46.8 dB m. Central obesity found in as many as 94.8 of subject. Comorbidities such as hypertension and type 2 diabetes was found at 46.8 and 54.8 respectively, and metabolic syndrome 72.6 . In this study, we found a weak correlation between triglyceride values and CAP r 0.272 p 0.033 . From the ROC we find the TG capability of predicting steatosis degree was not good enough AUC 0.66, 95 CI 0.48 to 0.83 . Therefore cut off point of TG was not assessed. As a conclusion, there is a weak correlation between triglyceride levels and degree of steatosis in patients with NAFLD. Triglyceride level cannot be used solely for assessment of steatosis degree. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55689
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jenny Hidayat
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Talasemia adalah suatu penyakit kelainan darah yang diturunkan secara resesif dari orang tua kepada anaknya Pada talasemia terjadi ketidakseimbangan rasio antara rantai globin α dan rantai globin β, akibatnya pembentukan hemoglobin terganggu dan berkurang jumlahnya sehingga dapat menimbulkan suatu keadaan anemia. Taansfusi darah merupakan terapi yang efektif dalam menghilangkan komplikasi anemia tetapi menimbulkan akumulasi besi dalam tubuh. Ion besi bebas mempermudah terjadinya oksidasi pada lipoprotein, perubahan ini menyebabkan lipoprotein "ditangkap" oleh makrofag dan terbentuklah sel busa yang merupakan langkah awal terjadinya aterosklerosis. Banyak penelitian yang dilakukan untuk memperpanjang usia hidup penderita talasemia namun kita harus memikirkan pula meningkatnya usia dengan risiko terjadinya aterosklerosis pada penderita talasemia. Penurunan kadar kolesterol-HDL dan peningkatan kolesterol total merupakan faktor pendukung terjadinya aterosklerosis. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis fraksi-fraksi lipid dalam serum pada penderita talasemia baik yang belum pernah menerima transfusi berulang maupun yang sudah berulang kali di transfusi. Dengan pemikiran kolesterol diperlukan dalam pembentukan membran sel darah merah maka dilakukan analisis mengenai korelasi antara hemoglobin dengan kolesterol dalam serum.
Hasil dan Kesimpulan:
Terdapat perbedaan bermakna pada fraksi-fraksi lipid dalam serum pada kelompok bukan talasemia dengan kelompok talasemia transfusi berulang dan kelompok talasemia belum transfusi, sedangkan pada kelompok talasemia dan kelompok talasemia belum transfusi hanya kolesterol-HDL yang berbeda bemakna. Analisis korelasi tidak menemukan hubungan yang bermakna antara hemoglobin dengan kolesterol pada ketiga kelompok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Aziiza
"Trigliserida memainkan peran utama sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Mereka sangat kaya akan energi. Trigliserida terdiri dari asam lemak dan gliserol. Gliserol mudah dikonversi menjadi glukosa untuk menyediakan energi. Spermatozoa mengandung mitokondria yang berbeda dari organel lain dari sel somatik. Mereka memiliki morfologi yang berbeda dan membutuhkan lebih banyak ATP daripada sel-sel lain. Spermatozoa dapat menggunakan substrat yang berbeda untuk mengaktifkan jalur metabolisme tergantung pada substrat yang tersedia. fleksibilitas ini sangat penting untuk proses pembuahan. Untuk mencapai pembuahan sukses, spermatozoa akan menghabiskan waktu yang lama selama transit di epididimal. Perubahan yang paling penting yang spermatozoa perlu capai adalah pengembangan motilitas progresif ke depan. Hal ini tergantung yang utama pada energi dan itu menjadi sangat penting, dan hanya ketika spermatozoa saat ejakulasi atau ketika mereka berada dalam media yang memberikan mereka lingkungan dan kesempatan untuk bergerak dan menjadi motil. Gerakan spermatozoa diciptakan oleh gerakan pemukulan dari flagella menggunakan energi dalam bentuk intraceluller ATP. Energi ini yang memberikan gerakan flagellar mengarah ke motilitas dan jika ada perubahan dalam gerakan karakteristik atau kehabisan bahan bakar, maka spermatozoa akan kehilangan energi untuk bergerak maju dan tidak bisa membuahi Telur.

Triglyceride play an important role as a source of energy in our body. They are made out of fatty acid and glycerol. Glycerol can be easily converted into glucose to provide energy. Sprematozoa contain mitochondria that is different from other organelle from somatic cell. They have a different morphology that needs a lot more ATP compared to other cells. Spermatozoa can also use other substrate to activate another methabolic pathway depends on which substrate are available. This flexibility is very important for fertilization process. To achieve a successful fertilization, spermatozoa will spend a long time in epididimal for transit. The most important development for the spermatozoa to achieve is progressive motility to the front and it depends a lot on energy. When spermatozoa is ejaculated or in a media or environment that allows them to move and become motile. The movement created by the spermatozoa is created by the beating from the flagella that uses energy I a form of intracellular ATP. This energy allows the spermatozoa to create movement from the flagella and become motile, but if there are different movement characteristic or run out of energy, the spermatozoa will loose its energy to move forward and are unable to fertilize the egg.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiyati Herlina
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh infus simplisia sirih merah (Piper betle L.) terhadap konsentrasi trigliserida plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley. Dua puluh lima ekor tikus dibagi dalam lima kelompok, terdiri atas kelompok kontrol normal yang tidak diberi diet lemak tinggi, kelompok kontrol perlakuan yang diberi diet lemak tinggi, dan tiga kelompok perlakuan yang diberi diet lemak tinggi dan infus simplia sirih merah dengan dosis 2%, 4%, dan 6% b/v. Bahan uji diberikan setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Hasil uji Anava satu faktor (P < 0,05) menunjukkan adanya pengaruh nyata pemberian infus simplisia sirih merah terhadap konsentrasi trigliserida akhir pada semua kelompok perlakuan. Konsentrasi trigliserida pada kelompok perlakuan yang mendekati kelompok kontrol normal dicapai oleh kelompok perlakuan dengan dosis 2% b/v."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Hermansyah
"Triglyceride hydrolysis using lipase has been proposed as a novel method to produce raw materials in food and cosmetic industries such as diacylglycerol, monoacylglycerol, glycerol and fatty acid. In order to design a reactor for utilizing this reaction on industrial scale, constructing a kinetic model is important. Since the substrates are oil and water, the hydrolysis takes place at oil-water interface. Furthermore, the triglyceride has three ester bonds, so that the hydrolysis stepwise proceeds. Thus, the reaction mechanism is very complicated. The difference between the interfacial and bulk concentrations of the enzyme, substrates and products, and the interfacial enzymatic reaction mechanism should be considered in the model."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laga Patriantoro
"

Minuman ringan berpemanis adalah minuman ringan yang diberi tambahan gula sederhana yang dapat menambah kandungan energi. Trigliserida merupakan salah satu bentuk simpanan lemak di dalam tubuh. Konsumsi minuman ringan berpemanis dapat meningkatkan kadar trigliserida melalui peningkatan lipogenesis de novo.  Lemak viseral adalah lemak yang terdapat pada rongga abdomen yang diketahui merupakan faktor risiko tinggi untuk penyakit metabolik di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan kadar trigliserida dan visceral fat rating pada remaja putri. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan melibatkan 47 subjek yang direkrut melalui metode consecutive sampling. Frekuensi minuman ringan berpemanis diambil dengan metode FFQ. Sampel kadar trigliserida diambil dari darah tanpa puasa dan diukur menggunakan metode enzymatic colorimetric. Visceral fat rating diukur menggunakan BIA. Uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dengan SPSS. Subjek rata-rata mengonsumsi minuman ringan berpemanis sebanyak 8,91 + 4,71 kali/minggu. Nilai rata-rata kadar trigliserida subjek adalah 110,49 + 41,49 mg/dL. Nilai tengah visceral fat rating subjek adalah 3 (1 – 11) termasuk dalam kategori sehat. Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi positif bermakna dengan derajat sangat kuat (p = <0,001, r = 0,88) antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan kadar trigliserida dan korelasi positif bermakna dengan derajat sedang (p = 0,003, r = 0,426) antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan visceral fat rating.


Sugar sweetened beverages are beverages that are given an addition of simple sugar so they can add energy content. Triglycerides are one form of fat deposits in the body. Consumption of sugar sweetened beverages can increase triglyceride levels through increasing de novo lipogenesis. Visceral fat, which is located in the abdominal cavity, is known to be a high risk factor for metabolic diseases in the future. This study aims to determine the correlation between consumption frequency of sugar sweetened beverages with triglyceride levels and visceral fat rating in female adolescence.  This study used a cross-sectional design involving 47 subjects recruited through a consecutive sampling method. The frequency of sugar sweetened beverages is taken by FFQ method. Triglyceride levels were taken from blood without fasting and measured using enzymatic colorimetric method. Visceral fat rating measured using BIA. Statistical test using Pearson and Spearman correlation test with SPSS. The average of subject that consumed sweetened soft drinks as much as 8.91 + 4,71 times / week. The average subject triglyceride levels 110,49 + 41,49 mg / dL. The median of the subject's visceral fat rating are 3 (1 - 11) is included in the healthy range. In this study a significant positive correlation was strongly found (p = <0.001, r = 0.88) between the consumption frequency of sweetened soft drinks and triglyceride levels and a positive correlation with moderate degrees (p = 0.003, r = 0.426) between consumption frequency of sugar sweetened beverages and visceral fat rating.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Buang
"The effects of dietary food fortified with vitamin B4 on lipid profiles in serum and liver tissue were studied. Rats were paired-fed a 0.25% vitamin B4 diet or a diet without vitamin B4 for 10 days. Serum lipid levels were measured using enzyme assay kits. Lipids of liver tissues were extracted and the lipid contents were determined. A piece of liver was prepared to determine the activities of fatty acid synthase (FAS) and fatty acid β-oxidation. The results showed that animals fed a food fortified with vitamin B4 had higher level of serum TG, PL, total cholesterol, and high density lipoprotein. Their increases were approximately by 74%, 20%, 27%, and 27%, respectively. The significant changes in liver lipid were only found in PL component. This treatment promoted FAS activity, but impaired the fatty acid β-
oxidation. In conclusion: Dietary food fortified with vitamin B4 induces hypertriglyceridemia and liver PL level."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik;Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana - Kupang. Fakultas Sains dan Teknik], 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Nugraha
"ABSTRAK
Obesitas merupakan masalah global dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D. Hal ini disebabkan karena meningkatnya simpanan vitamin D di jaringan adiposa, yang dapat diperburuk dengan kurangnya pajanan sinar matahari dan asupan vitamin D inadekuat. Defisiensi vitamin D berhubungan dengan resistensi insulin dan dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Peningkatan lingkar pinggang LP dan peningkatan kadar trigliserida TG serum atau hypertriglyceridemic waist dapat digunakan sebagai kriteria sederhana untuk skrining awal identifikasi sindrom metabolik. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di klinik diabetes Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar vitamin D serum dengan LP dan kadar TG serum pada penyandang obesitas berusia >18-

ABSTRACT
Obesity has reached epidemic proportions globally, with increasing prevalence in recent years. Obesity is one of the risk factors in vitamin D deficiency. The low levels of serum vitamin D in obesity has been attributed to multiple factors like excessive storage of vitamin D in the adipose tissue, decreased exposure to sunlight and an inadequate vitamin D intake. Vitamin D deficiency is associated with insulin resistance and increases the risk of developing metabolic syndrome. Increased waist circumference WC and elevated serum triglyceride TG levels or hypertriglyceridemic waist can be used as a simple clinical phenotype for early screening to identify patients with metabolic syndrome. This cross sectional study was conducted at the Diabetes Clinic of MRCCC Siloam Semanggi Hospital, Jakarta, which aims to determine correlation between serum vitamin D levels with WC and serum TG levels in obese individuals aged 18 years to "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Novita
"Ditinjau dari sudut pandang klinis, kombinasi peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar kolesterol dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular yang masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Selain itu, bukti klinis menunjukkan bahwa pasien hiperlipidemia memiliki kaitan dengan terdapatnya peningkatan tekanan darah. Sebagai upaya pencarian atau pengembangan obat terkait penyakit kardiovaskular secara praklinis, maka dapat dilakukan pengembangan model hewan hiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi komposisi induksi diet tinggi lemak pada pengembangan model hewan hiperlipidemia dan pengaruhnya terhadap parameter tekanan darah sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Induksi diet tinggi lemak dilakukan selama 10 minggu dengan 3 kelompok induksi yang berbeda dalam komposisi diet dan 1 kelompok yang tidak diinduksi sebagai kontrol. Hasil menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi lemak selama 10 minggu dapat meningkatkan profil lipid hewan uji berupa peningkatan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida. Peningkatan yang signifikan (p<0,05) terjadi pada setiap kelompok induksi diet tinggi lemak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Setelah induksi diet tinggi lemak, parameter tekanan darah pada kelompok induksi meningkat signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol. Peningkatan profil lipid dan tekanan darah paling tinggi terjadi pada kelompok HFD 3 dengan komposisi lemak kambing 50%, mentega 15%, fruktosa 20%, minyak kelapa 12,5%, kolesterol murni 2%, dan asam kolat 0,5%. Terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara profil lipid hewan uji dengan parameter tekanan darah. Dapat disimpulkan, pemberian induksi diet tinggi lemak selama 10 minggu dapat membentuk model hewan hiperlipidemia dan meningkatkan tekanan darah pada hewan uji.

Based on a clinical point of view, the combination of increased blood pressure and elevated cholesterol levels can increase the risk of cardiovascular events which remains major cause of death in the world. In addition, clinical evidence shows that hyperlipidemic patients are associated with an increase in blood pressure. As an effort to find or develop drugs related to cardiovascular disease on a preclinical basis, it is possible to develop an animal model of hyperlipidemia. This study aimed to determine the effect of variation in the composition of high-fat diet on the development of animal models of hyperlipidemia and its effect on blood pressure parameters as a risk factor of cardiovascular disease. High-fat diet was induced in animal models for 10 weeks, 3 groups were induced with different compositions and 1 group was not induced as a control. The results showed that high-fat diet feeding for 10 weeks could increase in total cholesterol and triglyceride levels of the animal model. A significant increase (p<0.05) occurred in each group induced by a high-fat diet compared to the control group. After feeding of a high-fat diet, blood pressure parameters in the experimental group increased significantly (p<0.05) compared to the control group. The highest increase in lipid profile and blood pressure occurred in the HFD 3 group with a composition of 50% goat fat, 15% butter, 20% fructose, 12.5% coconut oil, 2% pure cholesterol, and 0.5% cholic acid. There is a strong and significant correlation between the lipid profile of the animal model and blood pressure parameters. It can be concluded that a high-fat diet feeding for 10 weeks can form an animal model of hyperlipidemia and increase blood pressure in the animal model. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>