Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Prasetya
Abstrak :
Regulasi price limit seharusnya dapat mengurangi gejala volatilitas harga saham yang berlebihan ketika market dalam keadaan crash. Mengacu pada penelitian Kim (1997) dan Huang (2001) penelitian ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas regulasi price limit yang diterapkan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2008. Jika memang price limit terbukti mengurangi volatilitas maka overreaction hypothesis yang dikemukakan oleh Huang (2001) akan terbukti. Tetapi jika tidak, penelitian ini kemudian dikembangkan mengacu pada penelitian Kim (1997) untuk menguji ketiga hipotesis masalah baru yang muncul akibat adanya regulasi price limit. Ketiga hipotesis tersebut adalah volatility spillover hypothesis, delayed price discovery hypothesis, dan trading interference hypothesis.
Daily price limits should reduce volatility of the stock price where market had crashed. Refers to research conducted by Kim (1997) and Huang (2001), this research is intended to see the effectiveness of price limits on the Indonesia Stock Exchange during the 2007-2008 period. If price limit is effective to reduce the volatility of the stock prices, then overreaction hypothesis stated by Huang (2001) will be proved. But if not, this research will be extended based on Kim?s (1997) to test the three new hypotheses of new issues that arise due to price limits. The three hypotheses are volatility spillover hypothesis, delayed price discovery hypothesis, dan trading interference hypothesis.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Junjungan Edi Sudrajat Sitorus
Abstrak :
The Overreaction Hypothesis suggests that extreme movements in stock prices are followed by price movements in the opposite direction as investors realize that they have overreacted, and the greater the initial price movements, the greater the subsequent reversal. One way in which the overreaction hypothesis has been studied is by analyzing the behavior of stock returns following large stock price declines. While there is a preponderance research finding evidence of reversal in short-term after large declines, many of them argued that overreaction effect may be attributed to illiquidity, ex. Bremer & Sweeney (1991) and Cox & Peterson (1994). This research examines short-term overreaction in the sample that consist of stocks listed on LQ 45, which is classified the most liquid market in Indonesia. The stock returns of every firm listed in the LQ 45 covering the period 2001 to 2007 were compared to specific trigger value, consistent with the prior research, -10%. If on any single day the return was equal to or less than the trigger value, the return was define as an event. For each stock, daily return are then examined both previous and following the event date (t-5 up to t+20), and compared with the stock's expected return, that estimated by mean-adjusted returns model. The objectives of this study is to investigate security return behavior in the three-day period and also subsequent to three-day period immediately following large declines to determine whether the reversal process persists. The second objective is to investigate whether industry classification plays a different role on the reversal process. The Results of the research tend to support the overreaction hypothesis. The results from the analysis reveal that, three-day period following the day of the large price declines, the liquid stocks earn positive and statistically significant abnormal returns. These positive and statistically significant abnormal return indicate that much of initial change in the price of these stocks was short-term overreaction. Furthermore, in the longer-term the analysis find that, beginning four days after the drop, securities tend to enter prolonged of relatively poor performance. The results from the analysis of the reversal patterns across industries reveal that magnitude and trend of the observed reversal do not differ substantially among industries.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rombe
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan industri dan perdagangan yang semakin bebas menyebabkan permintaan atas jasa pengiriman barang semakin meningkat. Di Indonesia jasa pengiriman barang dan dokumen ini lewat udara dilaksanakan oleh BUMN (kantor pos), swasta nasional, dan swasta asing yang membuka perwakilannya di Indonesia.

Persaingan yang dihadapi antar pemain asing cukup ketat. Persaingan ini menyebabkan masing-masing perusahaan berusaha untuk memberikan jasa yang lebih baik dan mempunyai nilai lebih (value added service) dibandingkan dengan pesaingnya. Disamping itu ketatnya persaingan menyebabkan reference price menjadi faktor yang cukup dominan dalam penentuan harga untukjenis jasa ini.

Jenis industri yang dilayani oleh jasa pengiriman barang ini beragam dan mencakup semua lini industri termasuk individu. Saat ini industri yang menjadi penyumbang terbesar pendapatan pada Federal Express adalah elektronik dan garment.

Dalam menghadapi situasi persaingan, hal yang sangat penting diperhatikan adalah pendapatan, mengingat biaya operasional perusahaan yang mengoperasikan pesawat cukup tinggi. Beberapa penentu utama dari pendapatan perusahaan adalah penehtuan harga yang optimal pada saat low season dan besarnya kapasitas angkut yang terpakai. Saat ini besarnya kapasitas angkut terpakai di Indonesia baru sekitar 57% dari total kapasitas angkut yang tersedia perharinya. Persentase ini masih jauh jika dibandingkan dengan Philipina yang mempunyai rata-rata kapasitas angkut 77% perharinya.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana perusahaan dapat memaksimalisasi pendapatan melalui kombinasi antara harga jual musiman (spot pricing) dengan persepsi nilai yang diterima oleh konsumen sehingga kapasitas angkut perusahaan menjadi lebih baik.

Dengan .dasar pemikiran diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk memakai jasa cargo dan menetapkan rentang harga yang sesuai dengan persepsi nilai yang diterima konsumen.

Data primer yang dibutuhkan diperoleh dari wawancara (semistructured individual interview) terhadap 33 responden pada perusahaan yang memakai jasa cargo udara. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi jenis industri dari konsumen pemakai, proses keputusan pemilihan jasa cargo udara, dan sensitivitas responden terhadap tingkat harga yang ditetapkan oleh perusahaan sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari pihak Fedex dan PT Repex, literatur-literatur kepustakaan, antara lain jurnal-jumal ilmiah, buku teks, internet dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan kegiatan ekspor.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada 3 atribut utama yang mempengaruhi pengambil keputusan dalam perusahaan untuk memutuskan pemakaian jasa cargo udara, yaitu Kecepatan, Konfirmasi Ruang (Space), dan Harga.

Hasil analisa terhadap berbagai jenis industri menunjukkan bahwa pada industry agribisnis atribut waktu konfirmasi untuk mendapatkan ruang dalam pesawat menjadi faktor terpenting. Atribut kecepatan dan harga sama-sama menempati urutan kedua.

Pada industri otomotif; atribut kecepatan, atribut waktu konfirmasi dan atribut harga menjadi faktor yang sama penting;

Pada industri kimia, atribut waktu konfirmasi menjadi atribut yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi sedangkan atribut kecepatan dan atribut harga samasama menempati urutan kedua.

Pada industri elektronik, atribut waktu konfirmasi dan atribut harga menempati tingkat kepentingan tertinggi sementara itu atribut kecepatan menempati urutan kedua.

Pada industri garment, atribut harga menempati tingkat kepentingan tertinggi, urutan kedua adalah atribut waktu konfirmasi dan urutan terakhir adalah atribut kecepatan.

Pada industri kerajinan tangan, atribut waktu konfirmasi menempati tingkat kepentingan tertinggi, kemudian urutan kedua adalah atribut kecepatan dan urutan terakhir adalah atribut harga.

Pada industri jasa cargo, atribut harga menempati tingkat kepentingan tertinggi, urutan kedua sama-sama ditempati oleh atribut kecepatan dan atribut waktu konfirmasi.

Jika dilihat pada seluruh industri, maka atribut waktu konfirmasi menempati tingkat kepentingan tertinggi, urutan kedua ditempati oleh atribut kecepatan dan urutan terakhir adalah atribut harga.

Hal ini menjelaskan bahwa penetapan harga dapat dilakukan secara optimal dengan melihat kebutuhan dari masing-masing jenis industri yang ada, sehingga membantu meningkatkan ratio kapasitas angkut pada saat low season.

Temuan-temuan pada penelitian ini mengarahkan pada hal-hal yang dapat dilakukan oleh penyedia jasa cargo udara untuk mengoptimalkan pendapatan, yaitu: melakukan penetapan harga jual secara spesifik pada masing-masing industri dengan menggunakan pendekatan berdasarkan permintaan pasar. Untuk menunjang keberhasilan penetapan harga jual ini perusahaan perlu untuk melakukan sosialisasi terhadap harga kepada calon konsumen dengan cepat pada saat permintaan rendah sehingga tidak ada waktu yang idle dimana pendapatan perusahaan menjadi tidak optimal
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brealey, Richard A.
Camridge, Mass.: MIT Press, 1972
332.67 BRE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oxenfeldt, Alfred R.
New York: Amacom , 1975
338.5 OXE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dorfman, Robert
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1967, c.1972
338.52 DOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Cindar Hari Prabowo
Abstrak :
Dilema pada pembangunan kota salah satunya berfokus pada urgensi kebutuhan akan infrastruktur, seperti sarana transportasi.  Sayannya, pembangunan infrastruktur ini menyebabkan harga tanah disekitarnya menjadi naik secara signifikan.  Studi mengenai pembangunan infrastruktur terhadap harga tanah sebagai komponen dominan pembentuk harga rumah masih sangat minim, riset ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antar pembangunan infrastruktur, harga tanah dan harga rumah. Dengan menganalisis NJOP, sebaran jalan dan komersil tadi ini menemukan bahwa semakin tinggi nilai sebuah lahan, maka aksessibilitas dan konektivitasnya akan semakin tinggi Kemudian dengan penelusuran metode kualitatif, studi menemukan adanya fenomena ekonomi biaya tinggi yang turut berpengaruh menaikkan harga lahan, ditambah lagi eksistensi makelar tanah yang dapat mengatur harga tanah berdasarkan kepentingan pribadinya.  Berdasarkan hasil tersebut pemerintah diharapkan mempertimbangkan jenis aksesibilitas dan konektivitas jalan raya serta mengupayakan menghapuskan biaya tidak resmi serta keberadaan makelar tanah untuk mengontrol harga tanah dan rumah. ......One of the dilemmas of urban development is the urgency to built infrastructure, such as transportation. Unfortunately, this infrastructure development caused the surrounding land prices to increase significantly. Studies on infrastructure development effect on land prices as the dominant component of housing prices on the literature are not widely conducted yet.  This research aims to reveal the relationship between infrastructure development, land prices and housing prices. After Analyzing the NJOP, distribution of roads and distribution of commerce, this study found that the higher the valuation of a land means higher accessibility and connectivity. Then, executing qualitative methods, we found a phenomenon of high-cost economy which also had an effect on increasing land prices. Moreover, the existence of land brokers who can set the price of land based on his personal interests, worsen the market price of land and housing. Based on these results, it is recommended for the government to carefully consider the type of accessibility and connectivity of a land, and seek to eliminate high-cost economy and the existence of land brokers to control land and housing prices.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadli Sani
Abstrak :
Industri pertambangan batubara adalah jenis industri yang membutuhkan modal besar dan memiliki risiko tinggi, sehingga penting untuk memperhatikan keberlangsungan pengusahaan sektor ini terutama dalam sarana permodalan usaha. Salah satu cara mendapatkan permodalan bagi keberlangsungan perusahaan tambang batu bara adalah melalui pasar modal. Minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor tambang batu bara sangat ditentukan naik turunya harga saham sektor tambang batu bara. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh harga batubara terhadap harga saham sektor pertambangan batubara. Dengan menggunakan data sekunder runtun waktu dari periode Januari 2012 hingga Desember 2022 dan menerapkan metode Vector Error Correction Model (VECM),  penelitian ini menunjukkan bahwa harga batubara berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan Batubara di Indonesia.  Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh harga batubara memberikan kontribusi terbesar terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan Batubara yaitu sebesar 27,56%. Sementara kontribusi pengaruh suku bunga, kurs, dan inflasi terhadap harga saham masing-masing adalah sebesar 22,09%, 21,65%, dan 17,97%. ......Coal mining is a type of industry that requires huge capital and carries high risks, so it is essential to pay attention to the sustainability of this sector, particularly the business capital. One way to obtain funding capital for the sustainability of coal mining companies is through the capital market. The ups and downs of stock prices determine the interest of investors in the coal mining sector. This study aims to analyze the effect of coal prices on stock prices in this sector. By using secondary data from January 2012 until December 2022 and applying the Vector Error Correction Model (VECM) method, this study shows that coal price has a significant positive correlation to stock prices for the coal mining sector in Indonesia. Furthermore, this study also shows that the effect of coal prices makes the largest contribution to the stock price of the coal mining sector, which is equal to 27.56%. Meanwhile, the contributions of interest rates, exchange rates, and inflation on stock prices were 22.09%, 21.65%, and 17.97%, respectively.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>