Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianturi, Yenny
Abstrak :
Dewasa ini anak perempuan cenderung mendapat menstruasi pada usia yang lebih muda. Dengan semakin dininya mendapat menstruasi akan memberi konsekuensi menyiapkan mereka tentang pengetahuan yang adekuat terkait dengan menstruasi dan implikasinya juga harus lebih dini. Banyak faktor yang dianggap berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SD yang pada umumnya usianya antara 9 - 13 tahun dan sedang berada pada tahap usia sekolah dan masa remaja awal yang memiliki tahap berpikir operasional konkrit dan operasional formal. Faktor tersebut diantaranya adalah dari dirinya yaitu usia dan paparan informasi dari keluarga dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor apa saja yang berhubungan secara bermakna dan faktor yang paling bermakna terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SDN di Keeamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur. Disain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) dengan populasi adalah siswi kelas IV, V dan VI dari 88 SDN. Sampel diambil dengan metoda gugus bertahap dan acak sederhana dengan besar sampel 441, dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi. Pengumpulan data dengan cara survey dengan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dan Multiple Regressi Logistic. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang menstruasi masih rendah yakni hanya 45,1% responden yang memiliki pengetahuan baik (di atas atau sama dengan nilai rata-rata). Faktor yang berhubungan secara signifikan pada a = 0,05 adalah usia anak, pendidikan ibu dan keterpaparan informasi dan faktor yang paling dominan adalah pendidikan ibu dengan Odd Ratio : 3,847. Berdasarkan hasil penelitian ini perlu adanya pendidikan seksualitas terutama menyangkut menstruasi dengan segala implikasinya dilakukan secara tepat dan komprehensif baik oleh orang tua maupun oleh pendidik.
The Relation Factors with Menstruation Concerning at 4,5,and 6`h Class Female Student Country Elementary School in Cakung District, Municipality of East Jakarta, 2000-2001's Academic Year At the present time, girls usually get menstruation at the age of early teenage. The earlier menstruation they have the early preparation of adequate information about menstruation and implication of it should be delivered. There are many factors that assumed having relation in menstruation knowledge to the 4, 5,and 6th class female student of elementary school generally in age ranch between 9-13 years old where they were in the school and in first adolescent era whom which have the concrete and formal thinking phase. One of factors upon mentioned is their-own-self, namely age and explanation of the information from their family and environment. This research purposed to obtain the information concerning what the related significant factors, and what the most significant factors can be used in menstruation knowledge for the 4,5, and 6th class female student of Country Elementary School in Cakung District, East Jakarta Municipality. This research design is cross sectional by the sample are 4,5,61 female student population from 88 Country Elementary Schools. The sample has taken through cluster in stage and simply random methods with used the 441 samples, and has accounted by the proportion estimate formula in used. Data collection did in survey manner with use the questioner. Whereas, for the Statistic analyzing has been accounted by the formula of Chi-Square and Multiple Regression Logistic. The study results is to expression that the menstruation knowledge is still lower than expected, where only 45,1 % of the respondents who having good knowledge in this context (upper and or equal than average point). The factor which related significantly on cx = 0,05 are daughter years old, mother educational, transparency of the information, and the most dominant variable, is the mother educational which is shown on Odd Ratio = 3,847. Based on this study feels needed an sexuality education primarily concerning in menstruation included all of its implication, which have to in accurate and comprehensive handling, both by the parents and the educators.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Abstrak :
ABSTRAK
Usia haid pertama (menarche) terlihat sangat erat kaitannya dengan kemakmuran dan gaya hidup yang berubah akibat pembangunan. Semakin makmur suatu bangsa, kaum wanitanya cenderung menunjukkan usia haid pertama yang lebih dini.

Makin dininya usia haid atau maturasi seorang wanita, membawa beberapa konsekuensi. Pada berbagai program untuk mengatasi tekanan penduduk seperti keluarga berencana, yang antara lain dikampanyekan melalui penundaan usia perkawinan, tentu akan bertolak belakang dengan maturitas yang semakin dini, karena usia produktif menjadi semakin panjang. Haid yang lebih dini juga menyebabkan usia reproduksi pada wanita semakin panjang yang artinya makin memberi kesempatan untuk beranak lebih banyak.

Haid pertama datang dengan membawa segala akibatnya, baik secara fisiologis maupun psikis. Secara fisiologis, berarti telah dapat bereproduksi, karena alat reproduksinya telah mulai berfungsi. Sementara itu menarche juga merupakan pertanda bahwa seorang gadis telah memasuki akil balignya, hal ini akan membawa akibat secara psikis, baik terhadap gadis itu sendiri maupun keluarga serta lingkungannya.

Dilihat dari keberadaan kebudayaan dan pranata setempat, semakin dini usia haid pertama secara biologis berarti memungkinkan wanita remaja yang bersangkutan untuk lebih cepat dewasa dalam hal kemampuan sistem reproduksi. Hal ini memberikan konsekuensi lain yang lebih besar, yaitu yang bersangkutan dapat segera mengandung bila mereka melekukan hubungan seksual dengan pasangannya.

Sementara itu pada sisi yang lain, pranata sosial setempat masih tidak mentolelir terjadinya hubungan seksual diantara sepasang wanita dan pria tanpa mereka diikat oleh pranata perkawinan. Kesenjangan ini semakin menjadi permasalahan kompleks ketika lingkungan sosial setempat juga menuntut remaja wanita yang bersangkutan untuk tidak segera menikah dengan alasan harus menyelesaikan sekolah atau pekerjaannya terlebih dahulu.

Studi ini bermaksud menggambarkan dan menelaah secara kritis tentang masalah haid, khususnya mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat proses terjadinya haid pertama atau menarche yang dialami oleh remaja wanita di daerah pinggiran perkotaan di sekitar kota metropolitan DKI Jakarta.

Temuan penelilian ini; tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche remaja.

Merujuk kepada Freeman yang berpendapat; bagaimana ke depan kita dapat membuat sintesa bagi kajian antropologi sosial dan biologi menjadi suatu studi tentang prilaku munusia. maka penelitian ini merupakan satu langkah awal menuju ke arah tersebut.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Murtiati
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Sindroma premenstruasi merupakan suatu gangguan yang berulang secara siklik pada akhir fase luteal siklus menstruasi seorang wanita. Gejala yang terjadi mencakup perubahan fisiologis, perasaan dan perilaku yang mengganggu aktifitas normal. Gejala yang terlihat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan, sedang dan sangat beret. Sindroma premenstruasi diduga dipengaruhi banyak faktor. Sindroma premenstruasi umumnya terjadi pada wanita berusia antara 20 - 48 tahun. Salah satu teori yang mencoba menjelaskan terjadinya patofisiologi sindroma premenstruasi adalah defisiensi kadar progesteron plasma pada fase luteal siklus menstruasi seorang wanita.

Kadar progesteron plasma yang rendah pada fase luteal siklus menstruasi berpengaruh pada susunan saraf pusat dan retensi air pada tubuh yang menimbulkan gejala sindroma premenstruasi . Penelitian ini merupakan studi analisis eksperimental untuk meneliti efek latihan senani erobik terhadap kadar progesteron plasma pada fase luteal dan gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi. Pengukuran kadar progesteron plasma pada fase luteal dengan teknik Microparticle Enzyme Immuno Assay (META). Pengukuran gejala sindroma premenstruasi dengan kuesioner gejala sindroma premenstruasi yang diadaptasi dari Menstrual Distress Questionnaire (MDQ). Delapan orang wanita sehat penderita sindroma premenstruasi mendapat latihan fisik erobik dengan dilakukan tes kebugaran sebelum dan sesudah latihan 12 minggu. Latihan fisik erobik mengikuti prinsip Frekuensi, lntensitas, Durasi dan Janis (FIDJ). Program latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 12 minggu, dengan intensitas sedang dan durasi 45 -- 60 merit.
Data dianalisis dengan uji t independen, uji korelasi setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Kolrnogorov smirnov dan uji kesamaan variansi dengan uji F pada alpha 0,05

Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi pada fase luteal siklus menstruasi lebih rendah dan nilai normal, (2) Kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi setelah latihan . senam erobik secara teratur selama 12 minggu lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding pada penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (3) Gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi yang diberi perlakuan berkurang secara sangat bermakna dibanding penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (4) Denyut nadi pada pelaksanaan latihan senam erobik telah sesuai dengan program latihan yang dianjurkan (72% - 87% Denyut Nadi Maksimal), (5) Kebugaran meningkat secara bermakna (p<0,05), persentase peningkatan 16%, (6) Persentase lemak tubuh menurun, (7) Fleksi dan ekstensi meningkat .
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwadi
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian Latihan fisik (berat) dapat menyebabkan gangguan daur haid karena gangguan poros hipotalamus - hipofisis. Insiden gangguan daur haid ini akan berkurang jika latihan fisik dikurangi atau dihentikan sama sekali. Untuk mengetahui hubungan antara latihan fisik dengan gangguan daur haid pada siswa Semaba Polwan di Jakarta, telah dilakukan penelitian kuasi eksperimen one group pre test- post test design terhadap 82 orang (total sampel) siswa Semaba Polwan di Ciputat Jakarta. Pre tes dilakukan sebelum menjalani latihan fisik, post tes I setelah responden menjalani latihan fisik tingkat berat dan post tes II setelah responden menjalani latihan fisik tingkat sedang. Berat badan dan tinggi badan diukur dengan alat timbang badan dan pengukur tinggi badan. Tingkat latihan fisik ditetapkan melalui perkalian antara berat badan responden dengan energy expenditure aktivitas tersebut dengan rujukan tabel energy expenditure during various activities. Derajat stresor kerja ditentukan dengan kuesioner survai diagnostik stres yang telah disesuaikan dengan keadaan di Sepolwan, kuesioner symptom check list 90 (SCL 90) digunakan untuk mengukur adanya psikopatologi dan gangguan daur haid diketahui dari kartu catatan daur haid. Teknik analisis yang digunakan : uji chi square, penghitungan relative risk dengan confidence interval 95 %, uji korelasi, paired z-test dan analisis regresi logistik dari program SPSS. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden gangguan daur haid sebelum latihan fisik 8,4 %, setelah latihan fisik berat selama tiga bulan 87,8 % dan setelah dosis latihan fisik diturunkan menjadi tingkat sedang 44,0 %. Proporsi gangguan daur haid saat post tes f dibanding saat pre tes menunjukan hasil yang bermakna (p 0,000; RR = 591,47 CI95 %174,43-2005,52) dan proporsi gangguan daur haid saat post tes I dibanding post tes II menunjukan hasil yang bermakna (p=0,000; RR = 4,54 C195 %2,18-9,53).Insiden gangguan daur haid yang terjadi berkurang dengan menurunnya tingkat latihan fisik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa risiko untuk timbulnya gangguan daur haid pada siswa yang menjalani latihan fisik berat 18,12 kali dibandingkan siswa yang menjalani latihan fisik ringan. Stresor kerja dan perubahan berat badan tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan daur haid. Kesimpulan : Secara umum dapat disimpulkan bahwa timbulnya gangguan daur haid pada siswa Semaba Polwan terutama berhubungan dengan latihan fisik. Gangguan daur haid ini tidak berhubungan dengan stresor kerja dan perubahan berat badan. Dari insiden gangguan daur haid tersebut berkurang dengan menurunnya tingkat latihan fisik.
Scope & Methodology : Heavy physical exercise has been recognized to cause menstrual dysfunction due to disturbance on the hypothalamic - pituitary axis. The incidence of menstrual dysfunction will decrease, if the burden of physical exercise is decreased or stopped. To study the relationship between physical exercise and menstrual dysfunction among female police cadets in Jakarta; a one group pre & post test design experiment study was conducted on 82 subjects (total sample) female police cadets from Ciputat, Jakarta. The pre test was conducted before the physical exercise program started, the first post test after 3 months heavy physical exercise and second post test after moderate physical exercise. The body weight and high was measured, physical exercise was classified by multiplying body weight energy expenditure in activity using was measured using Stress Diagnostic Questionnaire adjusted for this population, the Symptom Check List 90 (SCL 90), while menstrual dysfunction was diagnosed by using a menstrual recording chart. Statistical analyses used were Chi - square test, relative risk with 95%, test of association, paired z-test and logistic regression functions.

Result & Conclusions : The incidence of menstrual dysfunction before a physical exercise program was 8,4 %, after 3 months exposed to a heavy physical exercise it was 87,8 % and after a moderate physical exercise it decreased to 44,0 %. Also were reported that significant differences found between the pre test and first post test (p=0,000; RR= 591,47 CI 95 % 174,43 - 2005,52) and also between the first and the second post test (p=0,000; RR=4,54 CI 95 % 2,18 - 9,53). Further analysis showed that the risk of heaving menstrual dysfunction among cadet during heavy physical exercise was 18,12 times compared to light physical exercise. Psychological stress and the changes in body weight showed no relation with menstrual dysfunction. Generally the study showed that the occurrence of menstrual dysfunction among the cadets was related to the physical exercise. The occurrence of menstrual dysfunction showed no relation with psychological stress and changes in body weight. The incidence of menstrual dysfunction decreased with the decrease of physical exercise.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinky Saptandari E.P. Wisjnubroto
Abstrak :
Nelayan sebagai pekerjaan tradisional tumbuh secara alamiah di pemukiman pantai. Penelitian di perkampungan nelayan pantai Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kotamadya Surabaya, banyak menjelaskan dan memperkuat dugaan tersebut. Pekerjaan nelayan relatif membutuhkan tingkat pendidikan formal yang rendah, namun membutuhkan energi fisik yang tinggi. Kebutuhan akan kekuatan fisik ini juga berlaku bagi para isteri nelayan. Karena hasil tangkapan kemudian diserahkan kepada para isteri untuk dijual, ataupun diolah sedemikian agar dapat dikonsumsi untuk jangka yang lebih lama dan mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Di pemukiman nelayan pantai Kejawan Lor proses nilai tambah produksi ini sepenuhnya diselenggarakan oleh para isteri nelayan. Sebagai isteri nelayan, mereka harus bertanggung jawab dan pelaksana tunggal kelangsungan hidup rumah tangga. Dengan demikian secara praktis, ada tiga peran yang harus dijalankan secara konsisten oleh para isteri nelayan Kejawan Lor, yakni: (a) peran produktif-ekonomis, (b) peran reproduktif (biologis dan sosial), dan (c) peran sebagai pengelola kegiatan komunitas/sosial. Ketiga peran ini berjalan bersamaan dan hampir-hampir tanpa henti. Bahkan pada saat haidpun -- demikian pusat perhatian penelitian ini -- tidak menghambat ketiga peran tersebut. Betapa beratnya beban kerja produktif tidak akan mengurangi peran domestik yang merupakan peran ideal yang diharapkan terhadap wanita. Oleh sebab itu, haid ataupun tidak, semua kegiatan tetap harus berjalan sebagaimana biasanya. Secara biologis, haid, antara lain, ditandai dengan penurunan kondisi fisik. Pada saat kondisi fisik menurun, idealnya dibutuhkan istirahat yang cukup. Apabila kondisi biologis ini dihubungkan dengan adanya berbagai tabu haid, penelitian ini memperoleh temuan yang menunjukkan bahwa tabu haid tersebut tidak mendukung kondisi biologis pads saat wanita haid. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tabu merupakan suatu keyakinan, merupakan suatu yang harus dan memang sudah demikian alam mengatur. Keyakinan ini -- dengan demikian -- mengesankan adanya suatu sub-ordinasi pada peran wanita.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Mulyanti
Abstrak :
Kesehatan reproduksi mencakup area yang luas, tcrmasuk diantaranya pemeliharaan kesehatan seseorang dimasa remaja. Keiompok remaja mcnjadii perhatian, karena kelompok ini merupakan kelompok yang bcsar jumlahnya dan rentan serta mempunyai resiko gangguan tcrhadap kesehatan rcproduksi. Pada pubertas, khususnya pada wanita terdapat perubahan yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Perisliwa haid sclaiu berpengaruh terhadap psikologis, yang perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi, karena bila hal ini Iidak diperhatikan akan berakibat tumbuhnya mikroorganismc sehingga menyebabkan gangguan pada alat reproduksi, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup seseorang. Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor perdisposisi (umur, pengetahuan, sikap dan kepercayaan) faklor pemungkin (keterpaparan terhadap media massa dan pendidikan ibu) dan faktor penguat (informasi dari lingkungan sosial dengan praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi). Penelitian ini menggunakan rancangan non eksoerimental, dimana data diperoleh secata potong lintang (cross sectional) target populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP N l Kabupaten Purwakana yang telah mengalami menstruasi. Jumlah responden pada pdnelitian ini 64 orang, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara slatistik dengan teknik analisis bivariat Chi Square dam multivariat regresi logistik. Dari hasil analisis diketahui bahwa praklek pemeliharaan kebersihan yang baik pada responden SLTP N I sangat rendah (25%) Dengan menggunakan anaiisis bivariat, variabel yang terbukli mempunyai hubungan bermakna secara statistik terhadap praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi yaitu variabel pengelahuan, sikap, dan umur, sedangkan variabel lain diketahui secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi adalah keterpaparan terhadap media masa pendidikan ibu dan keecrcayaan. Dari model regresi logislik diketahui tenyaia variabel yang paling berhubungan adalah sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Rasio lerbesar yailu 4,9342 dengan 95% CI. Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pengembangan program penyuluhan kesehatan, terutama program pembinaan kesehatan keluarga yang terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya dalam praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi baik meialui media massa maupun lingkungan sosial seperli orang ma, guru sena pemgas kesehatan dan untuk menghasilkan penelilian yang Iebih representatif periu pcnelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili popuiasi, desain yang berbeda dan variabel lain seperli status ekonomi dan kelompok usia yang berbeda dan lain-lain.
Reproductive health covers such large an area, where one of the components is the adolescent reproductive health. The adolescence had became a main issue because of its magnitude and risk towards reproductive health problems. During the puberty, especially to the adolescent girl, menstruation is a remarkable change, and it needs attention. The practice of the menstrual hygiene is important, because if it may cause problem in the reproductive organnand may end the decrease ofthe quality of life. The purpose of this research is to find out whether there is relationship between some variables named as predisposing factors (age, knowledge and attitude), enabling factors (exposure with mass media and education of motherand exposure to social environment) with practice of menstrual hygiene among the junior high school students. The research was carried out in one junior high school of Purwakarta, a district in west Java, 2001. This research was non-experimental, using cross sectional method in collecting data. Population target were first year female student in a public junior high school of Purwakarta a distric in west Java. The numbers of respondents in this study were 64 people, and data were by using questionnaires collected. The data was then processed by the help of computer and statically analyzed using the Chi square technique (bivariat : 95 % Cl), and finally double logistic regression multivariat). The result showed that most of the respondent did not have a good's practice of menstrual hygiene (25%), Using hivnriut analysis mentioning 2 variables, were related the menstrual hygiene practice were l-cnovvlctlge and attitude. Other variables such as age, exposure with mass medians. mother's education. exposure to social environment did not provide significant relation with the practice of menstrual hygiene. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that attitude (P=0.0l78) and exposure to social environment (l?=-'0.036l) were statically significance. Also statically approved that from those two variables, attitude was the most dominant variable related with the practice of menstrual hygiene, because it had the biggest odds ratio (OR 4,9342 ; 95 % C.l). compared with other variables. Interaction test canied out for there three variables did not eoniimt the existence of interaction resulting the model as the last accepted definitive model. Recognizing the factors related with the practice of menstrual hygiene, this research suggested that the authority who is responsible for improving reproductive health of women to develop health education programmed, especially that related with practice of menstrual hygiene of adolescent girls. For parents and teachers to be able and to provide information as early as possible to the adolescent girl's when they were in their puberty about menstruation, and especially about the practice of menstrual hygiene. To attain more representative conclusion it is recommended to carry out further studies using samples that represent the whole population, different designs and involving many other relevant variables, such as socio economic, cultural and varies age group.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinarisa
Abstrak :
ABSTRAK
Angka kematian dan kecacatan pada wanita karena gangguan sistem reproduksi semakin meningkat. Penyakit infeksi disistem reproduksi dapat disebabkan karena kebersihan yang kurang dari wanita saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh Pendidikan kesehatan Menstrual Hygiene PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan selama menstruasi. Penelitian ini adalah penelitian quasi-experiment dengan pre-test and post-test with control group. Sejumlah 98 remaja putri di Sekolah Menengah Pertama SMP berpartisipasi dalam penelitian, 48 orang pada kelompok intervensi diberikan PMH melalui ceramah, demostrasi langsung menggunakan phantom dan pemberian booklet serta pengisian self-report selama menstruasi. Kuesioner yang digunakan adalah Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire untuk mengukur sikap remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan diri selama menstruasi p=0,001 95 CI 223,38 ndash; 234,17 . PMH meningkatkan sikap remaja putri dan membantu remaja untuk memahami kebersihan diri selama menstruasi. Penelitian ini merekomendasikan PMH digunakan oleh perawat dalam penyuluhan kesehatan di Unit Kesehatan Sekolah UKS.
ABSTRACT
WHO reported that the women mortality and morbidity due to reproductive system disorders increased in last decade. One of the cause the reproductive tract infection is unhygiene during menstruation. The research rsquo s goal is to measure the effectiveness Menstrual Hygiene Education MHE toward the adolescent girls rsquo attitude during menstrual period. This research design is a quasi experiment with pre test and post test with control group. 98 adolescent girls from junior high school has participated in this research, 48 respondents in intervention group have been given the MHE packages including lectures, direct demonstration using phantom, booklet and self report during menstruation. The questionnaire that used is Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire. The results showed that MHE there was influence of adolescent girls rsquo attitude in monitoring personal hygiene during menstruation p 0,001 95 CI 223,38 ndash 234,17 . MHE improved the attitude and helps the adolescents girls to understand personal hygiene during menstruation. This research recommend MHE can to be used by nurses for health education in schools.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheta Wiranti Sari
Abstrak :
Perubahan fisik terkait pubertas terutama menstruasi akan menuntut seorang remaja untuk melakukan perawatan diri yang adekuat. Perawatan diri yang tepat saat menstruasi perlu dibiasakan sejak dini, karena perilaku yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi pada area genital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan diri remaja saat menstruasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada 90 orang siswi di SMK N 2 Depok. Hasilnya, sebagian besar (43,3%) siswi mengalami menstruasi pertama pada usia 13 tahun. Selain itu, sebagian besar (56,7%) siswi sudah memiliki perawatan diri saat menstruasi yang tepat. Disarankan bagi perawat anak dan komunitas agar dapat meningkatkan sosialisasi kepada siswi dan sekolah mengenai pentingnya perawatan diri yang tepat saat menstruasi. ...... Physical changes related to puberty especially menstruation will demand an adolescent to do an adequate self care. Adequate self care during menstruation needs to be socialized since early age, because an inappropriate behavior will increase risk of infection in genital area. The purpose of this research is to describe about adolescent self care during menstruation period. Type of this research is quantitatif research with descriptive design. This research use purposive sampling technique to 90 students in SMK N 2 Depok. The result showed that most of (43,3%) students attained menarche at 13 years old. Besides, most of (56,7%) students has appropriate menstrual self care. The recommendation for nurses is to increase the socialitation for students and school about the importances of appropriate self care during menstruation period
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnamawati
Abstrak :
Pengetahuan kesehatan reproduksi termasuk pengetahuan tentang pubertas dan menstruasi pada siswi sekolah dasar masih rendah. Pengetahuan tentang menstruasi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi perilaku personal higiene saat menstruasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yag berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik Total Sa~11pling, yaitu 276 siswi kelas IV, V, dan VI. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang menstruasi rendah dengan faktor intrinsik (siswi berumur <11 tahun memiliki peluang 2.195 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi berumur ~ 11 tahun, siswi kelas IV berpeluang 4.870 kali lebih besar daripada siswi kelas VI) serta faktor ekstrinsik (siswi yang kurang terpapar informasi berpeluang 1,966 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang cukup terpapar informasi, siswi yang menyatakan bahwa guru tidak berperan berpeluang 2,069 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa guru berperan dan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya tidak berperan berpeluang 3,097 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya berperan). Penelitian ini menyarankan bahwa pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Mustika Jaya yaitu melalui kegiatan UKS untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi secara optimal.
Reproductive health knowledge, including knowledge about puberty and menstruation in elementary school students is low. Knowledge of menstruation is one of the elements that influence the behavior of personal hygiene during menstruation. The study aims to determine the factors associated with knowledge yag about menstruation. This study used a cross-sectional design and sampling with total sampline; technique, namely 276 grade IV, V, and VI. The results of chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge about menstruation low with intrinsic factors (girls aged < 11 years had chances 2,195 times larger than the female students aged ?: 11 years and fourth-grade student 4,870 times greater chance than grader VI) and ekstrinsic factors (students who are less exposed to information likely to 1,966 times greater than the student who is quite exposed to information, student stating that the teacher is not likely to play a role 2,069 times greater than the student who stated that the role of teachers and students who stated that peers play a role not likely to 3,097 times greater than the student who stated that peers play a role). This study suggests that the school in collaboration with Puskesmas Mustika Jaya namely through UKS to do counseling about reproductive health optimally.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthmainnah
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai pengaturan dan penerapan cuti haid pekerja/buruh perempuan pada perusahaan dalam Federasi Buruh Lintas Pabrik. Penelitian yang dilakukan berjenis yuridis normatif dengan analisis data secara kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Adapun Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui pengaturan mengenai hal tersebut dan mengidentifikasi permasalahan hukum terkait cuti haid pada perusahaan dalam Federasi Buruh Lintas Pabrik.
This thesis mainly discusses about two issues which are the regulation and the implementation of menstruation leave in companies within cross-factory union. Research conducted with the normative juridical research with qualitative data analysis which is descriptive analytical. The objective of the research is to know the rules regarding menstruation leave for women worker in companies within Cross-Factory Union and to identify the issues of the menstruation leave implementation.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S59931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>