Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Rita Rosiana
Abstrak :
Pusat Pengujian Mutu Barang (PPMB) adalah satu unit dalam lingkungan Depperindag RI, mempunyai tugas utama membina dan melayani pengujian serta sertifikasi terhadap mutu produk. Produk yang dihasilkan organisasi ini adalah Pelayanan Jasa Teknis (PJT), meliputi : pengujian, pengambilan contoh, konsultasi teknis dan pengembangan metoda pengujian. Dalam memberikan PJT kepada masyarakat luas terutama dalam era globalisasi ini, PPMB berhadapan dengan pesaing-pesaing sejenis baik dari dalam maupun luar negeri. Pesaing dari dalam negeri yang terbesar adalah ; SUCOFINDO. Agar tetap eksis dan sukses saat ini dan masa yang akan datang PPMB harus memiliki key success factor (KSF) yaitu lebih baik, lebih murah, lebih cepat dan lebih baru dari pesaing dalam memberikan kepuasan kepada pelangggan. Sebelum mengarah kepada KSF maka posisi daya saing organisasi ini terhadap pesaing harus diketahui. Salah satu metode yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT analysis). Secara akademis, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain dalam penelitian sejenis. Secara praktis khususnya bagi PPMB penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi penyusunan strategi dalam rangka meningkatkan daya saing organisasi ini dalam bisnis PJT. Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan, posisi PPMB dan SUCOFINDO terdapat pada kwadran I. PPMB pada posisi kekuatan 0.22 dan peluang O.7 sedang SUCOFINDO pada kekuatan 2.14 dan peluang 1.06 PPMB dapat dikatakan terdapat pada posisi yang lebih rendah dibandingkan SUCOFINDO. Sejumlah perubahan harus dilakukan oleh PPMB meliputi beberapa variabel internal agar dapat bersaing terhadap SUCOFINDO dan bila memungkinkan melampauinya. Perubahan yang diusulkan adalah : Sosialisasi visi, misi dan sasaran PPMB; Perubahan struktur organisasi termasuk memandirikan BPSM Regenerasi manajemen PPMB; Peningkatan Keahlian, ketrampilan dan tanggungjawab SDM fungsional dan non fungsional yang terkait PJT; Pembentukan dan pemberdayaan tim pemasaran jasa PPMB; Peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana PPMB; Pembelajaran individu dan tim secara berkesinambungan yang ditunjang dengan teknologi informasi terkini; Pemberdayaan SDM PPMB; Peningkatan Kompensasi; Perbaikan manajem keuangan termasuk efisiensi pembiayaan; menjadikan PPMB sebagai unit swadana; Peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan sinergi antara SDM fungsional dan non fungsional.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T6488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Yanuarif
Abstrak :
Untuk memperkecil resiko dan ketidak pastian suatu proyek konstruksi dapat dilakukan dengan suatu manajemen yang mampu mengendalikan serta mereduksi biaya (cost) dan waktu (time) serta menjamin kualitas (quality) suatu pekerjaan konstruksi agar dapat mencapai sasaran secara efektif dan eflsien. Mekanisme manajemen konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor ditopang oleh banyak pihak, melibatkan pengorganisasian dan koordinasi dari semua sumber daya untuk proyek konstruksi yang dilakukan. Dalam rangka pelaksanaan proyek agar sesuai dengan standar kualitas dan pelaksanaan/kinerja yang telah dispesifikasikan perancang, maka sumber daya tenaga kerja, peralatan konstruksi, material-material tetap dan sementara, dana, teknologi dan metoda serta periode pelaksanaan perlu diperhatikan agar penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan tepat pada jadwal waktunya dan dalam batas-batas anggarannya. Material konstruksi merupakan salah satu sumber daya yang terbatas dalam suatu proyek konstruksi, menjadikan procurement sebagai salah satu fungsi utama dari kegiatan konstruksi yang nilainya antara 2540% bahkan dapat mencapai 60% dari anggaran proyek Sehingga penambahan waktu dari pemesanan, pengiriman serta penanganan material konstruksi sebagai kegiatan pengadaan material seringkali berdampak dapat menimbulkan kegiatan kritis baru dari suatu kegiatan pelaksanaan proyek dalam menentukan keberhasilan projek. Penelitian ini memberikan gambaran kondisi manajemen material yang digunakan kontraktor dalam proses pengadaan dan pengendalian persedian material pada proyek konstruksi bangunan bertingkat saat ini di Jabotabek khususnya di Jakart Serta seberapa besar kontribusi variabel-variabel manajemen material hasil temuan terhadap profitabilitas atau keuntungan perusahaan pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi proyek bangunan bertingkat. Hasil-hasil temuan penelitian ini adalah beberapa variabel-variabel kegiatan manajemen material yang menjadi kunci keberhasilan dalam manajemen material yaitu variabel kegiatan perencanaan pembuatan WBS, kegiatan perencanaan pembuatan SOP, efisiensi manajemen material, kegiatan inspeksi dan monitoring, serta penggunaan paket software manajemen. Sedangkan variabel-variabel yang dapat menggagalkan keberhasilan dalam manajemen material adalah distribusi biaya pembelian material yang tidak terencana dengan detail, keterlibatan site manger terlalu tinggi dalam kegiatan manajemen material, tingginya kejadian change order. Hasil-hasil penelitian tersebut diperoleh dari 23 sampel yang dapat memenuhi persyaratan statistik, sampel tersebut diperoleh dari 27 angket yang kembali dari 50 angket yang disebar ke perusahaan konstruksi. Metode analisa yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisa multivariant Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, analisa korelasi, analisa regresi berganda (multiple regression), dan analisa faktar. Semua analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan paket Software Statistical for Social Science Release 6.13 atau SPSS Release 6.13 for Windows 95.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T10406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Amien
Abstrak :
Karakteristik Gesekan dan keausan pada bahan non-metal khususnya bahan komposit berpenguat serat (fiber reinforce composite) masih memerlukan banyak penelitian, karena belum banyak diketahui oleh para ahli. Penelitian yang dilakukan tentang keausan bahan komposit karbon / vinyl ester pada kondisi kering. Pengamatan yang dilakukan adalah pengaruh struktur, arah struktur, volume serat terhadap laju keausan. Selain hal ini, juga dilakukan analisa pengaruh beban terhadap laju keausan, dan hubungan antara modulus elastisitas terhdap laju keausan, serta mengamati mekanisme keausan tersebut berlangsung. Struktur yang diamati adalah uni-directional, bi-directional dan tri-directional dengan arah yang berbeda dari tiap struktur. Adapun variasi volume serat yaitu 0 %, 14,3 %, 28,5 %, dan 42,8 % dengan satu arah struktur. Kemudian dalam penelitian ini variasi beban yang diberikan adalah 5,886 N, 8, 829 N, 11,76 N dan 14, 7 N. Dalam eksperimen ini, pengujian ketahanan aus menggunakan mesin uji aus abrasif dengan system pin on disc dan untuk mengamati mekanisme keausan abrasif digunakan SEM ( Scaning Electron Microscope).;Friction and wear characteristic at material non-metallic, especially to fiber-reinforced composite are discussed here.
The experiment is about dry abrasive wear behavior carbon/vinyl ester composite material. The influence of parameter such as: fiber structure, its orientation, effect of amount fiber to the wear rate was observed. Analyze influence of load and elastic modulus to the wear rate and the resulting wear mechanisms are microscopically observed and categorized. Behavior structure of uni-directional, bi-directional and tri-directional with different direction were studied. Variation of volume fraction fiber are 0 %, 14,3 %, 28,5 %, and 42,8 % with one structure and direction fiber. Load 5,886 N, 8, 829 N, 11,76 N and 14, 7 N were applied on the sample while studying the effect of load on wear. The experiment of wear rate were made using a pin-on-disc machine and wear mechanism of dry abrasive wear observed using SEM (Scanning Electron Microscope).
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tisna Permana
Abstrak :
Dalam industri konstruksi, manajemen malarial masih kurang diperhalikan, sehingga menimbulkan pemborosan, baik pada persediaan material yang bcrlebihan maupun fasililas tempat persediaan atau gudang. Persediaan material yang berlebih memerlukan tempat dan pengelolaan yang baik, hal ini akan menambah biaya yang seharusnya tidak perlu, disamprng itu persediaan material yang berlebih akan menimbulkan resiko-resiko seperti kehilangan dan kerusakan pada saat inventaris. Untuk itu diperlukan suatu metode manajemen material yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pengelolaan material yamg semakin luas dan rumit. Just in Time merupakan pendekatan metodologi dalam manajemen material yang dapal mengurangi waste dan resiko-resiko yang terjadi. Penelitian dimaksudkan unluk mengetahui kondisi existing manajemen material industri konstruksi dan mengerahui tingkan kesiapan penerapan manajemen material konsep Just in Time ditinjau dari faklor eksternal. Dari hasil wawancara terstruktur dengan para pakar yang memiliki pengalaman dalam bidang konstruksi, menunjukkan bahwa 2 kondisi existing management material sudah melakukan tahapan-tahapan dengan konsep Just in Time, kesiapan penerapan manajemen material konsep Just in Time ditinjau dari faktor eksternal sudah siap, tetapi pada faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, kebijakan owner, kinerja supplier, dan jasa transportasi perlu perhatian khusus.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T5581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma`murotun
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran dengan TLD untuk mengetahui PDD medium inhomogen. Fantom inhomogen dibuat dari susunan lapisan akrilik yang disisipi oleh gabus sebagai simulasi paru, alumunium sebagai simulasi tulang dan kotak kosong sebagai simulasi rongga udara. Penyinaran dilakukan dengan berkas sinar-X 6 dan 10 MV yang diproduksi oleh CLINAC Varian 2100C. Penyisipan 4 cm gabus menjadikan PDD dalam gabus meningkat 3,7 %, untuk rongga dengan diameter 2 cm mengakibatkan dosis setelah distal naik meningkat sebesar 8,8 % untuk berkas sinar- X 6 MV dan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada berkas sinar-X 10 MV. Penyisipan tulang 1 cm akan mengubah PDD setelah distal menurun sekitar 8 % untuk kedua berkas sinar-X. ......Inhomogen phantom made of acrylic formation which is inserted by cork as simulation of lung, alumunium as bone simulation and empty box as air cavity simulation. Irradiating with 6 and 10 MV X-ray beam which produced by CLINAC Variant 2100C. Insertion 4 cork cm make PDD in cork rise 3,7 %, for cavity with diameter 2 cm result dose after distal go up to 8,8 % for 6 MV X-ray beam and no significant change for 10 MV X-ray beam. Insertion of bone 1 cm will alter PDD after distal lower to 8 % for 6 and 10 MV X-ray beam.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Afandi
Abstrak :
Limbah minyak bumi (oily Sludge) merupakan bitumen industri yang berasal dari Lumpur (sludge) pengilangan yang dapat digunakan sebagai bahan baku cat berbitumen yang diharapakan tahan terhadap lingkungan yang mengandung asam, basa, panas, dan air. Untuk mengetahui manfaat sludge tersebut pada aplikasi proses pelapisan material (coating) maka dilakuakan penelitian pada skala laboratorium. Penelitian ini menyangkut pengujian karakteristik bahan cat pelapis pada berbagai komposisi yang antara lain menggunakan bahan-bahan berupa resin, talk, lilin, aspal dan pelarut toluena. Pengujian yang dilakukan antara lain: ketahanan korosi berupa uji kabut garam, curing 150° C, uji ekspos atmosferik serta uji daya lekat dengan paint adhesion tester. Kemampuan lapis-ulang (recoatabilily) dari bahan cat tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dengan baik. Di samping itu pula ketahanan panasnya dapat ditinbgkatkan secara signifikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kadar sludge akan meningkatkan ketahanan pelepuhan rata-rata 15 % per 20 gram kenaikan kadar sludge dari 100 gram sampai dengan 120 gr. Namun peningkatan kadar sludge dari 120 gram sampai dengan 140 gram cenderung menurunkan daya rekat sekitar 30% per 20 gram kenaikan kadar sludge. Peningkatan sludge/resin akan menurunkan nilai ketahanan korosi dan pelepuhan. Rasio komposisi minimum sludge : resin yaitu 140:40 menunjukan nilai ketahanan korosi dan nilai ketahanan pelepuhan masing-masing sebesar 8(10 adalah nilai terbaik), sedangkan rasio komposisi maksimum sludge resin yaitu 100: 80 menunjukan nilai ketahanan pelepuhan sebesar 9 (10 adalah nilai terbaik). Ketahanan panas dapat ditingkatkan secara signifikan yaitu sekitar 35% per 20 gram peningkatan resin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T.14.03.06 / Afa / k
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Yuniarto
Abstrak :
ABSTRAK
Ketahanan energi nasional merupakan aspek penting di dalam kelangsumgan pembangunan nasional. Ketergantungan terhadap energi fosil yang ketersediaannya semakin berkurang telah menyebabkan peningkatan harga bahan bakar minyak. Nuklir merupakan pilihan alternatif sumber energi listrik yang dapat dipertimbangkan dalam konteks bauran energi. Studi pemilihan tapak PLTN di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990-an di Jepara. Pada tahun 2010, studi awal tapak PLTN dilakukan di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Bangka Barat dan Bangka Selatan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam konstruksi PLTN adalah adanya dampak radiologi terhadap masyarakat akibat potensi lepasan material radioaktif ke atmosfer melalui cerobong. Dalam kajian radiologi lepasan zat radioaktif ke lingkungan dari suatu instalasi nuklir, pola sebaran polutan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Penelitian ini mengkaji pengaruh tinggi lepasan efektif dan jumlah sumber lepasan terhadap pola sebaran zat radioaktif. Dari hasil perhitungan, dispersi zat radioaktif pada tiap lokasi tapak (Bangka Barat dan Bangka Selatan) memiliki pola yang berbeda. Pola sebaran zat radioaktif pada masing-masing tapak dipengaruhi oleh frekuensi distribusi arah dan kecepatan angin. Distribusi spasial zat radioaktif untuk variasi ketinggian lepasan (40, 60 dan 80 meter) pada lokasi tapak yang sama memiliki kecenderungan yang sama, namun tinggi lepasan yang lebih rendah menghasilkan konsentrasi maksimum zat radioaktif yang lebih tinggi. Konsentrasi zat radioaktif di udara baik di Bangka Barat maupun Bangka Selatan jauh di bawah baku tingkat radioaktivitas yang ditetapkan oleh badan pengawas. Semakin banyak jumlah sumber lepasan menyebabkan dosis individual yang diterima oleh representative person semakin besar. Selain dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi zat radioaktif di udara, besarnya dosis individual juga dipengaruhi oleh perilaku (habit) dari representative person. Pada kajian ini, representative person di Bangka Barat dan Bangka Selatan adalah anak-anak yang tinggal dan bersekolah di dekat tapak serta memakan produk lokal dengan dosis maksimum 3,40 μSv/tahun dan 6,29 μSv/tahun. Pembatas dosis untuk lepasan atmosferik zat radioaktif ditentukan 0,08 mSv/tahun yang diturunkan dari nilai batas dosis anggota masyarakat dan pembatas dosis anggota masyarakat yang ditetapkan oleh BAPETEN serta mempertimbangkan kontribusi kegiatan pada tapak yang berpotensi memberikan dosis radiologi dan lepasan akuatik zat radioaktif. Berdasarkan pembatas dosis lepasan atmosferik yang ditetapkan, perhitungan batas lepasan atmosferik dilakukan untuk pedoman operasional fasilitas PLTN sebagai bentuk optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.
ABSTRACT
National energy sustainability is an important aspect in the continuity of national development. Dependency on fossil energy which is getting smaller in its availability has led to an increasing of fuel prices. Nuclear energy is an alternative source of electricity that can be considered in the context of energy mix. Study on site selection of nuclear power plant in Indonesia has been started since 1990 in Jepara. In 2010, initial studies on nuclear power plant sites conducted in the province of Bangka Belitung, especially in the West and South Bangka. One of considered aspect in the construction of nuclear power plants is the radiological impacts on the community due to the potential discharges of radioactive material to the atmosphere through the reactor stack. When determination on radiological impact of radioactive material into the environment, the distribution pattern of the pollutants is an important factor that should be considered. This study examines the effect of effective release height and the number of discharge sources on the radioactive materials distribution. Based on calculation results, dispersion of radioactive materials at each site (West Bangka and South Bangka) have a different pattern. The dispersion pattern of radioactive materials in each site is influenced by the frequency distribution of wind direction and speed. Spatial distribution of radioactive materials for variable of release height (40, 60 and 80 meters) on the same site has same tendency, but lower release height causes higher maximum concentration of radioactive materials. Air concentration in the West Bangka and South Bangka are below radioactivity standard level determined by the regulatory body. Number of sources contribute to individual doses received by the representative person. In addition influenced by air concentration of radioactive materials, individual dose is also influenced by habit of representative person. In this study, representative person in the West Bangka and South Bangka are children who live and school near the site and consuming local products with a maximum dose of 3.40 μSv/year and 6.29 μSv/year. Dose constraint for atmospheric releases of radioactive materials is specified of 0.08 mSv/year derived from dose limit and dose constraint for members of the public set by regulatory body and consider public activities at the site that could potentially contribute to radiological doses and aquatic releases of radioactive materials. Based on this dose constraint, calculation of discharge limit is performed as a operational guidance for nuclear power facility and a form of optimization on radiation protection and safety.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Antoro Ade Nugroho
Abstrak :
[ABSTRAK
Lapangan AAA merupakan salah satu lapangan gas terbesar di Indonesia yang terletak di delta mahakam, Kalimantan Timur. Karakteristik reservoir bagian dangkal lapangan ini berupa batuan pasir dengan lingkungan pengendapan deltaic distributary channel. Cadangan gas merupakan faktor jaminan pasokan gas selama kontrak, akan terus dimonitor baik pada kondisi ekplorasi (metoda perhitungan cadangan secara analog, volumetrik) hingga saat produksi (material balance) dengan tujuan untuk memperkirakan cadangan yang lebih pasti selaras dengan cara memproduksinya dan tindakan apa yang perlu dilakukan dalam memperpanjang usia produksi lapangan gas. Model statik digunakan untuk perhitungan cadangan volumetrik serta data produksi kumulatif sebagai validator. Kumulatif produksi reservoir tersebut sudah melebihi ekspektasi IGIP awal pada saat proposal pengeboran dengan metode perhitungan gas in place menggunakan metode seismik. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa dan evaluasi reservoir tersebut dari analisa statik model geologi maupun dinamik. Berdasarkan analisa statik dan dinamis pada reservoir tersebut masih terdapat potensi gas yang dapat di produksikan. Dinamik sintesis menggunakan pendekatan material balance dengan aquifer model. Pada reservoar ini dominan tenaga dorong aktif adalah strong wáter drive. Dari analisa dinamik material balance menyebutkan bahwa sisa potensi gas (remaining reserves) yang dapat diproduksikan sebesar 8% untuk reservor A166, dan 24% untuk reservoar A181. Prediksi produksi gas juga menggunakan model sumur dengan bantuan PROSPERTM yaitu analisa aliran gas didalam lubang sumur, prediksi PROSPERTM produksi awal akan berkisar 7MMscf pada A166 dan 4MMscf pada A181 dan akan secara gradual turun sepanjang penurunan tekanan. Dengan perolehan recovery factor (RF) berkisar 65-70%.
ABSTRACT
AAA field is one of the largest gas fields in Indonesia, which is located in the Mahakam delta, East Kalimantan. Reservoir characteristics of these shallow zone is sandstone with deltaic distributary channel depositional environment. Gas reserves are the main factors for gas supply during the contract , will continue to be monitored both exploration conditions (analogous calculation methods, volumetric) until the time of production (material balance) with the aim of estimating reserves is more definitely aligned in a way to produce it and what action needs to be extend the life of the production is done in the gas field. The static model used for the calculation of volumetric reserves and cumulative production data as a validator. The reservoir cumulative production has exceeded initial expectations of IGIP during drilling proposal with calculating gas in place using seismic methods. It is therefore necessary to analyze and evaluate the reservoir with geological model static analysis and dynamic analysis. Based on static and dynamic analysis on the reservoir there is still potential gas can be produced. Dynamic synthesis approach using material balance with aquifer model. In this reservoir drive mechanism dominant is strong water drive. Dynamic analysis of Material balance concluded that the gas reserves (remaining reserves) which can be produced by 8 % for A166 reservoir, and 24 % for A181 reservoir. Prediction of gas production also use the well model using PROSPERTM to analized gas flow analysis in the wellbore, PROSPERTM prediction initial production will range 7MMscf on the A166 and A181 with 4MMscf will gradually declind along the pressure drop. With the acquisition of the ultimate recovery factor (RF) ranges from 65-70 %., AAA field is one of the largest gas fields in Indonesia, which is located in the Mahakam delta , East Kalimantan . Reservoir characteristics of these shallow zone is sandstone with deltaic distributary channel depositional environment. Gas reserves are the main factors for gas supply during the contract , will continue to be monitored both exploration conditions (analogous calculation methods, volumetric) until the time of production (material balance) with the aim of estimating reserves is more definitely aligned in a way to produce it and what action needs to be extend the life of the production is done in the gas field . The static model used for the calculation of volumetric reserves and cumulative production data as a validator. The reservoir cumulative production has exceeded initial expectations of IGIP during drilling proposal with calculating gas in place using seismic methods. It is therefore necessary to analyze and evaluate the reservoir with geological model static analysis and dynamic analysis . Based on static and dynamic analysis on the reservoir there is still potential gas can be produced. Dynamic synthesis approach using material balance with aquifer model. In this reservoir drive mechanism dominant is strong water drive . Dynamic analysis of Material balance concluded that the gas reserves (remaining reserves) which can be produced by 8 % for A166 reservoir , and 24 % for A181 reservoir . Prediction of gas production also use the well model using PROSPERTM to analized gas flow analysis in the wellbore, PROSPERTM prediction initial production will range 7MMscf on the A166 and A181 with 4MMscf will gradually declind along the pressure drop. With the acquisition of the ultimate recovery factor (RF) ranges from 65-70 %.]
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyono Suprapto
Abstrak :
Porositas merupakan cacat yang sering terjadi dalam pengecoran paduan aluminium yang sulit dihindari, tetapi porositas dalam produk cor harus dibuat sekecil mungkin. Ketidaksesuaian proses pengecoran sering menimbulkan porositas yang mengakibatkan kualitas produk turun atau produk harus di daur ulang. Umumnya, porositas dalam paduan aluminium disebabkan oleh hidrogen larut dan terjebak, atau feeding yang kurang. Selama ini porositas dicegah dengan proses degassing konvensional seperti; fluxing, injecting, pressing, dan partial vacuuming tetapi belum memberikan hasil yang optimal. Pengecoran duralumin dengan vacuuming tekanan rendah yang terintegrasi, yang disebut pengecoran sistem vakum, sampai sekarang belum pernah dilakukan dan diteliti oleh praktisi dan ilmuwan. Penelitian porositas pada paduan Al-Cu (duralumin) dilakukan dengan membuat ingot duralumin dari aluminium dan tembaga dalam tungku reveberatory. Selanjutnya dilakukan pembuatan spesimen dengan melebur ulang ingot duralumin, menuang, dan membekukannya dalam tungku pengecoran sistem vakum. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontrol parameter proses pengecoran dengan variasi penambahan tembaga 2,5%Cu sampai 4,5%Cu dan variasi tekanan vakum melting 0,789 kg/cm2 sampai 0,263 kg/cm2. Suhu peleburan dan penuangan duralumin (700°C), waktu holding duralumin melt (15 menit), tekanan solidifikasi 10 cmHg lebih kecil dari tekanan melting, dan preheating cetakan (300°C) merupakan parameter kontrol pengecoran. Sebagai variabel terikatnya adalah kualitas duralumin cor yang terdiri dari; berat jenis, kuantitas dan morfologi porositas, dan senyawa dalam duralumin. Instrumen uji yang digunakan adalah optical emission spectrometry, Picnometer, optic dan scanning electron microscope, X-ray diffraction. Hasil penelitian menunjukan bahwa bertambahnya kandungan tembaga dan tingkat kevakuman menyebabkan berat jenis duralumin meningkat. Kenaikan paduan tembaga menyebabkan porositas bertambah dari 16,67% sampai 21,20%. Hasil penelitian pengecoran tekanan vakum menyebabkan porositas turun dari 20,35% sampai 15,56%, dan jenis porositas yang terjadi adalah porositas gas. Dalam duralumin terjadi fasa metalik; Al2Cu, Al8Si6Mg3Fe dan fasa inklusi non-metalic; Al2O3, Al4C3. Pengecoran duralumin yang optimal dicapai pada penambahan tembaga 3,35%Cu dan tekanan vakum 0,566kg/cm2 dengan jumlah porositas 17,5%. ......Porosity is a defect that often happens in aluminum casting that is difficult to avoid, but porosity on casting product must be minimized as much as possible. Improper casting process often creates porosity which decreases product quality, or the product must be recycled. Generally porosity in aluminum mixture caused by dissolved and trapped hydrogen, or inadequate feeding. Until now, porosity is avoided by using conventional degassing process such as: fluxing, injecting, pressing, and partial vacuuming, but those have not been giving optimal result. Duralumin casting with integrated low pressure vacuuming which called vacuum system casting have never been done by practitioners and scientists. Porosity research on Al-Cu mixture (duralumin) is done by making duralumin ingot from aluminum and copper in reveberatory furnace. Next, specimen creation is done by remelting ingot duralumin, pouring, and solidifiying it in the vacuum system casting furnace. Independent variable in this research is parameter control of casting process with copper additional variation from 2,5%Cu up to 4,5%Cu and variation of vacuum pressure melting 0,789 kg/cm2 up to 0,263 kg/cm2. Melting temperature and duralumin pouring (700°C), holding time of duralumin melt (15 minutes), solidification pressure 10 cmHg smaller than melting pressure, and preheating print (300°C) are casting parameter controls. As the dependent variable is cast duralumin quality which consists of: density, quantity, and porosity morphology, and compound in duralumin. Testing instrument used are optical emission spectrometry, Picnometer, optic and scanning electron microscope, and X-ray diffraction. Research result shows that the increment of copper content and vacuum level cause duralumin density increases. However, the increment of copper mixture cause porosity increases from 16,67% until 21,20%. Result of vacuum pressure casting cause porosity decrease from 20,35% until 15,56% and porosity that happens is gas porosity. Metallic phase; Al2Cu, Al8Si6Mg3Fe and inclusion phase non-metallic; Al2O3, Al4C3 is heppen in the duralumin. An optimum duralumin casting is reahed at copper addition of 3,35%Cu and vacuum pressure 0,566kg/cm2, with porosity level at 17,5%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1297
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yayang Supriyadi
Abstrak :
Dalam perencanaannya, suatu struktur direncanakan terhadap beban statis dan dinamis, yang kenyataannya dapat menimbulkan fenomena resonansi. Dengan terjadinya resonansi, struktur dapat mengalami lendutan besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh struktur tersebut. Untuk mengatasi fenomena ini maka diperlukan suatu cara untuk menanggulanginya. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan peralatan redaman berupa viskoelastis damper atau redaman viskoelastis pada struktur. Efektivitas peralatan redaman ini ditentukan oleh material redaman yang mengisi peralatan ini. Karena material redaman yang telah dikembangkan saat ini yaitu acrific dan timah hitam termasuk mahal, maka perlu dicari suatu material alternatif lain dengan pertimbangan ekonomis dan mudah didapat. Material alternatif tersebut adalah material aspal cair. Aspal cair dibuat dengan mencampur aspal keras dengan hasil destilasi minyak bumi yaitu premium, minyak tanah dan solar. Karena perbedaan pelarut tersebut maka aspal cair dapat dibedakan atas Rapid Curing (RC), Medium Curing (MC), dan Slow Curing (SC). Untuk mengetahui efektivitas dan kemampuan aspal cair khususnya MC dan SC dalam mengendalikan respon struktur akibat eksitasi dinamis ini, perlu dilakukan variasi terhadap beban lateral yang diletakkan. Dengan penambahan material aspal cair pada suatu sistem SDOF, maka akan menambah rasio redaman sistem tersebut secara signifikan. Ini meningkatkan seiring diberikannya gaya lateral.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>