Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Blangkon selama ini dikenal sebagai salah satu perlengkapan busana adat Jawa. Topi penutup kepala khas Jawa itu sellalu dikenakan oleh pris Jawa ketika tampil dalam upacara-upacara adat, seperti upacara pernikahan serta upacara-upacara adat lainnya yang berkaitan dengan acara yang di gelar oleh keraton, batik dari Keraton Yogyakarta maupun Keraton Surakarta...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Maryunani
Abstrak :
Nurses provide care equally and do not discriminate between men and women. However, male nurses face challenges and obstacles, especially when they take care of female patients. This study aimed to explore the experiences of male nurses who look after female patients by using a descriptive qualitative design with a phenomenological approach. Ten male nurse participants aged 26–43 years and having an experience of caring for female patients for at least 2 years were included in this study. Seven themes were identified: the discomfort of female patients and male nurses; patient’s trust and privacy; the identification of factors affected by body image, age, and types of sensitive areas and actions; attention to the religion, personal beliefs, ethics, and culture of patients; professionalism, role, and competencies of nurses; communication strategies and asking for female nurses for assistance based on team methods; and the view of males in the nursing profession. This study focused on two of the main themes: attention to the religion, personal beliefs, ethics, and cultures of patients and communication strategies and asking female nurses on the team for help. Results suggest that nursing facilities need to improve their patient-focused services by considering a patient’s ethical and cultural concerns, using communication strategies, and seeking team assistance when needed in accordance with a hospital’s national accreditation standards.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
610 JKI 24:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurbaya
Abstrak :
Dalam rangka pengembangan kontrasepsi pria, penggunaan kombinasi testosteron enantat (TE) dan progesteron pada orang Kaukasia hanya mencapai azoospermia 70% sedangkan orang Asia mencapai 100% azoospermia (Moeloek, 1998). Faktor yang mungkin dapat menimbulkan perbedaan dalam menekan produksi sperma diduga disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan antara lain perbedaan asupan makanan antara orang Kaukasia dan orang Asia. Adapun ciri makanan negara Barat mengandung lemak dan protein tinggi sedangkan karbohidrat rendah. Sebaliknya untuk orang Asia mengandung lemak dan protein rendah, namun kandungan karbohidratnya tinggi. Dari penelitian dilaporkan bahwa asupan makanan seperti karbohidrat, lemak dan protein mempengaruhi konsentarsi SHBG (Sex Hormone Binding Globulin). SHBG adalah glikoprotein plasma, diproduksi oleh sel hati, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap dihidrotestosteron (DI-FT) dan jugs mengikat estrogen tetapi daya ikatnya lebih rendah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutyarso, 1997 pada hewan coba (Macaca Fascicularis) dengan memberikan model makanan orang Asia yaitu karbohidrat 70%, protein 15% dan lemak 15%. Hasil yang diperoleh kadar testosteron bebas pada hewan coba tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hewan coba yang diberi makanan lemak dan protein tinggi. Oleh karena itu kami merasa perlu mengadakan penelitian pada kelompok masyarakat Pegawai Negeri Sipil Golongan I yang mengkonsumsi karbohidrat tinggi namun protein dan lemak rendah. Pengukuran konsentarsi SHBG menggunakan ImmunoRadiometric Assay (IRMA). Untuk mengetahui asupan makronutrien yaitu karbohidrat, protein dan lemak dilakukan pencatatan makanan (Food recall) selama tiga hari berturut-turut. Pengukuran kadar testosteron total dan kadar testosteron bebas menggunakan RadioImmuno Assay (RIA). Penelitian yang telah dilakukan Longcope dkk, 2000 pria dewasa di AS Body Mass Index (BMI) merupakan faktor yang dapat untuk memperkirakan (prediktor) konsentrasi SHBG di dalam tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SHBG 41,76 nmol/L. Asupan makronutrien yaitu karbohidrat 256,28 gram (56,24%), protein 43,92 gram(9,68%) dan lemak 69,28 gram (34,08%), kadar testosteron total 6,43 ng/mL, kadar testosteron bebas 22,39 pa/mL, Body Mass Index (BMI) 21,69 kg/m2. Dengan menggunakan "Pearson Correlation Coefficient" antara konsentrasi SHBG dengan karbohidrat (r=0,093), lemak (r=0,051), protein(r=0,002), kadar testosteron bebas (r=0,256), kadar testosteron total,(r=0,518) dan Body Mass Index(BMI)(r=-0,519) mempunyai hubungan. Hasil analisis Regresi Ganda antara konsentrasi SHBG dengan BMI dan kadar testosteron total mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat signifikan 0,000 (P<0,05).
The Relationship Between Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) Serum Concentration With Diet Macronutrient Testosterone and Body Mass Index (BMI) in Man of Civil Servant of Grade IThe development of male contraception, the combination of using Testosterone Enantate (TE) and progestogen to Caucasian people was only have azoospermia 70% whereas Asian people only have 100% azoospermia (Moeloek, 1998). The factor which might be rised the different in emphasizing the production of sperm is caused by genetic factor and environment factor are the different of food construction between Caucasian people and Asian. The food characteristic in west country contain fat and high protein but low carbohydrate. On the other hand Asian people contain fat and low protein but high carbohydrate. From the study is reported that the food component like carbohydrate, fat and protein was effecting the SHBG concentration. SHBG (Sex Hormone Binding Globulin) is glikoprotein plasma, produced by cell liver, having a high affinities to dihydrotestosterone (DHT) and also bounding estrogen but the bounding was to low. From the study research by Sutyarso, 1997 to the experiment animal (Macaca fascicularis) by giving the food model of Asian people like carbohydrate 70%, protein 15% and fat 15%. The report that can get is the degree of free testosterone to experiment animal 15 more higher than the experiment animal who giving a food such as fat and high protein. Because of that we feel need to do research to people who work as Civil Servant of Grade I who had consumption high carbohydrate whereas protein and fat low. The measuring of SHBG concentration is using Immuno Radidmetric Assay (IRMA). To know the composition macronutrient like carbohydrate, fat and protein is doing the food registration (food recall) during continuously three days. The measuring of total testosterone concentration and free testosterone concentration are using Radioimmuno Assay (RIA).

The study research by Long cope et at, 2000 male in USA Body Mass Index (BMI) is factor how to predict the concentration of SHBG in body.The research result showed the value average of SHBG concentration 41,76 nmole/L. The composition macronutrient like carbohydrate 256,28 gram (56,24%), protein 43,92 gram(9,68%) and fat 69,28 gram(34,08%), total testosterone 6,43 ng/mL, free testosterone 22,39 pq/mL, Body Mass Index (BMI) 21,69 kg /m2. By using "Pearson Correlation Coefficient" between SHBG concentration with carbohydrate (r=0,093), fat (r=0,051), protein (r=0,002), free testosterone (r=0,256), total testosterone (r=0,518) and Body Mass Index (BMI)(r=-0,519) have relationship. The result of analysis double regression between SHBG serum concentration with Body Mass Index (BMI) and total testosterone have bight relationship with signification level 0,000 (P<0,05).
2002
T5175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Ingrid R.S.
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian: Pengembangan metoda kontrasepsi pria Cara medikamentosa yang aman, efektif clan reversibel sekarang ini adalah penyuntikan intramuskular kombinasi hormon. Penyuntikan ini dapat menekan sekresi testosteron melalui penekanan gonadotropin hipofisis. Penyuntikan ini diharapkan tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat relawan yang turut berpartisipasi pada penelitian ini. Kombinasi hormon yang dipergunakan adalah kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA, disuntikkan setiap bulan dalam jangka waktu 12 bulan dan pemeriksaan fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat setiap 3 bulan. Penelitian ini dibagi dalam 3 We, yaitu fase kontrol atau pra-perlakuan (1 bulan), face penekanan (6 bulan) dan fase pemeliharaan (6 bulan). Pada fase kontrol atau pra-perlakuan dipilih 20 pria sehat dan subur yang memenuhi syarat pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sebanyak 2 kali pemeriksaan normal, kemudian dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok (masing masing kelompok 10 orang). Kelompok pertama mendapat penyuntikan kombinasi hormon dosis rendah dan kelompok kedua penyuntikan hormon kombinasi dosis tinggi. Parameter yang diteliti adalah: (a) fungsi hematopoietik, meliputi hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit; (b) fungsi ginjal, meliputi ureum dan kreatinin darah; (c) antigen spesifik prostat. Hasil penelitian: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa hasil kedua kelompok berada diantara batas normal: Ht. 41.67 - 47.46 %; Hb. 14.5 - 15.58 gldl; leukosit 7.48 - 11.54 (103/ul); trombosit 234.78 - 300.11 (103/ul); ureum 21.6 -- 28 mg/dl; kreatinin 0.92 - 1.21 mg/dl dan PSA 0.32 - 0.71 mg/dl. Setara keseluruhan penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat. Kesimpulan: Penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA setiap bulan selama 12 bulan penelitian dan setiap 3 bulan pemeriksaan laboratorium tidak menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bermakna pada fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat, sehingga kemungkinan aman sebagai slat kontrasepsi hormonal pria. ...... The Influence of Monthly Injection both a Low Dose and a High Dose Combination of TE + DMPA on the Hematopoietic and Kidney Functions and PSAScopes and methods of study: The medicinal approach to male contraception which is safe, effective and reversible is currently being investigated using a combination of hormones. The hormones, given by intramuscular injection, will suppress testosterone secretion through the suppression of gonadotropin release by the hypophysis. This study is carried out to investigate if there is any adverse effect on hematopoiesis (hematocrit, hemoglobin, leucocyte and thrombocyte as parameters), kidney functions (serum urea and creatinine), and prostate apecific antigen (serum) PSA during the use of this contraceptive means. Two hormonal combinations being evaluated are 1) a low dosage of 100 mg TE + 100 mg DMPA, and 2) a high dosage of 250 mg TE + 200 mg DMPA. The study is divided into 3 consecutive phases: control phase (1 month), suppression (6 months) and maintenance (6 months). The selected volunteers are twenty healthy and fertile males who show normal laboratory findings during the control period, which is carried out twice at a biweekly interval. They are then divided randomly into two groups of ten subjects each. Throughout the suppression and maintenance phases each member of the group receives a monthly injection of the low and high dosage hormonal combination, respectively. Venous blood samples are obtained every three months, the hematological and kidney parameters are examined at the Clinical Laboratory Department of the Cipto Mangunkusumo Hospital, and PSA measured by immunoassay (Abbott, IMx) at the Immunoendocrinology Laboratory of the Indonesia School of Medicine. The laboratory findings are analyzed by two-way anova, using a spreadsheet program (Lotus 123 or Exe1). Fidings and Conclusion: The laboratory parameters of the two groups are within the normal ranges throught out the study period: Ht. 41.67 - 47.46 %, Hb. 14.5 - 15.58 gldl, leucocyte 7.48 - 11.54 x 103/ul, thrombocyte 234.78 - 300.11 x 103/ul, ureum 21.6 - 28 mg/dL, creatinine 0.92 - 121 mg/dL and PSA 0.32 - 0.71 mg/dL. It is there for concluded that the administration of the combination of TE and DMPA, at both low and high dosages, has no adverse effect on hematopoiesis, kidney function and the prostate, and could therefor be considered safe for use in male contraception.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T11455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suatma
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Kombinasi harmon steroid TE dan DMPA sedang dikembangkan untuk digunakan sebagai alat kontrasepsi bagi pria. Dari hasil penelitian, penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas. Didasarkan pada hasil penelitian tersebut, maka diduga penyuntikan harmon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Kalau terjadi peningkatan radikal bebas, maka pemberian vitamin C dan Vitamin E sebagai antioksidan, diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk membuktikan hat itu, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan tikus jantan sebagai model. Konsentrasi radikal bebas ditentukan dengan mengukur konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah, yang ditunjang dengan pengukuran konsentrasi GSH. Konsentrasi peroksida lipid diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm, sedangkan GSH pada panjang gelombang 412 nm, Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji sidik ragam dengan anova dua faktorial.

Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : Penyuntikan kombinasi hormon TE dan DMPA pada tikus jantan (1) tidak menyebabkan meningkatnya konsentrasi peroksida lipid dalam plasma (P > 0,05), (2) tidak menurunkan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA (1) tidak menurunkan konsentrasi peroksida lipid datam plasma darah (P > 0,05), (2) mempertahankan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA tidak berpengaruh terhadap konsentrasi peroksida lipid dan glutation.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arleni
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan Cara penelitian: Keikutsertaan pria/suami dalam program Keluarga Berencana (KB) masih rendah, hal ini karena masih terbatasnya pilihan metoda kontrasepsi pada pria. Kombinasi Depo medroksiprogesteron enantat (DMPA) dan Testosteron enantat (TE) memiliki potensi sebagai kontrasepsi hormon pria karena dapat menekan spermatogenesis melalui mekanisme kerjanya pada poros hipotalamus-hipofisis-testis. Beberapa peneliti melaporkan azoospermia belum dapat dicapai oleh seluruh subjek penelitian yang disuntik dengan kombinasi DMPA dan TE, dengan demikian masih ada kemungkinan terjadi fertilisasi. Fertilisasi dapat mengalami kegagalan bila fungsi integritas membran plasma spermatozoa buruk, karena itu pada penelitian ini dilakukan penilaian terhadap integritas membran spermatozoa. Kelenjar prostat dan vesika seminalis juga mempengaruhi kesuburan pada pria, karena itu ingin pula diketahui efek penyuntikan DMPA dan TE terhadap kedua kelenjar asesoris tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 10 pria fertil yang disuntik dengan kombinasi DMPA 250 mg dan TE 200 mg. DMPA disuntikkan setiap 6 minggu, mulai dari minggu ke 0 s/d minggu ke 18. TE mula-mula disuntikkan setiap minggu, mulai minggu ke 0 s/d minggu ke 6, selanjutnya disuntikkan setiap 3 minggu, mulai minggu ke 9 sampai dengan minggu ke 24. Fungsi integritas membran spermatozoa dinilai dengan uji HOS (Hypo Osmotic Swelling Test), fungsi kelenjar prostat dinilai dengan mengukur kadar asam sitrat dalam semen, dan fungsi kelenjar vesika seminalis dinilai dengan mengukur kadar fruktosa dalam semen. Pemeriksaan semen dilakukan setiap 3 minggu, mulai dari minggu ke 3 s/d minggu ke 24. Hasil penilaian selama perlakuan dibandingkan dengan penilaian sebelum perlakuan (penyuntikan). Hasil dan Kesimpulan : Penyuntikan kombinasi DMPA dan TE menurunkan fungsi integritas membran plasma spermatozoa dengan bermakna (p<0,05) pada minggu ketiga, dan sangat bermakna (p<0,01) pada minggu ke-6 dan ke-9. Fungsi normal kelenjar prostat dan vesika seminalis masih dapat dipertahankan sampai akhir perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan masih normalnya kadar asam sitrat dan fruktosa dalam semen walaupun secara statxstik memperlihatkan penurunan yang sangat bermakna (p 0,01). Dengan demikian seluruh hipotesis pada penelitian ini diterima.
Scope and Methodology : The participation of men/husband in family planning program is still low due to limited number of male contraceptive method available. The combination of DMPA and TE have potential capability to be male hormonal contraceptive since they are able to suppress spermatogenesis by their hypothalamus - pituitary - testis axis mechanism. Some scientist reported that azoospermia could not be covered by all subject of experiment whose given injection of combination of DMPA and TE. Therefore the fertilization are still possibly occur. The experiment of evaluation of sperm membrane integrity has been conducted since fertilization will not be successful when the functional integrity of sperm membrane is poor. The prostate and seminal vesicles gland may also influence the male fertility, so that effects of DMPA and TE injection to the two these accessories gland should also be determined. In this experiment 10 fertile men were given injections of DMPA (250 mg each) and TE (200 mg each). DMPA was given every 6 weeks, from the week of zero to 18. In the week zero to 6, TE was given every week, and followed by injection TE every 3 weeks up to week 24. The functional integrity of sperm membrane was evaluated with HOS (hypo osmotic swelling) test. The function of prostate gland was evaluated by content of citric acid in semen. The function of seminal vesicles gland was evaluated by content of fructose in semen. The semen was observed every 3 weeks, starting with the week of 3 to 24. The result, of observation during the treatment was compared to the result before the injection given (2 weeks before the treatment). Results and Conclusions: The injection of the combination of DMPA and TE will decrease the functional integrity of sperm membrane on the third week (p < 0,05) and will decrease it very significantly on the 6th and 9th week (p <0,01). The normal function of prostate and seminal vesicles could be retained until the end of the experiment. It could be determined by the normal content of citric acid and fructose in semen even though it was statistically shown a very significant decrease (p<0,01). Therefore the overall hypothesis on the experiment could be accepted.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Salah satu penyebab infertilitas pada pria adalah rendahnya motilitas sperma (asthenozoospermia). Motilitas yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain adanya gangguan pada fungsi mitokondria. Porin atau voltage dependent anion channel (VDAC) merupakan kanal ion dengan berat molekul 30-35 kDa yang terdapat di membran luar mitokondria sel eukariota. Sampai saat ini telah berhasil diidentifikasi 3 tipe porin dengan tingkat homologi yang tinggi. Sebagai kanal ion, porin bertanggung jawab atas keluar masuknya metabolit di dalam sel, termasuk ATP. Porin tidak banya memperantarai transport ATP dari dalam mitokondria bahkan juga mengatur proses keluarnya ATP. Hasil penelitian Sampson et al. (2001) dengan teknik knock out mouse yang mendelesikan 4 exon terakhir gen VDAC3 mencit menyebabkan mencit jantan mutan sehat tapi infertil asthenozoospenmia (Jumlah sperma normal tapi motilitas menurun). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis exon 6 gen VDAC3 manusia pada sperma motilitas rendah dari pasien infertilitas asthenozoospermia dibandingkan dengan sperma motilitas lurus dan cepat (normal). Sperma pasien asthenozoospermia diswim-up dan diambil sperma yang gerakannya lemah. Sedangkan sperma yang normal diswim-up dan diambil sperma yang berenang ke atas (gerakannya baik). Setelah itu dilakukan isolasi DNA dan sperma yang didapat. Jumlah sampel sperma asthenozoospermia adalah 30 sampel, sedangkan sperma normal sebanyak 20 sampel. DNA genom yang sudah didapatkan kemudian di amplifikasi dengan primer yang spesifik untuk exon 6 gen VDAC3. Hasil PCR dielektroforesis dengan gel agarose 2%. Setelah dilakukan sekuensing terhadap produk PCR dari sampel yang ada dengan menggunakan Big Dye Terminator Mix menggunakan musin sekuensing the ABI 377A. Hasil dan Kesimpulan: Dari 30 sampel sperma pasien asthenozoospermia, 28 sampel menunjukkan adanya hasil amplifikasi fragmen exon 6 gen hVDAC3 berukuran + 225 pb dan dari hasil sekuensing ditemukan adanya 4 mutasi substitusi nukleotida yang menyebabkan perubahan asam amino penyusun exon 6 gen bVDAC3 pada 9 sampel, yaitu perubahan asam amino posisi 131 dan isoleusin menjadi leusin sebanyak 8 sampel (26,67%), posisi 174 dari lisin menjadi asam glutamat sebanyak 1 sampel (3,33%), posisi 143 dan valin menjadi glisin sebanyak 1 sampel (3,33%), dan posisi 164 dari leusin menjadi triptofan sebanyak 1 sampel (3,33%). Mutasi ini mungkin dapat menyebabkan gangguan fungsi mitokondria sperma dalam mengeluarkan ATP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Harmijatun
Abstrak :
ABSTRACT
Levamisole is used as an anthelminthic; it is effective in the treatment of Ascaris suum infection, and it is considered to paralysethe Ascaris' muscle by inhibition of succinate dehydrogenase, so the muscle is deficient in ATP. There are similarities in the contraction system of the muscle of Ascaris and the contractile system of the spermatozoa. Thus, the effect of Levamisole on the quality of human spermatozoa in vitro was studied at dosages of 2.3 no, 4.5 mg, 6.8 mg, 7.3 mg, 8.2 mg and 9.1 mg per ml of semen. The quality of spermatozoa includes motility, integrity of the plasma membrane and viability. It was ascertained to be within the required percentage. The spermatozoa was examined to see whether Levamisole could render all of them immotile within a period of 2 minutes or Less, and if they become immotile, whether Levamisole has the capacity of destroying the integrity of the plasma membrane. It was also deter-mined if the immotile spermatozoa were all nonviable. The integrity of the plasma membrane was examined by HOS test, and sperm viability was determined by eosin Y test. Human semen {43 samples) used for this study were be fertile as stipulated. by WHO and Farris. It was observed that Levamisole at the Lowest dosage (2.3 mg/ml semen) was able to reduce sperm motility; the higher the Level, the greater the effect, and at a dosage of 9.1 mglml, all the spermatozoa become immotile within less than 2 minutes. ALL the spermatozoa that become immotile Loss the integrity of the plasma membrane. In addition, the spermatozoa that had become immotile, after being washed and tested with eosin Y, were revealed to be nonviable.;A close study about the effects of the addition of zirconium (Zr) and lanthanum (La) metals on the condutivity and heat resistance of commercial purity aluminium has been carried out on the three kinds of aluminium samples consisting of commercial purity aluminium (Sample A), aluminium with the addition of Zr (Sample B), as well as aluminium with the addition of 0.04 wt % Zr and La (SampleC). The samples were made by casting and rolling processes to form a-3.52 mm wire in diameter. The electrical conductivity of the aluminium samples was determined by measuring the resistivity employing Kelvin double bridge instrument. The heat resistance properties were obtained by measuring their strength before and after heating the sample for one hour at various temperatures, and by measuring their DSC curves. To elucidate the effect of the addition of Zr and La to the properties of aluminium, their microstructures were also observed by the optical as well as electron microscopes and their lattice parameters were confirmed by X-ray diffraction. The results shows that the addition of 0.04 wt.% Zr increased the heat resistance of aluminium from 85.1% to 91.0 %, however it reduces their electrical conductivity from 61.78 % IACS (International Annealed Copper Standard) to 60.07 % IACS. By the addition of La into aluminium containing 0.04 % wt. %Zr, the electrical conductivity of the Sample B can be increased from 60.07 IACS to 60.80 %IACS. There is a strong indication that the increase of the heat resistance was caused by grain refinement and the second phase formation in the aluminium, whereas the increase in the electrical conductivity of aluminium was caused by a decrease in the solid solubility of impurities in the aluminium due to the addition of lanthanum elements. Based on the data from such study, the optimum heat resistance and electrical conductivity were obtainable by the addition of 0.04 wt. °A Zr and 0.13 wt. % La.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Rustam
Abstrak :
Partisipasi pria dalam praktek metode KB moderen di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan basil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, presentase pria yang pernah atau sedang mempratekkan metode KB moderen hanya 3,5%. Partisipasi pria adalah bentuk nyata dalam kepedulian dan tanggung jawab pars suami atau pria dalam pelaksanaan program KB dan Kesehatan Reproduksi (KR). Partisipasi yang dimaksud disini adalah menggunakan atau praktek salah satu cara pencegahan kehamilan seperti pakai kondom, kontap, sanggama terputus dan pantang berkala (BKKBN). Dalam penelitian ini akan dikaji berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan suami dan isteri dalam mempratekkan metode KB moderen untuk pria. Data yang akan dianalisis berkaitan dengan partisipasi pria dalam mernpraktekkan metode KB moderen untuk pria ini bersumber dari data SDKI 2002-2003. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk mempelajari praktek metode KB moderen untuk pria dikalangan pasangan usia subur (PUS) serta untuk mengetahui pola dan perbedaan praktek metode KB moderen untuk pria yang kemudian dikaitkan dengan karakteristik sosio ekonomi dan demografi yang terdiri dari umur suami, umur isteri, pendidikan suami, status kerja suami, status kerja isteri, agama, daerah tempat tinggal, jumlah anak masih hidup (AMH) baik yang tinggal bersama maupun yang tidak tinggal bersama atau berada ditempat lain, sikap terhadap program KB dan faktor indeks kekayaan. Berdasarkan hasil analisis deskriptf menunjukkan bahwa persentase pasangan suami dan isteri yang pemah atau sedang mempratekkan metode KB moderen untuk pria lebih tinggi pada pasangan suami dan isteri yang umur suami dan isteri lebih tua, berpendidikan tinggi, suami dan isteri berstatus kerja, bertempat tinggal diperkotaan, memiliki jumlah anak banyak, baik yang tinggal bersama maupun yang tidak tinggal bersama atau berada ditempat lain, sikap pasangan suami dan isteri yang setuju terhadap program KB dan mempunyai indeks kekayaaan yang tinggi. Sementara hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa latar belakang karakteristik secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peluang pernah atau sedang mempratekkan metode KB moderen untuk pria antara lain umur isteri, pendidikan suaini,status kerja suami, daerah tempat tinggal, jumlah anak masih hidup (AMI), sikap nterhadap program KB dan indeks kekayaan. Sedangkan agama dan status kerja isteri secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas suami pernah atau sedang mempratekkan metode KB moderen untuk pria.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T20178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekasari Hendra
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Kasus infertilitas dijumpai pada 10-15% pasangan suami istri dan 50% diantaranya disebabkan oleh faktor gangguan pada pria. Perkembangan di bidang biologi molekuler mendeterminasi bahwa mikrodelesi kromosom Y merupakan penyebab panting pada infertilitas pria dan merupakan penyebab genetik kedua yang paling sering terjadi pada pria infertil. Region AZoospermic Factor (AZF) dengan 3 subregion (AZFa,AZFb,AZFc) pada Yq11 diduga berpengaruh terhadap gangguan spermatogenesis. Kandidat potensial AZF adalah RBMY1 dan DAZ yang memiliki implikasi pada metabolisme testis-specifik RNA. Frekuensi delesi pada lengan panjang kromosom Y (Yq) pada pasien pria infertil bervariasi antara 1-55% tergantung pada kriteria seleksi pasien. Penelitian mikrodelesi kromosom Y secara spesifik penting sejalan dengan perkembangan teknik reproduksi berbantuan karena potensi transmisi abnomialitas genetik kepada keturunannya. Mikrodelesi kromosom Y tidak dapat diprediksi secara sitogenetik, pemeriksaan klinik, maupun dari hasil analisis semen. Pada penelitian ini digunakan metode PCR menggunakan 6 STS (sequence-tagged sites) pada 50 pria penderita oligozoospermia berat, 10 pria normozoospermia (kontrol positif}, dan 8 wanita memiliki anak (kontrol negatif). Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada gel agarose 2% untuk melihat ada tidaknya delesi yang ditunjukkan dengan ada tidaknya pita spesifik dengan ukuran tertentu. Beberapa hasil PCR disekuensing untuk konfirmasi ketepatan lokus yang diamplifikasi. Hasil dan Kesimpulan: Dalam penelitian ini ditemukan 1 dan 50 (2%) pria Indonesia penderita oligozoospermia berat yang mengalami delesi pada Yq11. Hasil pengujian dengan 6 STS menunjukkan lokasi delesi pada STS sY254 dan sY255 (kedua STS terletak pada AZFc). Hasil pemeriksaan hormon FSH, LH, dan testosteron pada pasien dengan mikrodelesi tersebut menunjukkan masih dalam kisaran normal. Frekuensi delesi pada penelitian ini masih dalam kisaran umum (1-55%) dengan lokasi delesi pada AZFc.
Scope and methods of study: Infertility affects 10% to 15% of marriage couples, in which male factor contribute about 50% of cases. The rapid growth of molecular biology technique is able to determine microdeletions of the Y chromosome that represent an important cause of male infertility, and the second most frequent genetic cause of male infertility. The AZF region has 3 non-overlapping subregion-AZFa, AZFb, and AZFc which are required for normal spermatogenesis. Two potential AZF candidates, RBMY1 and DAZ have been implicated in testis-specific RNA metabolism. The incidence of Y microdeletions varies; from 1°/o to 55% depends on the selection criteria of the patients. The study of Y chromosome microdeletions is important because of the potential for transmission of genetic abnormalities to the offspring. The Y chromosome microdeletions are unable to be predicted cytogenetically, or on the basis of clinical findings, or on semen analysis. The aim of this study is to determine the frequency and the loci of Y chromosome microdeletions in idiopathic infertility men in Indonesian population. The study includes DNA isolation of peripheral blood from 50 severe oligozoospermic men, 10 normozoospermic men, and 8 Indonesian women. We used PCR-based Y chromosome screening with 6 STS for microdeletions, and observed it in agarose electrophoresis. One sample of each STS was sequenced to confirm the exact loci. Result and conclusion: We found 1 in 50 severe oligozoospermic men indicating Yq11 microdeletion. The frequency of microdeletions was 1150 (2%) and the locations of these microdeletions were detected with sY254 and sY255. Both of these two STS are representing DAZ gene in AZFc subregion, FSH, LH, and testosterone level of this patient were in normal range. Incidence deletion of this study was presence in global range and the location of deletion was in the AZFc region.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>