Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Tumiar
Abstrak :
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal (K4 = 75,66%). Kurang optimalnya kunjungan antenatal mengakibatkan risiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini. Intervensi kesehatan spesifik melalui kunjungan antenatal minimal 4 kali, merupakan salah satu daya ungkit yang besar untuk menurunkan insiden dan beratnya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan bayi baru lahir. Di Kota Medan kunjungan antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara falctor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat dengan kunjungan antenatal K4. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (potong lintang), pemilihan sampel didasarkan rumus cluster 2 tahap, tahap pertama dengan probability proportional to size menggunakan C Survey, jumlah sampel sebanyak 210 orang, ibu yang mempunyai bayi umur 6 (enam bulan) dimana selama hamil pernah memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data menggunakan perangkat lunak C Sample pada Epi Info 6.0 dan program komputerisasi lainnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proporsi kunjungan antenatal sesuai standar sebesar 51% dan 84,8% responden pernah melakukan kunjungan antenatal di klinik bidan swasta. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan K4 adalah pendidikan tinggi, pengetahuan baik, sikap positif, jarak, penghasilan tinggi, akses informasi yang baik terhadap pelayanan antenatal dan dukungan suami. Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kunjungan K4 adalah pengetahuan, sikap, jarak, penghasilan, akses informasi dan yang paling dominan mempengaruhi kunjungan antenatal K4 adalah pengetahuan ibu (OR 2,78). Memperhatikan hasil penelitian ini, menyarankan kepada lembaga terkait khususnya mereka yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin bahwa kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada Standar Operating Procedur (SOP) perlu ditegaskan kembali, yaitu adanya langkah-langkah KIE yang harus dioperasionalkan diseluruh fasilitas pelayanan dari Posyandu sampai Rumah Sakit, baik pada pelayanan pemerintah maupun swasta. Kegiatan konseling merupakan pilihan yang efektif dan efisien meningkatkan pengetahuan ibu untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi ibu sehingga dapat dilakukan upaya prefentif. ......The Factors that Related to Antenatal Visit Four Times (K4) in Medan City, North Sumatera Province, 2002Based on Household Health Survey in 1995, the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia was 373 per 100.000 live births, while the Infant Mortality Rate (IMR) was 46 per 1000 live births. One of the factors was caused by the in optimal the coverage of antenatal visit four times (K4 = 75,66%). The lack of their optimal to antenatal visit four times, it caused risk and pregnancy complication can not be detected in the early. The specific health intervention through minimum antenatal visit at least four times, as one of the big power raising to reduce the incident and heavy complication that related to pregnancy, delivery and post-partum on mother and infant new birth. In Medan City the antenatal visit four times was 78,75%, it was not reach with the national target that is 90%. The objective of this study was to obtain the relationships between the predisposition, possibly, and the dominant factors with antenatal visit four times. The study design was cross-sectional. The sample selected was based on the pattern of cluster second phase, first phase with probability proportional to size used C Survey. The number of sample was 210 pregnant mothers who having infant age 5 6 months, where during pregnant ever checked their pregnancy to health worker. The data was collected by indepth interview method. The data was analysis by software C Sample on Epi Info 6.0 and others computer programs. The result of study showed that the proportion of antenatal visit meet with the standard was a 51% and 84,8% respondent ever conducted antenatal visit at the private maternity clinics. The result of bivariate analysis known that the variable which having significant relationship to antenatal visit four times is high education, good knowledge, positive attitude, distance, high income, good information access to antenatal service and husband support. The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that having relationships to antenatal visit four times is knowledge, attitude, distance, income, information access and the most dominant that influence to K4 is mother's knowledge (OR 2,78). Considering to this study, it is recommended that the institutional related especially to whom that giving health services on pregnant mother and delivery. The activities of Information, Education, and Communication (IEC) on Standard Operating Procedure (SOP) it is need to be cleared again, i.e. the availability of IEC steps that should be applied in entire of health facilities, starting from Village Integrated Service Post to Hospital, both private and state owned. Counseling activities is selection that effective and efficient to increase the mother's knowledge, and in order to understand the pregnant event, delivery, post-partum and the risk that possible faced, so it can be done preventive action.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puspita
Abstrak :
RSUD Palembang BARI sebagai satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Palembang perlu mengetahui .kinerjanya, terutama didalam era otonomi daerah, agar dapat eksis menghadapi situasi dan kondisi yang penuh persaingan. Unit rawat jalan yang merupakan pelayanan khusus dokter spesialis sebagai salah satu cerminan layanan di RSUD Palembang BARI, sebagai langkah awal untuk melakukan perbaikan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terhadap pelanggan, perlu dilakukan penilaian kinerjanya secara komprehensif melalui pendekatan kansep balanced scorecard. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan survei terhadap responden (25 orang SDM di Unit Rawat Jalan, 100 orang pasien yang datang berobat di Poliklinik Spesialis Unit Rawat Jalan pads minggu ke 2 Februari sampai dengan minggu ke 2 Maret 2003, yang dipilih secara random). Alat penelitian yang digunakan yaitu kuesianer dan panduan observasi. Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan : 1) Kinerja Keuangan : Rasia tingkat pertumbuhan pendapatan adalah 2,45, saldo tahun 2001 dibandingkan dengan tahun 2002 terjadi peningkatan 276 %. 2) Kinerja Pelanggan : tingkat kepuasan pelanggan 80 % (puas 63 %) dan terdapat beberapa hal yang menjadi prioritas untuk diperhatikan yaitu masalah WC yang tidak bersih, pelayanan yang tidak sesuai jadwal dan sikap petugas yang tidak ramah. 3) Kinerja proses bisnis internal ; proses pelayanan pasien secara keseluruhan (meliputi waktu tunggu pasien mendapat pelayanan, waktu layanan oleh dokter dan asisten dakter, komunikasi pasca layanan) hanya 44 % proses pelayanannya baik 4) Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran komitmen terhadap waktu layanan dan tingkat kepuasan SDM, SDM terutama dokter spesialis tidak komitmen terhadap waktu pelayanan pasien yang dimulai pukul 09.00. Tingkat kepuasan SDM, puas (52 %), dimana yang menjadi skala prioritas untuk diperhatikan adalah masalah insentif. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui kinerja keuangan dinyatakan tidak baik, walaupun rasio tingkat pertumbuhan pendapatan nilainya 2,45 (tetapi tidak dapat memuaskan kerja SDM) dimana insentif yang mereka terima jauh dibawah UMR dan saldo yang meningkat sampai 276%, sumber pendapatannya sebagian besar masih merupakan subsidi dari Pemerintah Kota Palembang. Kinerja pelanggan (kepuasan pasien), kinerja proses bisnis internal (proses pelayanan terhadap pasien), kinerja pertumbuhan dan pembelajaran (komitmen dan kepuasan pasien) masih kurang. Unit Rawat Jalan untuk meningkatkan kinerja keuangannya perlu membuka Poliklinik sore hari, melakukan penghematan biaya operasional (biaya bahan obat dan alkes) dan mengusulkan revisi polatarif. Kemudian melakukan pembenahan fisik (WC bersih, tersedianya papan informasi) dan mengadakan pelatihan/kursus kepribadian untuk petugas, mengadakan survei kepuasan periodik kepada pelanggan. Agar supaya pelayanan menjadi baik, dilakukan penyempurnaan/revisi SOP/ PROTAP. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja selanjutnya dan sebagai langkah awal untuk menuju kearah perbaikan yang dilakukan secara berkesinambungan.
The General Hospital of Palembang BARI, as one of the hospitals controlled by the local government of Palembang, must evaluate its performance, especially in this area of provincial autonomy, in order to confront its competition. The outpatient unit which is comprised of specialists provides one reflection of the service offered at RSUD Palembang BARI. As a beginning step for improving the quality and quantity of service for the customers, it is necessary to do a performance evaluation in a comprehensive manner following the concept of Balanced Scorecard. This study was designed as a descriptive study. The data used was primary and secondary data. The primary data came from the responses to several surveys (25 employees of the outpatient unit, 100 patients who received treatment in the specialist unit of the hospital from the second week of February 2003 through the second week of March 2003, using a random sample). The research instruments used included questionnaires and observation. Furthermore, the data was analyzed in a descriptive manner. This research shows the following: 1) Financial Performance: The ratio of revenue growth is 2.45. The balance when comparing 2002 with 2001, the increase is 276%. 2) Customer Performance: The level of customer satisfaction is 80% (63%). Some matters, which need attention, include problems with the restrooms, which are not clean, the employees' failure to follow the work schedule and their lack of friendliness. 3) Internal Business Process: The process of caring for patients including all parts of their visit (including the service received during their time in the waiting room, the service received from the doctor and assistant doctor, and the communication after the service) is good only 44% of the time. 4) Learning and Growth Process: This includes the commitment of the employer towards the service time of the patient and the employer satisfaction. It is apparent that the specialists are not considerate of the patients' time, which is supposed to begin at 9:00 AM. The level of employee satisfaction is only 52%, which indicates that attention needs to be given to the present lack of incentive. Based on this research, it is apparent that the financial performance is not good; although, the ratio of revenue growth is 2.45 (but does not create employer work satisfaction), the incentive that they receive is far below the standard. Also, although the balance increased 276%, a large part of it comes from local government subsidies. Therefore, customer performance (customer satisfaction), internal business process (the process of caring for the patient), and the learning and growth process (commitment and employer satisfaction) are still lacking. The outpatient unit, in order to increase its financial performance, must open its clinic in the afternoons. economize on its operational costs (costs of medicines and instruments), and propose a revised receipt for treatment. Also, improvements of the facility must be made (including cleaning the restrooms and adding an information board). Character building training for employees and periodic satisfaction surveys for the customers should also be added. So that service is improved, revisions must be made to the SOP. The results of this research serve as a foundational performance evaluation and provide beginning steps for continued improvement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendryk Timur
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya rencana Rumah Sakit Sumber Waras untuk membuat IGD yang lebih baik dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Keberadaan IGD yang ada sekarang ini cukup baik dan sudah dapat memberikan pelayanannya dengan baik. Namun seiring dengan makin meningkatnya persaingan antar rumah sakit, Rumah Sakit Sumber Waras merasa pelu meningkatkan pelayanan kesehatannya terutarna di Instalasi Gawat Darurat. Tujuan penelitian ini adalah, untuk menganalisa sejauh mana kondisi fisik yang ada dari Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sumber Waras memenuhi persyaratan Standar Disain Fisik dan mengetahui disain fisik Instalasi Gawat Darurat yang sesuai untuk kebutuhan konsumen IGD Rumah Sakit Sumber Waras. Jenis penelitian merupakan studi komparatif dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi didapat melalui kuesioner berikut wawancara, serta pengamatan di lapangan sejak 1 hingga 31 mei 2004. Pada penelitian ini diamati faktor-faktor yang mempengaruhi Disain Fisik Instalasi Gawat Darurat, yaitu : 1. Zoning 2. Bentuk, Karakteristik dan Komposisi 3. Persyaratan dan Hubungan Ruang 4. Alur Proses dan Tata Letak 5. Fungsi/Aktifitas. 6. Prasarana 7. Peralatan Penelitian ini telah menghasilkan sebuah analisa mengenai kondisi dan usulan mengenai pemecahan masalah rancang bangun Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sumber Waras. Dari 7 faktor yang dianalisa didapatkan hasil : 1 faktor yang tidak memenuhi syarat yaitu faktor Zoning (33,3%), 1 faktor yang hampir memenuhi syarat yaitu faktor Bentuk, Karakter dan Komposisi (58,3%) dan 5 faktor yang telah memenuhi syarat yaitu faktor Persyaratan dan Hubungan Ruang (88,8%), faktor Fungsi/Aktifitas (84,6%), faktor Prasarana (75%), faktor Peralatan (86,6%) dan faktor Alur dan Tata Letak (100%). Selain hasil perbadingan tersebut, penelitian ini juga menghasilkan sebuah disain IGD rumah sakit Sumber Waras yang sesuai dengan kebutuhan konsumen internal dan konsumen eksternal rumah sakit Sumber Waras yang berupa saran.
Physical Design Analysis of Sumber Waras Hospital's Emergency Room is Based on Indonesia Department of Health's Rule, Direction Literature and StandardThis research is motivated by Sumber Waras Hospital's plan to build a better emergency room in the next five years. The emergency room which the hospital has now is already good enough and able to serve well. Along with the raise of the hospital's competition, Sumber Waras Hospital thinks to increase its health service especially the emergency room. The purpose of this research used a comparative study with the qualitative approach The data and information are from the questionnaire, interviews and also the field survey which was done from 1 until 31 May 2004. Some factors which influence the physical design are observed in this research They are: 1. The arrangement in zones 2. The form, character and composition 3. The room's relation and requirement 4. The process and layout 5. The function/activity 6. The infra structure 7. The equipments. This research has brought analysis about condition and proposal on construction solving emergency Instalation Sumber Waras hospital. From 7 factor that analyzed getting a result one factor that. Is not qualified namely zoning factor (33,3%), one factor that is almost qualified that is, form, character and composition (58,3%) and 5 factor that have been qualified there are The room's relation (88,8%) and requirement, the Process and- Lay Out (100%), the Function/Activity (84,6%), the Infra Structure (75%) and the Equipment (86,6%). Beside that comparation result, this research also produce a design of emergency Instalation Sumber Waras hospital base on the needs internal consumer and external consumer Sumber Waras hospital as suggestion.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Kurniadi
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan yang terjadi pada pasar pelayanan kesehatan merubah cara para penyelenggara pelayanan kesehatan mengelola pasien. Biaya, mutu, dan etisiensi pelayanan kini makin menjadi pusat pertimbangan. Penerapan formularium rumah sakit diyakini menjadikan pengelolaan obat menjadi lebih sederhana dan mereduksi biaya obat rumah sakit.

Penelitian ini adalah suatu studi kasus untuk mengevaluasi dampak penerapan formularium rumah sakit, terutama pada aspek perubahan perilaku penulisan resep, jumlah macam obat dalam persediaan, persediaan dan penggunaan obat generik, serta biaya obat.

Data sekunder yang dipilih dikumpulkan dari laporan tahunan IFRS dan bagian keuangan tahun 1990 - 1996. Data primer didapat dan wawancara dengan kepala dan staf IFRS serta ketua dan anggota KFT. Data kemudian di analisa untuk melihat perkembangan selama penerapan formularium rumah sakit.

Penetian diadakan di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan permintaan obat di luar FRS oleh dokter paruh, terjadi penununan jumlah macam obat persediaan, peningkatan macam dan penggunaan obat generik, serta penurunan biaya farmasi.

Disimpulkan bahwa fungsi KFT belum optimal, FRS masih merupakan daftar obat, dan tujuan penerapan FRS telah tercapai, yaitu meredusir jumlah macam obat, meningkatkan penggunaan obat generik dan menurunkan biaya obat.

Untuk meningkatkan keberhasilan penerapan FRS, disarankan meningkatkan fungsi KFT sesuai tugas dan tanggung jawabnya, memperbaharui FRS, memilih suatu kombinasi strategi educative, re-educative, persuasive dan facilitative yang berkelanjutan daripada pendekatan confroniatitianal untuk meningkatkan kepatuhan para dokter paruh waktu.
ABSTRACT
Evaluation Hospital Formularium Intervention in Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang Tahun 1993 - 1996Changes occurring in the health care market place are changing the way health providers are managing patients. Cost, quality, and efficiency of care are increasingly being focused upon. The use of a hospital formulary is believed to provide easier drug management and drug cost reduction.

This study evaluates outcomes related to hospital formulary system, especially concerning prescribing habits/behaviors, stock level, generic drug increases and drug cost reduction.

The preferred secondary data were collected from the pharmacy and finance reports for the 1990 to 1996 hospital annual years. Primary data were interviewed with the chairmen and members/staff of the Pharmacy & Therapy Committee, and Hospital's Pharmacy. Data was analyzed to see changes during the hospital formulary intervention.

Setting took place in Panti Wilasa Citarum Hospital, Semarang Result of the study show an increase in non formulary drug requested by part-timers physician, a decrease in the number of drug line items, increase generic drug items and request, and drug cost reduction.

It is concluded that the P & T Committee was not optimally functioned, Hospital Formulary was just a drug list, and hospital formulary had achieved its objectives.

Optimizing P & T Committee function, renewing the hospital formulary and a combination of ongoing educative, re-educative, persuasive and facilitative strategies rather than confrontational approach are suggested to promote its objectives achievement.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindiawaty Josito
Abstrak :
Rumah Sakit Medistra merupakan rumah sakit yang ditujukan terutama untuk kalangan eksekutif, hal ini terlihat dari pembagian kamar yang tersedia, yaitu lebih banyak untuk kelas I, VIP dan VVIP (62%). Untuk itu perlu diketahui citra Rumah Sakit Medistra di kalangan eksekutif masyarakat Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra Rumah Sakit Medistra di mata kalangan eksekutif di Jakarta yang menyangkut familiarity, kualitas dan kecocokan mereka terhadap Rumah Sakit Medistra. Citra yang didapat dari hasil penelitian ini dibandingkan dengan yang diharapkan oleh pihak Rumah Sakit Medistra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra Rumah Sakit Medistra sudah cukup baik, tapi dalam hal kecocokan masih kurang. Untuk itu perlu ditingkatkan promosi mengenai Rumah Sakit Medistra, sehingga tingkat penggunaan oleh kalangan eksekutif meningkat. Selain itu perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai harga yang ditawarkan dibandingkan dengan fasilitas yang ada. Kalau dibandingkan citra Rumah Sakit Medistra antara responden yang pernah dan yang belum pernah menggunakan Rumah Sakit Medistra, didapat responden yang pernah menggunakan Rumah Sakit Medistra memberikan nilai yang lebih tinggi dart pada yang belum pernah menggunakan Rumah Sakit Medistra. Citra positif yang didapat dari hasil penelitian adalah Rumah Sakit Medistra merupakan rumah sakit yang bersih, sedang citra negatifnya adalah parkir sulit. Citra Rumah Sakit Medistra yang didapat dari hasil penelitian lebih kecil dari pada yang diperkirakan telah dicapai oleh pihak rumah sakit Kepada Rumah Sakit Medistra disarankan untuk memperbaiki citra terutama dalam aspek kecocokan, meningkatkan promosi sehingga familiarity masyarakat Jakarta terhadap Rumah Sakit Medistra meningkat, memperluas lahan parkir.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapti Sri Wuryani
Abstrak :
Unit pelayanan rawat jalan merupakan bagian strategis dari suatu rumah sakit. Penampilan rumah sakit juga mencerminkan citra rumah sakit, sehingga keberhasilan pelayanan yang memenuhi tuntutan pasien sangat menentukan. Beberapa faktor penting yang menentukan adalah kelancaran alur pasien pada pelayanan rawat jalan. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan penatalaksanaan baik bangunan fisik rawat jalan, maupun tenaga pelaksananya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan benar mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rawat jalan, dengan mengetahui analisa situasi, tatalaksana, serta mengidentifikasi permasalahan akhirnya mengembangkan usulan peningkatan efektifitas alur pasien rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan pemecahan selain dikarenakan tataletak bangunannya, juga karena kapasitas ruang yang tersedia kurang memadai. Dengan melakukan wawancara pada petugas pelayanan rawat jalan, maka diketahui permasalahan yang ada di masing-masing unit, serta usulan pemecahan masalahnya. Dihubungkan dengan kepustakaan yang ada serta keinginan para pelaksana rawat jalan, maka dikembangkan usulan tataletak bangunan fasilitas rawat jalan dan diharapkan alur pasien yang terjadi menjadi lebih efektif. ...... Outpatient Department is one of the strategic units in a hospital, because its performance become one indicator of hospital performances and also acts a show window of the hospital. Several factors affecting Outpatient Department's effectiveness i.e. flow of outpatient services, design of outpatient facilities, and knowledge and skill of their personnel's. The objective of this study is to develop a framework to improve the outpatient department services in Sumedang General Hospital. To achieve this objective, the researcher did three activities, i.e. mapping the design of outpatient facilities, charting the flow of outpatient services from the time of patient's arrival to their departure in all clinics; and finally interviewing personals at the outpatient department. Design of this study is a case study in one hospital utilizing a problem solving approach activities. Result of the situational analysis showed that the design of outpatient facilities in Sumedang Hospital had an impact on the effectiveness of patent services. Using a hypothetical flow of services from patient from intemaland surgery units, the study shown a crisscrossing pattern and the accumulation of crowd In the waiting area. Interview of the outpatient personnel's shown that many problems had not been treated properly in the past, and several solutions was proposed by the outpatient personnel's. A new design of the outpatient facilities is proposed to reduce the crowding of patients in the waiting area, and improved the effectiveness of patent services in the outpatient department.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Anni Farida
Abstrak :
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah memberikan pelayanan Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) sejak tahun 2010 dengan pedoman pada tahun 2017 dari European Society of Cardiology (2012) yang memberikan anjuran door to balloon ≤90 menit untuk tindakan Primary PCI pada pasien STEMI dengan onset ≤ 12 jam. Untuk memenuhi target tersebut Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) telah bekerja sama untuk memperbaiki proses pelayanan Primary PCI sejak awal tahun 2017 dengan capaian door to balloon time bulan Januari - Agustus 2017 adalah 203,5 menit. Penelitian ini untuk mengetahui pedoman pelayanan, alur pelayanan, mengidentifikasi kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (waste), akar masalah panjangnya door to balloon time serta usulan perbaikan pelayanan Primary PCI. Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observasi, telaah dokumen, dan wawancara mendalam di IGD dan PJT dengan kerangka acuan DMAI (Define, Measure, Analyse, Improve). Hasil penelitian didapatkan SPO dan PPK terkait pelayanan Primary PCI belum ada, Clinical Pathway Terintegrasi belum ditetapkan, bulan September - Desember 2017 didapatkan capaian door to balloon time dengan median 182 menit, namun tidak dapat dibuat Value Stream Maping (VSM) dikarenakan data dalam rekam medik tidak lengkap. Hasil observasi Februari - April 2018 didapatkan capaian door to balloon time dengan median 126 menit dengan lead time 270,5 menit, cycle time 209,8 menit, waiting time 60,7 menit dengan value added 41,7% dan non value added 58,3%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayanan pasien STEMI dengan tindakan Primary PCI masih tergolong un-lean dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 2 yang memungkinkan terdapat 308.538 tindakan Primary PCI melebihi door to balloon time ≤ 90 menit dari 1 juta kesempatan. Terdapat 40 waste dan 10 varian diseluruh proses pelayanan, dimana waste yang terbanyak terdapat pada waiting, extra processing dan confusion. Hasil analisis Fishbone didapatkan faktor man dan method adalah yang paling dominan menjadi penyebab keterlambatan pelayanan pasien STEMI dengan tindakan Primary PCI. Dibutuhkan komitmen dari managemen rumah sakit dan dukungan dari seluruh tim yang terlibat dalam pelayanan Primary PCI untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dengan pembuatan SPO dan PPK sebagai pedoman pelayanan, managemen rumah sakit membuat sistem yang baik agar pelayanan Primary PCI dapat terlaksana 24 jam, mengurangi dokumentasi rekam medik di IGD, penggantian mesin EKG, pemendekan jalur pemindahan pasien, segera menggunakan Clinical Pathway Terintegrasi Primary PCI serta melakukan evaluasi kualitas pelayanan yaitu mortality dan LOS.
Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM) has been providing Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) services since 2010 with a guideline in 2017 from the European Society of Cardiology (2012) which provides a door to balloon ≤90 minutes for PCI Primary Action in STEMI patients with an onset of ≤ 12 hours. To meet the target, Emergency Installation (IGD) and Integrated Heart Service Unit (PJT) have been working together to improve the Primary PCI service process since early 2017 with the achievement of door to balloon time from January to August 2017 is 203.5 minutes. This research is to know the guidance of service, service line, identify activity which do not give added value (waste), root of problem of door to balloon time length and suggestion of service improvement of Primary PCI. This research design is qualitative analysis with observation method, document review, and depth interview at IGD and PJT with DMAI reference frame (Define, Measure, Analyze, Improve). The result of the research shows that SPO and PPK related to Primary PCI service is not yet available, Clinical Pathway Integrated has not been established, September - December 2017 got door to balloon time with median 182 minutes, but can not be made Value Stream Maping (VSM) because data in medical record incomplete. The result of observation from February to April 2018 was achieved by door to balloon time with median 126 minutes with lead time 270,5 minutes, cycle time 209,8 minutes, waiting time 60,7 minutes with value added 41,7% and non value added 58, 3%. This study concludes that the flow of STEMI patient service process with Primary PCI action is still classified un-lean and Six Sigma calculation is at sigma level 2 which enables 308,538 Primary PCI actions beyond the door to balloon time ≤ 90 minutes from 1 million occasions. There are 40 waste and 10 variants throughout the service process, where the most waste is in waiting, extra processing and confusion. Fishbone analysis results obtained man factor and method is the most dominant cause of delay in patient service STEMI with Primary PCI action. It takes commitment from hospital management and support from all team involved in Primary PCI service to make continuous improvement with SPO and KDP as service guidance, hospital management make good system for Primary PCI service can be done 24 hours, reduce documentation medical records at ER, ECG machine replacement, shortening of patient transfer path, immediately using Clinical Pathway Integrated Primary PCI and evaluating service quality that is mortality and LOS.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rahayu
Abstrak :
Tesis ini membahas pengaruh kepuasan pasien terhadap kunjungan ulang secara analitik kuantitatif dengan desain prospective cohort dilengkapi pendekatan kualitatitif. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Informan terdiri dari Direktur, kepala instalasi, dokter spesialis paru, perawat, dan pasien. Tingkat kepuasan pasien sebesar 88,59% dan kunjungan ulang 75,5%. Dimensi Reliability, Responsiveness, dan kepuasan total berhubungan signifikan dengan kunjungan ulang. Pada analisis multivariat tidak ada variabel perancu hubungan kepuasan dengan kunjungan ulang. Disarankan melengkapi penunjuk arah, optimalisasi Poliklinik DOTS, penyusunan SOP informasi dan komunikasi, penyimpanan berkas rekam medik disatukan dengan foto rontgent, alat komunikasi supaya bisa Iangsung terhubung ke semua bagian tanpa melalui operator.
This thesis discusses the influence of patient satisfaction to re-visit with the quantitative and qualitative analytical approach, prospective cohort design. Sampling with consecutive sampling. Informants consisted of Director, head of the installation, tuberculosis specialist doctors, nurses, and patients. Level of patient satisfaction of 88.59% and 75.5% re-visit. Dimensions of Reliability, Responsiveness, and total satisfaction have signilicant associated with re-visit. In the multivariate analysis does not have confounding variable relationship satisfaction with the re-visit. Recommended a complete way, optimalization Clinic DOTS, SOP preparation of information and communication, medical record storage tile together with image rontgent, means of communication that can be directly connected to all parts without going through the operator.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surdjadiredja, Catharina Butet
Abstrak :
Seiring dengan dikeluarkannya deregulasi yang baru oleh pemerintah, yang mengizinkan pemodal asing untuk ikut berpartisipasi didalam bidang kesehatan, maka banyak didirikan rumah sakit baru oleh swasta nasional maupun dengan modal asing, yang berdampak makin ketatnya persaingan antar rumah sakit di Indonesia. Untuk dapat unggul dalam persaingan yang demikian ketat, rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dan tetap berorientasi pada kepuasan pelanggan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap oleh perusahaan pelanggan. Dipilihnya Rumah Sakit Sint Carolus sebagai tempat penelitian, adalah agar peneliti dapat menyumbangkan hasil penelitian ini kepada instansi dimana peneliti bertugas dan berharap hasil dan penelitian ini dapat dipergunakan oleh pihak manajemen Rumah Sakit Sint Carolus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, dan variabel-variabel yang hendak diteliti dan diduga berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap adalah promosi, mutu pelayanan kesehatan dari para medis, perawat, tenaga administrasi dan customer service, persepsi tarif, persepsi terhadap kebersihan ruang perawatan, jarak perusahaan, pengambil keputusan. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-kuadrat. Dari hasil penelitian ternyata hanya ada 1 faktor yang terbukti berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan layanan rawat inap, yaitu faktor persepsi mutu layanan perawat, sedangkan variabel-variabel yang lain tidak terbukti berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap. Melihat banyaknya perusahaan yang mengikat kerja sama dengan Rumah Sakit Sint Carolus, maka pemanfaatan layanan rawat inap oleh perusahaan pelanggan saat ini belum optimal sehingga perlu usaha pemasaran yang lebih baik yang mencakup seluruh kegiatan pemasaran. Khususnya untuk promosi, kiranya perlu tindakan yang lebih proaktif terhadap konsumen antara lain kepada perusahaan pelanggan. Selain itu juga perlu pemberdayaan sumber daya yang ada sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan, dan akhirnya dapat meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Sint Carolus. ......In line with the new deregulations stipulated by the government which enable the foreign investor to participate in the health sector, and so many new hospitals have been established by foreign as well as private national investor that has caused strong competitions among hospitals in Indonesia. In order to become a winner in such a strong competition, the hospital should improve its medical treatment quality and should always conformed to the customer satisfaction. The purpose of this survey is to learn the related factors in regards with the utilization of inpatient service by the company at Sint Carolus Hospital. The reason why Sint Carolus is chosen as the place for research, is to enable the researcher to contribute the result of this research to Sint Carolus Hospital dan hopefully it can also be applied by the management. This research is based on the quantitative research and cross sectional design, and variables to be researched and is assumed has relations with the benefit of hospital service such as the promotion, medical service quality given by the doctors, nurses, administration staff and customer service, tariff perception, perception toward the housekeeping aspect of patient's room, distance of company, decision maker. Univariat as well as bivariat data analysis based on chi square statistic test. Based on the research result, there is only one factor that is prove to have relations with the utilization of inpatient service, i.e. perception factor of nurse service quality, whereas the other variables are not prove to have relations with the utilization of inpatient service. In view with the high number of companies which has partnership with Sint Carolus Hospital, it is realized that the service of inpatient still do not fiilly satisfy the company, therefore the marketing activities should be developed in better ways to cover all aspects of marketing. Especially in the sector of promotion, proactive action should be carried out toward the customer such as to the company. Aside fiom that, empowennent of the available resources should be promoted in order to increase the medical treatment quality, and finally improve the medical treatment benetits provided by Sint Carolus Hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak :
Rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks karena mempunyai ciri-ciri yang khas berupa banyaknya manusia dari berbagai latar belakang pendidikan, status sosial, dan ekonomi yang berbeda. Proporsi sumberdaya terbanyak pada rumah sakit adalah manusia. Akibat hal ini maka pengelola rumah sakit harus mempunyai perhatian yang lebih pada sumberdaya manusia ini. Rumah sakit yang tadinya hanya bersifat memberikan pengobatan dan pemulihan saja, saat ini berubah dengan tambahan fungsi peningkatan dan pencegahan kesehatan pula. Juga yang tadinya bersifat sosio-medik akibat penambahan fasilitas kesehatan yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan tersebut maka sifatnya menjadi sosio-ekonomi. Menuju era globalisasi diabad 21 maka organisasi dan manajemen rumah sakit di Indonesia juga harus mengadakan perubahan-perubahan terutama dalam mengelola sumberdaya manusianya. Seluruh perubahan-perubahan ini menimbulkan juga perubahan pada perilaku karyawan rumah sakit. Berbagai fenomena yang berkembang dalam penyelenggaraan rumah sakit saat ini di Jakarta dapat dilihat, yang semuanya bila tidak diantisipasi akan menyebabkan turunnya mutu pelayanan pada rumah sakit. Fenomena-fenomena tersebut dapat berupa adanya unjuk rasa karyawan atau perawat pada rumah sakit, adanya angka keluar masuk perawat yang tinggi, semuanya ini menandakan adanya keresahan perawat atau karyawan rumah sakit terhadap kebijakan manajemen rumah sakit. Dari literatur diketahui perlunya budaya organisasi dalam mengelola manajemen rumah sakit. Budaya organisasi rumah sakit telah banyak diteliti di luar negeri. Kepustakaan di Indonesia belum banyak dilaporkan mengenai budaya organisasi di rumah sakit. Dilakukan analisis beberapa budaya organisasi secara konseptual dengan melihat elemen dasar Serta karakteristik dari budaya organisasi tersebut. Dilakukan pengamatan budaya organisasi pada 4 rumah sakit di Jakarta yaitu:RSIA Hermina, RS Persahabatan, RS MMC dan RS Pondok Indah. Analisis konsep budaya secara konseptual kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan budaya di keernpat rumah sakit tersebut. Setelah dilakukan analisis maka disusun suatu model budaya organisasi yang sesuai dimana adanya keselarasan antara elemen dasar budaya organisasi dengan penerapannya pada kegiatan organisasi yang dijalankan berupa ; pola manajemen, struktur organisasi, tim kerja, dan proses (kompensasi dan komunikasi) untuk rumah sakit di Indonesia. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan berupa perlunya budaya organisasi bagi organisasi rumah sakit dan disarankan agar pimpinan rumah sakit menyesuaikan antara budaya organisasi yang dianut dengan proses kegiatan organisasi dan manajemennya.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>