Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
[Melangkah jauh dari persoalan seksualitas gay laki-laki, tulisan ini berusaha menganalisa penindasan dan penolakan yang dialami oleh gay laki-laki di Indonesia saat ini. Penindasan dan penolakan tersebut berlandaskan nilai-nilai heteronormativitas serta terwujud dalam sikap homonegativism yang membuat gay laki-laki di Indonesia terkungkung dan terasing ke ruang yang maya. Peneliti menempatkan fenomena kriminologi budaya sebagai sebuah tanda dalam dalam semiotika. Eksplorasi mitos berupa penguraian mitos dilakukan untuk mengetahui makna dibalik keterkungkungan dan keterasingan gay laki-laki. Pembentukan mitos baru dilakukan peneliti untuk memunculkan makna-makna tersembunyi dibalik penggunaan Twitter, Grindr, Jack’D, dan GROWLr oleh gay laki-laki. Dari hasil eksplorasi mitos ditemukan bahwa ada sebuah makna besari dibalik penggunaan ke-empat jejaring sosial tersebut oleh gay laki-laki; bahwa Twitter, Grindr, Jack’D, dan GROWLr digunakan oleh gay laki-laki karena mereka terasing dari ruang yang nyata ke dalam ruang maya. Dalam ke-empat jejaring sosial tersebut, gay laki-laki merasa lebih bebas dan membentuk sebuah ruang heterotopia. Kebebasan gay laki-laki di ruang heterotopia ternyata merupakan sebuah paradoks karena masyarakat terus mengawasi dengan kuasa-nya yang panoptic., Moving faraway from the gay men sexuality itself, this research trying to analyzes the rejections and oppressions towards gay men. Those behaviors are based on the heteronormativity values that manifested in homonegativism acts––this Indonesia’s status quo marches gay men into a captivity circumstances and alienate them into the virtual space. Researcher sees this cultural criminology phenomenon as a sign in a semiotic world. To embrace the meaning behind those status quo, researcher intend to do some myth exploration by deciphering it as well as making a new myth to restore and notify the meaning that has been hiding behind the uses of Twitter, Grindr, Jack’D, and GROWLr by gay men. From the exploration, researcher found that there is a huge meaning behind the uses of those four social network sites by the gay men society; that Twitter, Grindr, Jack’D and GROWLr uses by gay men as the society alienates them from the physical space into the virtual space. On those four social network sites, gay men do feel freer as they also signify and occupy the heterotopian space. The freedom in heterotopian space apparently is just a paradox since they are always under the scrutiny of society’s panoptic power.]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Prisanti
Abstrak :
ABSTRAK
Kelompok gay sebagai kelompok minoritas di Indonesia umumnya diberikan representasi negatif di media. Perkembangan internet memungkinkan blog menjadi media alternatif kelompok gay. Blog dilihat sebagai sebuah cyberqueer space, yaitu ruang yang memfasilitasi pengalaman-pengalaman minoritas seksual yang sulit ditemukan dalam kehidupan nyata. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivism dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dengan empat informan. Selain meneliti pengalaman penulis blog gay dalam menciptakan blog, peneliti juga meneliti pembentukan identitas seksual penulis blog gay. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa blog memungkinkan individu untuk mengekspresikan diri dan menjalin hubungan sosial dengan gay lain. Identitas yang dibentuk melalui blog merupakan ekstensi identitas di dunia nyata.
ABSTRACT
Gay men, as a minority group in Indonesia, are commonly given negative representations in the media. The development of internet has enabled blogs to become alternative media for gay men. Blogs are seen as cyberqueer spaces where sexual minority experiences are facilitated. This research uses post-positivist paradigm and qualitative method through in-depth interviews of four gay bloggers. Apart from studying gay bloggers? experiences in writing blogs, this research also explores the sexual identity formations of the bloggers. It is concluded from this research that blogs enable individuals to express their selves and form relaionships wih other gay men. The identities formed through blogs are extensions of their offline identities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanisa Purwantari
Abstrak :
LSL merupakan populasi kunci HIV yang paling berisiko dibandingkan dengan populasi lainnya. Salah satu strategi penanggulangan HIV/AIDS adalah VCT yang bertujuan untuk meningkatkan penemuan kasus HIV. Diketahui baru 59% LSL yang sudah pernah memanfaatkan VCT di Indonesia. Persepsi individu terhadap HIV/AIDS dan VCT dan faktor modifikasi diketahui dapat mempengaruhi LSL dalam memanfaatkan VCT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan VCT pada LSL di Bogor tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan secara daring dengan jumlah responden 108 orang. Pemanfaatan VCT sebagai variabel dependen, sedangkan faktor modifikasi (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pengetahuan), persepsi individu (persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan) serta isyarat untuk bertindak sebagai variabel independen. Data dianalisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil proporsi tertinggi pada kelompok LSL yang pernah memanfaatkan VCT sebesar 70,4%, 84,3% berumur £ 30 tahun, 63,0% pendidikan terakhir menengah, 63,9% bekerja, 59,3% memiliki pengetahuan yang rendah, 55,6% memiliki persepsi kerentanan tinggi atau rentan, 51,9% memiliki persepsi keparahan tinggi atau parah, 52,8% memiliki persepsi manfaat tinggi, 60,2% memiliki persepsi hambatan rendah, dan 68,5% memiliki isyarat untuk bertindak tinggi. Terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,034), persepsi manfaat (p=0,001), dan persepsi hambatan (p=0,001) dengan pemanfaatan VCT. Hasil penelitian menyarankan untuk optimalisasi kegiatan penyuluhan terkait HIV/AIDS dan pemanfaatan VCT kepada kelompok LSL oleh petugas kesehatan dan LSM. ......MSM is the key HIV population most at risk compared to other populations. One of the HIV/AIDS prevention strategies is VCT which aims to increase HIV case finding. It is known that only 59% of MSM have used VCT in Indonesia. Modifying factors and individual perceptions of HIV/AIDS and VCT are associated to the utilization of VCT among MSM. This study aims to determine the factors related to the use of VCT in MSM at ​​Bogor in 2021. This study used a cross-sectional design with purposive sampling. Data were collected through questionnaires distributed online with a total of 108 respondents. Utilization of VCT as the dependent variable, while the modifying factors (age, last education, occupation, and knowledge), individual perceptions (perceived vulnerability, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers) and cues to action as independent variables. Based on the results of the analysis, it was found that the highest proportion of MSM groups who had used VCT was 70.4%, 84.3% aged £30 years, 63.0% had secondary education, 63.9% worked, 59.3% had low knowledge, 55.6% had a high perception of susceptibility, 51.9% had a high perception of severity, 52.8% had a high perceived benefit, 60.2% had a low perceived barrier, and 68.5% had a high cue to action. There is a relationship between knowledge (p=0.034), perceived benefits (p=0.001), and perceived barriers (p=0.001) with the use of VCT. The results of the study suggest optimizing counseling activities related to HIV/AIDS and the use of VCT to MSM groups by health workers and NGOs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azriel Bima Putra Anugrah
Abstrak :
Pasangan pria sesama jenis sering menghadapi stigmatisasi sosial dan budaya, yang dapat merugikan kualitas hubungan mereka. Kualitas hubungan dan komitmen memainkan peran penting dalam kesehatan individu, terutama dalam hubungan jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganilisis hubungan antara kedekatan emosional, kualitas tidur, dan kesehatan mental pada Lelaki Seks dengan Lelaki. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 138 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data  menggunakan Chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa kedekatan emosi (p = 0,010) dan kualitas tidur (p = 0,010) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesehatan mental. Rekomendasi penelitian mencakup penerapan pendekatan holistik oleh pelayanan kesehatan, terutama perawat, dengan fokus pada dukungan emosional dan kualitas tidur individu Lelaki Seks dengan Lelaki, serta perkuatan kurikulum pendidikan keperawatan terkait dukungan emosional dan kualitas tidur. ......Same-sex male couples often face social and cultural stigmatization, which can adversely impact the quality of their relationships. Relationship quality and commitment play a crucial role in individual health, especially in long-term relationships. The objective of this research is to analyze the relationship between emotional closeness, sleep quality, and mental health in Men who have Sex with Men (MSM). This study employs a quantitative correlational approach with a cross-sectional design, involving a sample of 138 individuals. The research instrument utilizes a questionnaire, and data analysis is conducted using Chi-square. The results reveal a significant association between emotional closeness (p = 0.010) and sleep quality (p = 0.010) with mental health. This study recommends advocate for the implementation of a holistic approach by healthcare providers, particularly nurses, focusing on emotional support and sleep quality for individual MSM. Furthermore, there is a need to enhance nursing education curricula concerning emotional support and sleep quality.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
n this landmark collection of Australian writing spanning well over a century, an Australia emerges that is radically different from the cliched land of bronzed lifesavers and long-suffering sheepfarmers' wives. Robert Dessaix's anthology reflects the diversity, non-conformity and ambiguity that have always been features of Australian society. Remarkably, it confirms that few of the country's most celebrated writers, regardless of their sexuality, have not, at one time or another, written on homosexual themes. Patrick White, David Malouf, Elizabeth Jolley, Frank Moorhouse and Helen Garner are all included, along with a number of newer writers. This rare openness to the illicit and the subversive is just one of the revelations in an entertaining and provocative volume. Through the fiction, poetry and drama of over forty writers, the collection traces the flowering of a rich variety of homosexual sensibilities from colonial times to the present. In a long introductory overview of the literature, Robert Dessaix suggests a number of stimulating readings, and states that his primary consideration is always pleasure for the reader. Erotic, raffish, refined, romantic, rebellious and always perverse, this anthology celebrates the adventurousness and sophistication of Australian writing in ways that cast an exciting new light on Australian cultural history
Melbourne: Oxford University Press, 1993
820.805 AUS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulan Anggraini
Abstrak :
Pola penularan HIV berdasarkan faktor resiko tidak mengalami perubahan. Bahkan berdasarkan kajian kajian paruh waktu Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN), salah satu kelompok dengan prevalensi HIV meningkat yaitu kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) di Poli IMS/VCT Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang dipakai yaitu crossectional, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari form VCT dan form register IMS. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas berkaitan dengan perilaku beresiko, digunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam pada 3 orang LSL. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh LSL yang merupakan klien VCT di Poli IMS/VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang baru berkunjung pada bulan Januari ? Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015. Hasil penelitian ini diketahui 37,1% LSL klien VCT terinfeksi HIV. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dan pekerjaan terhadap status HIV pada LSL. Untuk itu perlunya kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kejadian HIV, khususnya pada kelompok LSL.
ABSTRACT
HIV transmission patterns based on risk factors did not change. Even based studies part-time studies Strategy and National Action Plan (SRAN), one of the groups with increased HIV prevalence is MSM. This study aims to determine the factors associated with HIV status in MSM (men having sex with men) in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo 2014. This study is a quantitative research, design used is cross-sectional, using secondary data obtained from the form VCT and STI register form. To get a broader picture relating to risky behavior, used primary data obtained from in-depth interviews on 3 MSM. The population in this study is the entire MSM who are clients of VCT in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo new visit in January to December 2014. The study was conducted in December 2015. The results of this study are known for 37.1% of HIV-infected MSM VCT clients. Statistical analysis showed a significant relationship between the variables education and work against HIV status in MSM. Therefore the need for cross-sectoral cooperation to suppress the incidence of HIV, particularly in MSM.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawan Sumardiono
Abstrak :
Pandangan patriarki dalam norma heteronormatif menempatkan maskulinitas pada kedudukan sosial yang lebih tinggi dibanding femininitas. Akibatnya, laki-laki gay dengan ekspresi gender feminin sering mendapatkan marginalisasi dan kriminalisasi yang membuat mereka kekurangan ruang aman untuk mengekspresikan diri. Studi ini mengeksplorasi Instagram sebagai ruang aman untuk mengekspresikan gender feminin bagi laki-laki gay karena memiliki karakteristik heterotopik. Michel Foucault mendeskripsikan heterotopia sebagai ruangan perbatasan antara distopia dan utopia, yaitu ruang berbeda/nondominan yang masih berhubungan dengan ruang dominan. Studi ini berargumen dalam ruang berbeda ini, laki-laki gay yang memiliki ekspresi gender tidak sesuai norma heteronormatif memperoleh rasa aman dari norma dominan untuk mengekspresikan diri dan memainkan peran tertentu. Menggunakan argumen Judith Butler tentang performativitas gender, studi ini akan menganalisis performa ekspresi gender laki-laki gay melalui tampilan karakter-karakter feminin di media sosial Instagram. Penelitian ini dilakukan dalam paradigma interpretif dengan strategi etnografi digital yang berfokus pada eksplorasi pengalaman hidup. Penelitian ini melibatkan subjek penelitian yang merupakan laki-laki gay dengan ekspresi gender feminin dalam komunitas pecinta kontes kecantikan. Pengalaman marginalisasi yang laki-laki gay terima membuat mereka melakukan upaya aktif untuk membangun ruang aman mereka sendiri guna mengekspresikan femininitas. Maka berdasarkan studi ini, heterotopia bukanlah sesuatu yang diberikan, melainkan memerlukan upaya aktif penggunanya untuk membangun ruang sesuai kebutuhan personal. Sementara itu, performa femininitas mereka tampilkan dengan melakukan peniruan terhadap sosok idola. Tujuannya adalah supaya mereka lebih mudah diterima oleh masyarakat. Maka, hal yang ingin mereka tiru pada dasarnya adalah penerimaan positif oleh kelompok dominan. Caranya dengan menampilkan ekspresi gender yang memiliki citra positif di masyarakat Indonesia dengan mengedepankan pertimbangan kekhasan lokal, seperti yang dilakukan oleh sosok idola mereka. Dalam studi ini, hubungan antara individu LGBTQ dengan sosok idola dijembatani oleh motivasi pribadi di mana mereka juga ingin memperoleh manfaat ekonomi. Dengan demikian, hubungan yang tercipta adalah parasitic relationship ......The patriarchal view in heteronormative norms places masculinity in a higher social position than femininity. As a result, gay men with feminine gender expression often get marginalized and criminalized which makes them lack a safe space to express themselves. This study explores Instagram as a safe space to express feminine gender for gay men because it has heterotopic characteristics. Michel Foucault describes heterotopia as a border space between dystopia and utopia, which is a different/non-dominant space that is still related to the dominant space. This study argues that in this different space, gay men whose gender expression does not conform to heteronormative norms gain a sense of security from the dominant norm to express themselves and play certain roles. Using Judith Butler's argument about gender performativity, this study analyzes the performance of gay men's gender expression through the display of feminine characters through Instagram. This research was conducted in an interpretive paradigm with a digital ethnographic strategy that focuses on exploring life experiences. This research involves research subjects who are gay men with feminine gender expressions in a beauty pageant lover community. The experience of marginalization that gay men get makes them make an active effort to build their own safe space to express their femininity. So based on this study, heterotopia is not something given, but requires the user's active effort to build a space according to personal needs. Meanwhile, their performance of femininity is displayed by imitating idol figures. The goal is to make them more easily accepted by society. So, what they want to emulate is basically positive acceptance by the dominant group. This is done by displaying gender expressions that have a positive image in Indonesian society by prioritizing local uniqueness considerations, as their idol figures do. In this study, the relationship between LGBTQ individuals and idols is bridged by personal motivations where they also want to obtain economic benefits. Thus, the relationship created is a parasitic relationship.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalikul Fadli
Abstrak :
Organisasi Kesehatan Dunla (WHO) dan lembaga khusus untuk menanggulangi AIDS dari PBB (UNAIDS), melaporkan estimasi jum!ah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia pada tahun 1990 adaiah 7,8 juta dan pada akhir Desember 2007 mencapai 33,2 juta, 90% berasa1 dari negara berkembang. Alasan tidak memakai kondom di kalangan gay berbeda-beda ant:ara lain, kondom dapat mengganggu hubungan sek.s dan hubungan seks menjadi tidak nikmat Sedangk:an yang Jainnya tidak percaya keefektifan kondom, atau kondom sering rusak, kesempir.an dan berpori, schingga kondom tidak menjamin untuk tidak tertular Hrv, Selain itu yang menjadi penghambat dalam penggunaan kondom saat seks anal yaitu mengurangi kenyamanan (600/o), pa.sangan seks beresiko rendah (46%), pereaya pada pasangan seks (42%) dan ketidalctersediaan kondom (31%). Pene!itian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berbubungan dengan konsistensi perilak:u pemakaian kondom pada seks anal di ka1angan gay di Kota Surabaya tahun 2004 2005. Perilaku (SSP) 2004-2005 dan yang menjadi sasaran atau respondeD adalah lelaki suka lelaki (gay). Desain penelitian yang digunakan dalam peneJitian ini adalah Cross sectional dan analisis yang dilakukan mencakup univariat:. bivariat dan muJtivariat dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menemukan konsistensi pemakaian kondom pada kelompak gay di Surabaya masih rendah yaitu 22.2%. Berdasarkan hasil analisis multivaria hanya pengetahuan berhubungan dengan konsisrensi pemakaian kondom setelah dikontrol variabel lain, yaitu dengan OR= 2.53 (Cl : 1.082-5.92). Oulreach program untuk penyuluhan agar dapat meryangkau dan menggalang partisipasi kelompok gay tertutup serta bekerja sama dengan mitra potensial seperti kelompok gay, LSM. panti pijat pria untuk melaku.kan penyuluhan serta diskusi dalam benruk kelompok kecil dan berkesinambungan dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang H!V/AIDS dan pemakain kondom. ......World Health Organization (WHO) and UNAIDS reported estimation of HIVI/AIDS patients throughout !he World in 1990 is 7.8 million and at the end of December 2007 is 332 million and 900"/o of them from development country. The reason of not to use condom among gays is different, for examples; disturb of sexual activity and not comfortable sexual activity. The other reasons are unconvince of condom affectiveness, or condom often breakdown. narrowness and big size of pori porlbanier of condom usage are less comfortable (60%). low risk partner sexual activity {46%). trust with partner sexual activity (42%) and not available of condom (31%). The purpose of this study to identified the related factors of consistency of condom usage behavior on anal sex among gays in Surabaya 2004-2005. Data Behavior Survei Surveilen (BSS} 2004-2005 is used on this study, with gays as sample. The design of this study is cross sectional with univariate. bivariate and multivariate analysis by used logistics regression. The result showed consistency of condom usage behavior on anal sex among gays fn Surabaya is low (22.2%). Base on multivariate analysis showed only knowledge related to consistency of condom usage behavior after controlled by other, variables OR2.53 (CI :1.082-5.92). Outreach program for health education to rengc and look after participation of closed gay groups and corporated with potential partner, like:gay groups, NGO, L men massage provider to conduct sustainability of health education and discussion in the small group in result to promote knowledge of HIV/AIDS and condom usage.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21035
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Argina Nur Mauludya
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai resistensi gay laki-laki terhadap stigma dari masyarakat. Terdapat budaya yang dianggap menyimpang dan terstigma dalam hal ini adalah budaya homoseksual. Penelitian ini melakukan proses dekonstruksi dengan menggunakan konsep cultural criminology dalam ranah culture as crime untuk memberikan sebuah pemahaman baru mengenai isu homoseksual. Kemudian melakukan sebuah perlawanan dengan menggunakan konsep counterculture. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap lima narasumber. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh narasumber pernah mengalami distigma oleh masyarakat, lembaga representatif, keluarga, teman, dan diri sendiri. Selanjutnya, untuk melawan stigma tersebut mereka melakukan usaha counter-culture. Hal yang dilakukan adalah dengan mengakui identitas diri sebagai gay laki-laki serta bergabung dalam komunitas maupun organisasi sebagai bentuk penyesuaian terhadap stigma yang menimpa gay laki-laki serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa gay laki-laki sama seperti warga negara lainnya yang ingin diterima sebagai bagian dari warga negara tanpa stigma dan diskriminasi.
ABSTRACT
This mini thesis discussed about the resistance of gay men towards stigma coming from society. There is a culture that is considered deviate and stigmatized, which is homosexual culture. This research does deconstruction process using cultural criminology concept in the realm of culture as crime, in order to give a new comprehension towards homosexual issue. Furthermore their resistance is explained using counter-culture. This research uses qualitative method done by doing interview from five resource person. The result of this research concluded that all resource person had experienced stigma from society, representative institutions, family, friends, and even from themselves. In order to fight stigma, they use counter-culture as an effort, by acknowledging themselves as gay men and joining other community or organization to adjust the stigma given to them. This research also gives a comprehension for society that gay men just like any citizens from other countries want to be accepted as a citizen without being stigmatized or discriminated.
2014
S55079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Adhista
Abstrak :
Bahasa gay merupakan salah satu variasi bahasa yang terdapat di kelompok masyarakat. Bahasa tersebut termasuk ke dalam kelompok bahasa slang yang pembentukan dan penggunaannya memiliki maksud dan tujuan-tujuan tertentu dari para penggunanya. Penelitian ini membahas proses pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa gay dan penggunaannya dalam percakapan. Data yang digunakan merupakan percakapan yang dilakukan oleh sebuah kelompok gay dalam media sosial Whatsapp. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan penyajian data secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan kata dalam bahasa gay terbagi ke dalam tiga klasifikasi utama pembentukan, yaitu pembentukan berdasarkan asosiasi fonetis, asosiasi semantis, dan rujukan bahasa asing. Asosiasi semantis terdiri dari enam subklasifikasi, yaitu abreviasi, paragog, abreviasi dan paragog, asosiasi bunyi, onomatope, dan modifikasi internal. Kemudian, asosiasi semantis terdiri dari dua subklasifikasi, yaitu asosiasi semantis konteks lingual dan asosiasi semantis konteks nonlingual. Di sisi lain, rujukan bahasa asing terdiri dari tiga subklasifikasi bahasa asing yang dirujuk, yaitu bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Hokkien. Dari segi penggunaan katanya, bahasa gay digunakan untuk tujuan-tujuan khusus, seperti menimbulkan kesan genit dalam percakapan, penghalusan kata, serta sebagai pemberi ciri khusus kelompok pemakainya. ...... Gay language is one of variations of language in society. That language included in slang language which have special formation and uses of the weare group. This research analyzed the formation of word and its use in the conversation. The data is the conversation that used by a gay group on Whatsapp social media. This research used a qualitative method with descriptive data presentation. The result showed that the formation of words in gay language is divided into three classifications phonetic association, semantic association, and foreign language references. Phonetic association divided into six subclassifications abbreviation, paragogue, abbreviation and paragogue, sound association, onomatope, and internal modifications. Then, semantic association divided into two subclassifications semantic association lingual context and semantic association nonlingual context. On the other hand, foreign language references divided into three subclassifications English, Dutch, and Hokkien. In addition, gay word used for special purpose, such as rise the impression of a flirty in conversation, euphemism, and distinctive feature of the weare group.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>