Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjie Anita Payapo
Abstrak :
ABSTRAK Diabetes mellitus adalah penyakit sistemik kronik yang bersifat genetik dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada berbagai organ tubuh termasuk kaki, yang diawali oleh gejala yang ringan seperti rasa baal hingga gejala yang serius seperti timbulnya gangren. Kejadien ini memberikan kerugian terutamabagi pasien dan keluarga, tenaga kesehatan maupun rumah sakit Selain hari rawat akan bertambah, perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak jarang pasien akan mengalami gangguan fungsi tubuh. Guna mengantisipasi masalah tersebut, skink tahun 1993 telah dilakukan penyuluhan kesehatan oleh tim edukasi dari Sentral Informasi Diabetus dan Lipid di poliklinik Metabalilk Endokrin RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Kegiatan mencakup penyuluhan kesehatan khususnya tentang cara perawatan kaki bagi semua pasien baru diabetes minimal satu kali dalam sebulan. Kegiatan merawat kaki merupakan suatu tindakan yang efisien dan efektif apabila dilakukan secara teratur. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-hktor yang ada didalam Model Keyakinan Kesehatan yang terdiri dari persepsi pasien ( kerentanan, keseriusan, manfaat, rintangan dan pendarong) tentang kaki diabetik dengan kepatuhan melakukan perawatan kaki. Penelitian ini dilakukan menggunakan disain cross sectional survei dengan responden pasien diabetes yang datang kontrol dan berobat ke polikinik Metabolik Endokrin. Sampel sebanyak 104 orang, pengumpulan data dilakukan dengan jalan wawancara dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang ada pada kuesioner serta observasi tanda- tanda fisik, untuk melihat tingkatan kepatuhan seseorang. Analisie statistik dilakukan dengan univariat, Kai Kuadrat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan satu set variabel independen. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh serta variabel kontrol yang berperan sebagai confounder maka dilakukan uji multivariat regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap rintangan sehingga dapat dikatakan bahwa responden yang merasa mendapat sedikit rintangan dalam merawat kaki, 2,63 kali lebih patuh dari pada pasien yang menganggap akan menemui banyak rintangan dalam merawat kaki setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan dan pekerjaan. Sesuai dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes dalam merawat kaki, maka petugas kesehatan perlu untuk melakukan upaya-upaya untuk mengurangi rintangan yang dihadapi pasien dalam merawat kaki, antara lain menyusun jadual perawatan kaki sesuai dengan kegiatan pasien dan penambahan media audiovisual dalam ruang penyuluhan untuk mempermudah pemahaman pasien terhadap objek yang dilihat dan didengar oleh pasien.
ABSTRACT Diabetes Mellitus is a chronic systemic disease which has a genetical character and can generate many complication at a few part of the body, including feet, that begin by simple symptom like parassthesia until a serious symptom like gangrene. This situation canted a loss especially to the patient and their family, health practitioner and also the hospital. On top of the treatment's day will increase in the hospital and unsparsely, patient will suffer body disfunction. To overcome this problem, since 1993 health counseling has been performed by education team from Sentral Informasi Diabetes & Lipid at Metabolic Endocrine clinic of RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta The activity cover counseling education, specially the procedure of legs nursing to all new diabetic patients, minimal once a month Legs nursing activity is an efficient and effective action if applicated regularly. Based on the legs nursing activity, this research is aimed to know the correlation between factors in Health Belief Model with patient perception ( susceptibility, seriousness, benefits, barriers and support) about the diabetic foot with their compliance to conduct legs nursing. The research was conducted by cross sectional survey's design through participation of diabetic patient who came to have treatment at metabolic endocrine's clinic. The amount of the sample is 104 patients, the data is collected through interview based on questionnaire and observation of physical sign to measure the level of compliance.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Purnawati
Abstrak :
Dimasa lalu pembangunan nasional yang telah dilaksanakan di Indonesia dalam semua aspek kehidupan telah meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat didaerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini berdampak meningkatnya perilaku kehidupan modern antara lain diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kurangnya aktivitas fisik sehingga berakibat pada meningkatnya prevalensi gizi lebih. Seiring dengan meningkatnya gizi lebih meningkat pula prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes melitus khususnya Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). Penyakit tersebut sangat merugikan, karena disamping menimbulkan banyak penderitaan dapat juga menurunkan kualitas sumber daya manusia mengingat penyakit tersebut banyak menyerang pada usia produktif. Sementara perawatan dan pengobatannya membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk itu maka diperlukan usaha untuk pengelolaan penyakit tersebut termasuk usaha pencegahannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian penyakit tersebut. Dikatakan status gizi obesitas mempengaruhi kejadian DMTTI. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh antara lain status gizi atau Indek MassaTubuh (IMT), tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat aktivitas dan ada tidaknya riwayat penyakit dalam keluarga. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan matching golongan umur dan jenis kelamin dengan jumlah responden 240 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 120 responden. Pengolahan data menggunakan progam SPSS 6 dan stata 4, dimana analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian rnenunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan terjadinya DMTTI , dengan OR sebesar 2 yang artinya pada EMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk terkena DMTTI dibandingkan dengan pada EMT rendah. Variabel aktivitas dan riwayat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian DMTTI. Variabel aktivitas mempengaruhi hubungan antara IMT dengan DMTTI atau disebut sebagai konfounder. Demikian juga variabel riwayat mempengaruhi hubungan antara EMT dengan DMTTI atau disebut sabagai konfounder. DMTTI dapat terjadi di semua golongan ekonomi dan tingkat pendidikan. Oleh karenanya sebagai tindakan pencegahan perlu adanya informasi tentang DMTTI secara luas kepada masyarakat agar mereka dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit DMTTI. Konsultasi genetik dapat dilakukan pada pasangan yang akan menikah tentang riwayat penyakit pada keluarga dan usaha untuk mengurangi resiko. Pola makan penderita sebelum sakit, dapat menjadi lanjutan penelitian yang sudah dilakukan.
A long time ago the national development has begun in Indonesia generally for all living aspects to improve the standard living and quality of human resources on the community in the urban and rural area. Because of that it can be improving of impact for changing of behavior to modern living among other high calorie diet high fat and low fiber also it can decrease physical activities so it makes an increase in over nutrition prevalence. During with improving of over nutrition can also increase the degenerative disease prevalence such as diabetes mellitus disease especially NIDDM. NIDDM is very detrimental because it can be making more suffering also it can decrease the quality of human resources. Considering that NIDDM mostly attack the productive age. Mean while its care and treatment need high cost. That is why we need an effort to manage including how to prevent the disease. The aim of this research is to get a lot of information about factors which could be related to NIDDM. It is said that obesity influence NIDDM. Some factors as assumed can influence NIDDM among other nutrition status or BMI, income, education, activity and family history. The research design is matched case control study by using age and sex matching. With 240 respondents, each case and control is 120 respondents. Data analysis uses program of SPSS-6 and strata 4 where analysis conducted including univariate, bivariate and stratification analysis. The result shows that there is a significant relationship between BMI and NIDDM with DR-2 which means that the high BMI has risk two times greater to be exposed NIDDM than the low BMI. The variable of activity and family history has a significant relationship to NIDDM. Activity influences the relationship between BMI and NIDDM or it's called as a confounder. Also family history influences the relationship between BMI and NIDDM or it is called as a confounder. NIDDM can attack every economic and education level. Because of that to prevent NIDDM it is necessary information about NIDDM spread out to the community. So that they can lived healthy and prevent NIDDM. Genetic consultation can be done to the couple going to the married, about family history and effort to lessen the risk. A further research about eating behavior before ill can be done.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiati
Abstrak :
Penderita penyakit diabetes mellitus (DM) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 secara nasional jumlah penderta DM mencapai 2,5 %. Diperlukan peran pelayanan laboratorium klinik yang handal, agar dapat melakukan pemeriksaan dan pemantauan dari penyakit DM. Beberapa parameter penunjang diagnosis DM yang biasa digunakan adalah kadar glukosa darah dan trigliserida. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, laboratorium wajib menjaga mutu dari hasil pemeriksaan yang dikeluarkannya. Salah satu upaya dalam menjaga mutu adalah dengan menggunakan bahan kontrol sebagai pembanding hasil pemeriksaan. Penggunaan bahan kontrol komersial relatif mahal untuk digunakan secara rutin. Perlu diupayakan penggunaan bahan kontrol alternatif. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah bahan kontrol dari spesimen pasien dan bahan kontrol rata-rata harian pasien. Pada penelitian ini dibandingkan sisi akurasi (validitas, reliabilitas, presisi) dan biaya yang digunakan dari bahan kontrol alternatif dengan bahan kontrol komersial. Penelitian dilakukan dengan studi potong lintang di Laboratorium Kesehatan Banda Aceh selama bulan Oktober 2002. Untuk kedua parameter (glukosa dan trigliserida darah) bahan kontrol spesimen pasien mempunyai validitas baik (nilai koefisien korelasi 0,5), reliabilitas baik (koefisien Kappa > 0,5), presisi cukup baik (selang kepercayaan 95 % yang sempit). Sedangkan untuk bahan kontrol rata-rata harian validitas kurang baik (nilai koefisien korelasi < 0,5), reliabilitas kurang baik (koefisien Kappa < 0,5), presisi kurang baik (selang kepercayaan 95 % yang lebar) dibandingkan dengan bahan kontrol komersial. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan kontrol spesimen pasien cukup baik digunakan sebagai bahan kontrol alternatif. Berdasarkan hasil analisis biaya diketahui bahwa penggunaan bahan kontrol alternatif tersebut lebih efisien. Kepada praktisi laboratorium disarankan untuk menggunakan bahan kontrol spesimen pasien sebagai bahan kontrol alternatif komersial. Daftar Pustaka 38 (1976 - 2002)
Quality Test of Control Material as Supporting Examination of Diabetes Mellitus in Provincial Health Laboratory of Nanggroe Aceh Darussalam in 2002Data show that diabetes mellitus (DM) patients are mounting year by year, In 2001, the number of DM patients reached the level of 2.5% nationally. Therefore, it is necessary to have a reliable clinical laboratory service in examining and monitoring DM. Several supporting parameters that can be used for DM diagnosis are blood glucose and blood triglicerides. In providing health service, health laboratory has to control the quality of issued result. One of the efforts to keep the quality is to use material control as a comparison of result examination. The use of commercial control material is relatively expensive for routine purpose. Therefore, it is necessary to strive for alternative control material. In this case, the alternative control materials that can be used are from patient's specimen and the average of daily patients material control. In this research, accuracy, which consists of validity, reliability and precision, and cost, are used in comparison with commercial control material. The research was conducted by using cross sectional design in Health Laboratory of Banda Aceh in October 2002. The result of the study shows that the validity of patients specimen material control is good with correlation coeffecient value is 0.5, however the average of daily patients material control are worse compared to that of commercial material control. This is shown by correlation coefficient value which is smaller than 0.5. Reliability of material control specimen and the average material control are good. This is shown by Kappa coefficient value, which are more than 0.5 for glucose and trigliserida parameters and Cochran test, which is smaller than 0.05 for each. Precision of patient's specimen material is very good, shown by narrower 95% confidence interval, while the average of daily material control is worse, shown by wider 95% confidence interval than that of commercial control material. The above results show that patient's specimen control material and the average of daily material can be used as control materials, with condition of the availability of actual value determination. Besides, in terms of cost analysis, it is known that the use of both alternative control materials are more efficient in cost, which is lower than the use of commercial control material. From the result of this research, it is suggested to laboratory practitioners to use patients control material as an alterative of commercial material control. References 38 (1976 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang

Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.

Metode penelitian

Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.

Hasil penelitian

Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).

Kesimpulan

Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana DK Horasio
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita penduduk dunia dari segala tingkatan sosial. Di Indonesia prevalensi DM cukup tinggi yaitu berkisar antara 1,37%.-2,3%. Dengan menurunnya insiden penyakit infeksi diIndonesia, DM sebagai penyakit degeneratif kronis cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan akan merupakan masalah kesehatan di kemudian hari. Banyak penyulit yang akan dialami oleh penderita DM antara lain nefropati diabetik, yang proses perjalanannya progresif menuju stadia akhir berupa gagal ginjal dan akan menyebabkan kematian. Gejala dini penyakit ini dapat dikenai dengan peningkatan ekskresi albumin urin yang lebih besar .dari pada normal, tetapi belum dapat dideteksi dengan Cara konvensional. Keadaan ini disebut mikroalbuminuria atau secara klinis disebut nefropati diabetik insipien. Pada stadium ini kelainan masih bersifat reversibel dan bila dilakukan penatalaksanaan yang baik maka proses nefropati diabetik (ND) yang akan berlangsung dapat dicegah. Dengan demikian, dapat diperpanjang harapan hidup penderita DM.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan data kadar albumin urin kelompok kontrol sehat dan penderita NIDDM, membuktikan bahwa ekskresi albumin pada penderita NIDDM lebih besar dari pada kantrol sehat, serta ada korelasi antara lamanya DM dan peningkatan ekskresi albumin urin.

Penelitian dilakukan terhadap 25 orang kontrol sehat dan 100 penderita DM yang dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok 25 orang, menurut lamanya penderita diabetes yaitu kelompok DM I (<2 tahun), kelompok DM II (2-5tahun), kelompok DM III (5-10 tahun) dan kelompok DM IV (> l0 tahun). Urin kumpulan 12 jam (semalam) diperiksa terhadap albumin (makroalbumin) dengan carik celup Combur-9, kadar albumin kuantitatif dengan Cara RIA dan juga dihitung kecepatan ekskresinya. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan penyaring untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan proteinuria.

Pada kelompok kontrol sehat didapatkan rata-rata kadar albumin urin (KAU) adalah 3,45 ug/ml (SD3,65 ug/ml; rentang nilai 2,02 - 4,90 ug/ml) dan rata-rata kecepatan ekskresi albumin urin (KEAU) 2,74 ug/menit {5D=2,60 ug/menit, rentang nilai 1,72-3,76 ug/menit), sedangkan pada kelompok DM didapatkan nilai rata-rata yang lebih besar dari pada kelompok kontrol sehat dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05). Dari 100 penderita NIIDM yang diperiksa dengan carik celup Combur-9 didapatkan 91 penderita memberikan basil negatif dan 9 penderita positif. Dan dari 91 penderita ini bila diperiksa dengan RIA ternyata ada 10 penderita (11%) berdasarkan KAU dan 21 penderita (23,1%) berdasarkan KEAU telah menunjukkan mikroalbuminuria. Dari keseluruhan 100 penderita NIIDM berdasarkan KAU didapatkan 617. normaalbuminuria, 14% mikroalbuminuria dan 5x makroalbuminuria. Sedangkan berdasarkan KEAU didapatkan 70% normoalbuminuria, 26% mikroalbuminuria dan 4% makroalbuminuria.

Hasil pemeriksaan KAU dan KEAU pada penderita DM sangat bervariasi, namun dapat dilihat bahwa rata-rata KAU dan KEAU makin meningkat dengan bertambah lamanya menderita DM dan pada perhitunaan statistik ada korelasi antara lamanya DM dan meningkatnya eksxresi albumin urin (r=0,36). Juga didapatkan bahwa dengan bertambah lamanya DM, prevalensi mikroalbuminuria makin meningkat. Antara lamanya DM dan tingginya kadar glukosa darah tidak

ada korelasi (r=0,04), sedangkan antara tingginya kadar glukosa darah dengan KAU dan KEAU didapatkan adanya korelasi yang cukup bail: yaitu r=0,47 an 0,56).

Prevalensi mikroalbuminuria didapatkan lebih tinggi bila dinyatakan dengan KEAU dari pada KAU, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan berdasarkan KEAU Iebih sensitif dari pada KAU. Oleh karena itu dianjurkan memeriksa KEAU untuk menentukan adanya mikroalbuminuria?
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salli Fitriyanti
Abstrak :
Tujuan Mengetahui korelasi antara kadar vitamin E plasma dengan kadar MDA dan CRP plasma pada penderita DM tipe 2 Tempat Poliklinik Metabolik dan Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Fakultas Kedokteran Universitas Indanesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Metodologi Penelitian potong lintang pads 52 orang pasien DM tipe 2. Data yang diambil meliputi data demogra5, lama menderita DM tipe 2, komplikasi DM yang ada, asupan energi, lemak, dan vitamin E dengan metode food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif, data laboratorium kadar vitamin E, MDA, dan CRP plasma. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil Subyek terdiri dari 14 orang laki-laki dan 38 orang perempuan, dengan rerata usia 49,75 ± 5,99 tahun. Rerata lama menderita DM tipe 2 adalah 64,12 ± 60,96 bulan, 53,8% berpendidikan sedang dan tinggi, 50% berada di bawah garis kemisldnan, 79,1% telah mengalami komplikasi DM tipe 2. Rerata IMT 25,89 ± 4,89 kglm2 dan 65,4% termasuk kriteria BB lebih, rerata asupan energi 1125 ± 315,13 kkal, 61,5% mengkonsumsi lemak yang berlebih, 98,1% mempunyai asupan vitamin E yang kurang. Nilai rerata kadar vitamin E plasma 25,86 ± 5,56 p.mol/L dan 98,1% subyek mempunyai kadar vitamin E normal. Rerata kadar MDA plasma 0,38 ± 0,12 unol1L dan 94,2% subyek memiliki kadar MDA normal. Rerata kadar CRP plasma 3,88 ± 3,13 mgfL dan 46,2% subyek mempunyai kadar CRP yang tinggi. Terdapat korelasi positif lemah dan tidak bermakna (p >0,05) antara asupan lemak dengan kadar vitamin E plasma, dan antara asupan vitamin E dengan kadar vitamin E dan MDA plasma, serta korelasi negatif lemah dengan CRP plasma. Terdapat korelasi positif lemah dan tidak bermakna antara kadar HbArc dengan kadar vitamin E, MDA, dan CRP plasma. Didapatkan korelasi positif lemah dan tidak bermakna (p >0,05) antara kadar vitamin E plasma dengan kadar MDA plasma, demikian pule dengan kadar CRP plasma Kesimpulan Antara kadar vitamin E dengan kadar MDA plasma terdapat korelasi positif derajat lemah yang tidak bermakna (p >0,05), demikian pula antara kadar vitamin E plasma dengan kadar CRP plasma.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih
Abstrak :
Latar Belakang. Terdapat dua hipotesis mengenai terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Mengingat pengaruh faktor genetik pada kejadian DM tipe 2 maka diperkirakan resistensi insulin juga dipengaruhi faktor genetik. Sejauh ini data prevalensi resistensi insulin dan gambaran metabolik pads saudara kandung subyek DM tipe 2 di Indonesia belum ada. Tujuan. Mendapatkan angka prevalensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek dengan DM tipe 2 dan mendapatkan data profil metabolik (profil lipid, IMT, lingkar perut, konsentrasi asam urat darah), tekanan darah dan distribusinya pads seluruh saudara kandung subyek dengan DM tipe 2 Metodologi. Studi pendahuluan dan potong lintang dilakukan pada 30 saudara kandung subyek DM tipe 2 yang datang berobat di Poliklinik Metabolik dan Endokrinologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, untuk dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, konsentrasi insulin darah puasa, glukosa puasa, trigliserida, kolesterol HDL dan asam urat. Resistensi insulin ditentukan dari persentil 75 dari HOMA-IR. Hasil. Nilai cut-off HOMA-IR pada penelitian ini sebesar 2,04. Frekuensi resistensi insulin pads saudara kandung subyek DM sebesar 26,67% dengan proporsi di tiap keluarga bervariasi dari 0-75%. Semua subyek dengan resistensi insulin memiliki obesitas sentral dan sebanyak 75% memiliki IMT > 25. Komponen metabolik yang paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral (56,7%), menyusul hipertensi (46,7%), hipokolesterol HDL dan hipertrigliseridemia masing-masing 26,6%, dan hiperglikemia (20%). Simpulan. Frekuensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek DM tipe 2 sebesar 26,67% dengan proporsi yang bervariasi di setiap keluarga antara 0-75%. Komponen metabolik paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral.
Backgrounds. There are two hypothesis in the pathogenesis of type 2 DM, beta cell failure and insulin resistance. As genetic background has significant role in type 2 DM cases, insulin resistance is also suspected to be influenced by genetic factor. Thus far, there are no insulin resistance prevalence data and metabolic abnormalities among siblings of subjects with type 2 DM available in Indonesia. Objectives. To obtain prevalence figure of insulin resistance among siblings of subjects with type 2 DM and to obtain their metabolic abnormality profiles as measured by their BMI, waist circumference (WC), blood pressure, glucose intolerance, concentration of triglyceride, HDL cholesterol and uric acid. Methods. Cross-sectional study is conducted to 30 siblings of subjects with type 2 DM who are still alive and agree to participate in this study. The subjects are interviewed, physically examined and go through laboratory examination (fasting plasma insulin, plasma glucose, serum triglyceride, HDL cholesterol and uric acid concentration). Insulin resistance is derived from 75 percentile of HOMA-IR. Results. The HOMA-IR cut-off value found in this study is 2,04. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. All of subjects with insulin resistance have central obesity. About 75% subjects with insulin resistance have BMI ? 25. The metabolic components which are frequently found in this study can be ranked as follows; central obesity (56,7%), hypertension (46,7%), hypocholesterol HDL (26,6%), hypertriglyceridemia (26,6%) and hyperglycemia (20%). Conclusion. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. Among the metabolic components found in this study, central obesity is the most frequent.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit arteri perifer (terutama critical limb ischemia) memiliki tingkat amputasi yang masih tinggi. Perkembangan teknik endovaskular memungkinkan tindakan revaskularisasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dan komplikasi yang rendah dibandingkan operasi bypass. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan klinis 1 tahun setelah tindakan Percutaneus Transluminal Angioplasty dan distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan klinis. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit arteri perifer yang menjalani tindakan PTA pada tahun 2008-2012 di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pasien diikuti selama 1 tahun setelah tindakan PTA. Luaran yang dinilai pada penelitian ini adalah keberhasilan klinis dan limb salvage. Definisi keberhasilan klinis adalah tidak mengalami amputasi mayor, tidak terjadi restenosis, dan tidak mengalami nyeri berulang. Sedangkan tingkat limb salvage adalah proporsi pasien dengan plantar stand yang utuh setelah tindakan PTA. Hasil : Tindakan PTA dilakukan pada 43 pasien dengan diabetes tipe 2. Manifestasi paling sering adalah gangren (30.2%) dan luka iskemik (30.2%). Sedangkan 8(18.2%) pasien datang dengan nyeri pada istirahat dan 9(20.2%) pasien datang dengan klaudikasio. Selama 1 tahun, 3 pasien mengalami amputasi mayor, 3 pasien mengalami restenosis, dan 4 pasien mengalami nyeri berulang. Keberhasilan klinis untuk 1 tahun adalah 75% dan tingkat limb salvage selama 1 tahun adalah 90%. Pasien dengan diabetes terkendali dan CTO memiliki proporsi keberhasilan klinis yang lebih tinggi. Simpulan : Tindakan PTA pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan PAD memiliki keberhasilan klinis dan tingkat limb salvage yang cukup baik. Kata Kunci : Angioplasti; diabetes; critical limb ischemia; penyakit arteri perifer; PTA; limb Salvage
ABSTRACT
Background : Diabetic patient with PAD (especially critical limb ischemia) still have a high rate of limb amputation. The development in endovascular technique allows revascularization with high level of success and low complication compare to surgical (bypass). Objectives :The aim of this study is to evaluate the clinical outcome 1 year after PTA in type 2 diabetic patient with PAD. Methods : This was a retrospective cohort study, with 1 year follow up, to evaluate the clinical outcome of diabetic patients with PAD that has undergone PTA procedure in 2008-2012 in Cipto Mangunkusumo Hospital. The main outcome measured were clinical success and limb salvage rate. Clinical success defined as no major amputation, no restenosis, and no reccurence pain after PTA. Limb salvage rate defined as proportion of patient with intact plantar stand after PTA. Results : PTA was performed in 43 patient with diabetes. In this study most frequent manifestation were gangren (30.2%) and ischemic wounds (30.2%), while 8 patients (18.2%) came with resting pain, and 9 patients (20.2%) have claudication. During one year follow up 3 patients (6.9%) had major amputation, 3 patients (6.9%) had restenosis, and 4 patients had resting pain reccurence. The clinical succes rate for one year is 75%, with limb salvage rate for 1 year is 90%. Patients with controlled diabetes and chronic total occlusion had a higher proportion of clinical success. Conclusion : PTA procedure for diabetic patient with PAD has good clinical outcome with high level of limb salvage rate. Keyword : Angioplasty; critical limb ischemia; diabetes; peripheral arterial disease; PTA; limb salvage
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Raflesia
Abstrak :
ABSTRAK
Kompleksitas penanganan diabetes terlihat dari interaksi faktor yang bekerja berlawanan. Pasien menjadi bingung dan merasa kesulitan untuk mencapai penanganan yang optimal. Fokus penelitian ini terletak pada pasien dari kelompok sosek rendah yang mengalami stres terkait diabetes. Penerapan teknik pemecahan masalah dapat memberikan kemampuan mengendalikan diabetes pada pasien dengan cara mengurangi stres. Teknik yang digunakan adalah relaksasi, identifikasi pikiran negatif (ABC), dan pengelolaan emosi (SSTA). Penelitian ini dilakukan terhadap 3 pasien menggunakan desain kuasi-eksperimental. Ketiga partisipan mengalami penurunan stres dilihat dari berkurangnya skor Diabetes Distress Scale-17. Perubahan skor Problem Solving Test menandakan bahwa partisipan telah memahami pentingnya menerapkan problem solving untuk mengurangi stres.
ABSTRACT
The complexity of diabetes management can be seen in the interaction of several factors that work in opposite direction. Patients may become confused and find it difficult to achieve optimal outcomes. This study focuses on those of lower socioeconomic status who experience diabetes-related distress. Application of problem solving techniques works to provide a sense of control over diabetes by reducing stress. Various techniques used in this study are relaxation, negative thoughts identification (ABC), and negative emotion regulation (SSTA). This study was conducted using quasi-experimental design. All three participants experienced less stress as shown by lower average scores of Diabetes Distress Scale-17. Changes in Problem Solving Test score indicates that participants have understood about the importance of using problem solving techniques for dealing with diabetes-related distress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>