Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cecep Suherlan Alamsyah
Abstrak :
Analysis and monitoring system design of childhood illness management quality through Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) approach in Public Health Center in District of Cianjur, West JavaThe Infant Mortality Rate (IMR) and Children Under Five Mortality Rate in District of Cianjur are still high. To accelerate the decreasing of both 1MR and Children Under Five Mortality Rate we have implemeted various efforts. One of them is to integrate illness management by having a new approach: The Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). IMCI is an approach of Integrated Management of Childhood Illness which combines promotive, preventive, and curative services in five main cause of mortality in infants and children in developing countries, they are pneumonia, diarrhoea, measles, malaria, and malnutririon. Basically, IMCI is made to improve the health service quality of childhood illness. There are some important requirements in improving the health service quality such as input standards (health personel, equipment and drugs, fund), environment standards, and process standards. All requirements should be monitoring periodically to achieve better service quality. The aims of this research is to design monitoring system of childhood illness management through IMCI approach in District Health Center, Cianjur. In determining the variables to be used as monitoring indicators, first we should analyze variables related to childhood illness management quality served by health personel. In this research we use cross sectional as research design and chi square and logistic regression as statistic analysis. Based the analysis on several variables we get conclusion that there is relationship between health personel knowledge and childhood illness managemenet quality (p=),0l3); between supervision and childhood illness management quality (p = 0,008); and between complete equipment and drugs of IMCI and childhood illness management quality (p-0,001). Logistic regression test shows that the most significant variables to childhood illness management quality in PHC is the health personel knowledge and complete equipment and drugs. Variables use as monitoring indicators are health personel knowledge and complete equipment and drugs which are believed as most significant factors to childhood illness management quality; supervision, because it shows relationship through bivariat test. Based on analysis results, we prepare monitoring system design which can provide information on workers capabilities level of knowledge, complete facilities/instrument in Public Health Center based on type and existence of health personel supervision. The design is limited on input design, collection mechanism and data process, output design, spesification of need of hardware and software. Based on analysis results, we have some suggestions to the Head of District Health Office Cianjur, They are: Periodic monitoring on variables health personel knowledge; complete facilities (equipment and drugs) and existence of worker supervision; refreshing on childhood illness management through IMCI approach to improve health personel knowledge; completing IMCI drugs and equipment in Public Health Center. There are some suggestions regarding the results of monitoring system design, they are: The monitoring system management would be better performed by Health Planning and Information division; there should be any workers who-master computer program especially aplication program of windows, because this system is made in microsoft access program. Hardware technology in this monitoring system programme is: PC-DOS or MS-DOS operation system version 2.0 or higher; hard disk with minimum capacity of 500 MB, RAM 8 MB, at least one floppy drive, pentium processor 100 or higher. The computerized design should undergo several tests in order to anticipate mistakes in programming and to make it complete. In its implementation, we should do monitoring and evaluation on every step from data input, output and feedback of system to know whether the system has work smoothly.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Cianjur masih tinggi. Untuk mempercepat penurunan AKB dan AKABA tersebut berbagai upaya telah dijalankan, dan salah satu strateginya adalah memadukan penanganan penyakit yang selama ini masih berjalan terpisah-pisah dengan melakukan pendekatan baru yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS adalah suatu pendekatan keterpaduan balita sakit, yang memadukan pelayanan promotif, preventif serta kuratif pada lima penyakit penyebab utama kematian pada bayi dan balita di negara berkembang, yaitu pnemonia, diare, campak dan malaria serta malnutrisi. MTBS pada prinsipnya untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada balita sakit. Untuk terlaksananya kualitas pelayanan kesehatan ada persyaratannya, yaitu antara lain standar masukan (petugas, sarana, dana), standar lingkungan, dan standar proses. Persyaratan tersebut hams selalu dipantau secara berkala agar kualitas pelayanan selalu terjaga. Di Kabupaten Cianjur kualitas pelayanan kesehatan pada balita dengan melakukan tatalaksana kasus pada balita sakit melalui pendekatan MTBS memperlihatkan adanya penurunan. Selain itu, pemantauan yang dilakukan masih tertuju pada bagaimana kualitas tatalaksana kasus dilakukan' oleh petugas (proses), sementara terhadap masukan (input) dan lingkungan belum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pemantauan kualitas tatalaksana balita sakit melalui pendekatan MTBS di Puskesmas Kabupaten Cianjur. Untuk menetapkan variabel yang akan dijadikan indikator pemantauan, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap variabel yang berhubungan dengan kualitas tatalaksana balita sakit oleh petugas Puskesmas. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan analisis statistiknya menggunakan Chi square dan regresi logistik Dari analisis terhadap beberapa variabel diperoleh basil bahwa adanya hubungan antara pengetahuan petugas dengan kualitas tatalaksana balita sakit (p = 0,013); ada hubungan antara supervisi dengan kualitas tatalaksana balita sakit (p = 0,008); ada hubungan antara kelengkapan sarana MTBS dengan kualitas tatalaksana balita sakit (p = 0,001). Selanjutnya uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas tatalaksana balita sakit di Puskesmas adalah variabel pengetahuan petugas dan kelengkapan sarana. Variabel yang dijadikan indikator pemantauan, selain pengetahuan petugas dan kelengkapan sarana yang diketahui paling kuat pengaruhnya terhadap kualitas tatalaksana balita sakit, variabel supervisi juga disertakan karena pada uji bivariat terbukti berhubungan. Berdasarkan basil analisis diatas, selanjutnya disusun rancangan sistem pemantauanyang dapat menyajikan informasi mengenai tingkat kapabilitas petugas dan aspekengetahuan, kelengkapan sarana/peralatan di Puskesmas berdasarkan jenisnya, dan ada tidaknya supervisi terhadap petugas. Rancangan sistem yang disusun dibatasi pada rancangan input, mekanisme pengumpuian dan pengolahan data, rancangan output, spesifikasi kebutuhan hardware dan software. Berdasarkan hasil analisis, saran untuk Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur adalah sebagai berikut: Dilakukan pemantauan secara berkala terhadap variabel pengetahuan petugas, kelengkapan sarana, dan ada tidaknya supervisi terhadap petugas; dilaksanakan penyegaran tentang tatalaksana balita sakit melalui pendekatan MTBS pada petugas Puskesmas; melengkapi sarana MTBS pads Puskesmas yang sarananya tidak lengkap. Selanjutnya berdasarkan basil model rancangan sistem pemantauan yang dikembangkan, beberapa saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Pengelolaan Sistem Pemantauan ini sebaiknya dilaksanakan oleh Urusan Perencanaan dan Informasi Kesehatan; ada tenaga yang menguasai komputer terutama yang menguasai program aplikasi yang berbasis windows mengingat sistem ini dibuat dalam program microsoft accsess; Teknologi perangkat keras yang diperlukan untuk pemrograman sistem pemantauan ini adalah: Sistem operasi PC-DOS atau MS-DOS versi 2.0 atau lebih tinggi, hard disk berkapasitas minimum 500 MB, RAM 8 MB, minimum sebuah floppy drive, processor pentium 100 atau lebih; rancangan yang dibuat secara komputerisasi hares diujicobakan terlebih dahulu agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pembuatan program dapat diketahui dan dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan; Dalam implementasinya, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap tiap tahapan mulai dari input data sampai output dan feedback dari sistem yang berjalan
2000
T454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gun Gun Sambas
Abstrak :
Partisipasi masyarakat dalam segala bidang pembangunan mutlak diperlukan demi menyukseskan pembangunan itu sendiri termasuk salah satunva pembangunan program kesehatan dan sebagai wujud nyata dari partisipasi masyarakat ialah kunjungan ibu-ibu anak balita membawa anaknya ke Posyandu.

Berdasarkan data dari Puskesmas setempat bahwa angka rata-rata partisipasi masyarakat di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur periode Januari s/d Desember 2001 baru mencapai ± 60%. Angka ini berada di bawah angka rata-rata Kabupaten maupun angka target D/S 80%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan pada bulan Juli 2002.

Rancangan penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Populasi sasaran adalah anak balita yang terdaftar di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur.

Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 300 anak balita, jumlah ini melebihi jumlah sampel minimal dari hasil perhitungan sampel. Sebagai respondennya adalah ibu-ibu anak balita tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil penelitian diperoleh bahwa angka kunjungan ibu-ibu anak balita yang membawa anaknya ke Posyandu hanya mencapai 57,7% lebih rendah dari tahun 2001 (60%). Angka ini juga lebih rendah dari angka rata-rata Kabupaten tahun 2001 (63,3%) maupun target nasional (80%). Dari 12 variabel independen yang diteliti, hanya ada tiga variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yaitu variabel-variabel: kepemilikan KMS OR=5,381 (95%Cl: 2,580-11,221), Bimbingan dari petugas Puskesmas OR=2,081 (95%C1: 1,123-3,857) dan Pembinaan dari Kader OR= 5,476 (95%0: 2,501-11,992). Menurut perhitungan dampak potensial variabel kepemilikan KMS merupakan variabel yang paling dominan karena memberikan kontribusi terbesar terhadap kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu sebesar 69,17%.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan: pertama; pihak pembina agar dapat menyediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan jumlah anak balita di Kelurahan Bojongherang terutama untuk mengganti yang hilang maupun yang belum memiliki KMS sehingga diharapkan akan menaikkan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu, kedua; kegiatan bimbingan kepada para kader dan masyarakat oleh petugas Puskesmas agar terjadwal dengan materi yang jelas/terarah dan ketiga; kerjasama antara kader dengan berbagai pihak khususnya dengan tokoh masyarakat perlu secara terus menerus ditingkatkan meialui kegiatan Posyandu dan mendapat pemantauan serta pembinaan dari pihak Puskesmas. ......Related Factors to Mothers of Under Five Years Old Children Visited to Integrated Health Service in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur Year 2002Community participation is absolutely needed for successful development including one of them health program development. A real form of community participation is mothers of under five years old children visit and take their children to integrated health service. According to the data of local Health Centre, the average of community participation in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur in the period of January to December 2001 was ± 60%. This number was under the average of Sub-Province and also the target number of D/S 80%.

The purpose of this research is to study factors related to mothers of under five years old children who visited integrated health service in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur executed in July 2001.

The research methodology was a cross sectional study. The target population was all under five year’s old children which registered in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur. The number of sample for this research were 300 children of under five years old, which were more than the minimum sample calculation result. Respondent were mothers of under five year’s old children. Analysis used for this study was univariate, bivariate and multivariate.

The result of research showed that there were 57,7 % of mothers visited taking their children to integrated health service, this was lower than the year 2001 (60%). This number was also lower than the average at the Sub-Province in 2001 (63,3%) and also from the national goals ( 80%). From 12 independent variables in this study , there were three variables which statistically correlate significant to mothers of under five years old children visited to integrated health service which were: having Health Card (KMS) OR=5,381 ( 95%Cl: 2,580-11,221), Guidance of health centre personnel 0R=2,081 ( 95%0: 1,123-3,857) and building of cadres of OR= 5,476 ( 95%C1: 2,501-11,992). According to calculation of potential impact of variables the having of Health Card (KMS) represent most dominant variable because it gave biggest contribution to mothers of under five years old children visited to integrated health service as much as 69,17%.

Based on the result of this research, it was suggested that, first; officials have to provide Health Cards according to the amount of under five years old children in Sub-District of Bojongherang especially to replace the missing and also for those which have not yet owned Health Card, this was that expected to boost up mothers of under five years old children visited to integrated health service, secondly: activity of guidance to all society and cadres by officer of the health centre has to be scheduled with clear and directional items and the third; cooperation among cadres with various parties especially with key person need continuous, be improved through activities of integrated health service and get monitoring and guidance from the local health centre.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Sunarko
Abstrak :
Salah satu aspek yang memprihatinkan dari buruknya standar kesehatan adalah kurangnya perhatian terhadap ibu hamil. Gambaran ini dapat dilihat dari besarnya angka kematian ibu, komplikasi dan kecacatan karena melahirkan. Dari data kesehatan di Indonesia pada tahun 1999 menunjukkan bahwa angka kematian ibu dan kematian bayi di Indonesia adalah tertinggi di negara-negara ASEAN. Pengalaman negara lain yang sejajar dengan Indonesia seperti Srilangka, Thailand dan Malaysia terhadap penurunan kematian ibu dan bayi yang signifikan adalah dengan meningkatkan akses pelayanan ibu dan anak secara Cuma-Cuma di fasilitas pelayanan kesehatan. Gambaran akses pelayanan kesehatan ibu dan anak di fasilitas kesehatan masih belum baik, hal ini terlihat dan angka persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 47.4%, dan tingginya (72%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah penduduk, serta besarnya angka persalinan yang ditolong oleh dukun masih sekitar 44%. Kesulitan akses terhadap pelayanan kesehatan di Lampung Tengah dapat dipahami, dengan rnemperhatikan tingkat kemampuan ekonomi penduduk yang sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan. Pada sisi yang lain pemerintah belum terlihat membantu pada upaya alokasi pendanaan akses pelayanan KIA, kecuali melalui program JPSBK bagi keluarga miskin yang juga masih diragukan kelestariannya (sustainable). Penelitian ini terbatas pada analisis pendanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2003. Waktu penelitian pada bulan April sampai Juni 2004 dengan menggunakan data sekunder dari Susenas, SKR1, dan SDKI serta data primer tentang tarif pelayanan kesehalan ibu dan anak di Lampung Tengah tahun 2004. Penelitian merupakan studi kualitatif yang bersifat eksploratif dan rancangan studi yang digunakan adalah metode operation research. Studi menggunakan pendekatan analisis ekonomi untuk melihat kebutuhan pendanaan pelayanan KIA dan alternatifnya dimasa yang akan datang yang memungkinkan Pemda mampu melakukan intervensi. Dari berbagai alternatif tempat pelayanan KIA dikaitkan dengan beban pendanaan yang harus disediakan, maka tempat pelayanan yang paling efektif dan komprehensif adalah Puskesmas dengan tarif unit cost yang sudah memperhitungkan biaya peningkatan mutu dan kapasitas pelayanan. Bidan di desa juga terlihat efektif terulama dalam menjangkau pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kehamilan (ANC). Apabila puskesmas sebagai pilihan tempat pelayanan KIA, maka untuk mendanai penduduk miskin dan kurang mampu pada tahun 2004 Pemda perlu menyediakan alokasi dana sekitar Rp 18.900.097 987,-. Jika seluruh penduduk sebagai target yang harus dilayani maka Pemda perlu menyediakan dana sekitar Rp 19.286.043.250. Beberapa keuntungan bagi Pemda akibat penyediaan dana pelayanan KIA yaitu, pertama akan segera menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi, kedua Pemda mendapat respons positif terutama dari masyarakal sehingga akan meningkatkan bargaining position secara polilis, ketiga Pemda mulai mempersiapkan mutu SDM yang berkualitas untuk jangka panjang sehingga pada gilirannya akan meningkatkan HDI kabupaten Lampung Tengah. Beberapa pilihan dapat dilakukan Pemda dalam upaya pendanaan KIA yaitu, pertama membagi beban pendanaan dengan pemerintah pusat. kedua mendorong pemerintah segera membuat dan menetapkan sistem pembiayaan kesehatan berbasis sosial, dan ketiga melakukan kajian untuk memungkinkan terbentuknya sistem pembiayaan kesehatan dan kelembagaannya di daerah tingkat kabupaten. Daftar bacaan : 58 ( 1981 - 2003)
Health Financing Requirements of Mother and Child Health Services in Central District of Lampung on 2003 Year One of aspect have concerning obsolesce of the health status arc the lack of attention for women pregnants. It's was describe that as highest of maternal mortality rate, and bear with handicap. Data of health in Indonesia at 1999 was indicated that maternal mortality and child mortality of Indonesia is highest among ASEAN nations. Lesson learned with as other similar state as Indonesia like Srilangka, Thailand And Malaysia had decreased MMR and IMR which significant by improving access to the health services without charges. This one important come of the facts for insufficient health services access. Access to the heath services by mother and child is still worse, its can be seen from number birth by professional birth it's just 47.4%, in the other side number of birth by birth attendance still 44%. Many people (72%) was beared at they own home. Insufficient of access to the health services in Central District of Lampung is perceivable when have understand about economic disabilities. Most of people have life above the poverty line. By the way the Government not yet have been assist an effort to financing allocation for accessing mother and child services, excepted had through fund of the JPSBK program for impecunious family, it's also hang in doubt for continuing. This research was limited just to financing analyze of the mother and child health services in Central District of Lampung 2003 year. The study conducted between April to June 2004 by using secondary data from Susenas, SKRT, and SDKI. Besides that the primary data have put from tariff of several health services on 2004 year. The Research are qualitative study having present of explorative study and used method by operation research. The study use by the economic analysis to predict finance requirements of mother and child services, and had assumed forecast of several alternative founding as able as conduct of the Local government intervention. Of the various the mother and child health services was related by a financing which must be provided, the most comprehensive and effective service place are Puskesmas with a consider have been improve of quality and capacities. Village of midwife is also have consider most effective, especially to reach the family planning and antenatal cares. While the puskesmas was appoint of mother and child services, for the fund of impecunious resident at the year 2004 the Local government most require be prepared the fund allocation about Rp 18.900.097 987,-. If include all of people at the Local government must be prepared the fund about Rp 19.286.043.250,-. There are some advantage for Local government gain of health services financing of mother and child, the first will immediately degrade the number of morbidities and IMR, MMR, second the Local government will get the positive response especially from society so will gain increase bargaining positions of political scene, third the Local government have begin prepare to increase the human resources quality in the long distance so that will improve the human development index. There are some choices could be done by Local government for an effort the mother and child financing, first divide the financing burden with the central government, second push the government immediately make and specify the financing health system base on social scene, and third be conduct the appropriate study of probable health financing system in district. References : 58 (1981 - 2003)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihat Sugianti
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Purpura Henoch-Schӧnlein (PHS) merupakan sindrom klinis yang disebabkan vaskulitis akut sistemik pada pembuluh darah kecil yang paling sering pada anak. Manifestasi klinis PHS sering melibatkan berbagai organ seperti kulit, sendi, gastrointestinal, dan ginjal. Rekurensi terjadi pada hampir 50 % kasus dan memengaruhi prognosis PHS. Sejauh ini belum ada publikasi penelitian PHS yang meliputi manifestasi klinis, laboratorium, serta rekurensi di Indonesia. Tujuan : Mengetahui manifestasi klinis, laboratorium serta rekurensi PHS anak di Indonesia. Metode : Penelitian deskriptif retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien anak berusia 0-18 tahun dengan diagnosis PHS selama periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2012 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Hasil : Terdapat 71 kasus PHS dengan rentang usia 2 sampai 16 tahun dan usia tersering pada kelompok 6-8 tahun. Proporsi anak wanita lebih tinggi dibanding lelaki dengan rasio 1,2:1. Semua pasien mengalami purpura palpabel dan manifestasi tersering lainnya adalah gangguan gastointestinal (79 %), artritis atau artralgia (68 %), dan keterlibatan ginjal (41 %), sedangkan yang jarang adalah gangguan neurologis (1 %), dan edema skrotum (4 %). Riwayat infeksi yang mendahului gejala PHS didapatkan pada 56 % kasus. Peningkatan laju endap darah (88 %) dan trombositosis (60 %) merupakan kelainan laboratorium yang paling sering ditemukan, diikuti dengan hematuria (41 %), leukositosis (32 %), dan anemia (31 %). Penurunan fungsi ginjal ditemukan pada 6/42 kasus. Perbaikan gejala klinis terlihat dalam waktu kurang dari 4 minggu untuk manifestasi kulit, gastrointestinal, dan persendian. Sebanyak 18/24 subjek dengan hematuria mengalami perbaikan dalam waktu 6 bulan. Penurunan fungsi ginjal menetap tidak ditemukan dalam penelitian ini. Rekurensi didapatkan pada 5/57 subjek yang memiliki data pemantauan. Simpulan : Manifestasi klinis tersering pada PHS adalah purpura palpabel, gangguan gastrointestinal, artritis atau artralgia, dan keterlibatan ginjal, sedangkan yang jarang adalah gangguan neurologis dan edema skrotum. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan urinalisis sebaiknya dilakukan pada semua pasien PHS untuk mendukung diagnosis dan menilai keterlibatan ginjal. Pada semua pasien PHS sebaiknya dilakukan pemantauan minimal selama 6 bulan untuk menilai keterlibatan ginjal yang mungkin timbul terlambat serta rekurensi
ABSTRACT
Background : Henoch-Schӧnlein purpura (HSP) is a clinical syndrome which caused by systemic acute vasculitis in small vessel. Henoch-Schӧnlein purpura is the most common etiology of vasculitis in children. Clinical manifestations usually involved several organs, such as skin, joint, gastrointestinal, and kidney. Recurrency occured in almost 50 % cases, and lead to poor prognosis. Up to now, there was no publications of HSP study in Indonesia regarding in clinical profiles, laboratory, and recurrency. Objective : To investigate the clinical characteristics, laboratory, and recurrency of HSP in Indonesian’s children. Method : A retrospective descriptive study was conducted from medical records of children up to 18 years, in Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH). Our participants were children diagnosed as having HSP from January 1st 2009 to December 31st 2012. Results : There were 71 cases of HSP, with the range of age from 2 years old to 16 years old. Mostly subjects were at group age between 6 and 8 years old. Girl was commonly affected compared to boy (1.2:1). All patients had palpable purpura, other clinical symptoms that usually occured were gastrointestinal (79 %), arthritis or arthralgia (68 %), and kidney disorder (41 %). Neurologic symptoms (1 %) and scrotal edema (4 %) were the least found. 56 % of HSP patient was preceeded by infection history. Laboratory results that commonly found were increasing of ESR (88 %), thrombocytosis (60 %), hematuria (41 %), and anemia (31 %), respectively. Kidney function impairment was occured in 6/42 cases. Clinical symptoms improvement had shown in less than 4 weeks for skin, gastrointestinal, and joint disorder. Eighteen of twenty four subjects with hematuria had recovery within 6 months. There were no cases of persistent kidney function impairment. Recurrency occured in 5/57 subjects. Conclusion : Clinical manifestations that commonly found in HSP patients were palpable purpura, gastrointestinal disorder, arthritis or arthralgia, and kidney involvements. Neurological disorder and scrotal edema were less found. Routine blood and urine examination should be done in all HSP patients to confirm the diagnosis and evaluate kidney involvement. In all HSP patients, we suggest to do follow up on evaluating late kidney involvement and recurrency minimally in 6 months period.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkinawati Azwar
Abstrak :
Latar belakang: Uji tuberkulin merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis pada anak. Interpretasi hasil uji tuberkulin positif pada anak usia kurang dari 5 tahun yang telah mendapatkan imunisasi BCG dapat menimbulkan keraguan, karena hasil positif juga dapat dihasilkan akibat imunisasi tersebut. Pada sarana terbatas, diagnosis kerja TB anak dapat ditegakkan dengan menggunakan sistem penilaian (skor) TB. Tujuan: Mengetahui hasil reaksi uji tuberkulin pada anak kelompok usia 2 dan 5 tahun yang telah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian desain potong lintang yang dilaksanakan selama periode Oktober – Desember 2012 pada anak sehat di 12 posyandu di Jakarta Selatan dan 3 Taman Kanak-kanak di Jakarta Timur, Barat, dan Utara. Anak yang memenuhi kriteria penelitian menjalani pemeriksaan fisis dan uji tuberkulin yang dibaca 48-72 jam sesudahnya. Anak dengan hasil uji tuberkulin positif dan/atau terpajan pasien TB dewasa dinilai skor TB dan menjalani evaluasi lebih lanjut di pusat kesehatan rujukan. Hasil: Proporsi uji tuberkulin positif pada anak kelompok usia 2 tahun yang sudah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan adalah 7 dari 84 anak (8%). Proporsi uji tuberkulin positif pada anak kelompok usia 5 tahun yang sudah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan adalah 8 dari 79 anak (10%). Proporsi anak dengan riwayat BCG pada usia 0-2 bulan, hasil uji tuberkulin positif dan memiliki skor TB ≥6 adalah 3 dari 7 anak kelompok usia 2 tahun dan 3 dari 8 anak pada kelompok usia 5 tahun. Semua anak kelompok usia 2 tahun dan sebagian besar anak kelompok usia 5 tahun dengan hasil uji tuberkulin positif terpajan pasien TB paru dewasa dengan BTA sputum positif. Kesimpulan: Uji tuberkulin dapat digunakan pada balita dengan riwayat BCG untuk mengetahui adanya infeksi TB karena hasil uji tuberkulin positif pada anak usia 2 dan 5 tahun dengan riwayat BCG usia 0-2 bulan masing-masing hanya 8% dan 10% ......Background: Tuberculin skin test is a method used to detect tuberculosis infection in children. Its interpretation in under-five children with history of BCG immunization is questioned because the ability of BCG to produce positive reaction. In limited setting, approach to establish diagnosis of tuberculosis in children can be based on Pediatric TB scoring introduced by Indonesian Pediatric Society. Objective: To study the proportion of tuberculin reactivity among 2- and 5-year-old children with history of BCG immunization. Methods: Cross-sectional descriptive study conducted during October to December 2012. Subjects are healthy 2- or 5-year-old children from 12 integrated population-based healthcare posts (Posyandu) in South Jakarta and 3 kindergarten di East, West, and North of Jakarta. Physical examination and tuberculin test was performed on every subjects. Children with positive tuberculin test and/or exposed to adult TB patients were evaluated using Pediatric TB scoring and refered to nearest healthcare centers. Results: Tuberculin positivity among 2-year-old with history of BCG immunization is 7 of 84 children (8%). Tuberculin positivity among 5-year-old with history of BCG immunization is 8 of 79 children (10%). Proportion of children with positive tuberculin skin test, history of BCG immunization and TB score ≥6 is 3 of 7 on 2-year-old children group and 3 of 8 on 5-year-old children group. All 2-year-olds and most of 5-year-olds with positive tuberculin skin test is exposed to adult tuberculosis patients with positive acid-fast bacili sputum-smear. Conclusion: Tuberculin test can be utilized to examine tuberculosis infection on under-five children with history of BCG immunization because tuberculin positivity among 2- and 5-year-old children with history of BCG are only 8% dan 10%, respectively.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatmin
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas Interaksi Antar Komponen Sistem Ekologi Dalam Mendukung Pengasuhan, Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Di Taman Anak Sejahtera Yayasan Sejahtera Insani Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam setting mikrosistem terdapat komponen Orang tua, Pengasuh, Ketua TAS YASNI, dan Petugas Kesehatan. Pada setting eksosistem terdapat komponen Ketua Yayasan Sejahtera Insani, Ketua Forum Komunikasi TAS DKI Jakarta, dan Pekerja Sosial, kemudian dalam Setting makrosistem terdapat Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam mendukung pengasuhan, perawatan, dan pendidikan anak usai dini, komponen tersebut saling berinteraksi, dan pada interaksi tersebut terdapat bentuk dan faktor yang menyertainya.
ABSTRACT
This thesis discusses the interactions among the components of system ecology in supporting for treatment of the care, and early childhood education (Analysis in TAS YASNI, East Pejaten, Pasar Minggu Sub district, South Jakarta). The results of this study concluded that a component in setting Microsystems is Parents, caretakers, Chairman of TAS YASNI, and Health Officer. In the settings in the component ecosystems is Human Welfare Foundation Chairman, Chairman of the Forum Communications TAS Jakarta, and Social Workers, then in there Microsystems setting is Social Ministry of Indonesia Republic. In support of the care, treatment, and education of children after early, these components interact with each other, and in such interactions are forms and accompanying factors.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Elwiza
Abstrak :
Posyandu merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan dasar yang dapat mendeteksi secara dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita. Kelurahan Pakan Labuah merupakan kelurahan dengan cakupan ditimbang bagi sasaran terendah di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yaitu sebesar 58,1%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ibu bayi dan balita ke Posyandu di kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi Tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional melalui pendekatan kuantitatif dan menggunakan analisis chi square. Populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai anak bayi dan balita berumur 6-59 bulan dengan sampel penelitian berjumlah 110 orang. Hasil penelitian didapatkan ibu bayi dan balita yang berkunjung baik ke Posyandu dengan penimbangan ≥4x sebesar 50%. Variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ibu bayi dan balita ke Posyandu yaitu pekerjaan, pengetahuan dan sikap sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah umur, pendidikan, jarak posyandu, pelayanan imunisasi, program pemberian makanan tambahan, biaya pelayanan, dukungan keluarga, bimbingan tenaga kesehatan dan dorongan tokoh masyarakat. Melihat rendahnya kunjungan ibu ke Posyandu maka diharapkan bagi Dinas Kesehatan agar memperbanyak media penyuluhan dan meningkatkan bimbingan serta pembinaan terhadap kader Posyandu. ......Posyandu or integrated children health care is one of the primary health care unit, which can detect early growth retardation and toddler development. Kelurahan Pakan Labuah is an urban village with the lowest scope of weighed for target in the work area under Puskesmas (Community Health Care) Tigo Baleh that is 58.1%. The purpose of this study is to determine the factors related with the behavior of mothers of infants and toddlers visit to Posyandu in Kelurahan Pakan Labuah, Bukittinggi, in 2013. The research method was cross-sectional quantitative approach and use chi square analysis. The population is all mothers with infants and toddlers aged 6-59 months with a total sample of 110 mother. The results showed that 50 % mothers of infants and toddlers visit to Posyandu by weighing ≥ 4x. Variables that were statistically associated with the behavior of mothers of infants and toddlers visit to Posyandu are occupation, knowledge and attitudes, whereas unrelated variables were age, education, distance Posyandu, immunization services, supplementary feeding programs, cost of services, family support, counseling health workers, and community leaders urge. See low maternal visits to Posyandu is expected District Health Office in order to expand media outreach and mentoring and coaching to improve cadres of Posyandu.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Br Ginting, Lea Morry
Abstrak :
Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu indikator derajat kesehatan yang dapat dinilai sebagai keberhasilan pelayanan kesehatan dan menjadi komponen indeks pembangunan dan indeks kualitas hidup. Namun, masalah kematian dan kesakitan Ibu dan anak di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Upaya penurunan angka kematian ibu dan anak diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang memiliki kualitas data dan utilitas data yang baik. Pelaporan dan pencatatan kesehatan ibu dan anak digunakan untuk melihat dan memantau faktor-faktor resiko dan non resiko selama proses kehamilan normal maupun tidak normal dalam melakukan intervensi segera. Puskesmas Berastagi dan Puskesmas Tiga Panah merupakan beberapa dari Puskesmas yang ditemukan ketidaksambungan data, tidak kredibel di Kabupaten Karo. Risiko dari data yang tidak kredibel adalah tidak bisa mengetahui besarnya masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor, mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan program. Pukesmas Berastagi dan Tiga Panah menerima pelaporan KIA dari Bidan di Desa. Oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu dan anak untuk melihat data kesehatan ibu dan anak yang ada di Puskesmas Berastagi dan Tiga Panah terutama pelaporan data dari Bidan di Desa. Penelitian ini merupakan peneltian kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Berastagi memiliki kualitas data yang lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas Tiga Panah namun masih terdapat desa yang harus diperbaiki dalam kualitas data; Penilaian lima komponen fungsi manajemen data, Puskesmas Berastagi memiliki pemanfaatan data dan informasi nilai yang paling rendah sedangkan untuk Puskesmas Tiga Panah dimana Pengolahan dan analisis data serta pemanfaatan data dan informasi memiliki nilai paling rendah ; Puskesmas Berastagi memiliki e-puskesmas namun belum mendukung pencatatan dan pelaporan KIA sedangkan Puskesmas Tiga Panah tidak memiliki e-puskesmas/SIMPUS; tidak terdapat SOP ; Formulir yang tidak tersedia secara rutin untuk Bidan di Desa di Puskesmas Berastagi sedangkan Puskesmas Tiga Panah tersedia secara rutin namun masih ditemukan Bidan di Desa mengirimkan dengan selembar kertas; tidak terdapat kebijakan secara tertulis terkait pencatatan dan pelaporan KIA; tidak pernah dilakukan pre dan post test di Puskesamas Berastagi dan Tiga Panah; Puskesmas Berastagi tidak memiliki dana khusus pencatatan dan pelaporan KIA. ......Maternal and child health is one indicator of health status that can be assessed as the success of health services and is a component of the development index and quality of life index. However, the problem of maternal and child mortality and morbidity in Indonesia is still a big problem. Thus, maternal and child health services are a top priority in health development in Indonesia. Efforts to reduce maternal and child mortality require a recording and reporting system that has good data quality and data utility.Maternal and child health reporting and records are used to view and monitor risk and non-risk factors during normal and abnormal pregnancy processes in carrying out immediate interventions. Puskesmas Berastagi and Puskesmas Tiga Panah are some of the Puskesmas that were found to be data disconnected, not credible in Karo District. The risk of data that is not credible is not being able to know the true magnitude of the problem and so being unable to monitor, evaluate the success or failure of the program. Pukesmas Berastagi and Tiga Panah receive MCH reports from the village midwife. Therefore, it is necessary to have an evaluation of the recording and reporting system for maternal and child health to see the data on maternal and child health at the Berastagi and Tiga Panah Puskesmas, especially the reporting of data from village midwives. This research is a qualitative research by collecting data through observation interviews and documentation studies. The results showed that Puskesmas Berastagi has better data quality than Tiga Panah Puskesmas but there are still villages that need improvement in data quality; b. The assessment of the five components of the data management function, Puskesmas Berastagi has the lowest value data and information utilization, while for Tiga Panah Puskesmas that data processing and analysis as well as data and information utilization has the lowest value; Berastagi Puskesmas has an e-puskesmas but it does not yet support MCH recording and reporting, while the Tiga Panah Puskesmas does not have an e-puskesmas / SIMPUS; there isn’t standard operating procedures; Forms that were not regularly available for Village Midwives at Puskesmas Berastagi while Puskesmas Tiga Panah were available regularly but were still found. Village midwives sent them with a sheet of paper; there is no written policy regarding MCH recording and reporting; never done pre and post test at Puskesamas Berastagi and Tiga Panah; Berastagi Puskesmas does not have special funds for recording and reporting MCH.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakasi, Trevino Aristarkus
Abstrak :
Kelompok usia yang paling rentan terhadap masalah kurang pangan adalah kelompok balita karena mereka sangat memhutuhkan energi dan nutrisi untuk tumbuh kembangnya. Dan dalam kondisi krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia anak-anak merupakan kelompok yang paling terkena dampaknya. Krisis ini berdampak luas pada setiap segi kehidupan masyarakat. Berkurangnya pendapatan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Berkurangnya daya beli menyebabkan masyarakat tidak mampu menyediakan kebutuhan pangannya sehari-hari, sehingga nutrisi yang dikonsumsi tidak dapat mernenuhi kebutuhan fisiologis tubuh secara optimal. Tingginya harga bahan pangan dan rendahnya daya beli masyarakat mengakibatkan kebutuhan pangan individu, terutama anak, atau keluarga tidak dapat dipenuhi dengan baik. Akibat lain pada masa krisis moneter ini adalah meningkatnya angka kesakitan akibat kurang gizi dan meningkatnya penyakit-penyakit menular. Banyak orang saat ini tidak bisa berobat ke dokter bila sakit sehingga banyak penyakit kronik tidak terobati. Anakanak biasanya akan mendapat pengaruh yang paling besar. Dalam "Status Anak-Anak Dunia 1998" (UNICEF, 1998), istilah malnutrisi dipakai untuk menunjukkan konsekuensi kombinasi masukan energi protein dan mikronutrien yang tidak adekuat serta seringnya infeksi. Sebagaimana dibahas dalam World Development Report 1993 dan pada konferensi "Overcoming Global Hunger", paling sedikit ada tiga langkah yang dapat mengurangi malnutrisi dengan cepat dan murah:
· Mengatasi defisiensi mikronutrien;
· Memperluas jangkauan imunisasi;
· Mengatasi infeksi parasit yang menyebabkan anemia dan malnutrisi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Fitriani
Abstrak :
Meningkatnya AKI, AKB dan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi masalah besardalam upaya membentuk generasi yang berkualitas. Strategi pemerintah Indonesia untukmeningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat yaitu dengan penguatan upaya kesehatandasar yang optimal dalam bentuk akselerasi pelayanan KIA, remaja dan usia lanjut yangberkualitas. Upaya tersebut digalakkan melalui peningkatan peran upaya kesehatan berbasismasyarakat UKBM. Salah satu UKBM yang berfungsi sebagai upaya promoting danpreventif serta meningkatkan status gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak yaitu posyandu. PTAstra International TBK hadir dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan melalui tanggung jawab sosial perusahaan dalam konsep programKampung Berseri Astra KBA dengan melakukan pembinaan posyandu. Menurut laporanpada pilar kesehatan PT Astra International tahun 2017 didapatkan hasil terjadi peningkatanstrata pada 11 posyandu yang tersebar pada 5 KBA di Provinsi DKI Jakarta. PembinaanPosyandu berupa intervensi kegiatan yang sama namun hasil akhir yang berbeda satu danlainnya.Penelitian kualitatif di lakukan pada 11 Posyandu yang tersebar di 5 Kampung BerseriAstra Provinsi DKI Jakarta bulan Maret sampai juni 2018. Informan berjumlah 23 Orangterdiri dari manajemen ESR PT Astra International Tbk, Manajer Program, tim pelaksanapembinaan posyandu, Lurah setempat, Kader Posyandu.untuk mendapatkan hasil yang validpeneliti melakukan triangulasi data dengan Teknik WM FGD dan telaah dokumen yangberkaitan dengan pembinaan posyandu.Hasil penelitian berdasarkan unsur input, ketercapaian sudah baik namun belumoptimal, ditemukannya kader yang belum terlatih sehingga belum kompeten dalammenyelenggarakan pelayanan posyandu, pendanaan posyandu hanya bersumber darikelurahan dan iuran pengguna, belum diinisiasikannya dana sehat. unsur proses sudahberjalan sesuai konsep program, namun belum belum optimal terkait masih lemahnyakoordinasi dengan stakeholder. Unsur Output semua posyandu sudah melakukan perbaikandalam tatakelola dan hasil kinerja posyandu, namun masih ditemukannya 5 posyandu yang cakupan ... ......Increasing of MMR, IMR and the prevalence of underweight nutrition in toddlersbecomes a major problem in the effort to form a quality generation. The Indonesiangovernment 39 s strategy to improve the health and nutrition status of the community is bystrengthening the optimal environment in the form of service, quality, and quality. Theseefforts are promoted from various forms of community based health efforts UKBM . Oneof the UKBM that serves as an effort to promote and prevent and improve the nutritionalstatus and Maternal and Child Health is posyandu. PT Astra International TBK is present insupporting community empowerment program in health with social concept in AstraKampung Berseri program KBA by conducting Posyandu guidance. Based on a report onthe health pillar of PT Astra International in 2017 the results obtained increased strata at 11posyandu spread over 5 KBA in DKI Jakarta Province. The guidance of Posyandu is the samegeneral activities but the different outcomes of one another.Qualitative research was conducted on 11 Posyandu spread across 5 villages BerseriAstra DKI Jakarta Province from March to June 2018. Informant relaxed 23 people consistof ESR management PT Astra International Tbk, Program Manager, implementation team ofposyandu coaching, Local Head of Lurah, Posyandu cadre. to obtain valid results theresearcher conducted data triangulation with WM FGD technique and document reviewrelated to posyandu coaching.The result of the research based on input, the achievement has been good but not yetoptimal, the finding that not yet exist in posyandu service room, including posyandu onlysourced from the kelurahan and posyandu rsquo s user, not yet initiated the healthy fund. programsthat have been running according to the concept of the program, but not optimal yet weakcoordination with stakeholders. Elements Output of all posyandu has made improvements ingovernance and performance results of posyandu, but still found 5 posyandu with coverage...
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>