Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iswanelly Mourbas
Abstrak :
ABSTRAK Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT). Keadaan gizi (kurang atau lebih) terjadi karma kegagalan mencapai gizi seimbang. Penderita gizi kurang merupakan akibat dari konsumsi energi yang tidak cukup, sedangkan penderita gizi lebih adalah merupakan akibat dari konsumsi energi yang berlebih. Selanjutnya keadaan gizi, temyata bukan hanya ditentukan oleh konsumsi energi saja tetapi juga ditentukan oleh komposisi zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Penelitian ini merupakan bagian dari survei status gizi orang dewasa di 12 Kota Besar di Indonesia yang merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan RI dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang dewasa di Kotamadya Padang dengan desain penelitian potong-lintang (Cross Sectional). Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-13 Juli 1996. Sebagai sampel adalah orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih sebanyak 499 orang. Sebagai variabel dependen adalah IMT dan veriabeI independen adalah konsumsi makanan yaitu total energi, persentase karbohidrat dari total energi dan persentase lemak dari total energi. Disamping itu juga diperhatikan variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktifitas fisik, tingkat ekonomi, keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan muitivariat dengan Multiple Regressi Linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT orang dewasa adalah sebesar 22.53 ± 5.14. Disamping itu diketahui juga bahwa prevalensi gizi kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 15,4 % sedangkan prevalensi gizi lebih sebanyak 25.6 %. Rata-rata konsumsi total energi adalah 1 885 Kalori, rata-rata persentase karbohidrat dari total energi sebesar 64.90 % dan rata-rata persentase lemak dari total energi sebesar 23.30%. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan IMT adalah total energi, persentase karbohidrat dari total energi, persentase lemak dari total energi, jenis kelamin, tingkat ekonomi. keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT adalah persentase lemak dari total energi. Serdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar pengambil keputusan bidang kesehatan mulai menyusun program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi lebih pada orang dewasa. Program yang mungkin dilakukan adalah program penyuluhan pada siswa Sekolah TK, SD, SLTP dan SLTA melalui kegiatan UKS dan pada orang dewasa lainnya melalui organisasi kemasyarakatan, perkantoran dan perusahaan. Selain itu disarankan juga agar dalam melaksanakan pemasyarakatan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), penjelasan tentang jumlah konsumsi makanan terutama persentase lemak dari total energi dapat diberikan angka yang spesifik menurut keadaan gizi sasaran. Saran untuk peneliti yang akan mempelajari faktor yang mempengaruhi IMT, agar mengukur aktifitas fisik dengan menggunakan metode yang lebih tepat atau melakukan modifikasi dari formulir Baecke yang digunakan dalam penelitian ini sehingga sesuai dengan kondisi orang Indonesia. Disamping itu disarankan juga agar mengukur faktor keluarga atau keturunan, tingkat hormonal dan emosi. Daftar Pustaka: 64 (1978 - 1996)
Relationship Between Dietary Intake and Body Mass Index (BMI) in Adults in Padang 1996 Measuring Body Mass Index (BMI) is one of the methods used in nutritional status assessment. Undernutrition and overnutrition are outcomes of failure in meeting energy balance. If energy intake is less than the body need the result is undernutrition, and overnutrition occurs when energy intake exceeds the energy expenditure. Beside, nutrition status is not only 'determined by total energy intake but also by the daily nutrient composition in the diet. The aim- of this study is to find- out the relationship between dietary intake and BMI in adults in Padang. Design of the study was across sectional and data were collected in July, 1996. Total sample were 499 persons aged 18 years old or more. BMI is the only dependent variable while dietary intake that consists of total energy, percentages of carbohydrate and of fat to total energy are the independent variables. Beside age, sex, education and economic levels, physical activity, health condition and smoking habit were observed too. The data analyses done were univariate, bivariate and multivariate which was multiple linear regression. This study showed that average BMI was 22,53 ± 5,14 and the prevalence of undernutrition was 15,4 % while overnutrition was 25,6 %. The average of total energy intake was 1885 calories which of 64,90 % comes from carbohydrate, and 23,30 % from fat. Bivariate analysis showed that there was a correlation between BMI and total energy intake, percentage of energy from carbohydrate and fat, sex, economic levels, health condition and smoking habit. Multivariate analysis showed that the most dominant variable in predicting BMI in adults was the percentage of energy from fat. Based on the findings it is suggested that Ministry of Health should arrange prevention program for undernutrition and overnutrition started from preschool children, elementary, junior and senior high schools through School Health Program. For adult population such program could be integrated through community organizations and offices. Beside that, it is also suggested that in the implementation of the Indonesian Nutrition Guideline (Pedoman Umum Gizi Seimbang) especially for fat intake should be explained carefully according to the target group. Suggestion for the researcher is that the measurement of physical activity by Baecke in the study of factors which influence BMI in Indonesia should be adjusted and modified; and also genetic, hormonal and emotion factors should also be taken into consideration.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipasulta, Grace Carol
Abstrak :
Ibu post partum akan mengalami penurunan berat badan secara alami antara 5 kg sampai 11 kg. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan berat bada pada ibu post partum. Penelitian deskriptif analitik dengan desain menggunakan cross-sectional pada 162 ibu post partum yang mempunya bayi umur 6 sampai 11 bulan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap penurunan berat badan ibu post partum. Variabel yang dominan terhadap penurunan berat badan adalah ASI ekslusif. Ibu yang memberikan ASI ekslusif berpenluang 28.244 kali terjadi penurunan berat badan dibandingkan ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif. Rekomendasi diharapkan perawat maternitas dapata menetapkan asuhan keperawatan pada ibu post partum untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Naturally, after bear a child, women body weight will be descend in 5 to 11 kg. This research is purpose to know what factors contribute to descend this body weight. This descriptive analytics research, with cross-sectional, in 162 post-partum women who had baby with 6-11 months years. Results of this research shows that there is relation between the exclusive mother breast feeding and descending of bosy weight in post partum women. The exclusive mother breast feeding gives 28.244 opportunities to descend of body weight in post-partum women than they who are not. This recommendation expected that the maternity nurses will determine nursing care in post partum women to provide the exclusive mother breat feeding to their baby.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indrayeti
Abstrak :
Pertumbuhan merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi beban. Pertumbuhan pada usia dini menyebabkan gangguan yang berkelanjutan. Kegagalan dalam pertumbuhan ini dapat disebabkan karena anak kurang gizi dan hal ini akan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia terutama kecerdasan pada usia selanjutnya di masa yang akan datang. Anak yang menderita gizi kurang disebabkan karena berat badan yang tidak naik dan merupakan akumulasi dari asupan akan kebutuhan zat gizi yang kurang sehingga pertumbuhannya kurang baik, untuk memantau pertumbuhan berat badan balita digunakan KMS. Anak yang menderita gizi kurang rentan terhadap terjadinya penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia dan campak. Penyakit campak dibandingkan dengan penyakit lain tidak begitu berat gejala klinisnya, tetapi pada balita kematian dapat terjadi akibat komplikasi penyakit lain yang terjadi karena replikasi virus atau superinfeksi bakteri. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan disain kasus kontrol yang bertujuan mengetahui hubungan pertumbuhan berat badan dengan kejadian sakit campak pada balita di Kota Jambi tahun 2007-2008. Kasus adalah balita yang berkunjung ke Puskesmas/RS dan didiagnosa oleh dokter menderita sakit campak dan mempunyai KMS. Sedangkan kontrol adalah balita yang tidak sakit campak pada waktu yang sama berasal dari populasi kasus dan mempunyai KMS. Sebagai variabel utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan berat badan balita dan out come adalah balita sakit campak. Selain itu dilihat juga faktor risiko individu yang berhubungan dengan penyakit campak ; berat badan lahir (BBL), status imunisasi balita, penyakit yang menyertai waktu sakit campak (diare), Vitamin A, umur balita saat sakit campak. Sedangkan faktor risiko dari ibu balita adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,pengetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu terhadap pemenuhan gizi ba1ita_ Sedangkan faktor risiko lainnya adalah jumlah balita dalam keluarga, frekuensi makan balita serta pekerjaan kepala keluarga. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara pertumbuhan balita dengan kejadian sakit campak di Kota Jambi dengan OR akhir = 4,18 kali pada balita yang tidak naik berat badannya dibandingkan dengan balita yang naik berat badannya setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu dalam upaya pemenuhan gizi balitanya. Dalam penelitian diketahui adanya interaksi antara pertumbuhan berat badan dengan diare. Konfoundingnya yaitu berat lahir, diare, pcngetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu terhadap pemenuhan gizi balitanya, selisih nilai OR setelah dilakukan adjusted adalah <10%. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa untuk menghindari sakit campak, berat badan anak harus sesuai dengan pertumbuhan umumya. Umur bertambah, berat badan naik. Dan untuk melihat pertumbuhan berat badan balita digunakan kartu menuju sehat (KMS). Pengetahuan ibu tentang gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan untuk melindungi anak dari serangan penyakit dan hal ini dipantau bersama antara petugas kesehatan, kader dan ibu balita melalui KMS. Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita perlu dioptimalkan dengan melibatkan LS dan LP dalam bentuk melaksanakan revitalisasi Posyandu, meningkatkan konseling penyuluhan kepada ibu-ibu dengan peran bantu kader di Posyandu scbagai perpanjangan tangan petugas kesehatan di tengah masyarakat. Dalam pengambilan kebijakan, khususnya untuk pencegahan terhadap penyakit dan pertumbuhan balita dan kesehatan ibu secara umum perlu digunakan data dan pengkajian secara epidemiologis supaya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan terkini. ......Growth failure has been become one of the serious health problem and become a burden. Growth at early age has risk to get continuous disturbance. Growth failure can be due to malnutrition and it has been associated with morbidity and mortality that can affect human resource quality especially intelligence. Malnutrition caused by body weight that doesn't increase and as accumulation of impairment nutrition consumption. To asses infant body weight development, we use KMS Malnutrition children tends to suffering infection such as diarrhea, pneumonia, and measles. Measles has milder symptoms than other disease but it can be fatal in infant because other disease complication due to virus replication or bactery superinfection. This observational case-control study want to find correlation between development of body weight and measles suspect-infant in Jambi city in years 2007-2008. Subjects are infant who admited in primary healt care (Puskesmas) or hospital and diagnosed measles. Controls are infant who doesn't suffering measles at the same time and same population (case population). All subjects and controls have "Kartu Menuju Sehat" (KMS). The main variable is development of infant body weight and the outcome is measles suspect-infant. We also asses individual risk factor correlated with measles: birth body weight, infant immune status, other disease which accompanied at the time suffering measles(e.g. diarrhea), vitamin A, and age at the time suffering measles. Risk factors from mother are mother's age, mother's education, mother's occupation, mother's knowledge about nutrition, and mother's attitude toward child nutrition fulfillment. Other risk factors are numbers of infant in family, infant's eat hequency, and occupation of family leader. The result of our study are body weight which doesn't increase has become risk factor for measles in infant at Jambi. There are signiiicant correlation between development of body weight and incidence of measles in infant at Jamby city as much as 4,18 times. In research known the existence of interaction among heavy growth of body with the diarrhoea. Confounding variable is mother-'s knowledge about nutrition, attitude to accomplishment about nutrition of children under five. After adjusted, Odd ratio (OR) difTerence is >10%. From our study, we recommend to keep infant body weight tit with his/her age to prevent measles. Age, body weight, and development of body weight can be assesed and evaluated through "Kartu Menuju Sehat" (KMS). If age increase then body weight must be increase too.Mother's knowledge about nutrition needed to increase child health status especially to protect child from disease. It can be evaluated by health officer, kader (health volunteer), and mother. Growth development surveillance must be optimized with include participation of LS and LP. This optimization manifested with Posyandu revitalization, training of kader (health volunteer), and counseling to mother with the help fiom kader posyandu (Posyandu's health volunteer) as extension from health ofiicer. In making decision and policy, especially for diseases prevention and infant growth, we recommend to use the result of this study as basic of future planning to decrease morbidity of measles and increase infant's development of body weight.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34397
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan
Abstrak :
Minuman berenergi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat. Minuman berenergi mengandung kafein, sebuah zat yang menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik. Sebuah penelitian menunjukkan dari 496 mahasiswa, 51% mahasiswa meminum lebih dari satu minuman energi dalam setiap bulan. Selain itu, 30-50 % anak-anak, dan dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi minuman berenergi. Sehubungan penelitian tersebut, kami ingin mengetahui pengaruh minuman Merk A terhadap berat badan dan aktivitas fisik. Pengumpulan data berlangsung dari 14 Desember 2011-2 Januari 2012. Eksperimen diterapkan kepada 15 ekor tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan tiap kelompok mendapatkan minuman Merk A, Kafein dan Akuades. Selanjutnya, tikus diberi bahan uji dalam dosis tertentu dan diamati aktivitas serta berat badannya. Penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kenaikan berat badan tikus yang meminum Merk A, Kafein dan Akuades ( p >0.05). Meskipun begitu, terdapat kenaikan aktivitas fisik yang bermakna ( p<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh minuman berenergi terhadap berat badan tidak ada, namun tidak terhadap aktivitas fisik. ......Energy drink is beverage commonly consumed by people. It contains caffeine, a substance can reduce body weight and increase physical activity. A research in United States shows that from 496 students, 51% of them drink more than one bottle of energy drink per month. Also, 30%-50% children and adults in U.S consume them. From this research, we want to know the effect of Merk A to body weight and physical activity. Data collected from December 14th , 2011 until January 2nd, 2012. Experiment was applied to 15 rats that are differentiated into three groups and each group got Merk A, Caffeine, and Aquadest. After they consume it, they were monitored in term of their weight and physical activity. The research shows that there isn't significance increase in weight of rats that consume Merk A, Caffeine and Aquadest (p> 0.05). However, there is a significance increase to their physical activity (p<0.05). It can be concluded that energy drink gives no impact to body weight but it affects physical activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Alvito
Abstrak :
Minuman berenergi merupakan minuman yang diproduksi secara besar-besaran Target penjualan utama adalah remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2008 konsumsi minuman berenergi mencapai 35,8 juta dan mengalami pertumbuhan sebesar 14% setiap tahunnya. Minuman berenergi pada umumnya mengandung kafein, suatu zat yang dapat mempengaruhi berat badan dan Aktivitas fisik.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara minuman berenergi terhadap berat badan dan aktivitas fisik. Pengumpulan data berlangsung dari 14 Desember 2011 sampai 2 Januari 2012.Eksperimen dilakukan pada15 ekortikus yang dikelompokkan menjadi tiga dan setiapkelompok mendapatkan minuman berenergiMerek E, Kafein benzoat dan akuades. Tikus setiap hari diberi minuman tersebut sesuai dengan kelompok dan dosisnya.Setelah pemberian minuman tersebut dicatat aktivitas fisik dan berat badan dari tikus tersebut. Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan berat badan tikus yang mengonsumsi minuman berenergiMerek E, Kafein dan Akuades (p<0.05). Terdapat kenaikan aktivitas fisik yang bermakna pada tikus yang mengonsumsi minuman berenergiMerek Edan Kafein terhadap Akuades ( p<0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi Merek E memiliki pengaruh terhadap berat badan dan aktivitas fisik. ......Energy drink is beverage that is produced in large amounts. The main consumers of this beverage is teenager. A research shown that the consumption of enegy drink reached 35.8 millions in 2008, and growth until 14% per year. Commonly, Energy drink contains caffeine, a substance that can be used to reduce body weight and to increase physical activity. From this research, we want to know the effect of MerkE to body weight and physical activity. Data collection started from December 14, 2011 till January 2, 2012. Experiment was applied to 15 rats that are differentiated into three groups and each group gets energy drinkMerk E, Caffeine, and Aquadest. After they consume energy drink with particular dosage, they will be monitored in term of their weight and physical activity. From the research, it can be found there is significance increase in weight of rats that consume energy drinkMerk E, Caffeine and Aquadest (p< 0.05). And there is a significance increase to their physical activity to the rats that consume energy drinkMerk E, Caffeine and Aquadest (p<0.05). It can be concluded, through this research, that energy drink gives no impact to body weight but it affects physical activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Hasnah Purwati
Abstrak :
Latar Belakang: Pasien anak ras Melayu dengan rencana pembiusan umum menggunakan sungkup laring, baik untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik. Ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat sangat penting agar proses induksi dan insersi sungkup laring terhindar dari komplikasi. Rekomendasi ukuran yang digunakan untuk saat ini adalah berdasarkan berat badan sesuai kategori yang diberikan oleh manufaktur, namun berdasarkan penelitian Inamoto dkk pada tahun 2015, dengan menggunakan 3D images computed tomography, didapatkan volume laring dan hipofaring ditentukan oleh tinggi badan dan usia, dan panjang faring berhubungan dengan jenis kelamin dan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ketepatan prediksi ukuran sungkup laring UniqueTM pasien anak ras Melayu usia 1-10 tahun berdasarkan berat badan yang direkomendasikan oleh manufaktur. Metode: Penelitian ini adalah uji observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel didapatkan secara konsekutif sebanyak 66 anak ras Melayu usia 1-10 tahun. Usia, berat badan, panjang badan, ukuran sungkup laring UniqueTM dan ukuran yang tepat dicatat. Data berat badan dilakukan uji bivariat korelasi spearman untuk mengetahui hubungannya dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Kemudian dilakukan regresi logistik antara berat badan dengan ukuran sungkup laring yang tepat untuk mendapatkan model prediksi ukuran sungkup laring. Hasil : Ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM berdasarkan berat badan sesuai rekomendasi manufaktur adalah 66,67%. Berat badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM namun memiliki korelasi yang kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Untuk menentukan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat dapat menggunakan formula = 1,795 + ( 0,021 x berat badan (kg)). Simpulan: Berat badan tidak berhubungan dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM pada anak. Apabila dibandingkan dengan usia dan tinggi badan, berat badan memiliki korelasi yang paling kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Rekomendasi ukuran sungkup laring UniqueTM untuk anak berdasarkan berat badan yang tepat adalah nomor 2 untuk anak dengan berat badan 7-20 kg, nomoR 2,5 untuk anak dengan berat badan 21-44 kg dan nomor 3 untuk anak dengan berat badan di atas 45 kg. ...... Background: Pediatric patients with often required anesthesia using laryngeal mask as an airway management, either for diagnosis or therapy. Proper laryngeal mask size is essential to avoid any complications. The manufactur recommends Laryngeal Mask size based on body weight. Laryngeal mask is placed in hypopharynx. In 2005, Inamoto et all conduct a study of oropharyngeal and laryngeal structure using 3D images computed tomography. The results are volume of the larynx and hypopharynx was significantly affected by height and age, while length of the pharynx was associated with gender and age. This study is aimed to obtain the UniqueTM laryngeal mask size selection accuracy based on body weight which is recommended by the manufacture for Malay race children. Methods: This study was an observational-analytic non interventional study, with 66 subjects enrolled. All subjects were Malay patients aged 1-10 year underwent general anesthesia in RSCM. Body weight, height, age and the precise LMA size are collected. Correlation of body weight and the precise size of LMA will be analyzed by Spearman test and then will be analyzed by linear regression to obtain the formula to predict the precise size of LMA based on body weight. Results: Body weight,age and height are irrelevant with the accuracy of laryngeal mask size prediction (p>0.05). Manufacturs size recommendation accuracy in predicting laryngeal mask is 66,67 %. Body weight has the most powerful correlation in laryngeal mask size in compared to Age and height with R 0.797. Laryngeal mask size prediction formula Y = 1,795 + (0,021 x BW (kg)). Conclusions: Body weight is not related with accuracy of LMA size prediction. Compared to Height and age, Body weight has the highest correlation with accuracy of laryngeal mask size prediction for pediatric patients. LMA UniqueTM size recommendation for Malay race children with body weight 7-20 kg is number 2, for children with 21-44 kg body weight is number 2.5 and number 3 for children with body weight more than 45 kg.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Ngatmira
Abstrak :
ABSTRAK
Sisa makanan merupakan salah satu indikator dalam pelayanan gizi khususnya penyelenggaraan makanan. Dengan pelayanan makanan yang memuaskan selera pasien tanpa mengurangi nilai gizi merupakan terapi diet yang dibutuhkan dalam penyembuhan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, dengan membagi sampel menjadi kelompok control dengan mendapatkan makanan dengan standar porsi diet rumah sakit 2300 kkal dan kelompok perlakuan mendapat standar porsi diet sesuai kebutuhan 1700 kkal. Penelitian ini dilakukan pada 34 responden, 17 kelompok control dan 17 kelompok perlakuan. Penelitian dilakukan pada pasien bedah perempuan dengan diet makanan biasa, usia 18-59 tahun, di ruang perawatan RSCM . Pengumpulan data sisa makanan dengan system food weighing selama 4 hari. Analisis bivarian menggunakan uji beda dua mean T test independendandependen.Terdapat rata – rata sisa makanan pada kelompok control sebanyak 206,37 gram dan kelompok perlakuan sebanyak 117.59 gram per orang per hari. Sisa makanan terbesar disumbangkan dari makanan pokok sebesar 41,52% dan sayur sebanyak 24.15% pada kontrol dan 32.87% untuk makanan pokok dan 21.81% untuk sayuran pada kelompok perlakuan dari total sisa makanan. Sisa makanan kelompok kontrol sebanyak 17.65% masuk dalam katagori banyak (>20%)..Penelitian serupa dapat dilakukan pada kelompok pasien yang mendapatkan makanan lunak dan pada kelompok pasien yang tidak berdiet khusus.
ABSTRACT
In nutritional services, waste plate becoming one particular indicator, especially in the food provisions for the patient. Food provisions that can satisfy patients taste without compromising the nutritional value is a dietary therapy required in the treatment of the patients itself. This is a quasi-experimental study, by dividing the sample into the control group who received 2300 kcal standard dietary hospital food portion and the treatment group who received standard diet servings as needed 1700 kcal. This study conducted on 34 respondents, both for the control group as well as for the treatment group consists of 17 patients. The study was conducted to female surgical patients with normal diet, age 18-59 years, at Dr. CiptoMangunkusumo General Hospitals treatment room. The waste platedata collection performed by using the food weighing systems for 4 days. Two different mean independent and dependent T-test is used as the bivariate analysis for this study. There is an average of the waste plate per person per day as much as 206,37 grams in the control group and 117,59 grams in the treatment group. The biggest waste plate comes from the staple foods and vegetables, respectively 41.52% and 24.15% in controls group and the treatment group was 32.87% and 21.81% from the the total of leftover food. Waste plate in the control group as much as 17.65% are included in a lot category (> 20%). Similar studies can be performed on a group of patients who received bland foods and in the group of patients who did not having specific diet.
Universitas Indonesia, 2013
T35033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oldi Dedya
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Mengukur berat badan pada kondisi tertentu pada pasien geriatri sulit untuk dilakukan sehingga diperlukan suatu alat bantu baru murah dan mudah yang dapat digunakan untuk mengestimasi berat badan aktual pada seorang geriatri.Tujuan: Mendapatkan faktor yang berperan terhadap estimasi berat badan aktual serta mendapatkan rumus estimasi berat badan aktual pada pasien geriatri.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap 150 pasien geriatri yang berobat di Poliklinik Geriatri RSCM periode Juli 2016. Pasien dengan overload cairan, riwayat amputasi tungkai, imobilitas, instabilitas, tidak dapat mengikuti perintah, riwayat operasi ganti sendi lutut atau total hip replacement, dan menolak diikutsertakan, dieksklusi dari penelitian ini. Pengukuran yang dilakukan adalah penimbangan berat tungkai, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar perut, dan pengukuran lingkar paha. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui faktor yang berperan terhadap estimasi berat badan aktual. Uji regresi linear dilakukan untuk memperoleh rumus estimasi berat badan aktual pada geriatri.Hasil Penelitian: Penelitian dilakukan pada 70 pria dan 80 wanita dengan usia rerata 70 tahun dengan indeks masa tubuh rerata 24,67 kg/m2. Hasil uji korelasi berat badan aktual terhadap berat tungkai adalah 0,91. Hasil tersebut akan lebih tinggi pada wanita dengan r = 0,95 dan pada pria r = 0,83. Lingkar perut pada pria diketahui memiliki korelasi terhadap berat badan dengan r = 0,85. Rumus estimasi berat badan aktual yang didapat = 16,262 12,414 berat tungkai. Formula tersebut dapat memprediksi keluaran sebesar 81 p
ABSTRACT
Background In Elderly, weight measurement in specific condition can be difficult, so we need a new cheap and easy tool that can be used to estimate the actual body weight on a geriatric.Objective Obtain a factors that contributes to estimate actual body weight. Make a formula for body weight estimation in geriatric patients.Methods This study is a cross sectional study on 150 geriatric patients who seek treatment at the Geriatric clinic RSCM period of July 2016. Patients with fluid overload, limb amputations, immobility, instability, can not follow orders, history replace the knee joint surgery or total hip replacement, and refused to involve the research were excluded from this study. Lower limbs weight measurement, upper arm circumference, abdominal circumference measurement, and the measurement of thigh circumference were taken in this study. Correlation test was conducted to determine the factors that contribute to the estimated actual weight. Linear regression analysis was conducted to obtain the actual body weight estimation formula in geriatrics.Results This study involve 70 man and 80 woman with average age is 70 and average body mass index is 24,67 kg m2. The correlation for actual weight to the weight of the lower limb is 0.91. The result would be higher if differentiated into women with r 0.95, and r 0.83 in men. Abdominal circumference in men have strong correlation with actual body weight r 0.85. Estimated actual body weight formula 16.262 12.414 weight of the lower limb. The formula can predict the output by 81 p
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Rachmat Kurniawan
Abstrak :
Kekuatan otot adalah salah satu tanda vital yang dapat menentukan risiko fungsi fisik serta risiko mortalitas. Laju penurunan kekuatan otot terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan massa otot. Kami menghubungkan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penurunan kekuatan otot dengan fase awal diabetes, yang juga terkait dengan resistensi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan pada wanita dewasa di Jakarta. Kami menggunakan metode cross sectional dan diperoleh 68 subjek. Data diperoleh melalui handgrip dynamometry, sampel darah, food recall 3 x 24 jam, pengukuran antropometri, dan kuesioner aktivitas fisik. Median nilai HOMA-IR 2,765 (0,62 – 6,12). Rerata kekuatan absolut genggaman tangan 25,32 ± 2,27 kg. Hasil kekuatan relatif genggaman tangan melalui perhitungan kekuatan absolut genggaman tangan dibagi berat badan diperoleh median 0,39 (0,22 – 0,61). Hasil uji statistik regresi linier dengan metode Enter menunjukkan tidak ada asosiasi yang signifikan antara HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan setelah dikontrol dengan IMT sebagai faktor perancu. ......Muscle strength is one of the vital signs that can determine the risk of physical function and overall mortality. The rate of decline in muscle strength occurs faster than the rate of decline in muscle mass. We relate one of the factors that can influence the decrease in muscle strength to the early phase of diabetes, which is also associated with insulin resistance. We aim to determine the association between HOMA-IR value and relative hand grip strength in adult women in Jakarta. We used a cross-sectional method and obtained 68 subjects. Data were obtained through handgrip dynamometry, blood samples, 3 x 24 hours food recall, anthropometric measurements, and IPAQ-SF questionnaires. The HOMA-IR value was obtained with a median of 2.765 (0.62 - 6.12). An average of 25.32 ± 2.27 kg resulted from absolute hand grip strength. While the results of the relative handgrip strength are dividing the absolute handgrip strength by body weight, a median of 0.39 (0.22 - 0.61) was obtained. The linear regression statistical test using the Enter method showed no significant relationship between HOMA-IR and relative hand grip strength after controlling for BMI as a confounding factor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
Abstrak :
Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam ......Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>