Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Y. Lutan
Abstrak :
Asam humat merupakan senyawa bioorganik polimer multiligan yang diisolasi dari slam. Kelimpahan dan sifat asam humat ini bergantung pada iklim, jenis vegetasi, waktu, senyawaan asal dan topografi. Selain itu asam humat merupakan zat pengompleks organik alamiah yang banyak terdapat di tanah, sedimen maupun perairan. Asam humat mempuayai banyak gugus fungsi yang mengandung oksigen yang berperan dalam pembentukkan senyawa kompleks asam humat-logam. Penelitian ini bertujuan menyelidiki kemampuan asam humat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam berat kobal dan kadmium pada kondisi pH 4, 5, 6 dan 7, pada 6 lokasi penelitian dari sedimen hutan lindung bakau (mangrove) Muara Angke Teluk Jakarta. Pembentukkan kompleks asam humat-logam yang terjadi ditentukan dengan tetapan stabilitas kondisional (log IC) dengan menggunakaa metode pemadaman (quenching) fluoresensi. Isolasi asam humat dilakukan dengan mengekstraksi sampel sedimen kering pada kondisi alkali (campuran 0,1 M NaOH dan 0,1 M Na4P2O7 = 1 : 1). Selanjutnya pada fraksi larutan ditambahkan 6 M HC1 sampai pH 2. Hasil asam humat yang sudah murni ditentukan sifat kimianya melalui metode non degradatif (bobot molekul viskositas rata-rata, 111, UV-Tampak dan Fluoresensi) dan metode degradatif (analisis unsur, hidrolisis asam humat dengan HC1 serta analisis asam amino dengan HPLC). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa asam humat lebih bersifat alifatis, dimana dari analisis unsur menunjukkan bahwa perbandingan HIC > 1. Dari hidrolisis asam humat dengan HC1, hasil yng didapat mempunyai paling sedikit 10 jenis asam amino. Dan perhitungan konstanta stabilitas kondisional pada pH 4 lokasi F paling kuat mengikat kobal maupun kadmium, dan ikatan humat-kobal lebih kuat dari pada humat-kadmium. Pada pH 5 ikatan humat-kadmium pads lokasi F lebih kuat dari pada humat kobal pada lokasi E. Path pH 6 ikatan humat-kobal pads lokasi E sebanding dengan ikatan humat-kadmium pada lokasi A. Sedangkan pada pH 7, ikatan humat-kobal pada lokasi A lebih kuat dan pada humat-kadmium pada lokasi E. Secara umum daerah laut dan muara mempunyai asam humat yang kuat mengikat logam kobal dan kadmium, disusul pada daerah daratan.
Humic acid is a group of polymer bioorganic and multiligand compound isolated from nature. Abondance and character of humic acid depend on climate, vegetasion, time, mother compound and topografi. The other humic acid is a natural organic complex substance which is plenty in terrestrial (soil, sediment), and aquatic (river, lacustrine, lake and marine) area. Humic acid has a lot of function groups that contain oxygen that takes part in forming humic acid complex substance. The research is performed to investigate humic acid ability to form complex substance with heavy metal ions, cobalt and cadmium, in pH-4,5,6,7 condition, on 6 research locations from protected mangrove forest' sediment at Muara Angke, Jakarta Bay. The forming of humic acid - metal substances which happens in conditional stability constant (log K') by using fluorescence quenching method. The isolation of humic acid is performed by extracting dry sediment samples in alkali condition (the mixture 0,1 M NaOH and 0,1 M Na4P2O7 = 1 : 1). Then in aqueous solution, we give 6 M HC1 up to pH 2. The characteristic of the result of pared humic acid is determined by non degradatif method (the average of viscosity molecules weigh, IR., UV-Visible and fluorescence) and degradatif method ( elemental analysis, humic acid hydrolysis with HCI and humic acid analysis with HPLC). The result shows that humic acid more aliphatic, where elemental analysis shows that the comparison is HIC > 1. From humic acid hidrolisis with HCI, we get at least 10 types of amino acid. From the calculation of conditional stability constantan in pH 4, location F has the strongest ability to bound cobalt and cadmium, and the boundary of humic-cobalt is stronger than humic-cadmium. In pH 5 the boundary of humic-cadmium on location F is stronger than humic-cobalt on location. E. In pH 6 humic-cobalt boundary on location. E is the same with humic-cadmium boundary on location A. In pH 7, humic-cobalt boundary on location A is stronger than humic-cadmium on location E. The sea and the bay area generally have humic acid that strongly bound cobalt and cadmium and then the terrestrial area.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theryoto
Abstrak :
Latar belakang: Toluen masih banyak digunakan oleh industri sebagai bahan pelarut dan bahan mentah, walaupun telah diketahui dapat berdampak negatif terhadap kesehatan tenaga kerja. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan toluen dan kesehatan tenaga kerjanya secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan toluen dan faktor-faktor risiko lain terhadap kadar asam hipurat urin tenaga kerja suatu pabrik sepeda motor di Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan disain eksperimental kuasi, menjaring data melalui wawancara terstruktur , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sampel urin sebanyak 3 kali [sebelum (pagi hari 1) dan sesudah (sore hari I dan II) terpajan toluen] terhadap 78 subyek penelitian (terpajan langsung dan tidak langsung) yang terdiri dari 42 subyek penelitian di unit pengecatan baja dan 36 subyek penelitian di unit pengecatan plastik Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar asam hipurat/kreatinin urin (AH). Kadar uap toluen di lingkungan kerja dianalisis dengan cara kromalografi gas dan kadar asam hipurat urin dianalisis dengan cara high performance liquid chromatography. Hasil: Kadar uap toluen di unit pengecatan berkisar antara 0,6882-3,4429 bds dan AH seluruh subyek penelitian berkisar antara 0,0006-0,6356 gig. Terdapat peningkatan AH yang bermakna secara slatistik di antara ketiga pemeriksaan urin (p within < 0,05). Faktor risiko yang berpengaruh pada perbedaan rerata AH adalah tempat kerja (p between = 0,051) dan minum alkohol (p between = 0,006). Rerala AH di unit pengecatan plastik lebih tinggi dari pada di unit pengecatan baja. AH kelompok peminum alkohol lebih rendah dibanding dengan kelompok tidak minum alkohol. Dengan membandingkan pads rerata AH sebelum terpajan toluen, rerata AH sesudah terpajan toluen hari II lebih tinggi dibanding hari I (p 0,000). Kesimpulan: Walaupun terdapat peningkatan AH pada hari I dan II sesudah terpajan toluen, akan tetapi kadar uap toluen dan AH di unit pengecatan masih dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan (NAB toluen = 50 bds dan BEI toluen = 2,5 gram asam hipurat/gram kreatinin win).
The influence of Toluene Exposure and other Risk Factors Fowards the Level of Hippuric Acid in Urine of Workers in Painting Unit of the Factory PT. X Background: Toluene as a solvent and raw material, still being used in many industries, although has been recognized of having negative impact towards workers' health. Both exposure area and the workers' health could be prevented from this harmful effect by monitoring regularly. The aim of this study is to search the influence of toluene exposure and other risk factors in the workplace environment towards the level of hippuric acid in urine, at a motorcycle factory in Jakarta. Methods: This study was using a quasi-experimental design. Data were collected by interview, physical examination, and three times of urine examination (before [l' day of week] and after [1' and 2nd days of week] toluene exposure) of 78 subjects (direct and indirect exposure) consisting of 42 subjects in steel painting unit and 36 subjects in plastic painting unit. The parameter used in this study is hippuric acid level in urine that had corrected by creatinine urine (HA). Using gas chromatography method for examination of toluene vapor and high performance liquid chromatography method for examination of hippuric acid in urine were carried out this study. Results: Toluene vapor level in painting units were at range 0,6882-3,4429 ppm and HA of all responders were at range 0,0006-0,6356 gig. There had statistically significant increasing of the HA among 3-laboratory of urine analysis (p within < 0.05). Risk factors that influenced the different means of HA were workplaces (p between = 0.051) and drink alcohol (p between = 0.006). The means of HA in plastic painting unit were higher than in steel painting unit. The drinkers had lower HA compare with nondrinkers. Compared with HA before exposure, the means of HA after toluene exposure on god day were higher than 1# day (p = 0.000). Conclusions: Even though it was noted an increasing of HA at 1' and 2°d days after toluene exposure, however the toluene vapor level and HA in workplace were still below the permissible threshold limit values (TLV toluene = 50 ppm and BEI toluene = 2,5 gram hippuric acid/gram creatinine urin).
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Asam folat adalah salah satu kompleks vitamin B. Bentuk aktif asam folat berupa tetrahidrofolat (THF) yaitu suatu koenzim yang mempunyai peranan mentransfer gugus metil, metilen, metenil, formil dan formimino. Asam folat diperlukan untuk sintesis DNA dan beberapa asam amino seperti metionin dan serin. Peranan asam folat lainnya adalah dapat mencegah anemia megaloblastik, menurunkan resiko kanker dan menurunkan konsentrasi homosistein plasma darah sehingga dapat mencegah gangguan pembuluh darah. Dengan peranan asam folat yang begitu penting, maka diperlukan kemampuan untuk mengukur kadar asam folat dalam serum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pengukuran kadar asam folat dalam serum dengan cara yang aman, mudah dan murah, yaitu suatu teknik analisa yang dianalogikan dengan teknik ELISA (enzyme-linked immuno-sorbent assay). Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah isolasi PIF dari susu sapi dengan teknik salting out, dilanjutkan purifikasi dengan teknik kromatografi dan menguji afinitas PIF yang didapat terhadap folat serum dengan teknik yang analog ELISA. Untuk teknik tersebut perlu dibuat suatu konjugat folat-avidin dengan jembatan glutaraldehid. Selanjutnya teknik yang didapat digunakan untuk mengukur folat dalam serum. Hasil dan kesimpulan : Telah dapat diisolasi protein ikat folat (PIF) dari susu sapi dengan kadar 2,884 mg/mL. PIF yang didapat diuji kemampuannya untuk mengikat folat dengan berbagai pengenceran 11500000, 1150000, 115000, 11500, 1150, 115. Pengenceran yang menunjukkan afinitas tertinggi terhadap folat yaitu 1150. Kemudian dilakukan titrasi lagi dengan tujuan untuk penghematan PIF, yaitu 1150, 11140 dan 11200. Dari ketiga pengenceran yang mempunyai linieritas tertinggi pada pengenceran 11100. Kemudian dilakukan pengukuran folat serum yang dibandingkan dengan metoda lain dengan hasil 26,4; 55,4; 31,4 dan 86,4 ng/mL. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PIF dari susu sapi dapat digunakan untuk mengukur folat dalam serum.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Mahmudin
Abstrak :
Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas dan garam yang terkandung di udara. Pantai atau laut adalah daerah yang paling korosif, karena atmosfemya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dan mempercepat laju korosi. Salah satu metode yang efektif untuk mencegah dan mengeadalikan korosi adalah dengan proses anodisasi. Anodisasi adalah proses untuk membuat lapisan oksida tipis berpori pada permukaan logam. Lapisan tersebut memiliki sifat tahan terhadap cuaca dan lebih keras dari logam dasarnya. Dalam penelitian ini digunakan logam aluminium teknis berbentuk lembaran. Daya tahan logam aluminium terhadap kondisi cuaca berbanding lurus dengan ketebalannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukanlah penelitian terhadap parameter proses seperti jenis larutan, temperatur, konsentrasi dan variasi waktu. Jenis larutan yang dipakai pada penelitian ini adalah larutan asam sulfat ditambah variasi konsentrasi asam fosfat (10%, 30%, 40%, 70%, 100%). Agar diperoleh kondisi optimum untuk mendapatkan sifat-sifat lapisan yang diinginkan maka dilakukan variasi terhadap temperatur (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) dan waktu (20-60 menit). Kondisi optimum yang diperoleh adalah sebagai berikut: konsentrasi asarn sulfat 60% + asam fosfat 40%, pH = 1, waktu 60 menit, temperatur 10°C, tegangan 20V dan rapat arus 7,4 A/dm2 dengan menghasilkan ketebalan lapisan optimum 43,8 µm dan kekerasan maksimum sebesar 154 VHN.
Atmospheric corrosion is the interaction between metal and the surrounding environment due to the humidity, oxygen and pollutant (chloride and sulphate particle) which is contains in the air. Marine is the most corrosive region due to the atmosphere contains chloride particle whose characteristic aggressive and accelerate corrosion rate. Anodizing is one of the most effective methods to prevent and control the corrosion rate. Anodizing is an electrolytic passivation process used to increase the thickness and density of the natural oxide layer on the surface of metal parts. Anodizing increases corrosion resistance and wear resistance. In this experiment used the sheet aluminum metal. The weather resistance of aluminum has linear relation to the thickness. In this investigation used some parameter processes like type of electrolyte, temperature, concentration and time variation. The medium which is used in this experiment is sulphate acid with added phosphate acid variation (0%, 10%, 40%, 70% and 100%). To achieve optimum condition the temperature (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) and time variation (20-60 min) is carried out. The optimum condition of this experiment is the specimen which has hardness 154 HV and the thickness is 43,8 µm with electrolyte concentration sulphate acid 60%, phosphate acid 40%, temperature 10°C, time process 60 min, voltage 20 volt and current density 7,4 A/dm2.
2007
T22896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hadi Aviciena
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wahjuono
Abstrak :
Preeklampsia dan eklarnpsia di Indonesia masih menjadi masalah di bidang obstetrik, karena kelainan ini merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu serta perinatal. Di negara maju angka kejadian preeklampsia 6-7% dan eklampsia sebesar 0,05%-0,1%.4 Di Indonesia angka kematian perinatal pada preeklampsia dan eklampsia adalah 42,2%-48,9%,4 dan pada beberapa rumah sakit pendidikan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia adalah 1,13-9,7% dan 0,6-3,2%, sedangkan angka kematian ibu karena kelainan ini 20,4%.5. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 1984 didapatkan angka kejadian preeklampsial 10,53% angka kejadian eklampsia 2,51% dengan "case fatality rate" 8,03% untuk eklampsia dan 1,41% untuk preeklampsia.6 Pada tahun yang sama penyebab kematian ibu karena kelainan ini menduduki tempat pertama diantara penyebab kematian ibu yang utama yaitu perdarahan, infeksi dan kelainan jantung. Pada preeklampsia dan eklampsia akan terjadi perubahan-perubahan anatomik dan fisiologik pada berbagai alat tubuh, seperti pada ginjal, sistem hemodinamik dan kimia darah. Perubahan kimia darah yang dapat terjadi antara lain adalah dalam metabolisme asam urat, yang oleh beberapa peneliti dikatakan bersifat khas. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa perubahan dalam metabolisme asam urat dapat terjadi sebelum gejala klinik tampak. Peneliti lainnya menyatakan bahwa kadar asam urat dapat dijadikan ukuran untuk menilai derajat berat ringannya penyakit preekIampsia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1) apakah pada preeklampsia dan eklampsia terjadi peningkatan kadar asam urat serum; 2) apakah peningkatan kadar asam serum sesuai dengan beratnya pre-eklampsia dan eklampsia; 3) apakah terdapat hubungan antara kadar asam urat serum ibu dan morbiditas bayi. Diharapkan dari hasil penelitian ini diagnostik dan prognostik preeklampsia dan eklampsia dapat dipertajam, sehingga dapat membantu mengurangi masalah penanganan preeklampsia dan eklampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Novianti
Abstrak :
Barisan DNA dapat diartikan sebagai permutasi dari empat kode basa DNA yaitu A, T, G, dan C. Pada hasil sekuensing DNA, kadang kala ada basa DNA yang sulit terbaca dengan jelas apakah A, T, G, atau C. Untuk mengatasi masalah ini, maka diberikan kode-kode lain yang merupakan probabilitas munculnya A, T, G, atau C pada setiap kode basa DNA. Sehingga secara keseluruhan terdapat kode basa DNA yang dapat dibentuk dari kode A, T, G, dan C. Enam belas kode basa DNA yang telah terbentuk dapat dinyatakan dalam quaternion berbentuk. Dengan menggunakan perkalian titik antara keenambelas kode basa DNA tersebut, diperoleh matriks skoring. Matriks skoring dibutuhkan pada pensejajaran barisan DNA untuk memberikan skor kecocokan atau ketidakcocokan antara dua kode basa DNA. Algoritma pensejajaran barisan DNA yang diimplementasikan pada penelitian ini adalah Algoritma Needleman-Wunsch untuk pensejajaran global dan Algoritma Smith-Waterman untuk pensejajaran lokal, algoritma ini diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman berbasis open source (Octave). Kemudian program pensejajaran yang telah dibuat diaplikasikan untuk mensejajarkan barisan DNA dari bakteri Streptococcus pneumoniae yang diambil dari pangkalan data gen (GeneBank) dengan barisan DNA hasil sekuensing dari bakteri yang diduga Streptococcus pneumoniae. Dari hasil pensejajaran, diketahui bahwa kedua barisan mempunyai kemiripan yang maksimal.
DNA sequence can be defined as a permutation of four DNA base codes: A, T, G, and C. From the result of DNA sequencing, sometime there were dificulties to determine whether the DNA base code of A, T, G, or C. the Probability of other DNA base codes were given to solve this umbigue of DNA sequence reading with form of DNA base code which can be obtained from base code of A, T, G, and C. Sixteen of DNA base code can be represented with a quaternion form: . The scoring matrix was obtained from those sixteen of DNA base code using a dot product method. This scoring matrix can be applied in the DNA aligmnent for match and mismatch between two DNA base code. In this study, we applied the Needleman-Wunsch Algorithm for gobal alignment and Smith-Waterman Algorithm for local aligment using the Octave, an open soucre program. The alignment program used for DNA sequences alignment from Streptococcus pneumoniae obtained from the GeneBank and the DNA sequence obtained from sequensing result and suspected as Streptococcus pneumoniae. From this alignment, we found that two DNA sequences have maximum similarity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T32141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Utari
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan akurasi tes IVA dalam mendeteksi lesi derajat tinggi kanker serviks. Metode: Dua puluh lima subjek dilakukan pemeriksaan IVA, dimana didapatkan hasil IVA positif dan dinilai lima kriteria berdasarkan kecepatan muncul lesi, intensitas warna putih yang kuat, ketebalan lesi berbentuk plak, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi. Kemudian dilakukan biopsi pada lesi putih yang dihasilkan dan dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil histopatologi dikelompokkan menjadi lesi derajat tinggi dan non lesi derajat tinggi. Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 25 wanita dengan hasil IVA positif Didapatkan NPP untuk kriteria kecepatan muncul lesi ≤60 detik, ketebalan lesi berbentuk plak, intensitas warna putih yang kuat, batas lesi yang tegas dan tepi lesi yang meninggi, adalah masing-masing sebesar 0,36; 0,33; 0,18; 0,2 dan 0,09. Apabila dua kriteria IVA positif dengan NPP tertinggi, yaitu kecepatan muncul lesi dan ketebalan lesi bentuk plak digabungkan, akan meningkatkan NPP menjadi 0,40. Kesimpulan: Di antara lima kriteria IVA positif yang diuji pada penelitian ini, yang mempunyai nilai prediksi positif paling baik dalam mendeteksi lesi derajat tinggi adalah kriteria kecepatan munculnya lesi dan ketebalan lesi berbentuk plak. ......Objective: To know the factors that can increase the accuracy of VIA tests in detecting high grade lesions. Study design: Twenty-five subjects were performed VIA test with positive results, assessed further by five criterias based on speed of the lesion appear, strong white intensity of the lesions, thick lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions. Then punch biopsy and histopathology examination were conducted. Histopathology results grouped into high grade lesions and non-high grade lesions. Results: This research followed by 25 woman with VIA positive results. Obtained PPV for five criterias: speed of lesions appear less than 60 seconds, strong white intensity of the lesions, the thickness of lesions with plaque-shaped, firm-bordered lesions, and rised-edged lesions were respectively 0.36; 0.33; 0.18; 0.2 and 0.09. If 2 criterias with best PPV, speed of lesions appear less than 60 seconds and the thickness of lesions with plaque-shaped, were combined, it will improve PPV to 0.40. Conclusion: Among five criterias of VIA positive tested in the research, 2 criterias with best predictive values in detecting high grade lesions are speed of lesions appear less than 60 seconds and thick lesions with plaque-shaped.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junie Suriawati
Abstrak :
ABSTRAK
Blondo basah minyak kelapa murni merupakan produk pangan tradisional di Indonesia. Berdasarkan komposisi kimiawi dapat digunakan sebagai sumber bahan tambahan untuk produk-produk makanan olahan bergizi serta mengandung bakteri asam laktat seperti Lactobacillus sp. Telah dilakukan penelitian mengenai kualitas dan karakteristik isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni sebagai probiotik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas blondo basah minyak kelapa murni dan mendapatkan isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni yang berpotensi sebagai probiotik. Kualitas blondo basah minyak kelapa murni terbaik dari kelapa dalam Bali dengan kandungan protein (8,45%), lemak (43,2%), asam lemak (2,75%), asam laurat (38,5%), dan berwarna putih yang diterima oleh panelis. Blondo basah minyak kelapa murni yang dihasilkan tidak memiliki aktivitas antibakteri. Diperoleh dua isolat bakteri asam laktat (KDB 3 dan KDB 5) diduga berpotensi sebagai kandidat probiotik dengan ciri-ciri: mempunyai ketahanan terhadap 0,3% garam empedu dan pH 3, menghasilkan asam, memiliki sifat hidrofobisitas, dan koagreagasi. Kedua isolat BAL di identifikasi secara molekuler dengan menggunakan 16S rDNA diduga sebagai Lactobacillus.
ABSTRACT
Virgin coconut oil wet blondo (VCO wet blondo) is a traditional food product in Indonesia. Based on the nutritional composition, it can be used as an additional source for nutritious food products and it contains lactic acid bacteria such as Lactobacillus sp. Research on quality and characteristic of lactic acid bacteria as probiotics from VCO wet blondo was carried out. The objectives of this research were to determine the quality of VCO wet blondo and to obtain lactic acid bacteria isolates from the blondo which has potential as probiotic bacteria. VCO wet blondo with the best quality was the blondo of “kelapa dalam Bali” with protein (8.45%), lipid (43.2%), fatty acid (2.75%), lauric acid (38.5%), and white colour which was acceptable by panelists. Antibacterial activity was not detected in the wet blondo. Two lactic acid bacteria isolates (KDB 3 and KDB 5) indicated probiotic candidates, shown by: resistance to 0.3% bile salts and pH 3, acids production, hydrophobicity properties, and coaggregation. The two isolates of lactic acid bacteria were molecular identified using 16S rDNA as Lactobacillus candidates.
2013
T36745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Rimenda Br.
Abstrak :
ABSTRAK
Tebu (Saccharum officinarum) mengandung asam glikolat yang merupakan kelompok dari asam alfa hidroksi, asam glikolat telah banyak digunakan secara sintetik diindustri kosmetik dan ahli kulit untuk pengobatan pada melasma, jerawat dan antiaging. Pada penelitian ini, memanfaatkan limbah batang tebu dari perkebunan tebu. Limbah batang tebu diekstraksi menjadi ekstrak kental dan kemudian diformulasikan menjadi sediaan krim, menggunakan konsentrasi ekstrak sebanyak 5%. Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan dilakukan pada sukarelawan dengan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama 28 hari, lokasi pengujian pada lengan atas sukarelawan dengan parameter penurunan kadar melanin pada kulit. Sediaan krim ekstrak limbah batang tebu menunjukkan kesetabilan selama penyimpanan 12 minggu dan uji keamanan tidak menimbulkan iritasi sehingga aman digunakan secara topikal, hasil uji manfaat menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik pada 33 relawan, didapatkan nilai p= 0,000 (p< 0,005).
ABSTRACT
Glycolic acid which is usually found in sugar cane (saccharum officinarum) is a natural fruit acid part of alpha hydroxy acid family. In various concentration this acid has been synthetically used in cosmetic industry and to dermatologists in the treatment of melasma, acne and anti aging. This paper outlines the utilization of the waste sugarcane from the plantation. The extraction of sugarcane generates thick solutions that formulated and conversed into cream 5% extracted concentration into cream. Sugarcane extract with 5% concentration has been used in phsysical stability test for 12 weeks as well as safety test by using patch methode on 28 days to indicate a drop of melanin level in the skin. After all, the result show the concentration can maintain its stability level to be use as topical without any symptoms of irritation. Efficacy test show significant results statistically of p= 0,000 (p< 0,005).
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>