Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Lontar Bali ini berisi dua teks, yaitu: 1. Tutur Purwa Wacana (Dharma Pawayangan) h.1-11, berisi uraian tentang kewajiban atau syarat seorang dalang dalam menekuni dunia pewayangan (lihat FSUI/WY.5 dan 6). Keterangan tambahan yang terdapat dalam naskah ini, yakni menyangkut peralatan dalam pergelaran wayang seperti kelir, kropak, dan sebagainya, yang dihubungkan dengan dunia mikrokosmos (bhuwana alit) sang dalang. Disebutkan juga mantra-mantra pengeger agar pihak penonton tertarik hatinya, mantra-mantra penyimpanan wayang, brata seorang dalang, mantra sehabis ngwayang, dan tetulak lengkap dengan mantranya, agar terhindar dari marabahaya. Bandingkan FSUI/WY.5-6 dan MSB/W.17-18 untuk naskah lain yang berisi teks Dharma Pawayangan. 2. Dharmaning Pawayangan (Sanghyang Kencana Widhi) h.1-14, berisi uraian tentang perlengkapan/sarana pewayangan berikut lambangnya masing-masing, seperti: batang pohon pisang sebagai tanah, kelir sebagai langit, lampu sebagai surya; dan wayang sebagai manusia, disertai mantra-mantra. Dilanjutkan dengan mantra-mantra: pengeger, mantra kayon, mantra segeh, bebayon, panyampi dan lain-lain. Pada h.6b terdapat keterangan tentang hal-hal yang harus dipahami oleh seorang dalang, antara lain: sangut, delem, mredah, twalen, dilengkapi dengan tempat, warna dan sabdanya masing-masing. Disebutkan juga peranan Aji Kembang bagi dalang kaitannya dengan penyudamalan (pangruwatan), sarana dan mantra pangalup, diakhiri dengan Aji Pangebek Bhuwana. Pada sampul depan dijumpai kata pawayangan, Mengwi (tempelan kertas bertulisan tinta biru). Keterangan ini kemungkinan menunjukkan asal naskah, yaitu dari Mengwi, atau dibeli Pigeaud (?) di Mengwi, Bali. Teks tidak menyebutkan keterangan penulisan/penyalinan maupun pemerolehan naskah.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.4-LT 171
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lontar Bali ini berisi teks Dharma Pawayangan, menguraikan kewajiban- kewajiban seorang dalang atau yang berkecimpung dalam dunia pedalangan. Disebutkan bahwa seorang dalang hendaknya memahami perwatakan dari semua tokoh wayang, mampu memasukkan ke dalam jasmaninya (bhuwana alii) serta memerankannya lewat kata-kata dan gerak. Ada tiga kasuksman (ajaran) yang dipegang atau disembah seorang dalang, yakni menyembah sang Hyang Guru Reka yang ditempatkan di dalam pikiran, sang Hyang Saraswati (di lidah), dan sang Hyang Kawi Swara di dalam kata-kata (wakya), yang dilatarbelakangi segala tatwa atau tutur. Selain itu, seorang dalang hendaknya memahami aturan-aturan, sesajen serta mantra-mantra yang harus dilakukan sewaktu mengambil wayang, sekaligus memerankan, sampai memasukkannya ke dalam sebuah kropak. Pangeger (daya tarik) bagi seorang dalang mutlak diperlukan dalam dunia pewayangan, karena akan dapat memikat hati penonton dalam menyaksikan pergelaran wayang. Disebutkan juga tentang woton atau piodalan (ulang tahun) wayang yang bertepatan pada hari Sabtu Kliwon wuku Wayang, yang dinamakan Tumpek Wayang. Dilengkapi dengan sarana, tatacara pelaksanaannya dan mantra-mantra sehubungan dengan piodalan tersebut. Banyak lagi disebutkan kewajiban bagi seseorang yang mendalang. Pada h.7a disebutkan bahwa naskah ditulis oleh Ida Agung Gde Rai, asal Puri Anyar di Banjar Tingas, Desa Tingas, Prabekel MambalabakKecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung, pada hari Senin Pon Warigadyan tahun 1894 Saka (1972).
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.5-LT 259a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lontar Bali ini memuat dua teks, yaitu: 1. Dharma Pawayangan (h.1-11), isinya tidak jauh berbeda dengan FSUI/WY.5 yang mengungkapkan segala kewajiban seorang dalang kaitannya dengan dunia pewayangan. Keterangan tambahan yang terdapat dalam naskah ini menyebutkan tatacara dalam membuka kropak wayang, penguripan wayang dan menyimpan wayang dalam kropak yang dilengkapi dengan mantra-mantra khusus. Disinggung pula tentang fungsi wayang yang berhubungan dengan upacara keagamaan yakni: panyudamalan, upacara pemelaspas wayang, dan penjaga diri seorang dalang (pasikepan dalang). 2. Pabresihan Dalang (h.lb-4a), berisi syarat-syarat penyucian diri seorang dalang sebelum mengambil dan memainkan wayang. Mulai dari kegiatan sikat gigi, cuci muka, mandi, pakai bunga, makan sirih, sampai pada langkah terakhir yaitu pergi untuk pentas wayang. Semua ini memakai mantra-mantra khusus. Pada mantra pergi ngwayang terselip suatu nilai filosofis lontar yang dilambangkan dengan sang Panca Pandawa, yaitu: Darma Tenaya sebagai sastranya; Bima sebagai tali pengikat (telating lontar); Arjuna sebagai daun lontar; Nakula Sadewa sebagai penakep lontar. Dilanjutkan dengan mantra-mantra lain sehubungan dengan persiapan dalang dalam ngwayang. Teks tidak mencantumkan keterangan penulisan/penyalinan naskah.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.6-LT 259b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan salinan naskah KBG 610. Berisi tiga teks seni pertunjukan Jawa. Ketiga teks tersebut adalah: 1. Kawruh Padhalangan berisi uraian cara pembuatan wayang kulit purwa dan wayang gedhog; nama tokoh-tokoh wayang yang digambar beserta seluruh sejarahnya sejak jaman Prabu Jayabaya. Teks ini diakhiri dengan uraian tentang wanda yang dipakai dalam tradisi wayang Surakarta. 2. Tatacara dalang dalam mempergelarkan pertunjukan wayang Lampahan Pandhu Krama. Teks ini menguraikan secara terperinci langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang dalang dalam mempertunjukkan lampahan tersebut. 3. Kawruh Topeng. Teks ini menguraikan tatacara pembuatan topeng, bahannya, jumlah tokoh dan nama-namanya dalam pertunjukkan topeng, dan sejarahnya. Pengarang, atau penyusun teks ini adalah R. Sutaprawira, Bupati Tegal, yang menyusunnya sekitar tahun 1906. Sebagian teks (Kawruh Padhalangan) diambil dan Serat Sastramiruda, sedangkan bagian lainnya ditulis oleh Sutaprawira sendin (Pandhu Krama), atau oleh P.A. Kusumayuda (Kawruh Topeng). Menurut keterangan pada h.i, naskah ini disalin oleh staf Pigeaud sekitar tahun 1929, rangkap dua. Satu salinan disimpan oleh Pigeaud (kini koleksi FSUI ini), dai satunya dikirim kepada J.L. Moens.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.7-A 6.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan alih aksara ketikan dari naskah MSB/WY.7 (Kawruh Padhalangari), karya M. Lagutama, gubahan pertama, bertarikh 1929. Teks berisi ilmu dalang, antara lain: syarat-syarat pokok menjadi dalang, kepandaian dalang, pengetahuan tentang gamelan dan gendhing, perlengkapan untuk pagelaran wayang, sesajen, kewajiban seorang dalang, sejarah wayang, dan sebagainya. Naskah disalin pada tahun 1934, di Panti Boedaja Yogyakarta, atas perintah Pigeaud. Untuk salinan lain (tembusan karbon) lihat MSB/W.8 dan LOr 6692. Bandingkan pula gubahan Lagutama tahun 1932 dengan judul yang sama, terdapat padaFSUI/WY.11.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.9-G 125
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini merupakan salinan ketikan dari naskah KBG 567. Teks dipetik dari Uger Padhalangan yang dipergunakan di Kraton Surakarta, sudah diterbitkan di surat kabar Sasadara dalam bahasa krama, sekitar tahun 1909. Kemudian dibuat seperti percakapan, dengan menggunakan bahasa ngoko, serta diberi gambar-gambar wayang yang menjelaskan sangkala memet untuk sekolah Jawa. Keterangan penyalinan naskah ini tidak diketahui secara pasti. Untuk salinan lainnya, lihat FSUI/WY.13. Naskah terdiri dari beberapa teks, yaitu: 1. Teks Kawruh Padhalangan, sama dengan MSB/W.12. Menurut keterangan, teks ini merupakan petikan dari Serat Sasadara (h.1-11). 2. Pratelanipun Gambar Ringgit Purwa (h.12-14). Teks berisi penjelasan tentang wanda wayang purwa. Berdasarkan catatan yang dibuat Pigeaud, naskah ini dikumpulkan oleh Prawiradipura di Yogyakarta. Bandingkan FSUI/WY.2. 3. Wandanipun Ringgit Wacucal (h. 16-23). Berisi uraian tentang wandaning wayang purwa pada wayang-wayang peninggalan Raden Riya Tandakusuma. 4. Pratelan Wandanipun Ringgit Wacucal (h.24-27). Deskripsi bentuk wayang purwa berdasarkan catatan yang dibuat oleh Pigeaud. Teks diperoleh Pigeaud dari G.P.H. Tejakusuma, di Yogyakarta. 5. Wayang Purwa Cirebon (h.28-33). Dalam teks terdapat catatan dari Pigeaud yang menyebutkan naskah ini dinamai oleh dalang tua Sebat dari Babakan Ponjong (Cirebon Timur). Kritik dan tambahan dari dalang Adiguna dari desa Sanasewu Yogyakarta. 6. Pratelan Namaning Topeng (h.35-47). Teks berisi catatan dari Jayadipura dan D. Mardiguna, Yogyakarta, tentang topeng-topeng gaya Yogyakarta. Bandingkan FSUI/WY.7, bagianketiga.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.10-G 186
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
M. Lagutama
Abstrak :
Naskah ini ditulis oleh seorang dalang bernama Lagutama yang bertempat tinggal di kampung Badran, Jurutanen, Lawiyan, Surakarta. Naskah induk disusun pada tahun 1929 dengan diberi judul Kawruhing Dhalang (lihat MSB/W.7). Naskah asli tersebut kemudian dibuatkan salinannya atas permintaan Pigeaud. Naskah salinan tersebut masing-masing adalah: MSB/W.8, FSUI/WY.9, PNRI/G 125 (?), naskah-naskah ini disalin tahun 1929; dan FSUI/WY.12, LOr 6692, dan MSB/W.6, disalin tahun 1932. Isi teks ini secara terperinci adalah sebagai berikut: 1. Riwayat dalang Lagutama dan penulisan naskah (buku). 2. Susunan/daftar ilmu pengetahuan pedalangan yang dipaparkan dalam naskah/buku. 3. Pengetahuan dan pengenalan bermacam-macam jenis wayang Jawa yang dibuat oleh para wali, berjumlah 4 buah. 4. Pembagian/klasifikasi yang terdapat dalam boneka wayang purwa, berdasarkan laki-laki/perempuan, raja/bukan raja, bentuk mata, posisi kaki, dan wanda. 5. Cara menata wayang di dalam kotak maupun wayang yang akan dipakai untuk pertunjukan kesenian. 6. Cara mengatur perangkat gamelan sebagai pengiring pertunjukan wayang. 7. Daftar nama-nama segala sesuatu yang diperlukan untuk syarat sesaji. 8. Gendhing-gendhing yang dipergunakan dalam pergelaran wayang. 9. Sikap dan aturan yang harus dilakukan oleh para dalang di dalam menunaikan tugasnya. 10. Tatacara memainkan cempala dan keprak beserta fungsinya. 11. Keterangan bermacam-macam suluk dalam patet nem, sanga, dan manyura. 12. Tatacara memegang cempurit dan bentuknya. 13. Pengetahuan mengenai sabetan dan tanceban wayang. 14. Contoh beberapa macam suluk (pathetan, ada-ada, dan sendhon) beserta cakepan atau syairnya. 15. Tatacara memakai/mengenakan pakaian Jawa«njuk seorang dalang. 16. Lakon Mintaraga atau Arjunawiwaha dalam bentuk jangkep. 17. Keterangan mengenai makna masing-masing peralatan yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.11-NR 215
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
M. Lagutama
Abstrak :
Naskah ini merupakan alih aksara dari naskah FSUI/WY.11. Penyalinan dilakukan staf Panti Boedaja pada tahun 1932, di Yogyakarta. Lihat deskripsi naskah WY.11 tersebut untuk keterangan selanjutnya. Bandingkan MSB/W.6 dan LOr 6692 untuk eksemplar lain naskah ketikan ini.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.12-HA 52a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Seperti halnya FSUI/WY.10, naskah ini merupakan salinan ketikan dari naskah KBG 567. Lihat deskripsi WY. 10 tersebut untuk keterangan selanjutnya.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.13-A 11.03
Naskah  Universitas Indonesia Library