Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Latisha Maulana
Abstrak :
Latar Belakang: Ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) telah terbukti secara in vitro memiliki khasiat sebagai anti Candida albicans (C.albicans). Dalam upaya pengembangan tanaman obat tersebut sebagai obat herbal terstandar anti C.albicans, ekstrak etanol temulawak telah diformulasikan menjadi obat tetes oromukosa. Temulawak mengandung kurkumin yang merupakan senyawa polifenolik berwarna kuning yang dapat menyebabkan diskolorasi gigi. Tujuan: Mengetahui pengaruh paparan obat tetes ekstrak etanol temulawak terhadap warna email gigi. Metode: Gigi premolar tanpa karies dan defek struktural dicelupkan dalam obat tetes ekstrak etanol temulawak, CHX 0,2%, dan akuades selama 1 menit kemudian dibilas dan direndam dalam akuades selama 10 menit pada suhu 37oC. Tahapan dilakukan sebanyak 42 siklus (simulasi penggunaan 2 minggu) dan 63 siklus (simulasi penggunaan 3 minggu). Analisis warna dilakukan menggunakan colorimeter pada 3 tahap waktu yaitu sebelum paparan, setelah paparan, dan setelah penyikatan gigi. Nilai yang didapatkan berupa ΔE yang menunjukkan selisih nilai pengukuran warna email sebelum dan setelah paparan obat serta sebelum dan setelah penyikatan. Hasil: Pada tahap waktu T1-T3 simulasi penggunaan 2 minggu dan 3 minggu, nilai ΔE>3.3 pada ketiga kelompok sehingga terlihat adanya perubahan warna yang signifikan antara warna gigi awal dan setelah penyikatan gigi. Terdapat perubahan warna gigi yang signifikan setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi. Kesimpulan: Obat tetes ekstrak etanol temulawak mengakibatkan perubahan warna email gigi yang signifikan. Penyikatan gigi dapat mengurangi efek perubahan warna pada email gigi. ......Background: Javanese Turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ethanol extract is known to have antifungal properties against Candida albicans (C.albicans) based on in vitro studies. The next step in developing a standardised herbal medicine is by formulating Javanese Turmeric Ethanol Extract into oromucosal drops. Curcumin found in javanese turmeric is a yellowish polyphenolic compound that has the potential to cause staining on the enamel. Objective: This study is aimed to evaluate the effect Javanese Turmeric ethanol extraxt oromucosal drops on discoloration of the dental enamel. Method: Premolars with no caries and structural defects are immersed in the Javanese Turmeric ethanol extract oromucosal drops, a 0,2% CHX mouthwash, and distilled water for 1 minute. After rinsing, they are then immersed in distilled water for 10 minutes at 37oC. The method mentioned is repeated for 42 cycles (2-week simulation) and 63 cycles (3-week simulation). Color assessment is done using a colorimeter at three different time points: before immersion, after immersion, and after brushing. Results will be shown as ΔE which is the color difference of enamel before and after immersion, as well as before and after toothbrushing. Result: At time point T1-T3 for the 2-week and 3-week simulation, the ΔE score is greater than 3.3 on all three groups indicating a significant color difference before immersion and after toothbrushing. A significant color difference is observed after toothbrushing with toothpaste. Conclusion: Javanese Turmeric ethanol extract oromucosal drops cause a significant tooth discoloration. Brushing had significant effect on removal of induced stains.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armida Sofyanis
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan ukuran rata-rata rahang kelompok Deutero Melayu pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Cetakan rahang mahasiswa diambil dan dibuat model rahang. Kemudian dilakukan pengukuran pada model tersebut dalam milimeter. Yang diukur adalah : panjang rahang dan lebar rahang, serta panjang lengkung gigi. Kemudian dicari ukuran rataratanya. Selain dari itu, dibedakan Pula bentuk rahang yang persegi dan yang oval. Dari gambaran bentuk lengkung rahang yang didapat,ternyata bentuk lengkung rahang yang oval, persegi, dan rata-rata ( gabungan oval dan persegi ), tidak menunjukkan banyak perbedaan, bila dikaitkan dengan ukuran sendok cetak yang sesuai. Hasil penelitian didapatkan ukuran rata-rata rahang,yang terdiri dari panjang rahang, lebar rahang, dan panjang lengkung rahang.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widayati
Abstrak :
Injeksi PGE2 pada mukosa bukal bersamaan dengan tekanan ortodonti dapat mempercepat pergerakan gigi. Namun metode ini mempunyai kekurangan yaitu resorpsi tulang alveolar dan akar gigi yang besar serta rasa sakit. Gel digunakan sebagai media penghantar, menggantikan bentuk injeksi. Stabilitas PGE2 dalam gel, efek aplikasi gel PGE2 pada pergerakan gigi, konsentrasi RANKL pada GCF dan serum serta resorpsi tulang alveolar dan resorpsi akar gigi belum pernah diketahui. Penelitian ini eksperimental laboratorium in vitro untuk uji stabilitas gel PGE2 lyophillized dan in vivo pada Macaca fascicularis. Mukosa bukal kaninus kanan dioleskan gel PGE2, sedangkan kaninus kiri dioleskan gel tanpa PGE2, keduanya disertai tekanan ortodonti, pada awal, jam kedua dan keempat, selama dua menit. Pengolesan gel, pengukuran pergerakan gigi, pengambilan darah dan GCF, dilakukan setiap minggu. Macaca dieuthanasia, dinekropsi lalu dibuat sediaan histologi dan dievaluasi dengan TRAP. Gel PGE2 lyophillized tidak stabil, sehingga dibuat resenter paratus. Gel PGE2 dapat mempercepat pergerakan gigi 1,8 kali, RANKL dan resorpsi tulang alveolar lebih besar dari kontrol, serta resorpsi akar sama dengan kontrol. Gel PGE2 mempunyai prospek sebagai medikasi topikal untuk mempercepat pergerakan gigi ortodontik.
The injection of PGE2 on buccal mucosa along with orthodontic force could accelerate orthodontic tooth movement. Nevertheless, this method also has adverse effects such as pain, over resorption of the alveolar bone and root structure. PGE2 gel to substitute the necessity of injection. Hence, the effect of PGE2 gel on the rate of tooth movement and RANKL concentration in GCF and blood serum also alveolar bone and root resorption is yet to be determined. This study was an experimental laboratory in vitro to know the stability of PGE2 gel lyophillized and in vivo in Macaca fascicularis. PGE2 gel was applied on buccal mucosa of right canine along with orthodontic force and non- PGE2 gel on left canine on beginning, second, and fourth hour each for two minutes. Gel application, tooth movement measurement, blood sample, and GCF were done every week. Macaca euthanized, and made histology ​​ and evaluated by TRAP. PGE2 gel was made resenter paratus due to instability. Results showed that PGE2 gel enhanced tooth movement 1.8 times, RANKL and alveolar bone resorption were greater than control and root resorption was similar to control. PGE2 gel had a good prospect as topical medication to enhance tooth movement in orthodontics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Monika S.N. Andarmawanti
Abstrak :
Latar Belakang: Barodontalgia adalah nyeri gigi yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara lingkungan dan dapat terjadi pada penerbang yang mengalami perubahan tekanan udara saat fase terbang. Barodontalgia merupakan gejala perkembangan dari kondisi patologis gigi yang sudah ada sebelumnya. Tujuan: Menganalisis hubungan kondisi patologis karies dentin, pulpitis, nekrosis, periodontitis apikalis, restorasi rusak, serta impaksi molar ketiga dengan kejadian barodontalgia pada penerbang sipil Indonesia. Metode: Cross-sectional, subjek dipilih non-random yang memiliki kondisi patologis. Pemeriksaan klinis dan kuesioner diberikan pada 210 subjek. Hasil dan Kesimpulan: Dua puluh lima subjek (12,3%) dari 204 subjek mengalami barodontalgia. Kondisi patologis yang berhubungan dengan barodontalgia adalah pulpitis. ...... Background: Barodontalgia is a tooth pain caused by changes in ambient barometric pressure and could affected a pilot. Barodontalgia is a symptom of pre-existing pathological condition of tooth. Aim: To analyze the relationship of pathological conditions dentine caries, pulpitis, pulp necrosis, apical periodontitis, defective tooth restoration, and impacted third molars with barodontalgia on Indonesian civilian pilots. Methods: Cross-sectional study. Selected non-random, based on dental pathological conditions. Clinical examination and questionnaire were given to 210 subjects. Results and Summary: Twenty five (12,3%) from 204 subjects experienced barodontalgia. Pathological condition that has significant relationship with barodontalgia is pulpitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Larissa
Abstrak :
Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kemungkinan kehilangan gigi juga akan semakin banyak. Kehilangan gigi terutama pada bagian posterior menyebabkan berkurangnya zona dukungan gigi posterior yang akan menyebabkan perubahan fungsi mastikasi (kemampuan mengunyah makanan) dan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan umum sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini yang pada akhirnya membuat seseorang merasa membutuhkan suatu bentuk perawatan. Permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendorong (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tujuan:Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia. Metode: Penelitian ini dilakukan secara cross sectional pada 82 subjek yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengikuti bakti sosial di Puskesmas Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pada subjek dilakukan pemeriksaan klinis intraoral, pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut, dan lembar isian permintaan gigi tiruan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan. ...... Background: As we get older, the possibility of tooth loss will also increase. Missing teeth in the posterior area will reduce the number of occlusal support zones and will cause changes in the masticatory function. These changes may have impact on general health and affect the quality of life. This is what ultimately makes a person need some form of care. A person's demand for health services is influenced by predisposing factors which include knowledge, attitude, and practice. Obejctives: To analyze the relationship between oral health knowledge, attitude, and practice toward denture demand in the pre- elderly and elderly. Methods : This research was conducted with a cross sectional design on 82 subjects aged over 45 years old who attended social services at the public health center located on Panggang Island, Kepulauan Seribu. Oral examination were performed, and interview for oral health knowledge, attitude, and practice and denture demand questionnaire were conducted. Data were analyzed using Chi-Square test. Results: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand (p=0,000). Conclusion: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand whilst oral health attitude and practice did not.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiesta Ellyzha Eka Hendraputri
Abstrak :
Essential oil mampu membunuh bakteri penghasil VSCs penyebab bau mulut sehingga penelitian ini ingin menguji efektivitas strip dari edible-film mengandung lima macam essential oil terhadap bau mulut. Penelitian ini adalah uji klinis menggunakan desain cross-over, randomized-double-blind, dan placebo-controlled-trial dengan 15 partisipan laki-laki. Parameter yang diukur adalah tongue coating, skor organoleptik, dan VSCs. Berdasarkan hasil penelitian, strip essential oil tidak efektif menurunkan tongue coating, namun, terbukti efektif menurunkan skor organoleptik hingga 60 menit dan menurunkan VSCs hingga 30 menit. Placebo tidak efektif menurunkan ketiga parameter bau mulut. Oleh karena itu, strip essential oil lebih efektif menurunkan bau mulut dibandingkan dengan placebo.
Essential oil could kill the VSCs-producing bacteria, so, this research was to determine the efficacy of strip made from edible-film containing five types of essential oil on oral malodor. This research was clinical trial using cross-over, randomized-double-blind, and placebo-controlled-trial design with 15 male participants. The measured parameters were tongue coating, organoleptic score, and VSCs. From the result, essential oil strip couldn`t reduce tongue coating, however, it was significantly reduce organoleptic score until 60 minutes and VSCs until 30 minutes. Placebo couldn`t reduce all three oral malodor parameters. So, essential oil strip is more effective than placebo in reducing oral malodor.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Iskandar
Abstrak :
Kopi menyebabkan diskolorasi gigi. Asam oksalat daun bayam dan kalsium susu membentuk kristal kalsium oksalat. Untuk menganalisis pengaruh larutan ekstrak daun bayam dan susu terhadap tingkat diskolorasi gigi akibat kopi, spesimen yang terdiri atas kontrol serta kelompok yang direndam larutan ekstrak daun bayam 10%, 20%, dan 30% yang dicampur susu, kemudian dipapar kopi. Perubahan warna gigi diuji. ΔL berbeda bermakna pada Uji Kruskal-Wallis. T-Test dan uji Wilcoxon memperlihatkan perbedaan bermakna perubahan warna kelompok uji dan kontrol. Uji korelasi Pearson tidak menunjukkan korelasi bermakna konsentrasi dan perubahan warna. Larutan ekstrak daun bayam dan susu dapat mengurangi tingkat diskolorasi gigi akibat kopi.
Coffee causes teeth discoloration. Spinach leaves oxalic acid and milk calcium form calcium oxalate crystal. To analyze level of tooth discoloration due to coffee, specimens consisted of control and groups immersed in 10%, 20%, and 30% spinach leaves extract plus milk were immersed in coffee. Teeth color change were measured. Kruskal-Wallis test showed significant difference of ΔL*. T-Test and Wilcoxon Test showed significant teeth color change between immersion group and control. Pearson Corelation Test showed no significant corelation between extract concentration and tooth color change. Spinach leaves extract solution and milk can decrease level of tooth discoloration due to coffee.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ardia Rosevita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyangraian biji kopi terhadap perubahan warna gigi. Delapan belas gigi premolar manusia direndam selama 30 jam, 45 jam, atau 60 jam dalam minuman kopi dengan biji kopi yang disangrai 10 menit, 15 menit, atau 20 menit pada suhu 210oC. Pengukuran warna dilakukan dengan alat Vita Easy Shade. Hasil menunjukkan terdapat perubahan warna gigi yang berbeda tidak bermakna antar kelompok waktu penyangraian biji kopi dan terdapat perubahan warna gigi yang berbeda bermakna pada perendaman dalam minuman kopi selama 60 jam. Disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh waktu penyangraian biji kopi terhadap perubahan warna gigi. ......The aim of this study was to determine the effect of coffee beans roasting time on tooth discoloration. Eighteen human premolar teeth were immersed for 30 hours, 45 hours, or 60 hours in the coffee beverage at which the beans were roasted at 210oC for 10 minutes, 15 minutes, or 20 minutes. The color value was measured using the Vita Easy Shade. There was no significant color change between the coffee beans roasting time. There were significant tooths color change which immersed in the coffee beverage after 60 hours. In conclusion, there was no effect of coffee beans roasting time on tooth discoloration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Nindyorini Hutami
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu penyangraian biji kopi terhadap perubahan warna gigi. Dilakukan menggunakan delapan belas gigi premolar post-ekstraksi yang direndam selama 30 jam, 45 jam, dan 60 jam dalam minuman kopi yang biji kopinya disangrai pada suhu 210⁰C, 230⁰C, dan 250⁰C selama 20 menit. Perubahan warna gigi dihitung berdasarkan CIEL*a*b*. Dihasilkan perubahan warna gigi yang berbeda bermakna antar suhu penyangraian biji kopi dan terdapat perubahan warna gigi yang berbeda bermakna pada kelompok suhu penyangraian 250⁰C dalam perendaman selama 60 jam. Disimpulkan terjadi perubahan warna pada gigi dalam perendaman minuman kopi meskipun dengan pengaturan suhu penyangraian yang berbeda. ......The aim of the research was to analyze the effect of coffee roasting temperature on tooth discoloration. Eighteen post-extracted premolar teeth were immersed in coffee beverage,at which the beans were roasted at 210⁰C, 230⁰C or 250⁰C, for 20 minutes. The color value was measured using CIE L*a*b* system. There were significant changes in tooth color due to different coffee roasting temperatures. There were significant tooth color changes which immersed for 60 hours in the coffee beverage at which the beans were roasted at 250⁰C. In conclusion, there were changes in tooth color after immersing in coffee solution despite different coffee roasting temperature.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia
Abstrak :
Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap status nutrisi. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80 tahun. Subjek diperiksa kehilangan giginya kemudian diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA). Data dianalisis menggunakan piranti lunak statistik. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status nutrisi (p=0,712) dan antara pemakaian gigi tiruan dan status nutrisi (p=0,252). Ditemukan hubungan bermakna antara usia dan status nutrisi, tingkat pendidikan dan status nutrisi, serta usia dan pemakaian gigi tiruan. ...... Teeth loss and denture wearing can affect a person's food intake. The purpose of this study was to analyze the relation of tooth loss and denture wearing on nutritional status. The study was conducted with a cross-sectional method on 129 subjects aged 34-80 years. Subjects had their teeth checked and interviewed using Mini Nutritional Assessment (MNA) questionnaire. Data was analyzed using statistical software. The result of chi-square analysis showed no significant relation between tooth loss and nutritional status (p = 0.712) and between denture wearing and nutritional status (p = 0.252). Relation was found between age and nutritional status, educational level and nutritional status, and the age and denture wearing.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>