Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afi Savitri Sarsito
Abstrak :
Pemilihan topik "fissured tongue" untuk penelitian adalah karena pada dasarnya masyarakat masih awam tentang kelainan ini sehingga sering mereka datang dengan keluhan ada celah-celah pada lidahnya yen disertai rasa pedih dan panas, bahkan juga suatu 'cancer phobi'. Oleh karena itu kami tergerak untuk meneliti tersebut dan membatasi pada anak Panti asuhan se Jakarta Pusat.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi 'fissured tongue' didalam masyarakat Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelainan ini. Tujuan khusus adalah untuk mengetahui prosentasi 'fissured tongue' pada anak Panti Asuhan se Jakarta Pusat, perbedaan prosentasinya pada anak laki-laki dan perempuan serta distribusi 'fissured tongue' berdasarkan lokasi dan dalamnya fissura.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Chaerunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) anak usia 3-5 tahun masih tinggi. Lidah merupakan sumber bakteri terbesar pada rongga mulut. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies. Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah anak usia 3-5 tahun kategori risiko karies rendah dan tinggi. Metode: Sampel plak lidah diekstraksi DNA dan dikuantifikasi dengan Real-Time PCR. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kuantitas Oral Veillonella yang signifikan pada plak lidah subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi (p>0,05). Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kategori risiko karies rendah.
ABSTRACT
Background:The prevalence of Early Childhood Caries (ECC) among 3-5 years old children is still high. Tongue is the biggest bacterial source in mouth. Oral Veillonella is bacteria that associate with dental caries. Objectives: Analyze the presence and comparison of Oral Veillonella quantity on the tongue plaque among 3-5 years old children with low and high caries risk category. Methods: The tongue plaque DNA are extracted and quantified by Real-Time PCR. Results: There was no significant difference of Oral Veillonella quantity between low and high caries risk category (p>0,05). Conclusion: Quantity of Oral Veillonella on the tongue plaque‟s with high caries risk is more than low caries risk.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kirana Widowati
Abstrak :
Tumor lidah merupakan pertumbuhan sel kanker rongga mulut yang menjangkit pada jaringan lidah yang ditandai sehingga merusak fungsi lidah. Tanda gejala kanker lidah ditunjukkan dengan status kesehatan oral yang memburuk dimana timbul benjolan di lidah, sariawan yang disertai dengan sakit tenggorokan kronik, kehilangan fungsi menelan, serta muncul bercak warna merah atau putih pada lidah. Salah satu intervensi keperawatan mandiri berbasis bukti dalam meningkatakn status kesehatan oral pada pasien kanker lidah yaitu melakukan kebersihan mulut dengan kumur larutan teh hijau. Teh hijau berasal dari tanaman Camellia sinensis yang diketahui mengandung polifenol & katekin yang memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi, antitumor, dan antimikroba untuk mengendalikan kerusakan mulut, periodontitis kronis, karies gigi, dan kanker mulut. Berkumur dengan secara rutin dengan teh hijau telah terbukti dapat meningkatkan serta mempertahankan status kesehatan mulut pada pasien kanker rongga mulut. ......Tongue tumors are the growth of oral cancer cells that infect the tongue tissue, thereby damaging the function of the tongue. Symptoms of tongue cancer are indicated by worsening oral health status where lumps appear on the tongue, mucositis accompanied by chronic sore throat, dysphagia, and red or white spots appearing on the tongue. Nurisng intervention based on evidance to improve oral health status in tongue cancer patients is carrying out oral hygiene by gargling with green tea solution. Green tea comes from the Camellia sinensis plant which is known to contain polyphenols & catechins which have antioxidant, anti-inflammatory, antitumor and antimicrobial to control oral decay, chronic periodontitis, dental caries and oral cancer. Routine gargling with green tea has been proven to improve and maintain oral health status in oral cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audi Amanda Meidi
Abstrak :
Interferensi fonologis sangat mungkin terjadi pada proses pemelajaran bahasa asing karena adanya kontak antara dua bahasa dan menyebabkan akan sering ditemukan mencampuradukkan sistem bahasa antara sistem bahasa ibu pemelajar dan bahasa asing yang sedang dipelajari. Penelitian ini membahas mengenai penyimpangan bunyi yang disebabkan oleh interferensi bahasa yang terjadi pada pemelajar pemula bahasa Prancis di dua lembaga kursus berbeda di Indonesia, yaitu Institut Français d'Indonésie (IFI) dan Lembaga Bahasa Internasional (LBI). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan sumber data dari rekaman pengucapan 28 kata yang diambil secara acak dari buku Tendances A1 (2016) dan Génération A1 (2016) yang merupakan buku ajar para subjek penelitian: 10 pemelajar dari masing-masing lembaga. Dari 28 kata yang diberikan, subjek penelitian diminta masing-masing membuat 28 kalimat, yang kemudian selanjutnya mereka bacakan dan direkam. Hasil analisis berdasarkan teori Weinreich (2010) menunjukkan bahwa interferensi terjadi di semua subjek penelitian dengan jenis interferensi terbanyak adalah substitusi fonem Prancis dengan fonem bahasa Indonesia karena pengaruh kebiasaan membaca sesuai dengan tulisan atau pengaruh bahasa Inggris. Hal ini mendukung temuan beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh cara pembacaan tulisan bahasa Indonesia, pengaruh bahasa nasional dan atau bahasa kedua. Kesalahan realisasi bunyi juga dilakukan karena para subjek penelitian kurang berlatih dan kurang perhatian sehingga mereka tidak menyadari bahwa perbedaan realisasi bunyi ketika melafalkan sebuah kata dalam bahasa Prancis dapat mengubah arti. Pemilihan buku ajar, kurangnya jam belajar, pengajaran daring, dan penggunaan bahasa Indonesia oleh pengajar memengaruhi interferensi pemelajar dari dua lembaga tersebut. ......Phonological interference is very likely to happen in the process of learning a foreign language. This occurs because there is contact between the two languages which confuses the language system between the learners' mother tongue and the foreign language being studied. This study discusses sound distortion caused by language interference that occurs in French beginner learners at two different course institutions in Indonesia, namely Institute Français d'Indonésie (IFI) and Lembaga Bahasa Internasional (LBI). The research method used is a qualitative method with data sources from the recorded pronunciation of 28 words taken randomly from Tendances A1 (2016) and Génération A1 (2016) which are textbooks for research subjects: 10 students from each institution. Of the 28 words given, each of the research subjects was asked to make 28 sentences, which they then read and recorded. The results of the analysis based on Weinreich's (2010) theory show that interference occurs in all research subjects with the most type of interference is the substitution of French phonemes with Indonesian phonemes due to the influence of reading habits by written or English influences. This supports the findings of several previous studies regarding the influence of how Indonesian is read, the influence of national and/or second languages. Sound realization errors were also made because the research subjects lacked practice and lack of attention so they did not realize that differences in sound realization when pronouncing a word in French could change the meaning. Textbook selection, lack of study hours, online teaching, and the use of Indonesian by teachers affect student interference from the two institutions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Falatehan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan konsonan linguo-palatal.

Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram, yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas berbicara.

Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.

Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat (uji repeated ANOVA).

Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.

Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa Indonesia.
ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.

Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a specified activity, usually speech.

Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially ‘s’ and ‘z’.

Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20 males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat analysis (Repeated ANOVA test).

Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’ consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31, with standard deviation are 92,28 and 107,61.

Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal consonant.
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fachrizal
Abstrak :
ABSTRAK
Secara visual, sulit untuk membedakan antara perokok dan bukan perokok bahkan untuk dokter atau dokter gigi yang berpengalaman. Salah satu cara yang paling obyektif untuk mengenali lidah perokok adalah dengan menggunakan alat seperti kamera. Penelitian yang relevan menemukan bahwa kelainan pada permukaan lidah dapat ditangkap oleh kamera HS pada rentang spektrum 650 - 900 nm. Sistem yang diusulkan terdiri dari dua bagian, perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari rangka aluminium, slider, sebuah sumber cahaya halogen dan kamera HS dengan rentang spektral antara 400-1000 nm yang terhubung ke komputer. Sistem dilengkapi oleh perangkat lunak pengolah citra hiperspektral yang dirancang untuk mendeteksi lidah perokok. Nilai reflektansi permukaan lidah diekstraksi dari citra lidah responden yang sebelumnya dikoreksi dengan menggunakan referensi citra hiperspektral gelap dan terang. Merata-ratakan data reflektansi spektral disetiap region lidah dilakukan untuk mengubah fitur yang ada menjadi ruang dimensi yang lebih kecil. Principal Component Analysis PCA digunakan untuk menghitung dan memilih subset fitur yang akan digunakan sebagai input oleh pengklasifikasi. Support vector machine SVM digunakan sebagai model klasifikasi citra karena kinerjanya sangat baik untuk memilih separator hyperplane terbaik di antara dua kelas yang berbeda. Sejumlah sampel citra lidah diakuisisi, diolah dan diklasifikasikan sebagai lidah perokok dan bukan perokok oleh sebuah sistem pengukuran hiperspektral. Evaluasi hasil sistem diperiksa menggunkan confusion matriks dengan menjadikan false positive rate FPR , false negative rate FNR , sensitivity dan specificity sebagai parameter kehandalan sistem. Validasi terhadap hasil pengukuran dilakukan menggunakan metode k-fold cross validation dengan rata-rata error klasifikasi SVM sebagai parameter akurasi sistem prediksi. Sistem deteksi perokok untuk mengidentifikasi smoker rsquo;s melanosis ini berhasil mengklasifikasi lidah perokok dan bukan perokok dengan akurasi yang baik.Kata kunci: Hiperspektral, SVM, Fingerprint, Lidah, Perokok.
ABSTRACT
Visually, it is difficult to diffrentiate between smoker and non smoker tongue even for an experienced doctor or dentist. One of the most objective way to acknowledge the smoker tongue is by using tools such as camera. The relevant research found that lession on tongue surface possible to be captured by hiperspektral camera in spectral range 650 ndash 900 nm. The proposed system contains of two parts, hardware and software. The hardware consists of workbench, slider, a halogen light source and hyperspectral camera with spectral range between 400 1000 nm connected to personal computer. The system complemented with hiperspektral image processing software built up especially to analyse the smoker tongue. The reflectance values of tongue surface was extracted from respondent tongue image that previously corrected using white and dark hiperspektral image references. Averaging all of spectral data have been done to transform the existing features into a lower dimensional space. The principal component analysis PCA was used to compute and select the features subset which will be used as an input by the classifier. The support vector machine SVM classifier is used as image classification model since it perform excellent to choose the best hyperplane separator between two difference classes. A number of samples of the tongue image were acquired, processed and classified as smokers and non smokers tongue by a hyperspectral measurement system. The evaluation of system result is checked using confusion matrix by making false positive rate FPR , false negative rate FNR , sensitivity and specificity as system reliability parameters. Validation of the measurement results was done using k fold cross validation method with average error classification SVM as parameter of system prediction accuration. Smoker detection system to identify smoker rsquo s melanosis is successfully classify the tongue of smokers and non smokers with good accuracy.Keywords Hiperspektral, Reflectance, Smoker, Tongue, Diagnosis, SVM, PCA
2017
T49745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Elisabeth
Abstrak :
Penelitian ini fokus pada fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis dan hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi dan distribusi dari lesi tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin pada 312 pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Studi ini merupakan survei epidemiologi deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Data diperoleh melalui pemeriksaan klinis dan wawancara. Fissure tongue merupakan lesi yang paling sering ditemukan (46,5%) diikuti geographic tongue (3,2%), median rhomboid glossitis (1,3%) dan hairy tongue (1,3%). Semua lesi tersebut ditemukan lebih sering pada pasien pria. Fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis dan hairy tongue memiliki prevalensi paling tinggi pada kelompok usia 61-68 tahun, 5-12 tahun, 53-60 tahun dan 13-20 tahun, secara berurutan.
This study is focused on fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis and hairy tongue. The purpose of this study is to determine the prevalence and distribution of these lesions according to age and gender in 312 patients who visited University of Indonesia dental hospital. This study has been done by cross sectional descriptive epidemiological survey. The data were collected by clinical examination and interview. Fissure tongue was observed most frequently (46.5%) followed by geographic tongue (3.2%), median rhomboid glossitis (1.3%) and hairy tongue (1.3%). All of these lesions are more common in male patients. Fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis, and hairy tongue had the highest prevalence in 61-68 years old, 5-12 years old, 53-60 years old, 13-20 years old, respectively.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Avy Retno Handayani
Abstrak :
Latar belakang: Patensi jalan napas merupakan hal paling penting dalam manajemen pasien di dalam kamar operasi maupun di luar kamar operasi. Kegagalan ataupun keterlambatan dalam manajemen jalan napas akan membawa dampak yang buruk terhadap morbiditas maupun mortalitas pasien. Prediksi kesulitan jalan napas dapat dilakukan dengan penilaian klinis maupun pemeriksaan penunjang. Cormack-Lehane grading telah lama digunakan sebagai prediksi kesulitan laringoskopi melalui visualisasi laring. Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh W Yao dan Bin Wang, dikatakan ukuran lebar lidah diatas 6.0 cm dapat menjadi prediksi terjadinya kesulitan intubasi. Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan intubasi adalah kesulitan laringoskopi yang ditandai dengan Cormack Lehane Grading ≥ 3. Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah terdapat hubungan ukuran lebar lidah dengan kesulitan laringoskopi yang ditandai dengan Cormack Lehane Grading. Metode: Penelitian observasional prospektif dengan desain cross sectional ini dilakukan di Instalasi Bedah Pusat, CCC, dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Juli sampai September 2022. Populasi subjek adalah pasien yang akan menjalani pembedahan dengan pembiusan total dan menggunakan ETT. Ketebalan lidah diukur dengan menggunakan ultrasonografi. Penilaian Cormack Lehane Grading dilakukan melalui visualisasi laring pada saat laringoskopi dan sebelum dilakukan intubasi endotrakeal. Hasil: Kelompok subjek dengan karakteristik sulit intubasi berdasarkan Cormack Lehane Grading (≥3) terbukti memiliki rerata ketebalan lidah yang lebih tebal dibandingkan kelompok mudah intubasi. Kelompok sulit intubasi juga terbukti memiliki Modified Mallampati Score yang lebih tinggi. Kesimpulan: Ketebalan lidah dan Modified Mallampati Score berhubungan dengan sulit intubasi berdasarkan Cormack Lehane grading, sehingga dapat digunakan sebagai prediktor kesulitan jalan napas. ......Background: Airway patency is a critical variable to maintain, either in perioperative or emergency setting. Failure or delay in airway management is associated with life-threatening complications. Prediction of difficult airway management can be done through bedside clinical examination and/or further investigations. Cormack Lehane grading has long been known as a parameter to assess difficult airway by visualization of the larynx. According to W Yao and Bin Wang, tongue thickness > 6.0 cm may be a predictor of difficult airway. One of the factors associated with difficult-to-intubate patients is difficult laryngoscopy as indicated by Cormack Lehane grading ≥ 3. This study aimed to investigate the correlation between tongue thickness and difficult laryngoscopy assessed through Cormack Lehane Grading. Methods: This prospective observational study was conducted in Central Surgery Unit, CCC, and Kirana Unit of Cipto Mangunkusumo General Hospital in the period of July to September 2022. This study involved patients undergoing surgical interventions with general anesthesia and endotracheal intubation. Tongue thickness of each subject was assessed by ultrasonography. The assessment of Cormack Lehane grading in each subject was conducted through visualization of the larynx during laryngoscopy and prior to tracheal intubation. Results: Difficult-to-intubate group characterized by Cormack Lehane grading ≥3 was associated with thicker tongue and higher Modified Mallampati score. Conclusion: Tongue thickness and modified Mallampati score were associated with difficult laryngoscopy and endotracheal intubation based on Cormack Lehane grading. Therefore, tongue thickness may serve as a potential predictor of difficult airway.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The aim of this study is to obtain information about the mouse tongue muscle rendered using micro-computed tomography (μCT) at low, middle, and high magnifications. Three-dimensional (3D) μCT is used in various fields. Most μCT observations are restricted to hard tissue in biomaterial samples. Recently, with the use of osmium tetroxide, μCT has been effectively employed to observe soft tissue; it is now believed that μCT observation of soft tissue is feasible. On the other hand, the structure of the tongue muscle has been well studied, but cross-sectional imaging enhanced by 3D rendering is lacking. We chose the mouse tongue as a soft tissue case study for μCT and generated cross-sectional images of the tongue enhanced by 3-D image rendering with histological resolution. During this observation, we developed new methods of low-magnification observation to show the relation between the tongue muscles and surrounding tissues. We also applied high-resolution μCT in high-magnification observation of muscle fiber fascicles. Our methodological techniques give the following results: (1) For low-magnification observation (field of view: 12,000 μm), pretreatment with decalcification and freeze drying is suitable for observing the area between the muscle of the tongue and the bone around the tongue using μCT. (2) For middle-magnification observation (Field of view: 3,500 μm), the use of osmium tetroxide to observe the muscle arrangement of the tongue by μCT is suitable. (3) For high-magnification observation (Field of view: 450 μm), high-resolution μCT is suitable for observation of the transversus muscle fiber fascicles.
ODO 103:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Lidah adalah barometer kesehatan yang mencerminkan kondisi sistemik. Geographic tongue adalah kondisi yang tidak membahayakan biasanya merupakan kondisi asimtomatik dengan etiologi yang tidak diketahui yang menyangkut epitel lidah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sebaran geographic tongue pada. Jenis peneltian adalah penelitian deskriptif mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Batasan populasi adalahmahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan 1999-2003. Jumlah sampel berjumlah 362. Cara penelitian yaitu dengan melakukan pemeriksaan klinis pada permukaan dorsal lidah dan status kebersihan mulut (oral hygiene index/OHI). Hasil penelitian dianalisis dengan uji chi-square. Hasil menunjukkan dari 362 mahasiswa yang diperiksa ditemukan 8 kasus (2,21%) geographic tongue yang terdiri dari 5 pria (6,25%) dan 3 wanita (1,06%). Delapan penderita geographic tongue tersebar ditiap tahun angkatan akademik, terdiri dari 3 orang (4,17%) angakatan 2002 dan 1 orang (1,37%) angkatan 2003. Semua penderita geographic tongue memiliki status kebersihan mulut baik. Disimpulkan bahwa sebaran geographic tongue di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada bervariasi, jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian geographic tongue, sedangkan tahun angakatan akademik dan status kebersihan mulut tidah berpengaruh terhadap kejadian geographic tongue.
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>