Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Angel Theresia Rouli
"Penghidupan meliputi orang-orangnya, aset, kemampuan, pendapatan, dan aktivitas untuk kehidupan. Penghidupan dikatakan berkelanjutan ketika teratasi dari tekanan, bertahan serta meningkatkan kapasitasnya untuk sekarang dan masa depan, sementara tidak merusak alam. Pendekatan penghidupan berkelanjutan merupakan salahsatu jenis pendekatan dalam intervensi penghidupan untuk mencapai keberlanjutan. Pulau Mare dan sekitarnya merupakan kawasan lindung yang memiliki keanekaragaman hayati dan potensi tinggi untuk kegiatan perikanan dan kelautan. Ada peraturan dan batasan yang diberlakukan dalam pemanfaatan maupun pengelolaan kawasan lindung. Pada Pulau Mare dan sekitarnya juga terdapat desa-desa pesisir yang memungkinkan adanya perbedaaan karakteristik ruang. Pentingnya keberadaan kawasan lindung berimbas pada penghidupan manusia di sekitar desa sebagai tempat tinggal nelayan. Pembangunan desa dan kondisi perairan potensial menjadi karakteristik terbentuknya tipologi desa nelayan. Tipologi desa nelayan terbagi menjadi desa berkembang dan desa belum berkembang, serta desa dengan jarak dekat (< 4 mil) dan jarak jauh (>4 mil) terhadap perairan potensial. Variasi spasial tipologi desa nelayan menjadi dasar dari pola penghidupan berkelanjutan nelayan di Pulau Mare dan sekitarnya. Nelayan yang tinggal pada tipologi desa yang sama, belum tentu memiliki aset, strategi dan hasil penghidupan yang sama. Fenomena pada penelitian ini adalah nelayan pada desa berkembang dengan jarak dekat terhadap perairan potensial, paling banyak merupakan nelayan dengan tingkat kesejahteraan tinggi.

Livelihood includes people, assets, abilities, income, and activities for life. Livelihoods are said to be sustainable when they are overcome from pressure, survive, and increase their capacity for the present and future, while not destroying nature. The sustainable livelihood approach is one type of approach in livelihood interventions to achieve sustainability. Mare Island and its surroundings are protected areas that have high biodiversity and high potential for fisheries and marine activities. There are rules and restrictions that apply to the use and management of protected areas. On Mare Island and its surroundings there are also coastal villages which allow for different spatial characteristics. The importance of the existence of protected areas has an impact on the livelihoods of people around the village as a place for fishermen to live. Village development and potential water conditions characterize the formation of a fishing village typology. Typology of fishing villages is divided into developing and underdeveloped villages, as well as villages with short distances (<4 miles) and long distances (> 4 miles) to potential waters. The spatial variations in the typology of fishing villages are the basis for the sustainable livelihood patterns of fishermen in Mare Island and its surroundings. Fishermen who live in the same village typology do not necessarily have the same assets, strategies, and livelihood outcomes. The phenomenon in this study is that fishermen in developing villages with a close distance to potential waters are mostly fishermen with a high level of well-being."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Nur Fadillah
"Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi dinamika keberlanjutan mata pencaharian dan pemberdayaan perempuan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Provinsi Tangerang Selatan dengan tipologi berdasarkan keaktifan dan penerimaan pemberdayaan. Studi sebelumnya menganalisis Sustainable Livelihood (SL) agrikultur di lingkup kelompok membahas pemberdayaan, aset, dan relasi gender. Studi sebelumnya juga belum ada pembahasan mengenai pemberdayaan perempuan transformative dengan gender integration dan analisis institusi sosial pada kelompok petani perempuan di Indonesia. Maka perlu menganalisis mata pencaharian KWT secara komprehensif dengan institusionalisasi yang terbentuk dan pemberdayaan yang diterima. Penelitian ini berargumen bahwa dinamika mata pencaharian KWT yang berkelanjutan ditentukan oleh aset, strategi, capaian, dan penerimaan pemberdayaan yang dimiliki, tetapi masing- masing KWT memiliki konteks yang berbeda. Dengan menggunakan kerangka teori komprehensif SL (DFID 2001) dan pemberdayaan perempuan (WE) (CARE 2006), penelitian ini menemukan terdapat dinamika keberlanjutan mata pencaharian pada kedua tipologi unit analisis KWT di Tangerang Selatan, khususnya terdapat kepemilikan aset, strategi, capaian, dan penerimaan pemberdayaan yang berbeda. KWT yang aktif ditandai dengan aset baik, capaian positif, dan pembentukan secara bottom-up, dengan prospek berkelanjutan yang tinggi. KWT yang tidak aktif ditandai dengan aset terbatas, capaian negatif, dan penerimaan pemberdayaan top-down, dengan kondisi rentan. Pemberdayaan perempuan tidak menjadi pendorong terbesar dalam keberlanjutan mata pencaharian, karena dilakukan sebatas pada gender insensitive hingga responsive. Kunci utama keberlanjutan adalah dengan terbentuknya institusi sosial yang ideal dalam internal KWT. Penelitian ini merekomendasikan saran akademis, strategi perkuat keberlanjutan mata pencaharian untuk KWT, dan solusi alternatif dari temuan kendala pemberdayaan perempuan.

The aim of this study is to explore the dynamics of sustainable livelihoods and women’s empowerment within Kelompok Wanita Tani (KWT) in South Tangerang City, using a typology based on levels of activeness and empowerment acceptance. Previous studies have analyzed Sustainable Livelihoods (SL) in agricultural groups by discussing empowerment, assets, and gender relations. However, there has been a lack of research on transformative women’s empowerment using gender integration and social institutional analysis within women farmer groups in Indonesia. Therefore, this study aims to analyze the livelihoods of KWT comprehensively, including the institutionalization that forms within them and the types of empowerment received. This research argues that the sustainability dynamics of KWT livelihoods are determined by their assets, strategies, outcomes, and the degree of empowerment they experience — all of which vary depending on the specific context of each KWT. Using a comprehensive theoretical framework of SL (DFID, 2001) and Women’s Empowerment (CARE, 2006), this study finds that there are diverse livelihood sustainability dynamics across the two typologies of KWTs in South Tangerang. Active KWT are characterized by strong asset ownership, positive outcomes, and bottom-up formation, indicating a high potential for sustainability. In contrast, inactive KWT are marked by limited assets, negative outcomes, and top-down empowerment, making them more vulnerable. Women’s empowerment is not the primary driving factor of livelihood sustainability, as it tends to fall within the range of gender-insensitive to gender-responsive interventions. The main key to sustainability lies in the establishment of ideal social institutions within the internal structure of KWT. This study provides academic recommendations, strategic suggestions to strengthen livelihood sustainability in KWTsand alternative solutions based on the challenges found in the current model of women’s empowerment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library