Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christophorus Simadibrata
"Latar belakang: merupakan salah satu tindakan pembedahan yang mempengaruhi motilitas gastrointestinal. Penelitian Cihoric et al menunjukkan sebanyak 12,5% pasien pasca laparotomi mengalami komplikasi disfungsi gastrointestinal. Disfungsi pada motilitas gastrointestinal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada prosedur pembedahan abdomen. Dari 100 pasien operasi laparotomi digestif, ditemukan sebanyak 40% pasien di ICU mengalami peningkatan gastric residual volume pada pasien pasca operatif laparotomi digestif. Pemberian suplementasi dengan Lactobaciillus acidophilus diketahui dapat meningkatkan motilitas gaster.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hubungan antara pemberian probiotik Lactobacillus acidophillus dengan GRV.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental atau uji klinis acak tersamar ganda. Sebanyak 55 subjek yang mengikuti randomisasi, 54 subjek yang akan menjalani operasi laparotomi gastrointestinal dimasukkan ke dalam penelitian, 1 subjek drop out karena sepsis. Subjek penelitian diberikan kapsul probiotik Lactobacillus acidophilus 109 (kelompok probiotik) atau diberikan kapsul laktosa (kelompok plasebo) selama 3 hari sebelum operasi. Kadar GRV diukur 2 hari sesudah prosedur.
Hasil: Dari 54 subjek dengan 27 subjek tiap kelompok mengikuti penelitian hingga selesai. Pada hari pertama (24 jam), GRV 24 jam dengan pemberian probiotik dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p value 0,669). Pada hari ke 2 (48 jam), GRV 48 jam dengan pemberian probiotik dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p value 1,000). Hasil yang tidak signifikan pada GRV 24 jam dan 48 jam dapat dipengaruhi faktor perancu yaitu geriatri, riwayat kelainan saraf, obesitas, riwayat penggunaan vasopressor, riwayat konsumsi opioid, hiperkapnia dan hiperglikemia selama di ICU.
Simpulan: Pemberian probiotik Lactobacillus acidophilus dengan GRV tidak mempunyai efek hubungan dibandingkan dengan placebo.

Background: Laparotomy is a surgical procedure that affects gastrointestinal motility. Research by Cihoric et al showed that 12.5% ​​of post-laparotomy patients experienced complications of gastrointestinal dysfunction. Dysfunction in gastrointestinal motility is a frequent complication of abdominal surgical procedures. Out of 100 patients with digestive laparotomy surgery, it was found that as many as 40% of patients in the ICU experienced an increase in gastric residual volume in postoperative digestive laparotomy patients. Supplementation with Lactobaciillus acidophilus is known to increase gastric motility.
Aim: This study aims to determine the effect of the relationship between administration of Lactobacillus acidophillus probiotics and GRV.
Methods: The study design used was an experimental or double-blind randomized clinical trial. A total of 55 subjects who followed the randomization, 54 subjects who would undergo gastrointestinal laparotomy were included in the study, 1 subject dropped out due to sepsis. Research subjects were given probiotic capsules Lactobacillus acidophilus 109 (probiotic group) or given lactose capsules (placebo group) for 3 days before surgery. GRV levels were measured 2 days after the procedure.
Results: Of the 54 subjects with 27 subjects in each group, they followed the research to completion. On the first day (24 hours), the 24-hour GRV with the administration of probiotics and the control group showed insignificant results (p value 0.669). On day 2 (48 hours), GRV 48 hours with probiotic administration and the control group showed insignificant results (p value 1,000). Results that were not significant at GRV 24 hours and 48 hours could be influenced by confounding factors, geriatrics, history of neurological disorders, obesity, history of vasopressor use, history of consumption of opioids, hypercapnia and hyperglycemia while in the ICU.
Conclusion: Administration of Lactobacillus Acidophilus probiotics with GRV had no association effect compared to placebo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phopy Aropatin N, Kiki Korneliani
"Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Penyakit diare pada balita masih menjadi masalah. Di Sukarame pada umumnya masyarakat belum memiliki jamban pribadi, sehingga masih banyak yang BAB, mandi dan mencuci disatu tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas (dependen) dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu tentang diare, sikap ibu tentang diare dan praktek hygieni ibu sedangkan variabel terikatnya (independen) adalah kejadian diare pada balita. dengan jumlah populasi seluruh ibu yang memeriksakan balitanya ke puskesmas Sukarame Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1675 orang dan sampelnya sebanyak 94 orang. Berdasarkan uji chi-square diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah pendidikan ibu (p=0,044, OR=2,692), pekerjaan ibu (p=0,001, OR=3,81), pengetahuan ibu tentang diare (p=0,001, OR=6,57), praktek hygieni ibu (p=<0,001, OR=11,978) dan variabel yang tidak ada hubungan yaitu sikap ibu (p=0,056, OR=2,542). Saran untuk ibu-ibu agar selalu memperhatikan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan selalu mencuci tangan secara benar sebelum menyuapi, menyusui, memegang makanan serta sesudah buang air besar. Disamping itu pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khaira Utia Yusrie
"Latar Belakang: Keganasan saluran cerna bagian atas terutama esofagus dan gaster
merupakan penyebab kematian akibat kanker keenam dan ketiga di dunia. Beberapa
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan pasien pada
pasien keganasan esofagus, gaster dan duodenum dalam studi yang terpisah telah
banyak dilakukan, namun saat ini belum diketahui sepenuhnya faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas di
Indonesia dengan pengembangan model prognostik.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prognostik kematian 1 tahun pada pasien
keganasan saluran cerna bagian atas di Indonesia.
Metode: Studi kohort retrospektif berbasis data rekam medis pasien keganasan
saluran cerna bagian atas di RSUPN Cipto Mangunkusumo (2015-2019). Analisis
bivariat dan multivariat dengan uji statistik Cox Proportional Hazards Regression
Model dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor independen yang
mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas. Sistem skor
dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor-faktor tersebut.
Hasil: 184 pasien dianalisis, sebagian besar laki-laki (58,7%), dengan rata rata
usia 54,5 tahun. Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian adalah usia > 60 tahun dengan HR
1,93 (IK95% 1,30-2,88), indeks massa tubuh < 20 dengan HR 2,04 (IK95% 1,25-
3,33), riwayat merokok dengan HR 1,77 (IK95%1,20-2,61), performa status ECOG
> 2 dengan HR 3,37 (IK95% 2,11-5,37), stadium tumor dengan stadium 4 dengan
HR 9,42 (IK95% 1,27-69,98) dan stadium 3 HR 9,78 (IK95% 1,31-72,69), dan
derajat diferensiasi tumor dengan HR 2,30 (IK95% 1,48-3,58) Kesintasan 1 tahun
adalah 39,7% dengan median survival 9 bulan. Skor prognotik kematian keganasn
saluran cerna bagian atas yang dikembangkan memiliki nilai AUC yang baik 0,918
Kesimpulan: Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas adalah usia, indeks masa tubuh,
riwayat merokok, performa status, stadium tumor, derajat diferensiasi tumor dan
keterlambatan intervensi. Kesintasan 1 tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas
adalah 39,7%. Telah dibuat sistem skor prediksi probabilitas kematian keganasan
saluran cerna bagian atas

Background: Upper gastrointestinal malignancy especially esophageal and gastric
cancer is the sixth and third leading cause of cancer-related deaths worldwide.
Some studies have been done separately to investigate factors which associated
with survival in patients with upper gastrointestinal malignancy, but not fully
evaluated which factors associated with mortality patients with upper
gastrointestinal malignancy regarding variables and prognostic score model.
Objective: To assess prognostic factors for one-year mortality in patients with
upper gastrointestinal malignancy in Indonesia
Methods: Retrospective cohort study using the hospital database of patients with
upper gastrointestinal malignancy at Cipto Mangunkusumo Hospital (2015-2019).
Bivariate and multivariate cox proportional hazards regression analysis were
performed to identify independent factors associated with mortality upper
gastrointestinal malignancy. Scoring system were developed based on the identified
factors.
Results: 184 patients were analyzed, mostly male (58,7%) with average ages 54,5
years old. Independent factors associated with one-year mortality were age > 60
years with HR 1,93 (95%CI 1,30-2,88), body mass index < 20 with HR 2,04 (95%CI
1,25-3,33), smoking history with HR 1,77 (95%CI 1,20-2,61), performance status
ECOG > 2 with HR 3,37 (95%CI 2,11-5,37), clinical stage which is 4th stage HR
9,42 (95%CI 1,27-69,98) and 3rd stage HR 9,78 (95%CI 1,31-72,69), and cellular
differentiation grade with HR 2,30 (95%CI 1,48-3,58). One-year survival rate was
39,7% with median survival was 9 months. The scoring system for predicting
mortality had AUC values of 0,918 respectively.
Conclusion: The independent factors associated with one-year mortality were age,
body mass index, smoking history, performance status, clinical stage of tumor,
cellular differentiation grade, and delay for start treatment. 1-year survival rate
was 39,7%. The mortality probability prediction scoring system has been developed
for upper gastrointestinal malignancy
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library