Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Aulia
"Madrasah sebagai entitas lain lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang lebih menitik beratkan pada penguasaan pemahaman keagamaan selain pesantren telah mendapatkan posisi yang sama dalam sistem pendidikan nasional kita. Namun madrasah oleh sebagian masyarakat masih dipandang sebagai lembaga pendidikan yang kurang diminati karena di anggap tidak mampu menciptakan lulusan yang mampu bersaing dengan sekolah umum. Madrasah juga menghadapi masalah sebagaimana dihadapi lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Akan tetapi madrasah ini masih mampu survive meskipun banyak sekolah atau madrasah yang berada di lingkungan Harapan Mulya di mana madrasah ini berada. kemampuan madrasah ini untuk tetap survive tidak terlepas dari keberadaan kapital social, kapital manusia, dan kapital fisik yang mampu berperan guna mempertahankan kelangsungan madrasah.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah AI Huda Al Islamiyah yang berada di Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan permasalahan yang ada, dan menjelaskan bekerjanya kapital sosial, kapital manusia, dan kapital fisik dalam pelaksanaan proses pembelajaran di madrasah tersebut. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dengan metode ini lebih memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan dimensi-dimensi patting dari kapital sosial. Sumber data utama penelitian ini adalah data primer yang digali dari beberapa sumber data yang terkait dengan keberadaan kapital sosial dalam proses pembelajaran, baik dari pihak pengurus yayasan, dewan guru, siswa, tokoh masyarakat dan pihak-pihak terkait. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam (indept interview) dengan informan yang dipilih dan pengamatan langsung (observasi) serta FGD dengan siswa-siswa, data tersebut kemudian di analisis secara kualitatif dengan menyeleksi dan menyederhanakan data dan menghubungkannya kembali dengan konsep dan pertanyaan penelitian serta tujuan penelitian. Analisis ini merupakan teknik yang bersifat interaktif dengan tiga bagian proses penting, yaitu reduksi data, penyajian dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Data sekunder yang di dapat di analisis dengan menggunakan teknik kajian dokumen.
Beberapa temuan panting di lapangan adalah : 1) kemampuan madrasah tersebut tetap survive di sebabkan terdapatnya kapital sosial yang tertambat dalam struktur madrasah tersebut. 2) kapital sosial di madrasah tersebut nampak pada adanya kepercayaan dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di madrasah tersebut. Keberhasilan madrasah tersebut membangun jaringan adalah indikasi kemampuan aktor-aktor yang ada untuk berperan sesuai dengan statusnya. 3) Kapital sosial juga tertambat pada hubungan-hubungan internal madrasah, yang masing¬masing sebagai satu kesatuan unit yang hidup di mana terdapat interaksi dan ikatan¬ikatan di dalam dirinya sendiri. Kapital sosial juga terlihat pada kerjasama di antara komunitas madrasah dan pelaksanaan serta kepatuhan komunitas madrasah terhadap norma-norma yang ada di madrasah tersebut. Kapital sosial yang tertambat pada struktur madrasah itu sendiri juga sebagai institusi sosial yang berfungsi sebagai repsoduksi dan pemeliharaan kelangsungan komunitas NU. 4) terdapatnya sinergi beberapa kapital yang ada, yaitu kapital sosial, kapital manusi, dan kapital fisik dalam kegiatan pembelajaran di madrasah Tsanawiyah Al Huda AI Islamiyah. Sinergi antara kapital yang satu dengan lainnya mempunyai kekuatan yang mempengaruhi proses pembelajaran dan mampu meningkatkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu kapital sosial di madrasah Tsanawiyah Al Huda AI Islamiyah ada dan tertambat dalam struktur madrasah itu sendiri yang berbentuk kepercayaan (trust), norma-norma (norms), jaringan-jaringan (networks), serta hubungan-hubungan (relations) para aktor dalam memainkan peran-perannya dalam upaya memajukan madrasah yang berdasarkan kepentingan-kepentingan bersama. Sinergi antara kapital sosial, kapital manusia, dan kapital fisik adalah sesuatu yang mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Semakin kuat sinergi yang terjadi maka akan semakin baik. kinerja yang ada. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa kapital yang ada di madrasah ini belum maksimal berfungsi.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, peneliti mengusulkan rekomendasi atau saran-saran yaitu : perlu adanya bimbingan, pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga pengajar untuk meningkatkan kemampuan teknis dalam pengelolaan pembelajaran maupun. Perlunya pembuatan suatu perencanaan yang akurat dan sinergis untuk merumuskan masalah yang terjadi dalam madrasah dan bagaimana mencari pemecahannya. Perlunya pengurus yayasan untuk lebih membuka diri terhadap sistem rekruitmen tenaga pengajar, pihak yayasan juga disarankan untuk menjalin kerjasama dengan pihak swasta ataupun LSM guns memperluas jaringan serta memperbaiki kinerja serta prestasi madrasah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Al-Humami
"Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kapital (modal) sosial merupakan variabel penting bagi perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu masyarakat atau negara. Begitu penting nilai kapital sosial itu hingga mendorong lembaga keuangan internasional, Bank Dunia, berinisiatif untuk mensponsori berbagai pengembangan kajian ihwal kapital sosial di berbagai Negara Dunia Ketiga dalam rangka mengatasi permasalahan kemiskinan.
Dalam diskursus ekonomi ala J.H. Boeke, ekonomi (sektor) informal, dalam hal ini usaha PKL, secara analogis dikategorikan sebagai jenis ekonomi tradisional (pra-kapitalistlk) yang dinilai statis dan sulit berkembang. Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataannya ekonomi sektor informal (PKL), cenderung memiliki daya survival sangat tinggi. Padahal, ekonomi (sektor) informal hanya ditopang oleh kapital (modal) finansial yang relatif kecil dan terbatas. Kenyataan ini menegaskan bahwa dengan dukungan kapital finansial yang relatif terbatas, keberlangsungan usaha informal (PKL), seperti halnya pedagang angkringan di Kota Yogyakarta, pada dasarnya karena disokong oleh kapital sosial yang besar.
Atas dasar itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat jaringan sosial-ekonomi yang dirajut komunitas pedagang angkringan, serta kepedulian dan kepercayaan sosial yang dibangun dan dikembangkan oleh komunitas pedagang angkringan. Ketiga hal ini merupakan bentuk dari sosiabilitas komunitas pedagang angkringan, dan karena itu dinilai sebagai bagian penting dari kapital sosial angkringan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan tujuannya termasuk jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, data (informasi) penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan lapangan (observasi). Sementara sebagai informan (subyek) penelitian adalah para pedagang angkringan yang tergabung dalam Kelompok Angkringan Demangan.
Berdasarkan analisis data Iapangan, dapat digambarkan bahwa komunitas pedagang angkringan merajut jaringan angkringan secara kolektif (komunalistik). Kolektifitas angkringan terbentuk karena dua motif kepentingan, yakni: kepentingan ekonomik, dan kepentingan etik. Kepentingan ekonomik terkait dengan keterbatasan kapital finansial yang dimiliki pedagang, sehingga memaksa mereka melibatkan banyak orang untuk melakoni usaha angkringan. Sementara kepentingan etik terkait dengan dorongan moral (kerelaan) untuk berbagi rezeki (peluang usaha) dengan sesama Wong cilik. Simpul struktural dan jaringan angkringan berakar pada ikatan- ikatan sosial, seperti ikatan kekeluargaan (kekerabatan), hubungan ketetanggaan, dan jalinan pertemanan. Selain itu, ikatan ekonomi juga menjadi simpul penghubung bagi kerjasama usaha yang dijalin para pedagang angkringan. Dalam perspektif Colemanian, struktur jaringan angkringan dalam wujud hubungan kerjasama yang dirajut secara kolektif tersebut termasuk kategori struktur sosial yang ketat-tertutup (closure of social structure).
Struktur jaringan angkringan yang bersifat closure tersebut menjadi basis bagi tumbuh-kembangnya norma-nonna kelompok yang dipedomani oleh komunitas pedagang angkringan sebagai acuan bagi perilaku sosial-ekonomi mereka. Norma-norma kelompok ini selanjutnya menjadi dasar bagi penciptaan kepercayaan sosial angkringan. Di antara norma-norma kelompok yang dimaksud itu adalah: kejujurandan tanggungjawab (pemenuhan tugas) yang berbasis pada ajaran agama (Islam), yakni keharusan untuk berlaku amanah, dan kepedulian yang diwujudkan dalam bentuk sikap saling perhatian dan tindakan saling menolong, yang berakar pada norma-norma sosial masyarakat Jawa, yakni kesetiakawanan dan kerukunan. Komitmen yang kuat terhadap kejujuran dan tanggungjawab (pemenuhan tugas), serta kepedulian, kesetiakawanan, dan kerukunan, sebagaimana dikembangkan oleh komunitas pedagang angkringan, merujuk pada Francis Fukuyama, merupakan bentuk substansial dari norma-norma (nilai-nilai) koperatif yang sangat mendukung perilaku kerjasama.
Dengan demkian, bisa disimpuikan bahwa komunitas pedagang angkringan pada dasamya punya persediaan kapital sosial yang sangat besar. Hal ini tercennin dari struktur jaringan angkringan yang termasuk dalam kategori struktur sosial yang ketat-tertutup (closure of social struktur), dengan simpul-simpul struktural yang berakar pada ikatan-ikatan sosial, seperti ikatan kekeluargaan (kekerabatan), relasi ketetanggaan, dan jalinan pertemanan. Besarnya kapital sosial angkringan juga dapat dilihat dari besamya kepercayaan sosiai di antara pedagang angkringan. Komunitas pedagang angkringan membangun dan memelihara kepercayaan sosial dengan memegang teguh norma-norma (niiai-nilai) infomasi yang mendukung dan mempromosikan perilaku koperatif, seperti kejujuran, tanggungjawab, dan kesediaan untuk saling membantu dan menolong, yang dibangun atas dasar kesetiakawanan sosial yang kuat.
Simpul-simpul struktural dari jaringan angkringan yang berakar pada ikatan kekerabatan (kekeiuargaan), hubungan ketetanggan, dan jalinan pertemanan sekaligus menunjukkan bahwa komunitas pedagang angkringan pada hakekatnya mempunyai radius kepercayaan (radius of trust) yang Iuas. Banyaknya ikatan sosial yang menjadi simpul jaringan angkringan menunjukkan bahwa kepercayaan sosiai angkringan tidak hanya dibangun atas dasar solidaritas kelompok yang terbatas (bonding solidarity). rnelainkan juga atas dasar solidaritas keiompok yang lebih luas (broading solidarity)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Taufik Nuryadin
"ABSTRAK
Studi ini terfokus pada struktur sosial dimana kapital sosial tertambat (embedded) didalamnya pada komunitas suku Bajo di Pulau Baliara Provinsi Sulawesi Tenggara. Studi dengan metode kuantitatif ini juga menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang bersifat kualitatif, seperti wawancara, pengamatan terbatas dan dokumentasi serta penyebaran angket itu sendiri. Penulis tidak bermaksud menguji kebenaran teori atau konsep kapital sosial yang dikembangkan oleh para ahli, tetapi teori dan konep-konseo tersebut digunakan untuk membantu dalam memperkaya data ketika teknik-teknik kualitatif digunakan Melalui studi ini, penulis ingin mengetahui model kapital sosial pada komunitas suku Bajo dengan melihat struktur sosial baik dalam cakupan mikro, messo, dan makro serta bagaimana relasi terjalin diantara mereka yang dilandasi nilai atau norma (norms) serta sangsi, kepercayaan (trust), serta jaringan sosial (linking) sebagai kekuatan yang dapat diandalkan dalam memecahkan masalah atau kebutuhan bersama (societal needs). Studi juga melihat secara kuantitatif pada tingkatan struktur soial cakupan mana yang paling memungkinkan kapital sosial tertambat serta bagaimana sinerji antar kapital dilakukan.
Studi menyimpulkan bahwa struktur sosial yang paling memungkinkan kapital sosial tertambat pada skala komunitas, yaitu bonding social capital dimana tingkatan kinerja integrasi dan jejaring yang ada menunjukan indikator-indikator yang relatif tinggi karena faktor-faktor: (1) homogenitas etnik (suku) yang penuh didasari hubungan kekeluargaan (dansihitang), kekerabatan (kinship), relatif kecil (small scale), gotong royong (sitabangan), dan menghindari konflik (orrai lesse), dan (2) homogenitas pekerjaan yaitu nelayan dimana bekerja sebagai nelayan adalah sumber atau tempat menggantungkan hidup (kalumanine). Relasi sosial nelayan suku Bajo dengan pemilik modal (punggawa) tidak hanya berdimensi patron klien, tetapi juga mutual simbiosis karena fungsi punggawa selain sebagai pemodal dan pengumpul, tetapi juga sebagai institusi jaminan sosial nelayan. Dalam konteks inilah maka sinerji antar kapital perlu dibangun, baik kapital sosial, kapital manusia, dan kapital ekonomi dengan melakukan revitalisasi peran dan fungsi punggawa bukan sebagai aktor tetapi sebagai agen perubah (agent of change), serta menata struktur dan relasi yang membawa keuntungan bukan pada perspektif masingmasing tetapi dalam perspektif bersama.

ABSTRACT
The study shows how social capital is found to be embedded in the social structure of Bajo community in Baliara island, Southeast Sulawesi Province. Using the quantitative paradigm of deduction, this study employs qualitative data and information gathering techniques such as interviews, observation and documentation. However, it is not the intention of the author to contest the theories or concepts on social capital as proposed by the experts; but rather to enrich the gatherings of data and information when qualitative techniques are applied. Throughout the study, the author focuses on how the social capital model within ethnic Bajo's social structure relates at the micro, mezo and macro levels. Based on the norms and sanctions, as well as trust and social link, the study indicates those aspects to be the contributing factors in the problem solving method when problems arise. Using the quantitative measurement, this study shows in which aspect of social capital that is embedded in the social structure of ethnic Bajo and what kind of synergy mechanism employed within.
The study concludes that social capital is indeed embedded at the scale of community in the social structure of ethnic Bajo. A relatively high indicator of social capital bonding is seen through integration mechanism and networking. The contributing factors are found in the following (1) Ethnic homogeneity based on family relations (danshitang), kinship, small scale, gotong royong (sitabangan) and conflict avoidance (orai lesse); (2) Labor homogeneity whereby the fisherman's work place serves mainly as the source of income (kalumanine). Social relation of ethnic Bajo's fisherman with the financier (punggawa) does not only have a patron-client relationship dimension in it but also a mutual symbiotic relationship. Punggawa also stands as the institution that provides social guarantee for the fisherman. Therefore, within this context, the synergy created between various capitals found in social, human resources and economy need to be established by revitalizing the roles and functions of punggawa. Punggawa acts as both an actor and an agent of change. It is also important to rearrange the social structure and relations that are more beneficial for the community of ethnic Bajo."
Depok: 2009
D633
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Putera Perdana
"Penelitian ini membahas tentang penerapan modal sosial yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selular dalam upaya membangun citra perusahaan melalui program CSR Indonesia NEXT. Modal sosial merupakan jaringan keterikatan sosial yang diatur oleh norma-norma yang menentukan produktivitas suatu kelompok masyarakat atau komunitas, sehingga memberikan kontribusi dalam aktivitas ekonomi masyarakat. IndonesiaNEXT yang bergerak di bidang pendidikan dengan menyasar peningkatan kualitas mahasiswa melalui acara seminar, pelatihan kompetensi bidang TIK dan kompetisi nasional. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui penerapan modal sosial yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selular dalam upaya mengubah citra perusahaan melalui program CSR Indonesia NEXT. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara virtuall, studi dokumen dan tinjauan literatur. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek modal sosial yang dilakukan oleh Telkomsel dalam upayanya membangun citra perusahaan melalui transformasi program CSR Indonesia NEXT ini belum terlaksana dengan sempurna. Rencana strategis perusahaan sebagai norma/aturan tertulis yang memuat tentang transformasi perusahaan digital belum mengakomodasi proses pelaksanaan program Indonesia NEXT. Dibutuhkan kolaborasi dengan stakeholder lain, baik divisi lain maupun mitra dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan yang harus terus dibangun dalam jangka panjang.

This study discusses the application of social capital conducted by PT. Telekomunikasi Selular in an effort to build a corporate image through the IndonesiaNEXT CSR program. Social capital is a network of social ties governed by norms that determine the productivity of a group of people or community, thus contributing to the economic activities of society. IndonesiaNEXT is engaged in education by targeting the improvement of the quality of students through seminars, ICT competency training and national competitions. This thesis aims to determine the application of social capital carried out by PT. Telekomunikasi Selular in an effort to change the company's image through the Indonesia NEXT CSR program. The method used is qualitative with a descriptive approach. Data collection is done by virtual interviews, document studies and literature reviews. The research findings show that the application of social capital aspects by Telkomsel in its efforts to build a corporate image through the transformation of the Indonesia NEXT CSR program has not been implemented perfectly. The company's strategic plan as written norms/rules that contain the transformation of digital companies has not accommodated the Indonesia NEXT program implementation process. Collaboration is needed with other stakeholders, both divisions and partners in achieving these goals. This also relates to trust that must be built in the long run."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Djohan
Jakarta: Fund Asia Education, 2007
303.34 ROB l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Retnasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan voluntarisme dan modal sosial dalam komunitas virtual Karsa Cita. Studi sebelumnya mengenai mekanisme voluntarisme dalam komunitas dikelompokkan berdasarkan nilai altruisme, agama, budaya lokal, dan modal sosial. Peneliti sepakat dengan argumen yang diberikan oleh studi-studi tersebut. Meskipun demikian, belum banyak studi yang membahas mekanisme voluntarisme dan modal sosial dalam komunitas virtual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan voluntarisme dan modal sosial yang dapat menjaga eksistensi komunitas virtual Karsa Cita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui teknik wawancara mendalam, observasi digital, dan tinjauan dokumen komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak awal bergabung, anggota komunitas virtual telah memiliki jiwa voluntarisme. Pada akhirnya, partisipasi dalam voluntarisme memungkinkan para anggota untuk membangun modal sosial yang kuat, termasuk jaringan, norma resiprositas, dan kepercayaan. Selain itu, bonding, bridging, dan linking social capital secara signifikan mendukung pencapaian tujuan komunitas. Dengan demikian, terdapat keterkaitan timbal balik antara voluntarisme dan modal sosial sehingga mampu menjaga eksistensi komunitas virtual.

The objective of this study is to describe the phenomenon of voluntarism and social capital within the context of the Karsa Cita virtual community. Previous studies on the mechanisms of voluntarism in communities were categorized based on values of altruism, religion, local culture, and social capital. The researcher concur with the arguments presented in these studies. However, there is a paucity of research discussing the mechanisms of voluntarism and social capital in virtual communities. Consequently, the objective of this study is to describe the voluntarism and social capital that maintain the existence of the Karsa Cita virtual community. This research employs qualitative methods, including in-depth interviews, digital observation, and a review of community documents. The findings indicate that since the inception of the virtual community, its members have exhibited a spirit of voluntarism. Ultimately, participation in voluntarism enables members to construct robust social capital, encompassing networks, norms of reciprocity, and trust. Furthermore, the presence of bonding, bridging, and linking social capital is conducive to the realization of community objectives. Consequently, there is mutual reinforcement between voluntarism and social capital, which serves to sustain the continued existence of virtual communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Halim Sani
"Tesis ini membahas tentang Kapital Sosial dalam Organisasi Pelayanan; Studi Atas Pelayanan Sosial Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapital sosial dalam KPAI kurang berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan, kapital sosial belum mampu membuat kinerja organisasi yang baik, sehingga pelayanan berjalan lambat. Namun dengan itu semua, keberadaan KPAI mulai dipertimbangkan secara politis dalam tingkatan nasional. Sedangkan fungsi kapital sosial dalam pelayanan sosial KPAI membantu proses perlindungan anak seperti, konseling, advokasi kebijakan agar ramah anak dan advokasi terhadap klien dalam meghadapi kasusnya melalui mitra KPAI.

This thesis discusses Social Capital in Social Organization; Study About Social Service of Indonesian Children Protection Council, by using a descriptive qualitative approach. The result of this research show that social capital in KPAI is not going well. It is because social capital in this institution less power to influence a good organization performance, then make the service going slowly. Nevertheles, the existence of KPAI began to be taken into account in national political arena. Beside of this, the function of social capital in social service of KPAI help the children protection process counseling, such as public policy advocay to be child-friendly policy and clients advocacy to face their cases through KPAI partner."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dilla Syofiana
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai optimalisasi modal sosial bermediasi teknologi
dalam personal selling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
optimalisasi modal sosial dalam personal selling yang dimediasi oleh teknologi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan strategi deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada empat orang
informan. Penelitian ini mengeksplorasi tiga karakteristik yang menghubungkan
modal sosial dengan personal selling yaitu interaktif, intensif dan konservatif
kemudian menggali optimalisasi yang dapat dilakukan terhadap ketiganya yang
dimediasi oleh teknologi komunikasi. Dari hasil penelitian ditemukan adanya tahapan
dan pola modal sosial dalam personal selling yang menentukan optimalisasi apa yang
dapat dilakukan.

ABSTRACT
This research discusses about the optimization of technology-mediated social capital
in personal selling. The aim is to find out how to optimize social capital in personal
selling which mediated by communication technology. Analysis carried out by
qualitative research framework with a descriptive strategy in order to describing the
results and discussion. Data was collected through in-depth interviews to four
informants. This research was discover three characteristics of social capital that
connects with personal selling known as interactive, intensive, and conservative—
then try to digging out on how to optimize those factor through communication
technology. From the results, we can observe the stages and patterns of social capital
in personal selling that determines what to do related to optimization with through
communication technology."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Estihandayani
"Peran modal sosial yang dimiliki oleh komuniti RW 012 ternyata berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan administrasi, neighborhood management dan pemberdayaan masyarakat. Ketidakadaan peran pemerintah dalam mengelola komuniti dari sisi sosial-budaya menyebabkan kemunculan agen perubahan yang bertindak menggantikan pemerintah dalam rangka meningkatkan solidaritas dan mutu pelayanan administrasi dan neighborhood management. Karakteristik sosial, budaya dan ekonomi masyarakat; sumber daya; dan aktivitas komuniti berperan penting dalam menentukan dasar neighborhood planning dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat. Keberhasilan komuniti menjadi pembelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan modal sosial komuniti, membangun sistem administrasi pelayanan dan manajemen lingkungan yang berkelanjutan.

The social capital role in local community play an important role in improving quality administrative services, neighborhood management and community empowerment. Lack of government?s role in managing the local community in terms of socio-cultural planning, has led to ?agents of change? appearance who act as their local community leader to replace government presence to increase solidarity, quality of administrative services, and neighborhood management. Social, cultural, and economic characteristics; resources; and social activities in communities play an important role in determining the basis of neighborhood planning in increasing community participation. The success story from this local community become a lesson learned for related stakeholders to utilize social capital in every local community by generating a sustainable administrative, and neighborhood management system.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Islamic
"Dengan mengambil konteks diskusi perkembangan gerakan agraria, studi ini ingin menjelaskan upaya komunitas petani dalam meningkatkan daya tahan hidup di Hutan Negara berbasis kapital sosial. Studi kasus pada komunitas petani Moro-Moro di Register 45, Mesuji. Adapun kapital sosial dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yakni kapital sosial komunitarian, jaringan dan institusional. Lewat pendekatan studi kualitatif, pertama dari aspek kapital sosial komunitarian Moro-Moro memperlihatkan kemampuan menciptakan kapital sosial dengan didasari oleh sejarah kemunculan sebagai sebuah komunitas yang spontanitas; kedua dari aspek kapital sosial jaringan Moro-Moro menunjukan kemampuan untuk mengembangkan jaringan yang kemudian berkontribusi pada penguatan internal dan penggalangan dukungan dari berbagai stakeholder untuk bertahan di Register 45; ketiga secara institusional kapital sosial Moro-Moro dapat berkembang karena ada pembiaran atas kondisi Register 45 dan sementara Moro-Moro kemudian berkembang menjadi kampung. Bahkan berangsur-angsur negara mulai menunjukan keberpihakan meskipun legalitas menduduki tanah belum kunjung juga didapatkan. Secara teoritis studi ini memperlihatkan bahwa kapial sosial komunitarian ternyata mampu menjadi landasan untuk mengembangkan kapital sosial lebih lanjut yang kemudian mampu berkontribusi pada peningkatan sosial ekonomi komunitas petani.

By taking the context of the discussion of the development of the agrarian movement, this study want to explain the efforts of the farming community in improving survival in the State Forest-based social capital. Case studies on the farming community Moro-Moro in Register 45, Mesuji. The social capital in this study viewed from three aspects, namely the communitarian social capital, networks and institutional. Through a qualitative study approach, the first of the communitarian social capital aspects of Moro-Moro demonstrate the ability to create social capital based on the historical emergence as a community of spontaneity; then second, from the aspect of social capital networks Moro-Moro show the ability to develop a network which then contribute to the strengthening of internal and raising support from various stakeholders to survive in register 45; third, institutional of Moro-Moro social capital can develop because there is negligence on the condition register 45 and while Moro-Moro developed into the village. Even the state gradually began to show partiality though legality occupied land has not yet well established. Theoretically, this study shows that social kapial communitarian was able to form the basis for further developing social capital that is then able to contribute to the socio-economic improvement of the farming community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>