Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tsaairoh
Abstrak :
Pekerjaan merupakan aspek fundamental bagi setiap orang untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini juga berlaku bagi penderita skizofrenia, bekerja bukan hanya sebagai cara untuk mencari uang tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sosial, penerimaan, penghargaan dan sebagainya yang dapat meningkatkan harga diri. Pekerjaan terbukti berdampak positif bagi mereka. Semua aspek tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk terapi bagi penderita skizofrenia. Namun, ada kendala yang dialami penderita skizofrenia dalam mencari dan mempertahankan pekerjaan. Salah satu permasalahan utamanya adalah stigma yang masih melekat di masyarakat. Stigma sendiri dikonseptualisasikan menjadi tiga masalah, yaitu; pengetahuan (ketidaktahuan dan informasi yang salah), sikap (praduga) dan perilaku (diskriminasi). Dengan kondisi tersebut, penderita skizofrenia biasanya tidak terbuka tentang penyakitnya dan tidak mendapatkan akomodasi yang memadai ......Work is a fundamental aspect for everyone to improve welfare. This also applies to schizophrenics, working is not only a way to make money but also a part of social life, acceptance, appreciation and so on that can increase self-esteem. Work has proven to be positive for them. All these aspects can be said as a form of therapy for people with schizophrenia. However, there are obstacles that schizophrenics experience in finding and keeping a job. One of the main problems is the stigma that is still attached to society. Stigma itself is conceptualized into three problems, namely; knowledge (ignorance and misinformation), attitudes (presumptions) and behavior (discrimination). With these conditions, schizophrenics are usually not open about their illness and do not get adequate accommodation
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Cindy Delphinia
Abstrak :
Pandemi COVID-19 merupakan masa-masa stress bagi masyarakat, kecemasan dan rasa takut akan adanya penyakit baru menimbulkan stigma sosial. Stigma sosial dapat berdampak buruk bagi penanganan dan pengendalian wabah. Mahasiswa memiliki peran sebagai pembawa dan pelaku perubahan serta contoh nyata. Salah satu bentuk nyata dapat diwujudkan melalui upaya pencegahan dan mengatasi stigma sosial COVID-19 di masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma sosial COVID-19 di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia dan faktor yang berpotensi menyebabkan stigma sosial COVID-19 tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Populasi penelitian ini merupakan seluruh mahasiswa jenjang studi strata 1 (S1) dengan sampel sebanyak 373 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring yang diisi mandiri oleh responden. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 31,1% responden masih memiliki stigma sosial. Analisis bivariat yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel jenis kelamin, pengetahuan dan keterpaparan informasi dengan stigma sosial COVID-19. Meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan namun ditemukan kecenderungan pada variabel asal fakultas non-kesehatan, sikap, peran tokoh masyarakat, dan peran petugas kesehatan. ......The COVID-19 pandemic is a stressful time for the community, anxiety and fear of a new disease causing social stigma. Social stigma can have a negative impact on the handling and control of the outbreaks. Students have a role as agents of change as well as the real examples in society. One of the real action of this role can be realized through the efforts to prevent and overcome the social stigma of COVID-19 in society.This study aims to determine the social stigma of COVID-19 among University of Indonesia students and the factors that potentially causing the social stigma of COVID-19. The method used in this research is descriptive analysis with a cross-sectional study design. The population of this study were all undergraduate students (S1) and minimum sample of 373 respondents was obtained. Data were collected through online questionnaires and filled out independently by respondents. The analysis carried out includes univariate and bivariate analysis using the chi square test.The results showed that 31.1% of respondents still had COVID-19 social stigma. The bivariate analysis conducted showed that there was no statistically significant relationship between the variables of gender, knowledge and information exposure with the social stigma of COVID-19. Although there is no statistically significant relationship, a trend was found in the non-health faculty origin variables, attitudes, the role of community leaders, and the role of health workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Latar belakang: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stigma dan diskriminasi tenaga kesehatan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta menentukan faktor yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Indonesia dengan menggunakan metode potong lintang. Delapan puluh sembilan tenaga kesehatan diikutsertakan dalam penelitian yang dipilih secara purposif. Analisis korelasi, analisis varian (Anova) dan analisis t-test digunakan sesuai dengan jenis data. Model analisis linier berganda digunakan untuk menentukan faktor prediktor munculnya stigma dan diskriminasi pada tenaga kesehatan. Hasil: Didapatkan bahwa stigma dan diskriminasi masih tinggi pada tenaga kesehatan. Analisis bivariat didapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat stigma (p < 0,05). Jenis tenaga kesehatan, status perkawinan, umur, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat disriminasi (p < 0,05). Model regresi linier berganda mendapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berhubungan dengan stigma (R2 = 0,230), sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV berhubungan dengan disriminasi (R2 = 0,119). Kesimpulan: Ketakutan irasional terhadap penularan HIV dan jenis tenaga kesehatan merupakan faktor prediktor munculnya stigma sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV merupakan faktor prediktor munculnya diskriminasi pada tenaga kesehatan terhadap ODHA.
Abstract
Background: The aim of this study was to identify the level of stigmatized and discriminatory attitudes towards people living with HIV (PLHIV) among health care workers (HCWs) and the factors that influenced these attitudes. Methods: This research was conducted at Dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh, Indonesia. A cross-sectional study design was adopted for this research. Eighty nine HCWs were included in this study and they were selected purposively. Correlation analysis, analysis of variance and independent sample t test analysis was used according to the type of data. Finally, a multiple linear regression model was used to identify the predictor factor for stigmatized and discriminatory attitudes. Results: We found that the level of stigmatized and discriminatory attitudes was high. Bivariate analysis showed that type of HCW, education, marital status, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission were significant related with stigmatized attitudes (p < 0.05). Type of HCW, marital status, age, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission indicated significant (p < 0.05) differences in the levels of discriminatory attitudes. A multiple linear regression model identified type of HCW and irrational fear of HIV transmission correlated with stigmatized attitudes (R2 = 0.230) and knowledge on transmission and prevention of HIV correlated with discriminatory attitudes (R2 = 0.119). Conclusion: Irrational fear of HIV transmission and type of HCW are significant predictors to stigmatized attitudes; knowledge on transmission and prevention of HIV is a predictor to discriminatory attitudes towards PLHIV among HCWs.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Fakultas Kedokteran], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Wahyuni
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan dan pengaruh antara stigma sosial terhadap kesehatan mental petugas kesehatan yang ada di indonesia. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dnegan metode survey, diperoleh responden sejumlah 284 petugas kesehatan yang tersebar di berbagai kawasan indonesia. Pengolahan data menggunakan SEM program lisrel 8.70 yang menunjukkan hasil bahwa stigma sosial memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan mental petugas kesehatan. Dalam penelitian ini juga menggunakan job demand sebagai variabel moderasi, terbukti tidak memoderasi hubungan antara stigma sosial dengan kesehatan mental petugas kesehatan. Selain itu, self-efficacy juga terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap mental health problem dan stigma sosial yang dialami oleh petugas kesehatan indonesia. ......This study was conducted with the aim of re-examining the relationship and influence between social stigma on the mental health problem of health workers in Indonesia. Data collection in this study was carried out using a survey method, obtained by respondents a total of 284 health workers spread across various regions of Indonesia. Data processing using SEM program lisrel 8.70 which shows the results that social stigma has a positive influence on the mental health problem of health workers. This study also uses job demand as a moderating variable, it is proven not to moderate the relationship between social stigma and mental health problem of health workers. In addition, self-efficacy has also been shown to have a negative effect on mental health problem and social stigma experienced by Indonesian health workers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library