Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjandra Yoga Aditama
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia, 2001
613.85 TJA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
"Akibat buruk merokok telah menyebabkan kematian sekitar 3,5 juta manusia setiap tahunnya di dunia, sedangkan di Indonesia mencapai 57.000 per tahun. Pada tahun 2003 jika tidak dilakukan pencegahan diperkirakan rokok menyebabkan kematian 10 juta pertahun. Penelitian ekonometri telah membuktikan bahwa konsumsi rokok telah menimbulkan kerugian ekonomi. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena Indonesia merupakan negara pengkonsumsi rokok terbesar ke-4 dunia, dengan pertumbuhan mencapai 44% (1990-1997). Konsumsi rokok kretek 182.614 juta batang dan rokok putih 29.546 juta batang. Dalam rangka peiaksanaan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81/1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Untuk mengubah produksi rokok kretek melalui penyesuaian mutu tembakau memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan penelitian pada tanaman tembakau selama ini ditujukan untuk meningkatkan kadar tar dan nikotin. Dengan pemberlakukan kebijakan diperkirakan Indonesia akan akan jadi pengimpor tembakau Virginia terbesar. Dampak bagi perkebunan cengkeh lebih serius dikarenakan industri rokok rendah tar dan nikotin tidak menggunakan bahan baku cengkeh, jika memakaipun dalam jumlah sedikit.
Bagi pengusaha rokok kretek kendala yang jelas adalah angka obsolut tar 20 mg dan nikotin 1,5 mg per batang, serta jangka waktu selama 5 tahun untuk SKM dan 10 tahun untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT). Kandungan tar rokok kretek sendiri tergantung bahan baku dan proses produksi. Sigaret Kretek Mesin (SKM) dapat disesuaikan dengan biaya yang lebih mahal dan testa yang berubah yang belum tentu diterima pasar.
Sedangkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) tidak akan dapat mencapai kandungan kadar tar dan nikotin. Bila dipaksakan peraturan ini maka akan banyak perusahaan rokok yang ditutup karena tidak mampu menyeusaikan diri, padahal Industri rokok kretek menyerap tenaga kerja sekitar 6,4 juta orang yang akan terancam keberadaannya.
Selama tahun 1993-1997 konsumsi rokok per kapita rata-rata naik 10,49%. Pada tahun 1997 konsumsi rokok per kapita 1,189 batangltahun. pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut sangat menguntungkan industri rokok impor Sigaret Putih Mesin yang telah sesuai standar Word Health Organization (WHO). Sebaiknya yang ditempuh dahulu sosialisasi kesadaran akan kesehatan, etika dan tata krama merokok. Pembuatan kode etik mengenai iklan rokok, dan ketentuan cukai Selanjutnya diperlukan dialog untuk mengatasi perbedaan antara praktisi dan Semua pihak yang terkait."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Kusmana
"Objektif : Penyakit Kardiovaskular berawal dari fungsi endotel pembuluh darah yang terganggu, berlanjut menjadi proses aterosklerosis. Mencegah proses aterosklerosis dengan membiasakan tidak merokok/stop merokok disertai olahraga teratur dan/atau pengaruh kerja fisik (trias SOK) adalah upaya preventif pada tingkat endotel. Untuk mengetahui pengaruh trias SOK terhadap daya survival,dilakukan penelitian kohort.
Metode: Pada tanggal I Juli 200 dilakukan penelitian kohort historis terhadap sampel MONICA 1988 di tiga kecamatan Jakarta Selatan, serta diikuti sampai 31 Agustus 2001. Sampel dibagi menjadi kelompok trias SOK dan tanpa trias SOK. Dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, gula darah dan kolesterol total serta perekaman EKG pada sampel yang hidup, otopsi verbal pada yang menyaksikan untuk mencari sebab kematian. Aktivitas fisik (kerja fisik dan olahraga perminggu) dikelompokan pada: tidak ada, ringan hampir setiap hari, sedang dan berat minimal 20 menit dua kali atau lebih. Merokok bila tetap merokok, mantan perokok bila telah berhenti 2 tahun atau lebih, tidak merokok bila tetap tidak merokok atau telah berhenti 10 tahun atau lebih. Kriteria hipertensi (JNC-VI), diabetes (gula darah puasa 140 mg/di atau sewaktu 200 mg/di), obesitas (IMT z 29,99 kglm2), EKG memakai kode Minnesota. Analisis statistik memakai suain (adjusted) regesi Cox, 95% interval kepercayaan, Kaplan Meier (daya survival), Log rank (rasio hazard/HR), uji kappa (degree of aggreement), Batas kemaknaan p
Hasil: Terdapat 479 (23,4%) sampel dari 2073 orang, umur 25-64 tahun (1988), terdiri dari 209 (43,6%) lelaki, 270 (56.4%) perempuan. Insiden kardiovaskular 1,2% pertahun, dengan proporsi kematian tertinggi penyakit jantung 42,9%. Sampel yang mengikuti this SOK mempunyai daya survival lebih baik (95,7%) dibanding tanpa trias SOK (81,1%), dan rasio kematian seperlima kali [rasio hazard (HR.) suaian = 0,20, 95% interval kepercayaan (III) = 0,08-0,57, p=0,002]. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan rasio kematian tinggi adalah: merokok (HR=4,99, IK 2,56-9,73, p=0,000) dibanding tidak merokok; hipertensi tingkat-3 (HR 5,96, 1K 2,69-13,21, p=0,000) dibanding tensi normal; diabetes (HR 2,74, 1K 1,37-5,47, p=0,004) dibanding normal. Sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi: umur 60 tahun (HR 10,13, 1K 4,79-21,43, p=0,000) dibanding umur 25-49 tahun. Sedangkan aktivitas fisik mingguan mempunyai rasio kematian rendah/ringan HR=0,45, (1K 0,27-0,76, p=0,003), sedang HR--0,32, (1K 0,15-0,70, p=0,004) dan berat nol dibanding yang tidak ada aktivitas. Dihasilkan Skor Kardiovaskular Jakarta, Skor -7 sampai 1 risiko rendah (<10%), skor 2 sampai 4 sedang (10-20%), skor z 5 risiko tinggi (>20%), sensitivitas 77,9%, spesifitas 90,0%, kappa 0,652, DOA 82,67%, p=0,000.
Kesimpulan: Salah satu upaya pencegahan penyakit kardiovaskular melalui upaya tidak/stop merokok, dikombinasikan dengan olahraga teratur dan/atau kerja fisik merupakan cara tepat untuk meningkatkan daya survival. Dihasilkan Skor Kardiovaskular Jakarta untuk memperkirakan kematian kardiovaskular di masyarakat.
The Influence of Stop/Quit Smoking, Combine with Sport and or Physical Activity on Survival of the Population at Jakarta: a Cohort Study in 13 YearsObjective: Endothelial dysfunction as the beginning of atherosclerotic process in arterial vessel due to various risk factors. Prevention of atherosclerotic process in the endothelial level through quit or stop smoking, combine with regular physical activity and or sport (Trias SOK-Stop/no Smoking, Olahraga teratur/sport or Kerja fisik/physical activity) as a simple method in the community. To know the influence of trias SOK on survival of the population, a community survey was done in three districts of Jakarta.
Methods: A historical cohort study was done on the subpopulation of MONICA Jakarta 1988 using population survey since July 1, 2000 in three districts of South Jakarta until 31 of August 2001. Multistage stratified cluster sampling was done on 523.000 people, and 2073 total samples were included in 1988 study and 479 samples perform second survey. Sample was divided into exposed group (without trims SOK) and non-exposed (trios SOK). A complete history on daily habit, cardiovascular risk factors, laboratory examination and 12 leads ECG was carried. Physical activity as well as sport in one week also divided into: no physical activity, light physical activity almost every day, moderate physical activity and heavy physical activity at least 20 minutes or more. ECG criteria using Minnesota code, hypertension (INC-VI), diabetic (fasting blood sugar 140 mg/di or occasional > 200 mg/dl), obesity (BMI > 29,99 kglm2). Verbal autopsy was carried out to diagnose the cause of mortality. Statistical analysis using SPSS for Window 10 and Stata 6. Kaplan Meier to compare survival rate between trias SOK and non-trios SOK, log rank to measure hazard ratio, kappa test for degree of agreement and p<0,05 as statistical significance.
Results: They were 479 (23.4%) samples out of 2073, 209 (43.6%) males and 270 (56.4%) females, aged 25-64 years in 1988 and 37-77 years in 2000. Cardiovascular incidence 1.2% per year, and case fatality rate of 42.9% due to heart disease. Trios SOK survival rate was higher (95.7%) compared with non-trias SOK (81.1%), and hazard ratio 1/5 [HR= 0.20, 95% CI 0.008-0.57, p-0.002]. Multivariate analysis using Cox regression revealed the significant modifiable risk factors were: smoking HR 4.99 (CI 2.56-9.73, p=0,000) compare with non-smoking, grade 3 hypertension HR 5,96 (CI 2.69-13.21, p=0,000) compare with normal blood pressure, diabetic HR 2.74 (CI 1.37-5.47, p=0.004) compare with non-diabetic, obesity BMI 30 kg/m2 HR 2.18 (CI 0.94-5.10, p=0.071) compare with normal weight. Unmodifiable risk factor were: age ? 60 years HR 10.13 (CI 4.79-21.43) compare with 25-49 years. Physical activity as well as sport in one week has low risk for cardiovascular death, either: light physical activity HR 0.4 (CI 027-0.76, p=0.003), moderate HR 0.32 (CI 0.15-0.70, p-'0.004) or heavy almost zero compare with no physical activity. Jakarta Cardiovascular Score was found. Low risk (score -7 to 1) <10%, average (score 2 to 4) 10 to 20%, high (score ? 5) >20% for cardiovascular event in 10 years (sensitivity 77.9%, specificity 90.0%, kappa 0,652, degree of agreement 82.67% and p=0,000).
Conclusions: Cardiovascular prevention through quit or stops smoking combine with regular sports and or physical activities enhances a better survival. Jakarta Cardiovascular Score was found as a simple method to estimate the cardiovascular event in the community.
"
2002
D183
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Eru Saprudin
"Kebiasaan merokok pada remaja .di dunia maupun di Indonesia terutama Jakarta cukup tinggi, yang didukung oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain faktor keluarga dan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana faktor keluarga terutama struktur fungsional keluarga yang terdiri dari: struktur peran, nilai-nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuatan keluarga mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Sebagai confounding yaitu karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta lingkungan dan. media Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang ditakukan pada remaja SLIP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Sampel diambil secara random sampling sebanyak 107 responden dari 10 SLTP.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara: struktur peran keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja SLTP (p value= 0,002), nilai-nilai keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja (p value 0,003), komunikasi dengan kebiasaan merokok pada remaja (p value 0,033). Sedangkan hubungan struktur kekuatan keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p value 0,06). Adapun karakteristik responden (confounding) yang berhubungan secara signifikan dengan kebiasaan merokok pada - remaja yaitu jenis kelamin (p value= 0,002), Iingkungan (p value= 0,004) dan media (p value= 0,001). Faktor yang paling dominan mempengaruhi struktur fungsioonal keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja ialah hubungan nilai-nilai keluarga dengan kebiasaan merokok pada remaja setelah dikontrol oleh variabel lingkungan dengan ratio OR = 19,65 (> 10 %).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada keluarga untuk mengoptimalkan peran anggota keluarga yang seimbang dan saling mendukung. Selain itu keluarga agar menjaga nilai-nilai keluarga dengan tidak merokok di depan remaja, melakukan komunikasi secara teratur dengan remaja dan melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan. Untuk Kepala sekolah dan staf agar tidak merokok di depan remaja, mengoptimalkan kegiatan UKS, OSIS dan ektrakurikuler, serta membuat slogan yang menarik untuk pencegahan merokok Perawat komunitas dapat bekerja sama dengan keluarga, tokoh masyarakat, dan instansi terkait dalam melakukan family empowerment dan promosi kesehatan tentang pencegahan dan bahaya merokok bagi kesehatan.

The smoking habit in teenagers around the world including in Indonesia, especially Jakarta, is pretty high, supported by several factors influencing it. Some of the factors are family and environment. The purpose of this study is to analyze how far the family factors, like the functional structure of family, which consists of role structure, family values, communication process, and family structure strength influences the smoking habit in teenagers in SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. The confounding are the respondent characteristic such as genders, ethnics, parent's educational backgarounds, parent's job field, and also environment and media. This study is a cross sectional study implemented toward teenagers at SLTP Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan_ The samples are taken randomly from 107 respondent from 10 Junior High Schools.
The result of this study shown significant correlations between the family role structure and the smoking habit in teenagers (p value- 0,002), family values and teenagers smoking habit (p value= 0,003), communication and smoking habit (p value= 0,033). Meanwhile the family strength structure and smoking habit in teenagers do not show any significant correlation (p value= 0,06). Respondent characteristics (confounding), which are significantly related to the smoking habit in teenagers, are sexual gender (p value= 0,002), environment (p value=0,004) and media (p value= 0,001). The most dominant factor influencing the functional structure in family to the smoking habit in teenagers in the family values correlation to the smoking habit after being controlled by the environment variables with ratio OR - 19,65 (> 10 %).
Based on this study, it is advisable that family?s should balance the family members role optimally and support each other within the family members. Furthermore families should raise their values by not smoking in front of the teenagers and giving them the wrong examples, having interactive communications with the teenagers regularly and involve the in decision-making process. For the headmasters, teachers, school staff do not smoke in front of the students, and the optimal the use of School Health Organization (Usaha Kesehatan Sekolah) and other extra curriculums activities. Schools can also make attractive slogans of saying no to smoking habit in teenagers. Community nurses can work together with families and authorities in optimal zing family roles and health promotion about preventions and the danger of smoking to our health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, K.
"Kecepatan gelombang nadi (Pulse wave velocity, PWV) diukur pada 25 subyek laki-laki bukan perokok dan dibandingkan dengan subyek perokok sebelum dan segera sesudah merokok. Tekanan darah, frekuensi nadi dan PWV tidak berbeda pada kedua kelompok sebelum merokok. Setelah merokok terjadi peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi dan PWV pada segmen Aorta-Radialis (Ao-Rad) dan Femoral-Dorsalis pedis (Fem-Dp), tapi pada segmen Aorta-Femoralis (Ao-Fem) terjadi penurunan PWV. Hal ini menunjukkan segmen arteri sentral dan perifer memberi respons yang berbeda terhadap merokok. (Med J Indones 2002; 11: 207-10)

Pulse wave velocity (PWV) was recorded in different arterial segments in 25 male nonsmokers and compared with age and sex matched smokers before and after smoking. Blood pressure (BP), Heart rate (HR) and PWV were comparable between nonsmokers and smokers before smoking. Just after cigarette smoking there was rise in HR, BP and PWV in Aorta to Radial (Ao-Rad), and femoral to Dorsalis Pedis (Fem-Dp) arterial segments, but the PWV was reduced in Aorta to Femoral (Ao-Fem) arterial segment, indicating that both peripheral and central arterial segments show different response to smoking. (Med J Indones 2002; 11: 207-10)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-208
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianison
"Saat ini tembakau telah dikonsumsi di seluruh dunia dan 65-85% tembakau itu dikonsumsi dalam bentuk rokok. Berbagai masalah kesehatan telah timbul akibat kebiasaan merokok yang telah melanda dunia saat ini. Badan kesehatan dunia (WHO) dan organisasi kesehatan lainnya giat berkampanye untuk menangani masalah epidemi merokok. Diperkirakan dewasa ini 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit-penyakit yang timbul karena merokok. Bahaya merokok telah diketahui orang sejak lebih dari 400 tahun yang lalu namun laporan mengenai penyakit yang berhubungan dengan rokok baru ada sekitar abad ke-18 yaitu ditemukannya kanker bibir dan kanker hidung.
Sekarang kita sedang berhadapan dengan suatu bencana medis terbesar yaitu penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok. Penyakit tersebut merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki. Sudah lama dikenal bahwa asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh manusia dari kepala sampai kaki, dari kanker sampai impotensi. Sekitar 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan yang ada di Indonesia adalah perokok Secara keseluruhan sekitar 27,7% persen penduduk Indonesia adalah perokok meskipun data lokal menunjukkan basil yang berbeda-berbeda. Berdasarkan data WHO 2002, Indonesia menduduki urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Setiap tahunnya dikonsumsi sekitar 215 miliar batang rokok, dengan total biaya lebih dari 100 triliun. Di dunia diperkirakan terdapat sekitar 1,2 milyar perokok, 800 juta diantaranya terdapat di negara berkembang.
Merokok adalah salah satu penyebab kematian manusia di dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan terdapat 4,9 juts kematian tiap tahun akibat rokok, berarti terdapat satu kematian tiap 8 menit. Angka ini diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030. Centers for Disease Control and Preventions (CDC) saat ini tengah bekerja keras mengatasi masalah yang timbul akibat rokok dengan membuat program pengontrolan dan pencegahan pemakaian rokok secara global. Program ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak di dunia. Bentuk program itu antara lain adalah surveillance global tentang rokok. Ada empat surveillance global yaitu Global Youth Tobacco Survey (GYTS), Global School Personnel Survey (GSPS), Global Medical Doctors Survey (GMDS) dan Region Survey of Country Specific Tobacco-related Information (Regional Survey).
Salah satu bentuk konkrit ikut membantu program WHO adalah dengan melakukan GSPS di kota Depok. Kota Depok merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jakarta, terletak di selatan kota Jakarta. Luas daerahnya adalah 200,29 km2, terdiri dari 6 kecamatan, 63 kelurahan dan jumlah penduduk 1.369.461 jiwa. Terdapat 126 sekolah menengah pertama (SMP) di Depok ini yang tersebar di 6 wilayah, terdiri dari 14 SMP negeri dan 112 SMP swasta. Selama ini belum ada data tentang kekerapan merokok, data tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku merokok pada guru dan karyawan SMP di Depok ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T20856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayati Fawzani
"Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Karena itu, apabila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik fisik maupun mentalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara sukses berhenti merokok dan mengetahui faktor-faktor kemudahan berhenti merokok. Diharapkan juga bisa menggalang dan mewujudkan setiap unsur masyarakat untuk menciptakan etika masyarakat dalam merokok. Penelitian dengan metode kualitatif melalui studi kasus 3 perokok berat dilakukan pada tahun 2004 di Yogyakarta. Kriteria informan meliputi umur di atas 40 tahun, kawin, sudah berhenti merokok, termasuk perokok berat dengan lama merokok di atas 10 tahun dan menghabiskan lebih dari 20 batang per hari. Wawancara terhadap informan dilakukan dengan memakai alat perekaman. Modal utama sukses berhenti merokok adalah niat dan tekad yang kuat dari perokok itu sendiri. Alasan untuk berhenti merokok adalah faktor kesehatan, organisasi keagamaan, dan keluarga. Faktor kesehatan berkaitan dengan sakit yang diderita oleh informan, seperti hipertensi, demam tinggi, batuk-batuk, dan dada terasa nyeri. Faktor organisasi keagamaan berkaitan dengan organisasi agama yang diikuti informan yang melarang merokok. Faktor keluarga berkaitan dengan keluarga informan yang mengikuti jejaknya sebagai perokok. Di samping itu, informan juga mempunyai balita yang seharusnya tidak boleh terkena asap rokok. Metode yang dipilih untuk berhenti merokok adalah metode pengobatan, perubahan perilaku, dan dorongan positif. Semua peristiwa di atas menyebabkan seorang perokok harus menghentikan kebiasaannya sebagai perokok. Hikmah di balik itu semua adalah perokok memiliki kemauan yang kuat untuk berhenti dari merokok.

Smoking Cessation Therapy. Cigarettes are regarded as being highly addictive. Consequently, if the smoker quits their habit, they will feel physically and mentally stressed. The purpose of this research is to understand, successful methods of quitting smoking, and factors which ease quitting smoking. It is also hoped to be able to lay a base for and bring into reality every element of society to create a social etiquette in smoking. Research using qualitative method by case studies among 3 smokers was undertaken in 2004. The criteria of the informant was age more than 40 years old, married, successfully in smoking cessation, and 10 years more as a smoker. The interview to informants was hold by recorder. The principle model of successful quitting smoking was the strong will and determination of the smokers themselves. The reasons to stop smoking were also health, religious organisation, and, family factors. Health factors are related with disease suffered by the informants such as hypertension, fever, cough and headache. Religious organisation factors are related to religious organization that prohibit to smoke. Family factors were related to the family of the informants who followed in their footprints as smokers. Besides that, the informants also had young children who should not be exposed to cigarette smoke. The methods used by the informants to smoke cessation were therapy, changing behavior, and positive encouragement. All the above incidents resulted in a smoker quitting their habit. The wisdom behind all this is a smoker who has a strong will to quit smoking."
Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu Budaya, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Widowaty
"Penelitian ini membahas mengenai perilaku merokok pada siswa SMP. Hal ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh stereotipi perokok dan konformitas terhadap perilaku merokok sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada siswa SMP. Pada stereotipi perokok, peneliti menggunakan hasil penelitian terdahulu dan hasil elisitasi. Sedangkan aspek konformitas disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Partisipan penelitian ini adalah 120 siswa SMP di Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku merokok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas dapat dijadikan sebagai prediktor pada perilaku merokok siswa SMP. Hasil analisis multiple regression, R =0, 631, R2 = .398, menunjukan bahwa stereotipi perokok dan konformitas secara bersama-sama menyumbang sebesar 39,8 % terhadap perilaku merokok pada siswa SMP. Di antara stereotipi perokok dan konformitas, ditemukan bahwa stereotipi perokok memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku merokok siswa SMP. Selain itu, melalui hasil analisis t-test ditemukan adanya perbedaan stereotipi perokok dan konformitas yang signifikan antara partisipan yang merokok dan yang tidak merokok.

The research studies smoking behavior among middle school students. This research's aim is to examine how much smoker stereotype and conformity influence smoking behavior on middle school students. To measure smoker stereotype the research uses the previous research and elicitation. While aspects of conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is ex post facto field study. Participants of this research are 120 middle school students in Jakarta.
This research's results that smoker stereotype and conformity influence smoking behavior in middle school student. This meant that smoker stereotype and conformity was predictors toward smoking behavior on middle school students. The multiple regression analysis showed R =0, 631, R2 = .398. This meant that smoker stereotype and conformity were effectively contribution 39,4 %. Smoker stereotype had greater contribution than conformity. Beside that, this research also finds that there is a significant difference in smoker stereotype and conformity between smokers and non smokers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Adhi Pradana
"Penelitian ini mencoba menggambarkan dinamika motivasi dalam usaha mengakhiri perilaku merokok. Konteks motivasi ditinjau mulai dari pembentukan niat berhenti merokok, usaha awal berhenti merokok, kembali merokok secara teratur, dan usaha berhenti merokok hingga menjadi mantan perokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran motivasi secara deskriptif dan subyektif pada mantan perokok dalam usaha berhenti merokok setelah mengalami fase relapse. Jumlah partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah dua orang mantan perokok.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa usaha awal berhenti merokok terorientasi secara terkontrol, atau termotivasi secara ekstrinsik. Penelitian ini pun menemukan bahwa terdapat sebuah proses internalisasi motivasi ekstrinsik yang mengubah motivasi yang awalnya terkontrol menjadi berkedaulatan tekad seperti pada motivasi intrinsik.
Sebagai kesimpulan, untuk mengakhiri perilaku merokok dibutuhkan motivasi yang berkedaulatan tekad dan berintegrasi penuh pada diri individu. Selain itu proses internalisasi motivasi ekstrinsik dapat muncul secara alami dalam diri individu dan memiliki peranan penting dalam mengakhiri perilaku merokok. Terlebih lagi, fase relapse pun menjadi salah satu faktor yang mendorong internalisasi dari motivasi ekstrinsik.
Recent study tried to reveal young adulthood's motivation on their smoking cessation attempts after having relapsed and ended as having ex-smokers statuses. The concept of motivation analyzed within the context of making the commitment, first attempt of smoking cessation, having relapsed, and next attempts of quit smoking that make young adult successfully ended their smoking behavior. The study used qualitative approach to understand the process of motivation on young adulthood participants with descriptive and subjectively manner. The analysis focused on two young adult ex-smokers who have different characteristics on their smoking cessation attempts.
Hence, the results of study found that the first attempts of young adult?s smoking cessations were motivated by extrinsic factors, which involved control from others. Recent study was also able to establish the process of internalization of extrinsic motivation, and associated with specific regulation within the smoking cessation attempts.
As conclusion, smoking cessation needs sense of determined and integrated on individual perception as agency of the action. Nevertheless, the internalization on extrinsic motivation occurs naturally within the participants and being an important factor for smoking cessation. Furthermore, having relapse on the first attempt to quit smoking indicated as one important aspect to internalized the extrinsic motivation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan mengidentifikasi determinan angka kejadian ISPA pada balita dari orang tua perokok aktif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 93 orang tua perokok dari wilayah RW 06 Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Hasil menunjukkan faktor yang mempengaruhi angka kejadian ISPA pada balita adalah usia orang tua (p value 0,018; a 0,05) dan perilaku merokok orang tua (p value 0,01; a 0,05). Saran bagi penelitian selanjutnya adalah menggunakan desain kuasi eksperimen sehingga terlihat perbedaan antara balita yang terpapar dan tidak terpapar dengan asap rokok."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5918
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>