Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Eli Mas`idah
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dekade 1990 an manajemen pemasaran dikenal sebagai era micromarketing atau super segmental. Hal ini disebabkan karena masyarakatnya yang heterogen. Tentunya kondisi demikian mendorong lajunya needs atau wants konsumen yang komplek. Sehingga perlu penataan manajemen pamasaran yang sesuai dengan kondisi yang ada. Disisi lain, perlunya menyadari bahwa suatu perusahaan memiliki keterbatasan baik material, sumber daya manusia ataupun waktu / energi dalam memenuhi needs & wants tersebut. Sehingga konsep membagi pasar menjadi sub-sub pasar atau pasar target akan menjadi sangat relevan untuk memenuhi needs atau wants konsumen yang semakin heterogen. Agar lebih efektif maupun efisien maka perlu mengetahui segmen yang potensial sehingga diperlukan suatu riset manajemen pemasaran tentang "Penetapan segmentasi yang potensial sebagai faktor strategi pemasaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran". Langkah riset ini adalah merumuskan permasalahan dengan menetapkan tujuan yang hendak diambil. Selanjutnya melakukan riset lapangan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang diperlukan. Data-data yang dihasilkan diolah menggunakan tool Analisa Conjoint dan Regresi. Hasil pengolahan data tersebut dianalisa untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil akhir inilah yang digunakan sebagai strategi dalam melakukan pemasaran . Berdasarkan dari hasil analisa baik dari grafik maupun hasil tes signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap nilai penjualan maka segmen konsumen pasar yang potensial adalah segmen dengan tingkat ekonomi menengah. Sedang segmen dari segi needs atau wants konsumen dapat terbagi dalam sembilan segmen, dimana segmen .produk yang potensial adalah konsumen yang paling sutra memakai batik dari jenis bahan dari sutera dengan tingkat kenyamanan dingin dan dengan harga murah. Namun secara keseluruhan tingkat kenyamanan adalah faktor terpenting dalam pemilihan batik. Jadi faktor strategi pemasaran yang efektif dan efisien adalah dengan menetapkan segmen konsumen pasar dengan kelas ekonomi menengah yang memiliki needs & wants batik dengan kombinasi atribut dari jenis bahan terbuat dari sutera, dipakai dingin dan harganya murah. Secara keseluruhan tingkat kenyamanan adalah merupakan faktor terpenting dalam pemilihan batik. Segmen inilah yang semestinya dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan program pemasaran.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursid Pratomo
Abstrak :
Persaingan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia semakin ketat dengan produknya yang semakin beragam, Keunggulan dari dimensi daya tank produk bagi konsumen merupakan salah satu kunci keberhasilan produk di pasar. PT. Ultra Jaya Milk Industry dan Trading, Tbk adalah perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman khususnya minuman diseptik (steril) yang diproses dengan system Ultra High Temperature (UHT) dengan teknologi pengepakan produk dari Tetra Pak. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1971 di Bandung dan telah berhasil memasarkan produknya di segala pelosok kota di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 20-90%. Untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan produknya, PT, Ultra Jaya Milk Industry harus menerapkan kebijakan bisnis dan strategi pemasaran yang tepat antara lain dengan mengetahui apa saja kekuatan produknya. Berdasarkan pendapat konsumen penelitian ini bertujuan untuk dapat menjelaskan daya tarik produk PT. Ultra Jaya Milk Industry berdasarkan variabel produk yaitu rasa, harga, kemasan, kemudahan untuk memperoleh produk, promosi dan citra rasa. Selanjutnya juga untuk dapat menjelaskan pengelompokkan variabel daya tarik produk bagi konsumen berdasarkan wilayah geografis konsumen serta berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konsumen. Teori yang digunakan adalah prosedur segmentasi pasar dengan identifikasi segmen pasar melalui tiga tahap yaitu survey, analisis dan pembentukan profile (Kotler, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk dapat menjelaskan apakah variabel produk yaitu rasa, harga, kemasan, kemudahan untuk memperoleh, promosi dan citra rasa merupakan daya tarik produk PT. Ultra Jaya Milk Industry Trading Tbk, Bagi konsumen. Selain itu ingin diketahui pula bagaimana pengelompokkan variabel daya tarik produk bagi konsumen berdasarkan wilayah geografis konsumen serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap daya tarik produk. Untuk ini telah dilakukan penelitian berupa survey untuk memperoleh data primer melalui cara wawancara dan observasi dilapangan, Data sekunder di kumpukan dari laporan berkala perusahaan dan dari prospectus perusahaan. Dilakukan analisis faktor dari variabel produk yang diteliti melalui 500 responden yang dikumpulkan melalui teknik probability sampling berasal dari sepuluh kecamatan di Jakarta timur yaitu masing-masing terdiri dari 10 responden di kecamatan Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren sawit, Jatinegara, Kramat Jati, Makasar, Matraman, Pasar Rebo, dan Kecamatan Pulo Gadung. Dari hasil analisis bahwa : Kecamatan Cakung :Hasil analisis menunjukkan adanya tiga faktor yaitu faktor 1 (rasa dan harga), faktor kedua (kemasan dan mudah) dan faktor 3 (promosi dan merk). Berarti konsumen di wilayah Kecamatan Cakung faktor yaitu rasa dan harga sangat penting. Ini beralasan karena rasa yang lebih enak diimbangi oleh harga yang lebih mahal atau sebaliknya. Untuk faktor kedua, yakni kemasan dan mudah menunjukkan ketertarikan kemasan yang baik dan kemudahan untuk dibawa dan diperoleh di toko/pengecer atau mudah diperoleh di tokok-toko umumnya. Sedangkan faktor yang ketiga menunjukkan daya tarik pada promosi dan merk, keduanya merupakan identitas dan citra produk adalah faktor-faktor yang menentukan mengapa konsumen membeli. Kecamatan Cipayung terdapat 2 faktor yang menentukan yaitu faktor 1 ( kemasan, mudah dan promosi) dan faktor 2 (rasa, harga dan merk). Ini berarti konsumen pada faktor 1 tertarik pada bentuk kemasan yang mudah dibawa dan disediakan di pasar sesuai yang dijanjikan oleh promosi sebelumnya, sedangkan faktor 2 , rasa yang enak diimbangi oleh harga dan kekuatan citra merek produk. Kecamatan Ciracas terdapat 2 faktor yang menentukan yaitu faktor 1 ( rasa, harga dan kemasan) dan faktor 2 (mudah,promosi dan merk). Ini berarti konsumen pada faktor 1 tertarik pada rasa yang sesuai dengan harga yang ditawarkan dan bentuk kemasan yang baik. Sedangkan faktor 2 , . mudah dibawa dan disediakan di pasar sesuai dengan yang dipromosikan yang diikuti kekuatan citra merk produk. Kecamatan Duren Sawit terdapat 3 faktor yang menjadi daya tarik konsumen untuk membeli produk.Faktor 1 (rasa dan merk), faktor 2 (kemasan dan mudah) serta faktor 3 (promosi dan merk). Oleh karena itu produk tersebut pada faktor 1 rasa yang enak sesuai dengan citra merk produk di pasar, faktor 2 disamping kemasan yang manarik juga produk mudah diperoleh di pasar, faktor 3 produk yang dipromosikan dijual dengan harga yang menarik. Dapat disimpulkan bahwa variabel yang menjadi daya tarik produk PT. Ultra Jaya Milk Industry dan Trading Tbk sangat variatif tergantung letak wilayah geografis konsumen dan memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Zera
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengumuman laba, serta pengaruh return on equity dan komponennya yaitu net profit margin, asset turnover dan leverage, terhadap reaksi pasar pada saat pengumuman laba. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah 236 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000 sarnpai 2004. Untuk menguji pengaruh pengumuman laba terhadap reaksi pasar dilakukan event study dengan pengamatan 5 hari sebelum peristiwa hingga 5 hari setelah peristiwa, menggunakan pengujian statistik uji-t. Sdangkan untuk menguji pengaruh return on equity dan komponennya digunakan analisis regresi berganda, dengan return on quity, net profit margin, asset turnover, leverage, dan interaksi antara net profit margin dengan asset turnover sebagai variabel bebas, dan return saham sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap pengumuman laba. Return on equity dan komponennya secara bersama-sama berpengaruh terhadap reaksi pasar. Return on equity investment, net profit margin, dan interaksi antara ner profit margin dengan asset turnover masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
The objective of this study is to investigate reaction of market to earning announcement, and market reaction of return on equity (ROE) and ROE components are net margin profit, asset of turnover and of ieverage, at date of earning announcement. This study uses the sample of 236 firms listed in the Jakarta Stock Exchange, during 2000-2004. Event study with event windows t-5 to t+5 used t-test for checked impact of earning announcemet for market reaction. The hypotheses are analysed by multiple Iinier regression impact of equity on return, margin profit net, asset turnover, leverage, and interaction between net profit margin with asset turnover as independent variables, and stock return as dependent variable. The result of this study, show that market reacts significantly toward earning announcement. Return on equity and its components alltogether stimulate reactions to the market. Return on equity and investment, net profit margin, and interaction between net profit margin and asset turnover each has significant eject on stock returns.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T16994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Prihanggoro
Abstrak :
Seiring dengan berkembangnya media massa karena kebebasan pers yang didukung oleh UU no 40 tahun 1999 maka media muncul ke masyarakat juga semakin beragam. Jenis media yang berkembang cukup pesat adalah media cetak lslami dalam format majalah yang kini sudah banyak ditemui di toko buku atau agen. Majalah - majalah tersebut muncul dengan topik - topik sesuai dengan tema yang diangkatnya sehingga menjadi sangat beragam, diantaranya adalah majalah Ghoib yang membahas tentang praktek mistik dan fenomena gaib dari sudut pandang syariat Islam. Dalam perjalanan bisnisnya sejak terbit tahun 2004, majalah Ghoib sudah mengalami pasang surut penjualan. Hingga saat ini majalah Ghoib dalam kecenderungan memburuk ditandai dengan jumlah penjualannya yang menurun, bahkan sampai titik yang paling rendah. Bagi majalah Ghoib, penjualan sangat erat kaitannya dengan profitabilitas karena revenue majalah Ghoib saat ini hanya sebagai media berbasis langganan sehingga sumber pendapatannya dari penjualan majalah. Literatur menyebutkan bahwa sebuah perusahaan media berbasis pelanggan hendaknya menggunakan strategi bersaing dengan mengoptimalkan basis pelanggannya. Permasalahan dalam melakukan optimalisasi yang dibahas dalam karya akhir ini meliputi pemahaman karaktcristik dan segmen pelanggan serta bagaimana memilih dan mengembangkan segmen pelanggan tersebut. Upaya untuk memahami pelanggan dimulai dengan melakukan penelitian tentang karakteristik pelanggan kemudian dikelompokkan dalam segmen - segmen pelanggan. Segmen ini kemudian dievaluasi nilai dan karakteristiknya untuk dipilih mana yang sesuai untuk menunjang kelangsungan bisnis majalah Ghoib. Dari hasil penelitian karakteristik pelanggan maka ditemukan adanya 3 segmen pelanggan dinamakan segmen A. B dan C. Segmen A dicirikan sebagai orang-orang yang aktif bekerja dan mengkonsumsi majalah Ghoib sebagai majalah yang memberi informasi tentang hal gaib sekaligus sudut pandangnya dari syariat. Segmen ini mengkonsumsi majalah Ghoib sebagai sumber pengetahuan tentang hal gaib yang sesuai syariat. Sedangkan segmen B merupakan orang - orang yang menjadikan majalah Ghoib sebagai majalah keluarga dengan ciri memiliki sosialisasi yang kuat. aktif mendiskusikan isi majalah Ghoib dengan keluarga tetapi mengkonotasikan hal gaib sebagai hal negatif. Segmen C berupa orang yang lebih banyak di rumah sehingga kurang aktif dalam aktivitas diskusi atau kajian. Bagi mereka majalah Ghoib mungkin sebagai pengisi waktu dan sumber pengetahuan Islami. Dari hasil segmentasi tersebut akan dipilih segmen yang layak untuk digarap majalah Ghoib. Pemilihan ini berdasarkan kelayakan secara ekonomis dan non-ekonomis. Secara ekonomis segmen yang layak adalah yang dapat dikembangkan sehingga menguntungkan majalah Ghoib. Sedang secara non-ekonomis segmen yang layak adalah yang sesuai dengan misi dari majalah Ghoib. Karena pemilihan menggunakan dasar kelayakan maka hasilnya bisa lebih dari satu segmen yang layak. Evaluasi Customer Lifetime Value (CLV) dan Customer Profitability (CP) terhadap segmen-segmen tersebut memperoleh hasil pelanggan pada ketiga segmen tersebut tidak berbeda nilainya. Besarnya nilai total profitabilitas pada tiap segmen hanya didorong oleh faktor jumlah anggota segmen yang besar. Dengan pendapatan tiap pelanggan sama, biaya relasi yang sama dan lama relasi yang relatif sama maka logis faktor penentu segmen hanya pada besar segmen. Hasil analisa CP dan CLV menunjukkan bahwa nilai segmen yang sama tersebut karma program pemasaran majalah Ghoib van helium dirancang spesifik pada segmen-segmen tertentu. Jika dirancang secara spesifik, besarnya pendapatan dan biaya untuk mengembangkan dan membina tiap segmen dapat menjadi berbeda sehirigga profitabilitas segmen pelanggan menjadi berbeda. Kemudian perbedaan profitabilitas tersebut menjadi dasar dalam pemilihan segmen untuk digarap sebagai faktor ekonomis. Program pemasaran tersegmentasi dirancang untuk mengembangkan dan membina segmen- segmen secara spesifik. Segmen A dapat dikembangkan dengan program kajian tematik dan diperdalam hubungannya melalui penjualan buku-buku. Sedangkan segmen B dapat dikembangkan dengan Program Jaring Pelanggan (PJP) dan workshop ruqyah serta dibina melalui program Tema pelanggan disertai penjualan merchandise atau seperti naik haji bersama, rekreasi dan lain - lain. Sedangkan segmen C hanya dapat dikembangkan melalui kerjasama dengan distributor tetapi belum ada cara untuk membinanya. Dengan demikian segmen yang layak secara ekonomis adalah segmen A dan B. Faktor lain dalam pemilihan segmen adalah faktor non-ekonomis yang merefleksikan misi majalah Ghoib. Preferensi terhadap hal - hat gaib sesuai dengan syariat dan semangat untuk mengedukasi lingkungan sekitar untuk menjauhi praktek mistik dan hal gaib yang menyesatkan merupakan kriteria dari majalah Ghoib. Analisa karakteristik segmen menunjukkan bahwa segmen A mempunyai preferesi ke hal gaib sesuai syariat dan segmen B merupakan segmen dengan semangat edukasi yang diinginkan majalah Ghoib. Dari faktor ekonomis dan non-ekonomis tersebut maka segmen yang layak direkomendasikan untuk digarap majalah Ghoib adalah segmen A dan B. Implikasinya majalah Ghoib harus menjalankan program pemasaran secara spesifik dengan prioritas kepada kedua segmen tersebut sehingga dapat berkembang. Sedangkan segmen C hanya dibiarkan saja karena segmen ini keberadaannya tidak merugikan majalah Ghoib dan nantinya akan mengecil seiring berkembangnya segmen lainnya. Saran untuk majalah Ghoib terkait dengan kondisi penjualan yang menurun maka dijawab dengan program pemasaran tersegmentasi yang dikombinasikan sedemikian rupa sehingga laju akuisisi pelanggan baru dapat meredam laju penurunan pelanggan. Selain itu perlu penelitian tentang faktor yang mempengaruhi penjualan sehingga hasil program pemasaran tidak terbias oleh faktor-faktor lain yang tidak dikenali atau diluar kontrol majalah Ghoib. Hal lain yang harus dilakukan majalah Ghoib adalah memperbaiki koordinasi dan perencanaan manajemen usahanya supaya lebih balk. Koordinasi antara redaksi majalah, klinik rugyah dan penjualan buku masih kurang di mana masing-masing belum memahami posisinya dalam mengembangkan dan membina pelanggan. Terakhir majalah Ghoib dapat mencoba membuka wacana untuk menambah sumber pendapatan dari iklan. Upaya ini membutuhkan pemahaman terhadap karakteristik pelanggan dan keinginan dari pemasang iklan. Tetapi strategi majalah Ghoib harus tetap fokus pada pelanggannya karena para pelanggan inilah yang membantu majalah Ghoib dalam menjalankan misinya.
Along with the upcoming of mass-media supported by government law no 40, 1999, mass-media especially magazine become more varied. One of those with exceptional growth are Islamic magazines which could be found on every bookstore 1 agents nowadays. Islamic magazines came with numerous themes, and one of those which explains mystic and supernatural phenomenon in Islamic point of view is Ghoib magazine. Since the beginning of 2004, Ghoib magazine has already risen and fallen on sales. Currently, sales is falling, even lower into Ghoib's lowest sales record. As for Ghoib, sales are their blood of the business because their revenue is mainly from their circulation. Literature says subscriber-based media companies should optimize their customer base, rather than expanding the revenue source into advertising or other promotional programs. This paper tries to elaborate the problem in optimizing customer base. The problem includes undestanding customer characteristics divided into segments, then choosing and develop the customer bases. Customer base understanding starts with marketing research to classify customer into homogenous segments. Next, these segments are evaluated based on economic value and their characteristics to choose which segment qualified to supports Ghoib in the future. Research found Ghoib customers could be classified into 3 segments, named as segment A, B and C. Segment A consists of active people that consume Ghoib to satisfy their needs on information about supernatural phenomenon in syariah perspectives. Segment B has strong social-interaction, consumes Ghoib as a family magazine and discusses the content with their -family members: Segment B also need Ghoib magazine as a source of Islamic information and knowledge. Lastly, segment C consists of individuals who spend the time mostly at home, rarely attend to Islamic discussion forums. Segment C consume Ghoib magazine to fill his 1 her spare time with Islamic information. Customer Lifetime Value (CLV) and Customer Profitability (CP) analyses show that these segments are similar. Segments value driven by its size. This means that every customer in each segment have the same value. This is because every revenue and cost related to the customer is unsegmented. If Ghoib's marketing programs are re-engineered into a segmented approach then every segment will be different in terms of its value. Segmented marketing programs are designed to develop and maintain segment-specific customer relationships. Segment A is developed by running seminars, holding panel discussions, etc. The relationship with segment A can further deepen by cross-selling books discussed about supernatural phenomenon, Islamic preach, etc. Segment B can be developed by Program Jaring Pelanggan (Customer Development Program) and utilizing ruqyah workshop. Inspired by segment's B strong social-activities, Ghoib can initiate a subscriber gathering event where Ghoib's merchandises can be offered. Lastly, segmen C can only be developed with the cooperation Ghoib's distributors. However, there is no program economically suitable to maintain them. Thus, segment A and B are economically qualified for Ghoib to develop its customer base further. Another qualification method, for confirmative purpose, is non-economic value of segments. The non-economic value determined from the fitness between Ghoib company values and each segment characteristics. The result is that segment A and 13 qualified because segment A has strong preference on supernatural issues as well as Ghoib, while segment B is fit with Ghoib's mission to spread supernaturalism in syariah perspective. Within the context of declining sales trend, segmented marketing programs will be the answer to dampen the sales fall. A well-designed segmented marketing program coupled with careful execution will revive magazine sales. Finally, Ghoib should improve their internal marketing coordination in order to able to execute its segmented marketing program optimally.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Martgiani Soehartami
Abstrak :
Pemasaran sosial/social marketing adalah sebuah strategi untuk mengubah perilaku. Pemasaran sosial bertujuan untuk mengubah gagasan atau tingkah laku yang merugikan dan mengupayakan diterimanya suatu gagasan atau tingkah laku baru. Dalam hal ini, PLN melakukan program kegiatan pemasaran sosial yaitu kampanye melalui media massa untuk pemberdayaan masyarakat yaitu dengan Gerakan Hemat Listrik. Gerakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengajak masyarakat dalam menghemat penggunaan energi listrik. Hal ini terjadi karena naiknya harga minyak serta nisaknya beberapa pembangkit PLN. Dalam melakukan pemasaran sosial seringkali menggunakan kampanye dengan tujuan untuk mengubah perilaku. Dalam kegiatan kampanye diperlukan komunikasi yaitu melalui kegiatan iklan, dalam hal ini adalah Iklan Layanan Masyarakat. Iklan Layanan Masyarakat (ILM) adalah iklan yang biasanya digunakan tujuan sosial. Efek kampanye sosial tidak terlepas dari efek kegiatan komunikasi, khususnya melalui ILM. Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan penulisan, yaitu: pertama, mengetahui pengaruh Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Hemat Listrik terhadap aspek Kognitif khalayak sasaran, diasumsikan sebagai pengetahuan khalayak terhadap Gerakan Hemat Listrik. Kedua, mengetahui pengaruh Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Hemat Listrik terhadap aspek Afektif khalayak sasaran, diasumsikan sebagai ketertarikan,perasaan khalayak terhadap Gerakan Hemat Listrik. Ketiga, mengetahui pengaruh Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Hemat Listrik terhadap aspek Konatif 1 Behavior khalayak sasaran, diasumsikan sebagai keikutsertaan khalayak terhadap Gerakan Hemat Listrik. Analisa penulisan dibatasi pada hal-hal seperti periode penelitian hanya pada tayangan iklan periode Januari 2005 -- Desember 2005. kemudian, versi iklan yang diteliti adalah versi Listrik Dihemat Manfaat Didapat. Khalayak atau segmen sasaran dalam penulisan ini adalah konsumen PLN dengan target utama adalah ibu rumah tangga yang berada di wilayah Jakarta. Setelah melakukan pengolahan data dapat diketahui bahwa Ad awareness terhadap iklan PLN terutama untuk versi Listrik Dihemat Manfaat agak kurang baik. Sebagian responden lebih banyak mengingat iklan versi 17-22 serta iklan Departemen Kesehatan yang mengajak responden untuk ke Posyandu untuk imunisasi. Dari hasil mean analysis juga dapat diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi sikap kognitif khalayak adalah frekuensi penayangan ILM PLN. Semakin sering iklan ditayangkan akan meningkatkan sikap kognitif khalayak sebesar 6,1%. Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa responden mau ikut berperan serta dalam gerakan hemat listrik. Hal ini sesuai dengan keinginan PLN yang ingin mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan gerakan hemat listrik. Hasil pengolahan data juga membuktikan bahwa hipotesis pertama dapat diterima bahwa iklan layanan masyarakat dapat mempengaruhi sikap kognitif khalayak sasaran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh frekuensi dan durasi iklan layanan masyarakat. Hasil pengolahan data juga membuktikan bahwa hipotesis kedua dapat diterima bahwa sikap kognitif dapat mempengaruhi sikap afektif khalayak sasaran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman responden/khalayak sasaran terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat. Hipotesis ketiga juga dapat diterima bahwa sikap afektif dapat mempengaruhi sikap behaviour/trial adoption khalayak sasaran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keinginan responden/khalayak untuk ikut serta dalam gerakan hemat listrik.
Social Marketing is a strategy to change behavior. The aim of social marketing is to change an old attitude to a new attitude. In this thesis PLN make a social marketing program in social campaign trough mass media. This campaign wants to persuade society to reduce using electricity. Causes of the campaign are the increasing of fuel price and PLN's broken machine. Social campaign needs communication trough advertising, especially public service advertising (PSA). The main goal of PSA is to make social changes. The social campaign effects like communication effects. This research have three aims: First, researcher wants to know the influences of public service advertising to cognitive aspect in target audience. Second, researcher wants to know the influences of public service advertising to affective aspect in target audience. Third, researcher wants to know the influences of public service advertising to behavior aspect in target audience. The resesearch has limit such as research period, the PSA version and also the target audience. The target audience of this PSA is housewives in Jakarta. The result from this research, conclude that ad awareness to PSA still low. Almost all respondents remember another version of PLN PSA. From the mean analysis can conclude that PSA had influenced target audience's cognitive aspect. Especially PSA's frequency and PSA's duration attributes. The result from this research, conclude that we can accept the second hypothesis. From the mean analysis can conclude that PSA had influenced target audience's affective aspect. Especially target audience understanding to PSA's message attribute. The result from this research, conclude that we can accept the third hypothesis From the mean analysis can conclude that PSA had influenced target audience's behavior/trial adoption aspect.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Tunggadewi
Abstrak :
Dove merupakan produk personal care berskala global yang diproduksi oleh Unilever sejak setengah abad yang lalu, di mana awalnya dikenal sebagai "America's beauty bar". Hingga saat ini, Dove telah memiliki beragam varian produk seperti shampo, kondisioner, farming lotion, dan sebagainya. Di Indonesia, Dove di pasarkan sejak tahun 2000 dan sampai saat ini mereknya masih mewakili produk yang cukup kompetitif. Kesuksesan Unilever dalam memimpin pasar tidak terlepas dari kegiatan promosinya. Sebagai perusahaan yang besar, perusahaan ini tetap konsisten untuk menjaga dan mengkomunikasikan produk mereka kepada konsumen. Begitu pula Dove yang merupakan salah satu produk unggulan mereka kategori personal. Sekitar pertengahan 2004, Unilever menggelar "Campaign For Real Beauty" yang merupakan global campaign, yang memiliki tujuan yaitu memberikan alternatif cara pandang wanita terhadap arti kecantikan . Kampanye ini ingin mengajak para wanita untuk dapat mendefinisikan kembali arti cantik. Cantik adalah mereka yang dapat memperlakukan diri mereka sendiri dengan baik, menghargai diri sendiri dengan apa adanya, baik itu gemuk, kurus, tua, muda, rambut hitam atau putih, beruban, percaya diri, dan sebagainya. Pembuatan kampanye ini didasari oleh adanya hasil riset terhadap 2000 kaum wanita di seluruh Asia termasuk Indonesia yang mengungkapkan bahwa kaum hawa di tiap negara punya perilaku yang berkaitan dengan rasa percaya diri, bagaimana mereka memandang tubuh mereka dan persepsi mereka tentang kecantikan. Di Indonesia, riset ini dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Medan, Semarang. Sebagai lanjutan dari dari hasil riset di Indonesia, dengan membawa global message yang sama, Dove juga menggelar kampanye serupa sekitar pertengahan 2005, khusus produk kategori sabun batang dan shampo. Kampanye ini dikemas dalam bentuk print ad seperti poster dan billboard serta iklan televisi, dengan pertimbangan walaupun media terakhir ini tergolong mahal, akan tetapi sangat efektif untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Khusus iklan televisi untuk kategori sabun batang, menampilkan 6 wanita kalangan biasa dari berbagai usia dan profesi, dan untuk kategori shampo menampilkan wanita yang terkenal, muda dan periang. Menentukan cara berkomunikasi yang sesuai dengan target market suatu produk merupakan hal yang terpenting dilakukan setiap produsen, baik itu segmen dari target marketnya, maupun dimensi-dimensi lain yang ada pada lingkungan pasar. Dove yang menembak target pasar wanita, di kelas menengah premium, mempunyai latar pendidikan yang cukup dan tinggal di ibu kota, telah bekerjasama dengan agensi besar Ogilvy & Mather untuk membuat iklan yang dapat mengusung pesan yang diinginkan perusahaan kepada konsumennya. Mengingat televisi merupakan pilihan media yang cukup strategis untuk produk seperti Dove, akan tetapi biayanya juga sangat besar, oleh karenanya, penting bagi Unilever dan agensi ikian untuk memformulakan suatu iklan yang dapat mengkomunikasikan pesan yang diinginkan produsen. Efektifitas ikian televisi produk Dove khususnya sabun batang menjadi judul penelitian penulis kali ini. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa materi ikian Dove harus lebih kreatif agar dapat menyentuh sisi emosional dari audience. Pesan yang bersifat abstrak agar dapat ditangkap dengan baik oleh target pasar, sebaiknya iklan dibuat secara berseri, atau memuat suatu jalan cerita yang lebih menarik. Dengan tetap fokus pada frekuensi tayang yang tinggi, tentunya tujuan dari iklan Dove (sabun batang ) lebih dapat tercapai. Di samping perlu adanya kegiatan promosi tainnya, seperti public relations, dan road show ke daerah-daerah bahkan kalau perlu mencari duta Dove yang mewakili profil wanita cantik yang sesungguhnya.
Dove as one of worldwide personal care product produced by Unilever for almost fifty years ago, known as "American's beauty bar". Currently, Dove has various kind of product as one way to maintain its position in the market like shampoo, conditioner, firming lotion etc. The brand of Dove itself was launched to Indonesian market since the year of 2000, and still represents as one of the most competitive product. The success of being a market leader in Indonesian market in consumer product does not make Unilever weaken the most important marketing strategy activities which is Promotion. As a huge and well known company, Unilever keeps striving to make an extensive commitment in maintaining and communicating its product to the customer and potential customer as well as Dove products which are categorized as personal product. In the middle of 2004, Unilever conduct a global campaign that brings on the theme of "Campaign For Real Beauty", which intends to provide the beauty redefinition from the woman's perspective. This particular campaign focuses on redefining the meaning of beauty. Beauty is basically not only from the matter of good appearance, good looking etc; but it needs the wisdom and opened hearted mind to explore the horizon of beauty itself. Beauty is represented by women who could treat themselves good and wise, appreciated themselves as what they are, whether they are old, young, huge body, thin body, black hair, white hair, and also with self esteem and so on. This particular campaign was triggered of by the result of market research which was conducted over 2.000 respondent especially women in Asia region including Indonesian reveals that women in each country has different perspective the meaning of beauty and related behavior attached to it. In Indonesia, the research was conducted in several big cities like Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, and Semarang. Referring to the Indonesian market research result, Dove conducted similar campaign in the middle of year 2005, especially in soap and shampoo product. This campaign was conducted in the form of advertising printing like billboard, flyers and television advertisement. For television advertisement in soap product, Dove presents 6 ordinary women which are consisted of different kind of age and profession background. And for television advertisement in shampoo product, Dove presents famous, young and cheerful woman. The communication selection in communicating process to suitable target market is essential to each producer whether in target market and other dimension in the market surroundings to achieve the target. Dove has chosen the selective target market which is the middle class women, good educational and metropolis background. To accomplish this issue, Dove has made an arrangement to Ogilvy & Mather as its advertising company to backup and promote the selective massage to the customer. Concerning to effectiveness of television advertisement, it is important for Unilever and its advertising agency to formulate the specific advertisement that could present and accommodate the real and effective massage. In this opportunity, the writer attempts to explore the effectiveness of the television advertisement of Dove products. The main result of this paper consists of Dove advertisement materials should be creative in order to get the audience's emotional feelings. To achieve the above goals, the advertisement should be made in serial number and contents of interesting daily life stories. Having high frequent broadcasting in the prime time television, and also other promoting enchanting activities such as public relations, road show to several urban areas; the writer believe that the Dove target market was realized,
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Berthold Raja
Abstrak :
Munculnya berbagai jenis minuman isotonik mengharuskan konsumen menjadi lebih selektif di dalam memilih produk minuman isotonik yang ada. Setiap produsen minuman isotonik melakukan suatu upaya positioning terhadap produk mereka. Posisi tersebut perlu disesuaikan dan dirancang agar sesuai dan memenuhi kebutuhan dan harapan dari para pelanggannya yang dapat dipetakan atas berbagai segmen. Preferensi dan perasaan konsumen terhadap suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap apa yang diharapkan dan dicari dalam suatu produk. Analisis data multivariat menyediakan berbagai metode untuk menganalisis pasar, termasuk Multidimensional Scaling yang dapat menyediakan barbagai pemahaman untuk menganalisis product positioning, dan menelaah perbedaan persepsi konsumen terhadap produk-produk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran keadaan persaingan antar merek-merek minuman isotonik, untuk mengetahui dan menganalisis positioning setiap produk minuman isotonik, mengeksplorasi beberapa metode statistik multivariat yang dapat digunakan untuk mendukung analisis data Multidimensional Scaling, dan mengevaluasi positioning setiap produk minuman isotonik saat ini serta memberikan saran berbentuk implikasi manajerial berdasarkan output dari hasil. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen minuman isotonik di Jakarta, dengan metode penentuan non probability sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner digital yang dikirim ke e-mail responden menggunakan metode snowballing. Dari basil penelitian dan analisis ditemukan bahwa pets persepsi multidimensi, analisis cluster dan analisis faktor, para pemasar dapat secara proaktif meneliti dan mengukur persepsi konsumen terhadap posisi minuman isotonik berdasarkan atribut dan non-atribut relatif terhadap para pesaingnya. Hasil penelitian ini adalah Zporto dipersepsikan sebgai minuman isotonik yang memiliki atribut memiliki rasa, dan aroma yang sesuai, mudah diperoleh,serta aman dikonsumsi. Powerade dipersepsikan mudah diperoleh dan memiliki harga yang sesuai, Mizone dipersepsikan konsumen sesuai dengan positioning yang dibuat oleh produsennya, Gatorade dipersepsikan sebagai minuman isotonik yang memiliki bentuk yang bagus dan warna pada kemasan yang menarik, VitaZone dipersepsikan oleh konsumennya sebagai minuman isotonik yang tidak memiliki efek samping, ampuh mengatasi rasa Ielah, memiliki volume yang cukup, dan mengandung gizi yang cukup, Pocari Sweat dipersepsikan oleh para konsumen sebagai minuman isotonik yang memiliki harga yang sesuai, mudah diperoleh, rasa yang enak, aman dikonsumsi, dan memiliki aroma yang sesuai, dan Viton Active hanya dipersepsikan dengan atribut kepraktisan. Hanya dengan memaharni persepsi pasar terhadap produknya dan produk pesaing, maka kekuatan bersaing dapat lebih baik dimengerti dan secara tepat dimanfaatkan.
With the appearance of other isotonik beverages, consumers must be very selective when choosing between existing products. Each producer of isotonik beverages must position their products. This positioning must be designed in order to fulfill the needs and expectations of their customers that can be mapped into various segments. Preferences and feelings consumers have towards products can largely influence consumer choices based on what their needs and expectations are in a product. Multivariate data analysis provides various methods to analyze the market, including Multidimensional Scaling which can provide various insights that can assist the analysis of product positioning, and examine the differences in customer perceptions towards products The purposes of this research is to examine the competition environment among isotonik beverage brands, to understand and analyze the positioning of isotonik beverages, to explore the various multivariate statistic tools that can assist Multidimensional Scaling, to evaluate the current positioning of isotonik beverages, and provide suggestions through managerial implications according to the results. This research was conducted on consumers of isotonik beverages in the Jakarta area, using non probability sampling. Data collection techniques used digital questionnaires sent to each respondent's e-mail using the Snowballing method. According to the findings in this research through multidimensional mapping, cluster analysis and factor analysis, marketers can proactively examine and measure consumer perceptions towards the position of isotonik beverages (Mizone, Pocari Sweat, Powerade, Vitazone, Viton Active, Zporto and Gatorade) based on relative attributes and non-attributes of their competitors. The results of this research indicated that customer perceptions towards Zporto as having the right taste and aroma, easy to find, safe to consume, Powerade is perceived as easy to find and priced accordingly. Mizone is correctly perceived according to its producer 's. Gatorade is perceived as having an attractive shape and color of its package. VitaZone is perceived as having no side-effects, effectively cures exhaustion, and contains adequate volume and nutrients. Pocari Sweat is perceived as being appropriately priced, easily obtained, having the appropriate flavour and aroma, also safe to consume. Viton Active is only perceived as practical. By understanding market perceptions towards their own product and of their competitors' products, competitive forces can be better understood-and correctly leveraged.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Fauziah Syafarina
Abstrak :
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada peluang pasar untuk televisi segmen religi di Jakarta? Dengan adanya SK Menpen No. 111 tahun 1990, yang memberikan ijin bagi pengelolaan bagi televisi swasta di Indonesia, maka di mulailah era TV Swasta dan komersialisasi televisi. Siaran televisi swasta pada tahun-tahun pertama menguasai rating dari 20 acara yang pallng diminati pemirsa. Sementara itu, perolehan iklan melonjak dengan tajam. Meskipun demikian televisi swasta tidak terlepas dari berbagai kelemahan mendasar. Antara Iain porsi acara religi yang tidak dikemas secara maksimal, dan porsi serta penempatan acara yang terkadang pada jam-jam tertentu, membuat acara religi tidak menjadi acara yang diminati. Padahal dalam keadaan sebenarnya banyak pemirsa yang merasa membutuhkan penyeimbang dari semua acara yang ada. Hal ini terlihat dari fenomena acara manajemen qalbu di SCTV yang menduduki rating pertama dari semua acara yang ada baik hiburan maupun infomasi. Padahal acara tersebut ditayangkan pada jam-jam utama dari televlsi, yaitu minggu siang. Sehingga persepsi bahwa acara religi tidak menang dapat kita abaikan untuk tahap awal persepsi. Oleh sebab ltu, penelitian ini di dasarkan oleh keinginan untuk mengetahui karekteristik acara televisi dan apakah ada peluang pasar untuk televisi religi di Jakarta.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang pasar untuk televisi segmen religi masih kecil, Walaupun berdasarkan penelitian cluster menunjukkan besarnya peluang dan televisi segmen religi, setelah dimasukkan kedalam strulctur model anallsis, maka peluang tersebut menjadi lcecil. Besaran nilal hasil cluster menjadi ?Semu?, blla dikaitkan dengan penggunaan televisi untuk format acara agama, hal ini terlihat dari hasil akhir penelitian. Dimana penggunaan televisi untuk format acara keagamaan akan tinggi bila format acara agama tersebut diisi oleh figur masyarakat. Selain itu masih adanya ke-engganan dari produsen untuk lebih bagus mengemas acara religi, dan bila dari produsen telah mempunyai usaha untuk memperbaiki mutu kemasan tetap ada intervensi dari pihak penyelenggara televisi. Peluang untuk televisi segmentasi religi untuk tahap awal adalah di televisi sindikasi, sehingga secara operasional tidak akan besar untuk televisi segmeni religi.

Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya keseimbangan antara format acara hiburan, informasi dan agama di televisi, sehingga dapat memuaskan keinginan dari pemirsa yang terbagi dalam berbagai kelompok usia, tingkat sosial dan pendidikan. Temuan dari hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa keinglnan pemirsa televisi bukanlah faktor yang menentukan dalam industri televisi. Lebih kuat faktor dari advertising dan pemilik industri dibandingkan faktor pemirsa televisi. Sehingga program acara yang ada Iebih banyak menyesuaikan keinginan dari pihak-pihak pemegang modal. Oleh sebab itu, teievisi pada saat sekarang adalah suatu produk dari kapitalisme, dimana mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan agak mengabaikan beberapa faktor etika dalam banyak program acara yang di sodorkan kepada pemirsa televisi. Segmentasi yang dapat dibidik oleh para pernilik televisi nasional untuk saat sekarang adalah segmentansi yang luas, tidak terlalu spesifik namun untuk televisi daerah khususnya di Jakarta, masih dapat mengambil segmentasi yang spesifik dan pemirsa, dimana mereka memposisikan sebagai televisi ?Life Style" yang sangat identik dengan pola Kosmopolitan dari sebagian penduduk jakarta. Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya keseimbangan antara format acara hiburan, informasi dan agama di televisi, sehingga dapat memuaskan keinginan dan pemirsa yang terbagi dalam berbagai kelompok usia, tingkat sosial dan pendidikan, yang tidak menghilangkan karakter bangsa. Dan pemerintah harus aktif untuk memonitor dan menjadi alat sensor bagi industri televisi, sehingga televisi swasta tidak menjadi kebablasan dan muncul situasi kondusif baik bagi televisi dan produsen, namun juga untuk pemirsa televisi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwito
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya persaingan di antara perusahaan penerbangan baik di pasar domestik maupun internasional sebagai akibat deregulasi di sektor penerbangan telah mendorong beberapa perusahaan penerbangan untuk selalu mengembangkan produknya agar bisa memiliki keunggulan kompetitif, yang pada gilirannya mampu menarik penumpang yang lebih banyak secara terus menerus.

Program frequent flyer adalah salah satu produk yang dikembangkan oleh banyak perusahaan penerbangan di dunia saat ini. Salah satu tujuan utama dikembangkannya program ini adalah menarik penumpang yang sering melakukan perjalanan dengan pesawat terbang dan sekaligus mampu membayar tiket dengan harga yang Iebih tinggi dari kelompok penumpang lainnya.

Program Frequent Flyer ditawarkan kepada bussines travellers melalui sistem keanggotaan. Dengan menjadi anggota program tersebut, penumpang dapat menikmati beberapa keistimewaan yang ditawarkan penyelenggaranya. Penghargaan (award) tersebut umumnya berupa pemberian tiket cuma-cuma atau menempati tempat duduk di kelas yang lebih tinggi (upgrade) bagi yang telah mencapai akumulasi jarak (mileage) tertentu. Selain itu, program tersebut juga menawarkan beberapa fasilitas lain seperti lain seperti tambahan bagasi cuma-cuma (extra baggage allowance), ruang tunggu ekslusif, dan pelayanan lain yang dianggap kompetitif.

Untuk menambah daya kompetitif dari program ini, beberapa perusahaan melaksanakan satu program frequent flyer bersama-sama. Selain itu, penyelenggara program ini juga bekerja sama dengan perusahaan jasa yang memiliki hubungan erat dengan jasa transportasi udara seperti hotel, restoran dan pusat- pusat perbelanjaan.

Garuda Executive Credit Card (GECC) adalah salah satu produk yang dikeluarkan PT Garuda Indonesia bekerja sama dengan Bank Duta. Salah satu tujuannya adalah untuk menjaring penumpang kelas utama dan bisnis yang sering bepergian dengan pesawat udara.

Pada dasarnya GECC merupakan salah satu bentuk program frequent flyer. Perbedaan utama GECC dengan program Frequent Flyer yang umumnya dikembangkan oleh perusahaan penerbangan pada saat ini adalah pada sistem pemberian fasilitas, keuntungan, atau manfaatnya. GECC tidak menawarkan tiket cuma-cuma, fasilitas upgrade atau hadiah barang, melainkan menawarkan beberapa fasilitas seperti kemudahan transaksi, keistimewaan pelayanan, tambahan fasilitas, dan asuransi perjalanan.

Sejak dikeluarkannya pada tahun 1989, GECC banyak mengalami hambatan/ kendala yang perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Salah satu diantaranya adalah masalah jumlah keanggotannya semakin menurun.

Dari penelitian terhadap anggota GECC dan non Anggota serta wawancara dengan pengelola GECC, Penulis menyimpulkan bahwa perlu diadakan perbaikan atau pengembangan terhadap GECC, baik yang menyangkut jenis pelayanan, kualitas pelayanan yang ditawarkan, maupun sistem pengelolaannya.

Beberapa jenis pelayanan seperti limousine service, telex, reservasi hotel, dan pengantaran tiket masih sangat jarang dimanfaatkan oleh para anggota GECC. Kualitas pelayanan untuk fasilitas yang sering digunakan anggota GECC seperti prioritas reservasi dan GECC Van temyata masih perlu ditingkatkan.

Dari sistem pengelolaan dapat disimpulkan bahwa GECC center yang dihararapkan akan menjadi pusat pengelolaan GECC pada kenyataannya tidak berjalan dengan baik. Promosi yang sementara ini dilakukan masih belum berhasil. Member gathering dan majalah GECC yang seharusnya bisa dijadikan alat untuk meningkatkan komunikasi diantara anggota dan pengelola GECC kegiatannya mulai dihentikan. Keadaan ini menunjukkan bahwa produk GECC ini belum digarap dengan baik.

Melihat besarya potensi frequent flyer yang ada di kawasan Indonesia, maka sebaiknya Garuda Indonesia lebih memperhatikan produk GECC ini dengan melakukan beberapa hal berikut:
a. Meninjau kembali kerja samanya dengan Bank Duta, sehingga pengelolaannya dapat berjalan lebih baik.
b. Mengadakan pengembangan atau perubahan yang dianggap perlu atau bahkan bisa menggantikannya dengan produk frequent flyer yang saat ini dikembangkan oleh seluruh perusahaan penerbangan lain. Dalam mengembangkan I mengganti produk tersebut, Garuda Indonesia bisa melakukannya dengan berbagai cara, yang salah satunya adalah bergabung dengan salah satu program frequent flyer yang dikembangkan perusahaan penerbangan lain.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>