Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Halomoan L.
Abstrak :
Sistem Manajemen Mutu SNI 19-17025-2000 merupakan standar nasional mengenai sistem mutu pada laboratorium pengujian dengan tujuan agar dapat memberikan kepastian mutu untuk memenuhi persyaratan pelanggan dengan harapan pelanggan menjadi puas. SNI 19-17025-2000 merupakan revisi dari ISO Guide 25 yang telah dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Laboratorium Pengujian Balai Besar Industri Agra (BBIA) menerapkan SNI 19-17025-2000 sejak laboratorium pengujian BBIA diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)- BSN pada bulan Nopember 1999. Laboratorium Pengujian BBIA menerapkan sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000 untuk memenuhi permintaan pelanggannya sebagai konsistensi di bidang laboratorium pengujian yang selalu bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem manajemen mutu SNI 19-17025-2000 lebih memberi kepastian mutu kepada pelanggannya baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal yang tidak dapat dipungkiri untuk mengantisipasi terhadap era perdangan bebas yang untuk AFTA sudah dimulai pada tahun 2001 Kajian ini bertujuan untuk melihat kepastian mutu yang diberikan oleh laboratorium pengujian BBIA kepada pelanggannya melalui penerapan (peragaan) SNI 1 9-1 7025-2000 dengan menggunakan metode evaluasi. Metode evaluasi ini dipakai untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi penerapan SNI 19-17025-2000 dengan mengevaluasi (memeriksa) terhadap dokumen-dokumen mutu, laporan hasil audit sistem mutu, laporan hasil kaji ulang manajemen, laporan pengaduan pelanggan, dan hasil penilaian dari lembaga sertifikasi. Kemudian diperiksa apakah ada korelasi antara kepastian mutu dengan kepuasan pelanggan berdasarkan penilaian dan persepsi pelanggan dengan menggunakan eksplanatif. Pada kajian ini teknik sampling yang dipakai adalah acak sederhana dan populasi yang dipilih merupakan pelanggan dari wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi (Jabotabek), Pada kajian ini juga dipakai antara lain teori manajemen stratejik, pemasaran, dan sistem manajemen mutu. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Laboratorium Pengujian BBIA konsisten dalam penerapan SNI 19-17025-2000, yang secara langsung memberikan kepastian mutu pada sistem manajemen mutunya. Berdasarkan data dan informasi dari hasil print out dari program SPSS 11,0 diperoleh kesimpulan bahwa pelanggan puas terhadap mutu yang diberikan oleh laboratorium pengujian BBIA dengan penerapan SNI 19-17025-2000. Juga diperoleh hasil dari kuesioner terhadap pendapat atau persepsi dari para ahli eksternal dan internal dibidang laboratorium pengujian BBIA bahwa keberadaan dan kemampuan laboratorium pengujian BBIA sesuai dengan out put dari penerapan SNI 19-17025 secara konsisten. Disarankan, agar dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan, laboratorium pengujian BBIA perlu memberikan perhatian serius terhadap faktor-faktor lain diluar jaminan mutu antara lain: faktor-faktor pelayanan, sistem informasi pelanggan (bulletin, leaflet, web site, dll), sistem pemesanan/order, sistem pengambilan contoh yang diuji ke perusahaan, seminar, pelatihan-pelatihan, harga dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh kepada kepuasan pelanggan. Hasil kajian ini belum dapat disimpulkan secara umum dan menyeluruh disebabkan masih memiliki kekurangan (keterbatasan) antara lain: ruang lingkup kajian, sampel, populasi, dart hanya bersifat pada satu studi kasus laboratorium pengujian. Oleh karena itu untuk dikemudian hari dapat diharapkan terlaksananya kajian lanjutan yang lebih solid, utuh, dan terpadu, dimana outputnya dapat memberikan manfaat dan dampak yang luas terhadap daya saing laboratorium-laboratorium uji.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hasbi
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam era industrialisasi dan persaingan yang semakin ketat dewasa ini, bidang ketenaga kerjaan merupakan bidang yang cukup mendapatkan perhatian dari Pemerintah yang meliputi antara lain upah dan perlindungan bagi tenaga kerja.

Perlindungan terhadap tenaga kerja yang dimaksud adalah perlindungan terhadap resiko social, yang dapat mengakibatkan penghasilan berkurang atau terputus lama sekali, seperti : kecelakaan, sakit, hari tua atau meninggal dunia. Untuk menanggulangi hal tersebut Pemerintah telah menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) sebagai suatu Perusahaan Pemerintah yang dituntut untuk memberikan nilai (value) dan kepuasan pada pelanggan/peserta melalui penyampaian produk atau jasa yang berkualitas.

Guna memantau kepuasan pelanggan/peserta dan kaitannya dengan kualitas pelayanan

Program Jamsostek pada PT. JAMSOSTEK (Persero) dilakukan penelitian dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan/peserta dan kualitas pelayanan tersebut digunakan metode servqual (Service Quality) yang dikembangkan oleh Valarie A. Zeithaml dan kawan-kawan yang terdiri dari kelompok :

1. Tampilan fisik (tangible)

2. Ketanggapan dalam memberi pelayanan (responsiveness)

3. Kemampuan mewujudkan janji (realibility)

4. Kemampuan memberi jaminan pelayanan (assurance)

5. Kemampuan memahami kebutuhan pelanggan (empathy)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat

kepuasan Perusahaan Peserta Program JAMSOSTEK terhadap pelayanan yang diberikan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) dan apa harapan dari Perusahaan Peserta terhadap pelayanan yang didapatnya selama ini.

Dari penelitian yang dilakukan dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh PT. JAMSOSTEK Kantor Cabang Olandak barn dapat memuaskan pada kelompok tangible dan empathy, sedangkan tiga kelompok lainnya (responsiveness, reliability dan assurance) yang lebih banyak ditentukan kemampuan petugas terdepan masih perlu ditingkatkan kemampuan dan pengetahuannya melalui pelatihan dan penyegaran yang berkesinambungan.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Anwar
Abstrak :
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Jakarta II adalah institusi yang menghasilkan tenaga kesehatan di bidang radiografi. Seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi dan globalisasi, lulusannya dituntut mempunyai kualitas yang memadai. Lulusannya sebagai output dari sistem pendidikan yang diselenggarakan institusi ini tentunya berhubungan dengan komponen input dan proses. Salah satu aspek pada komponen proses adalah pelayanan proses pembelajaran. Peningkatan pelayanan proses pembelajaran secara terus menerus harus dilakukan agar kualitas lulusan juga meningkat. Langkah awal untuk melakukan perbaikan kualitas tersebut adalah melakukan pengukuran dan evaluasi kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan yang diselenggarakan. Penilaian kepuasan mahasiswa merupakan salah satu bentuk pemantauan mutu proses pembelajaran (Wijono, 1999). Mutu proses pembelajaran dapat dikatakan baik jika mahasiswa merasa puas (Tampubolon, 2000). Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses pembelajaran dan aspek pelayanan proses pembelajaran yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki pada Jurusan Teknik Radiodiagnostik Politeknik Kesehatan Jakarta 11, menggunakan desain cross sectional, dengan analisis diagram kartesius. Hasil penelitian menunjukkan Kepuasan mahasiswa tertinggi adalah terhadap keharmonisan penampilan dosen ketika mengajar (84,5 %). Sedangkan ketidakpuasan tertinggi adalah terhadap kebersihan di laboratorium (47,8 %). Hasil analisis diagram kartesius menunjukkan aspek pelayanan yang paling banyak mempunyai prioritas utama untuk perbaikan adalah pada pelayanan administrasi, paling banyak dipertahankan adalah pada pelayanan perpustakaan, mempunyai paling banyak prioritas rendah untuk diperbaiki adalah pada pelayanan dosen dan paling banyak aspek pelayanan yang tidak efisien adalah pada pelayanan laboratorium. Daftar bacaan : 40 (1976 - 2002)
Relationship Between Student's Characteristics and Satisfaction on Learning Process Services in Department of Radiodiagnostics and Radiotherapy Technique in Jakarta Health Polytechnic II year 2003Department of Radiodiagnostics and Radiotherapy Technique in Jakarta Health Polytechnic II is an institution producing health personnel in radiography area. in accordance to science and technology development as well as globalization, quality of the graduates is to be improved. As an output of education system, the graduates are closely related to input and process components. One aspect within the process component is learning process services, which should be enhanced continuously as to improve the quality of graduates. First step to be taken is to conduct measurement of and evaluate student's satisfaction rate regarding the service. Assessment of student's satisfaction rate is one form of quality monitoring of learning process (Wijono, 1999). Learning process quality could be graded as good if students are satisfied (Tampubolon, 2000). This study discussed the relationship between student's characteristics and satisfaction towards learning process service; using cross sectional design, employing chi-square test and multiple logistic regressions enter method as statistical analysis tools. The study showed that only 5.9% students who satisfied with the administrative service; 73% were satisfied with lecturers' service; 6.8% were satisfied with laboratory service; and 6.4% were satisfied with library service. Overall, there were only 5.9% of students who satisfied with learning process services. Statistical analysis found significant relationship between gender and satisfaction towards library service (p=0.02) and towards overall services (p=0.04); between grade and satisfaction towards administrative service (p--0.00), towards lecturers (p-0.00), towards laboratory (p=0.00), towards library (p=0.00), and towards overall services (p=0.00); and between study achievement and satisfaction towards overall services (p=0.04). The multiple logistic regressions showed that grade was independent variable with strongest relationship with satisfaction towards administrative process (p).02), towards lecturers' service (p=0.00), towards laboratory service (p=0,00), towards library service (p--0.01), and towards overall learning process services (p-O.OO). It is suggested to (l) conduct continuous evaluation and satisfaction measurement to know the quality of learning process services organized by the department, (2) to refresh and to train human resources in their working areas, (3) to implement monitoring and evaluation of administrative personnel and lecturers in providing services, (4) to re-arrange the situation and accessories of library considering more the needs of students and (5) to conduct meeting between department's management and students of all grades in the beginning of new academic year. References: 38 (1980-2002).
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukardi
Abstrak :
Thesis ini membahas masalah diskrepansi kepuasan yang dicari (GS) dan kepuasan yang diperoleh (GO) responden atas tayangan film hiburan di TVRI, RCTI, TPI, SCTV, ANTEVE, INDOSIAR terhadap pelajar SMA Negeri di Kodya Pekanbaru - Riau. Sebagai kerangka teori digunakan model uses and gratifications dengan pokok bahasan pada diskrepansi antara Gratification Sought (GS) dengan Gratification Obtained (GO), khususnya untuk aspek diversion (pengalihan) dan exictement (kesenangan). Yang dijadikan anggapan dasar dalam model uses and gratification adalah pemirsa sebagai individu berperan aktif dan bebas memilih media serta tayangan yang dianggap menguntungkan dan bersifat kepala batu. Persaingan dari stasiun televisi swasta dalam penayangan programnya juga mempengaruhi pemirsa untuk pemenuhan kepuasan,karena untuk publikasi programnya telah digunakan media cetak. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan GS sebelum menonton TV dan GO setalah menonton TV diantara responden, mencari diskrepansi GS dan GO dari sajian media televisi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey,pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan daftar pertanyaan tertutup dan sebagaian kecil terbuka. Responden berjumlah 200, terdiri dari pria 71 dan wanita 123. Konsep khalayak secara individual memiliki kebebasan menentukan media televisi yang hendak ditonton dan berkepala batu dikalangan pelajar SMA Pekerbaru dapat diterima. Karena TVRI dan RCTI,SCTV,TPI,ANTV dan Indosiar sudah memupunyai spesifikasi penyiaran, sehingga khalayak dapat memilih tayangan yang menjadi kesenangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Film nasional lebih disenangi oleh responden.2). Saran responden, perlu peningkatan mutu film nasional dalam bidang tehnik pembuatan, thema cerita, bintang pemerannya. 3). GS responden lebih banyak pada aspek "untuk mengisi waktu luang", mengatasi kesepian, mencari hiburan, dan mencari kesenangan. 4). Media TV yang paling banyak digunakan untuk mencari kepuasan adalah RCTI, SCTV dan Indosiar. 5). Kepuasan yang diperoleh (GO) dapat diperoleh dari RCTI, SCTV untuk mengatasi kesepian,mengisi waktu luang, mengurangi ketegangan, memperoleh kesenangan, dan memperoleh hiburan. 6). Dari TVRI dan TPI responden kurang dapat memperoleh kepuasan, dan dari ANTV serta Indosiar hanya beberapa aspek kepuasan yang diperoleh. Perbedaan GS dan GO terjadi pada TVRI, TPI dan ANTV, sedangkan pada RCTI, SCTV dan Indosiar tidak terjadi perbedaan, dengan demikian harapan untuk memperoleh kepuasan dengan menonton film hiburan dapat terpenuhi pada RCTI,' SCTV dan Indosiar untuk semua aspek Diversion (Pengalihan) dan exictemen (kesenangan).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinar Primaharini
Abstrak :
Tujuan penulisan ini untuk menganalisis apakah kepuasan karyawan mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan pada Bank Muamalat Indonesia. Sampel responden berjumlah 100 karyawan BM (50 karyawan outsourcing dan 50 karyawan tetap). Variabel bebas kepuasan sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja. Metode yang digunakan untuk mengestimasi regresi adalah ordinary least square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara kepuasan dengan kinerja yaitu sebesar 0,672 dan hubungannya sebesar 0,820. Kepuasan karyawan outsourcing lebih mempengaruhi terhadap kinerja karyawan sebesar 27,022 dibandingkan dengan kepuasan karyawan tetap terhadap kinerja karyawan sebesar 2,609. kepuasan yang dihasilkan karyawan outsourcing lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan karyawan tetap sebesar 0,500, dan kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tetap lebih besar dibandingkan dengan outsourcing, yaitu sebesar 4,1734 > 3,2754. Faktor dari variabel kepuasan yang lebih mempengaruhi kinerja karyawan adalah pimpinan yaitu sebesar 0,187. ...... The aim of thesis is examine the impact of employee satisfaction on employee performance. A number of respondents are 100 BMI employees (50 outsourcing employee and 50 non outsourcing employees). Independent variable is satisfaction and dependent variable is performance. Regression equation is estimate by using ordinary least square (OLS). The research show is the correlation is significant, between satisfaction and performance. Outsourcing employee satisfaction is more influence 27,922 than non outsourcing satisfaction. Outsourcing employee satisfaction is higher than non outsourcing employee satisfaction as 0,500. Employee performance is higher than employee non outsourcing as 4,1734 > 3, 2'54. The most influence employee performance is satisfaction variable is leadership as 0,187.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold Japutra
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan descriptive research dengan cross sectional study. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta Barat. Untuk pengambilan sampel digunakan metode non probability sampling dengan teknik judgmental sampling. Sampel yang diperoleh adalah sebanyak 300 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan mempengaruhi kepercayaan secara positif, kepercayaan mempengaruhi komitmen secara positif, komitmen mempengaruhi loyalitas secara positif, kepuasan mempengaruhi loyalitas secara positif dan kepercayaan mempengaruhi loyalitas secara positif.
This research is quantitative descriptive research with cross sectional study. The primary data is obtained from students of a university located in Jakarta Barat. The method of sampling is non probability sampling and the technique is judgmental sampling. The sample cosisted of 300 respondent. The result of this research shows that there is a positive effect satsifaction to trust, there is a positive effect on trust to comitment, there is a positive effect commitment to loyalty, there is a positive effect satisfaction to loyalty and there is a positive effect trust to loyalty.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26489
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iswadi
Abstrak :
Kepuasan dan ketidakpuasan kerja karyawan mempakan aspek penting yang perlu mendapatkan pcrhatian organisasi dalam upaya peningkatan kemampuan karyawan disuatu organisasi. Apabila kepuasan kerja mereka terpenuhi, maka. pekerja cenderung akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, sebaliknya ketfdakpuasan kexja akan mengakibatkan tingginya tingkat keluar masuk pekerja (tuaned over), ketidakhadiran, pemogokan dan tindakan-tindakan lain yang merugikan organisasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dcngan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Januari dan Maret 2008 dengan sampel 53 karyawan untuk mengetahui gamharan tingkat ketidakpuasan kerja karyawan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan kelja karryawan yang meliputi aspek insentiil kondisi kerja, supervisi, lnteraksi sesama rekan kelja, prosedur organisasi, kesesuaian pekeljaan dan promosi karier. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat ukur kuesioner yang selanjutnya diuji melalui uji kai kuadrat dengan batas kemaknaan alpha 5% (0,05) dan Coryindenr Interval (CI) 95% sorta uji regresi logistik ganda. Sedangkan untuk mengeksplorasi informasi penyebab tertimbulnya ketidakpuasan kerja karyawan dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap karyawan, Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas sebagai infomannya. Dari hasil penelitian diperoleh garnbaran tingkat ketidakpuasan kerja karyawan 73,6%, insentif 60.4% tidak adil, kondisi kerja 69,8% tidak mendukung, supewisi 66% kurang baik, interaksi sesama rekan kerja 43,4% tidak mendukung, prosedur organisasi 58,5% tidak mendukung, kesesuaian pekerjaan 64,2% tidak sesuai, promosi karier 50,% lidak adil. Secara statistik menunjukkan ada hubungan yang signitikan antara insentif (5-value 0,002), kondisi kexja (p-value 0,002), supcrvisi (p-value 0,049), interaksi sesama rekan kerja (p-value 0,025), prosedur organisasi (p-value 0,003) dan promosi karier (p-value 0,0005) dengan kctidakpuasan kerja karyawan. Sedangkan kesesuaian pekeljgan tidak ada hubungan dengan ketidakpuasan kerja karyawan (p-value 0,336). Analisis multivariat menunjukkan insentif dan kondisi kcqia berhubungan secara signifikan dengan ketidakpuamn ke|ja. Sedangkan super-visi, interaksi sesama rekan kerja, prosedur organisasi, kcscsuaian _upekerjaan dan promosi karier tidak ada hubungan dengan ketidakpuasan kcrja karyéwan dan fnsentif mempakan aspek yang paling dominan mempengaruhi ketidakpuasan kenja karyawan. Untuk itu diharapkan kepada |§ihak manajemen organisasi supaya menyusun suatu kebijakan atau peraturan tcntang sistem ‘pemberian inscntif' dengan mempertimbangkan beban keuja, tanggung jawab, keterampilan, kemampuan dan prestasi kerja karyawan, mendesain ruangan kenja yang nyaman bagi karyawan, baik aspek lemperatur, kebersihan dan pcnataan ruangan, melakukan supervisi sena bimbingan secara rutin dan tmjadwal terhadap pekerjaan karyawan, mcningkatan keakraban scsama kanyawan melalui program budaya silaturrahmi, menyusun Tupoksi bagi semua bagian serta untuk semua karyawan, menempatkan dan memberikan pekenjaan sesuai pendidikan, ketrampllan dan kemampuan karyawan dan melaksanakan sistem promosi karier yang berdasarkan kejujuran, kemampuan dan kecakapan serta sesuai dengan Pemturan Pemerintah (PP) yang berlaku.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
15-22-22187330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tining Amalia Suryani
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan kemajuan wanita di berbagai sektor, pilihan bidang pekerjaan bagi kaum wanita semakin luas belakangan ini. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa masih ada pemisahan bidang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, dimana pria dan wanita bekerja di bidang pekerjaan yang berbeda. Pemisahan bidang pekerjaan ini berasal dari sosialisasi streotipi peran jenis kelamin tradisional yang sudah diperkenalkan sejak masih kanak-kanak melalui keluarga, televisi, buku-buku dan sekolah. Stereotipi peran jenis kelamin adalah sekumpulan keyakinan masyarakat tentang karakteristik pribadi wanita dan pria. Sosialisasi stereotipi peran jenis kelamin ini kemudian mengarahkan wanita untuk memilih bidang pekerjaan yang dianggap sebagai bidang pekerjaan wanita, demikian pula sebaliknya bagi pria. Bidang pekerjaan tradisional wanita merupakan bidang pekerjaan yang dianggap sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita sedangkan bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah bidang pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan Stereotipi peran jenis kelamin wanita (Unger dan Crawford, 1992).

Salah satu bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah polisi (Unger dan Crawford, 1992). Pekerjaan sebagai polisi, menuntut wanita untuk memiliki kualitas pribadi yang sesuai dengan peran jenis kelamin pria seperti obyektif, memiliki kemampuan memimpin, tugas, rasional, fisiknya kuat, aktif, berorientasi pada tugas atau prestasi, ambisius, bersedia menerima resiko dan lain-lain. Tuntutan pekerjaan sebagai polisi yang tidak sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita membutuhkan penyesuaian diri bagi individu yang menjalaninya. Jika para polisi wanita ini tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being)nya. Menurut Ryff (1989), kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being) merupakan keadaan yang menunjukkan kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki otonomi, menguasai Iingkungan memiliki tujuan hidup dan mengembangkan pribadinya secara berkesinambungan.

Pendapatan yang lebih besar dan status pekerjaan yang lebih tinggi merupakan keuntungan-keuntungan yang didapat para wanita yang bekerja di bidang pekeraan non tradisional bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh wanita yang bekerja di bidang tradisional [Unger dan Crawford, 1992). Namun, mereka juga harus menghadapi tantangan yang lebih besar untuk membuktikan kemampuan mereka karena stereotipi peran jenis kelamin yang tidak mendukung mereka dalam bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (Pertmutter dan Hall, 1992).

Penelitian ini berusaha mengungkap perbandingan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara wanita yang bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (polisi wanita) dengan wanita yang bekerja di bidang pekerjaan tradisional (guru Sekolah Dasar}.

Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dan Tangerang terhadap 86 responden dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik incidental sampling. Sampel penelitian ini adalah para bintara polisi wanita dan guru Sekolah Dasar, berusia antara 20-55 tahun dan berpendidikan minimal SMU dan yang sederajat. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Skala Psychological Well-Being dari Ryff (1989, 1995) yang telah dimodifikasi menjadi skala lima titik dengan pernyataan sejumlah 60 item.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata Bintara Polisi Wanita dan Guru Wanita Sekolah Dasar memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being) yang memadai dan tidak ada perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychologiod well-being) wanita yang bekerja sebagai polisi (Bintara Polisi Wanita) dan Guru Sekolah Dasar di daerah sekitar DKI Jakarta dan Tangerang.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengelompokkan polisi wanita yang lebih rinci berdasarkan fungsi-fungsi yang ada di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia dengan sampel yang lebih besar agar lebih terlihat perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara satu kelompok polisi wanita dengan kelompok polisi wanita lainnya. Sebaiknya dilakukan penelitian kelompok-kelompok subyek penelitian yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan pengontrolan terhadap tiga variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yaitu usia, status sosial ekonomi dan budaya.
2000
S2973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pratiwi,author
Abstrak :
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keluarga memegang peranan penting bagi perkembangan individu dari anak-anak sampai dewasa. Seorang anak yang tumbuh di keluarga yang bahagia dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang akan lebih siap untuk bergaul dengan orang lain, punya rasa percaya diri dan mampu memperhitungkan kebutuhan orang lain (Landis& Landis, 1970). Namun demikian, karena terdapat masalah-masalah tertentu dalam sebuah keluarga (baik dalam diri anak, atau karena masalah keluarga lainnya), ada anak-anak yang tidak dapat dibesarkan dalam lingkungan keluarga sendiri, tapi harus dibesarkan di luar lingkungan keluarga, misalkan dalam keluarga angkat atau dalam panti asuhan. Panti asuhan sebagai sebuah lembaga untuk mengasuh anak-anak'bertujuan agar anak asuh bisa berkembang secara wajar dan memiliki keterampilan sehingga ia bisa terjun ke masyarakat bila ia sudah dewasa dan bisa hidup layak serta punya rasa tanggung jawab pada dirinya, keluarga dan masyarakat (Dinas Sosial, 1985). Pada setiap panti asuhan terdapat batas usia anak asuh. Biasanya, bila anak sudah mencapai usia dewasa (sekitar usia duapuluh tahun) anak asuh berakhir statusnya sebagai anak asuh sehingga harus keluar dari panti untuk kembali ke orang tua atau terjun ke masyarakat. Pada usia ini individu mulai berada pada tahap dewasa muda, sehingga sebagai manusia' individu tersebut juga menghadapi tugas perkembangan, yaitu untuk membina karier, membina kehidupan yang mandiri, serta membina hubungan intim baik dengan teman atau calon pasangan hidup (Tumer & Helms, 1995). Untuk dapat berhasil memenuhi tugas perkembangan itu, individu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang terjadi pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya, yaitu anak-anak dan remaja (Conger, 1991). Pada individu yang pernah tinggal di panti asuhan, pengalaman ini termasuk pengalamannya sewaktu menjadi anak panti asuhan. Anak panti asuhan sering dianggap sebagai anak yang sulit untuk berfungsi secara optimal, malas, nakal dan sulit diatur. Hal ini dapat berpengaruh pada penilaian individu akan dirinya. Whittaker (dalam Baily, & Baily, 1983) mengatakan bahwa anak panti asuhan sering memandang dirinya sebagai manusia yang jelek, berbeda, bodoh, dan tidak mampu untuk berubah. Penilaian diri ini selain dapat mempengaruhi tingkah laku individu, juga akan berpengaruh pada bagaimana ia merealisasikan potensi dirinya (kesejahteraan psikologis, selanjutnya disebut PWB). Individu tersebut akan sulit berfungsi secara optimal dalam masyarakat. Konsep PWB dikemukakan oleh RyfF (1989) sebagai konsep yang menekankan pada kemampuan seseorang untuk menjalankan serta merealisasikan fungsi dan potensi yang ia miliki. Fungsi dan potensi tersebut terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi otonomi, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi pertumbuhan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi tujuan hidup, dan dimensi penerimaan diri. Keadaan PWB dapat terbentuk oleh pengaruh beberapa faktor, yaitu : faktor demografis dan klasifikasi sosial; faktor dukungan sosial; faktor daur hidup keluarga; faktor evaluasi individu akan pengalaman hidupnya; serta faktor kepribadian, seperti kontrol internal dan eksternal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan PWB individu dewasa muda yang pernah menjadi anak panti asuhan, dengan mengacu pada pengalaman indiviu selama menjadi anak panti asuhari dan pengaruh faktor-faktor dalam pengalaman individu tersebut terhadap keadaan PWBnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara untuk mengumpulkan data. Selain itu, agar diperoleh gambaran PWB yang akurat, penelitian juga menggunakan alat ukur PWB (The Scales of Psychological Well-Bemg, atau SPWB) yang berbentuk kuesioner sebagai data penunjang. Subyek penelitian terdiri dari tiga orang individu dewasa muda yang pernah atau masih menjadi anak panti asuhan. Setelah data selesai dikumpulkan, dilakukan analisis kualitatif terhadap wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gambaran PWB pada dewasa muda yang pernah menjadi anak panti asuhan, antara gambaran di SPWB dengan yang terungkap dalam wawancara. Dari hasil perolehan skor tiga subyek dalam SPWB, tergambar keadaan PWB yang cukup baik, sedangkan dari wawancara dan observasi terungkap adanya beberapa aspek dari subyek yang tidak sebaik di SPWB dan masih harus dikembangkan. Pada penelitian ini didiskusikan beberapa hal yang menurut peneliti menarik, yaitu tentang tempat tinggal subyek penelitian; sebab subyek masuk panti asuhan dan hubungan subyek dengan keluarga aslinya; hubungan jenis kelamin dengan PWB; adanya tumpang tindih dalam dimensi-dimensi PWB; proses perolehan subyek penelitian; dan penggunaan dua buah metode, yaitu wawancara dan kuesioner. Saran untuk penelitian lanjutan meliputi dilakukannya wawancara dengan orang-orang dekat subyek; cara perolehan subyek yang efektif dan tidak melibatkan otoritas; dilakukannya penelitian dengan membandingkan jenis panti asuhan (asrama dan keluarga) serta penelitian dengan subyek yang benar-benar sudah keluar dari panti asuhan; dan kriteria sampel yang sesuai dengan kriteria subyek penelitian. Sedangkan saran praktis pada penelitian ini lebih mengenai pandangan pihak masyarakat luas terhadap anak panti asuhan.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S2974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>