Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Diany Khaeria Rahmi
"Wilayah Poso di Sulawesi Tengah, Indonesia, telah lama menjadi titik fokus kegiatan Islam radikal, yang memberikan dampak signifikan terhadap penduduk setempat, termasuk anak-anak. Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berafiliasi dengan ISIS, telah memainkan peran penting dalam sejarah konflik dengan menyebarkan ideologi ekstremis melalui semangat berjihad mendukung eksistensi Daulah Islamiyah. Tantangan penanggulangan ekstremisme dan radikalisme berbasis kekerasan juga diperkuat oleh berdirinya pondok-pondok pesantren sebagai tempat berlindung jaringan teror dan pusat radikalisasi mendukung berkembangnya terorisme regeneratif. Tulisan ini berusaha mengeksplorasi strategi yang memaksimalkan kelebihan dan peluang, serta meminimalisir efek dari timbulnya ancaman dan kelemahan yang ditemukan dalam rangkaian proses deradikalisasi dan rehabilitasi anak-anak dari keluarga jaringan teror. Program moderasi melalui pendidikan bertujuan untuk membangun resiliensi, mengintegrasikan dan mempersiapkan anak-anak untuk menerima pemahaman moderat, dan membekalinya dengan ilmu yang bermanfaat sehingga kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang damai dan produktif. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksploratif, mengaplikasikan kerangka teoritis terkait relevansinya dengan pola radikalisasi melalui proses belajar dan pengaruh unit sosial, hingga menganalisis program deradikalisasi yang ramah anak. Penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan program deradikalisasi dan rehabilitasi terhadap anak perlu menerapkan metode komprehensif yang holistik, detail dan berkesinambungan, ditujukan pada pemenuhan kebutuhan yang variatif sesuai dengan latar belakang dan pengalaman anak sehingga aspek emosional, psikologis, dan pendidikan bisa berjalan beriringan.

The Poso region in Central Sulawesi, Indonesia, has long been a focal point for radical Islamic activity, which has had a significant impact on residents, including children. The East Indonesian Mujahideen (MIT), which is affiliated with ISIS, has played an important role in the history of the conflict by spreading extremist ideology through the spirit of jihad to support the existence of the Islamic State. The challenge of overcoming violent extremism and radicalism is also strengthened by the establishment of Islamic boarding schools as shelters for terror networks and radicalization centers that support the development of regenerative terrorism. This article seeks to explore strategies that maximize strengths and opportunities and minimize the effects of threats and weaknesses found in the series of deradicalization and rehabilitation processes for children from terror network families. The moderation program through education aims to build resilience, integrate and prepare children to receive moderate understanding and equip them with useful knowledge to return to society as peaceful and productive citizens. The research methodology used in this research is exploratory research, applying a theoretical framework related to its relevance to radicalization patterns through learning processes and the influence of social units, to analyzing child-friendly deradicalization programs. This research found that the implementation of deradicalization and rehabilitation programs for children needs to apply comprehensive methods that are holistic, detailed, and sustainable, aimed at meeting varied needs according to the child's background and experience so that emotional, psychological, and educational aspects can go hand in hand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Priadi Sastra
"ABSTRAK
Permasalahan anak remaja memiliki dinamikanya sendiri. Hal ini adalah sebagai efek dari tekanan-tekanan dan perubahan lingkungan yang mereka alami, terlebih bagi para anak yatim dan anak yang ditelantarkan oleh orangtua mereka. Dinamika tersebut bisa jadi kemalangan maupun kesengsaraan tersendiri bagi mereka sebagai sebuah pengalaman yang merugikan, tidak menyenangkan dan bahkan traumatis sehingga membuat mereka tertekan dan dampaknya adalah membuat mereka tidak dapat mengendalikan perilaku ketika berada di bawah tekanan, tidak percaya diri, pesimis dalam menghadapi kehidupan, dsbnya. Oleh karena itulah mereka membutuhkan resiliensi sebagai kapasitas yang dibutuhkan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang mereke jumpai sehari-hari. Atas dasar tersebut di atas, penulis mencoba untuk memberikan perhatian atas permasalahan ini, dengan mencoba sebuah upaya preventif agar hal-hal negatif yang telah disebutkan di atas dapat dicegah atau diminimalisasikan dengan sebuah intervensi melalui pelatihan resiliensi. Studi ini memfokuskan pada peningkatan optimisme dalam rangka pembentukan dan pengembangan kapasitas resiliensi remaja panti asuhan melalui pelatihan tujuh aspek pembentuk resiliensi yang dikembangkan oleh Reivich dan Shatte

ABSTRACT
The problem of teenagers has its own dynamics. This is the effect of the pressures and changes in the environment they are experiencing, especially for orphans and children who are abandoned by their parents. Such dynamics can be misfortunes and misery for them as an adverse, unpleasant and even traumatic experience that puts them under stress and the effect is that they can not control behavior when under pressure, insecurity, pessimism in the face of life, etc. That is why they need resilience as the capacity needed to deal with the difficulties and problems that they encounter everyday. On the basis of the above, the author tries to give attention to this problem, by trying a preventive effort so that the negative things mentioned above can be prevented or minimized by an intervention through resilience training. This study focuses on increasing optimism in order to establish and develop the resilience capacity of orphans through the training of seven resilience building aspects developed by Reivich and Shatte. "
2017
T48817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
362.7 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library