Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Hidayah
Abstrak :
Depkes Rl menyatakan bahwa penyakit pulpa dan kerusakan tulang periapikal masih menjadi masalah, karena dari pantauan penyakit gigi dan mulut psnderita yang berkunjung ke rumah sakit menunjukkan bahwa kaxics gigi sebanyak l7,22% dan penyakit pulpa serta periapikal sebanyak 38,83%. Hal ini tidakjauh berbeda dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2006 bahwa dari kasus penyakit gigi dan mulut di Kota Tangerang penyakit pulpa dan nekrosis periapikal scbanyak 39,4%. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mcmatuhi standar profesi dan menghomnati hak pasien. Dalam situasi apapun tenaga dolcter, selaku tenaga kesehatan pofesional, merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab atas pelayanan medis yang dilakukannya. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dokter gigi diharapkan dapat bekerja secara profesional dalam memberikan pelayanan gigi dan mulut kepada masyarakat untuk memelihara kesehatan maupun pengobatan gigi. Bcrdasarkan hal tersebut, maka penulis berminat untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pcngobatan nekrosis pulpa di Puskesmas Kota Tangerang. Penelitian ini menganalisis hubungan sejumlah faktor-faktor intemal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, Iama kcuja, pengetahuan, pelatihan, pcrsepsi, motivasi dan sikap, serta sejumlah thktor-faktor ekstemal yang terdiri dari sax-ana, komitmen pimpinan dan beban kerja yang dinilai mempengamhi kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pengobatan nekrosis pulpa. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang dirancang dengan metode cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh dari observasi dan penyebaran kuisioner kepada responden yaitu sebanyak 35 doktcr gigi di Puskesmas yang ada di Kota Tangerang. Penelitian ini mcnggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis membuktikan bahwa pada faktor intemal hanya variabel masa kexja dan motivasi, sedangkan pada faktor ekstemal hanya variabel beban kerja yang mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan dokter gigi terhadap standar pelayanan medis pengobatan nekrosis pulpa. Pada analisis multivariat variabel independen yang mcmiiiki hubungun paiing dominan dengan kepatuhan adalah motivasi. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang untuk memotivasi dokter gigi agar mematuhi standar yang sudah ada dengan cara memberikan perhatian dan penghargaan kepada dokter gigi yang sudah melaksanakan standar pelayanan medis dengan baik. Seiain itu, perlu menambah personil dokter gigi untuk beberapa Puskesmas yang beban ke|janya relatif oukup tinggi sehingga beban kerja dokter gigi tidak terlalu tinggi dan dapat mematuhi standar pelayanan medis. Disamping itu, Dinas Kesehatan perlu memerhatiknn faktor sarana yang ada di tiap-tiap Puskesmas sebagai upaya memberikan rangsangan bagi dokter gigi umuk dapat belcexja dengan baik dan dapat mematuhi standar yang ada. ......Depkes RI state that pulp disease and periapical bone damage still become problems, because 'fiom monitoring of tooth and mouth disease, patient that visited hospital shows tooth caries is 17.22% and pulp disease and periapical is 38.83%. It was not significantly different with Health Depanment Tangcrang City at 2006 that pulp and periapical nccroscs fiom tooth and mouth cases in Tangerang City are 39.4%. Health staff in conducting their task obliged to obey profession standard and respecting patients’ right. ln any situation, doctor as professional health staf£ is the core that responsible for medical service he gave. in conducting health service in Puskesmas, dentist hoped to work professionally in giving tooth and mouth services to public for maintaining health and tooth medication. Based on it, writer interested to research factors that affecting dentist compliance toward medical service standard of necroses pulp medication in Puskesmas Tangerang City. This research is analyzing relation of some intemal factors that consist of age, gender, work length, knowiedge, training, perception, motivation and attitude; also some extemal factors that consist of medium, leadership commitment and work responsibility that assessed affecting dentist obedient toward medical service standard of pulp necroses medication. This research is quantitative research designed by cross sectional method. Data used is secondary data and primary data that obtained from distributing questioner to 35 dentists in Puskwmas Tangerang City. This research is using analysis of univariate, bivariate and multivariate. Analysis result shows that intemal factors were only work length and motivation, while extemal factors was only work responsibility has significant relation with dentist compliance toward medical service standard of pulp necroses medication. On multivariate analysis of independent variable that has the most dominant relation with compliance is motivation. From this research suggested to Health Department Tangerang City to motivate dentist so that comply with available standard by giving attention and appreciation to dentist that already implementing good medical service standard. Besides, Health Department requires paying attention toward available medium factor in each Puskesmas as effort to encourage dentist work better and comply with available standard.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Mariska Putri
Abstrak :
Teknik rekayasa jaringan kini dikembangkan untuk perawatan kerusakan tulang yang besar. Pada kasus one wall defect dibutuhkan scaffold dalam bentuk membran yang dikombinasikan dengan RGD untuk memfasilitasi regenerasi jaringan. Tujuan: Mengetahui efek penambahan RGD kepada scaffoldmembran kitosan terhadap proliferasi sel pulpa manusia. Metode: Scaffold membran kitosan kulit udang RGD dipaparkan kepada sel pulpa manusia hasil primary culture dan diuji menggunakan MTT-assay. Hasil: Terdapat peningkatan proliferasi sel pulpa manusia yang bermakna pada kelompok scaffold membran kitosan kulit udang RGD dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan:Scaffold membran kitosan kulit udang RGD mampu meningkatkan proliferasi sel pulpa manusia.
Background: Tissue engineering is now being developed to treat large bone defect. A membrane scaffold with addition of RGD is needed to treat one wall defect as it is capable to fasilitate tissue regeneration. Objective: To analyze the effect of RGD addition to shrimp shells chitosan scaffold membrane on human dental pulp cell proliferation. Methods: Human dental pulp cell was exposed by shrimp shells chitosan membrane scaffold with RGD addition and was tested using MTT assay. Result: Proliferation of human dental pulp cell exposed by shrimp shells chitosan membrane scaffold RGD shows a significant increase compared to control. Conclusion: Shrimp shells chitosan scaffold membrane RGD can increase human dental pulp cell proliferation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kurnia Dewi
Abstrak :
BATAN telah membuat membran scaffold kitosan RGD cangkang kepiting SKRCK dan membran scaffold kitosan cangkang kepiting SKCK. Pembuatan SKRCK dan SKCK dalam bentuk membran bertujuan untuk mengatasi kasus one wall defect akibat periodontitis. Penambahan RGD bertujuan untuk meningkatkan perlekatan sel pada scaffold. Scaffold harus bersifat biocompatible tidak toksik. Tujuan: Menganalisis toksisitas membran SKRCK terhadap sel pulpa gigi manusia. Metode:Sel pulpa gigi manusia dikultur selama 5 hari. Setelah itu kelompok perlakuan dipapar membran SKRCK dan membran SKCK kontrol. Kemudian diinkubasi selama 24 jam. Hasil Penelitian: Nilai rerata viabilitas sel pulpa gigi manusia pada kelompok SKRCK 1mg dan 2mg adalah 315,9 dan 298,9, sedangkan pada kelompok SKCK 1mg, dan 2mg adalah 514,7 dan 520,8. Kesimpulan: SKRCK tidak toksik terhadap sel pulpa gigi manusia.Kata Kunci:kitosan cangkang kepiting, scaffold, RGD, toksisitas, sel pulpa gigi manusia
Introduction: BATAN has made crab shells chitosan RGD scaffold membrane SKRCK and crab shells chitosan scaffold membrane SKCK. SKRCK and SKCK made in the form of a membrane aims to solve the case of one wall defects due to periodontitis. The addition of RGD aims to enhance cell attachment to the scaffold. The scaffold should be biocompatible non toxic. Objective: To analyze the toxicity of SKRCK membrane on human dental pulp cells. Methods The human dental pulp cells were cultured for 5 days. After that the treatment group was exposed to the SKRCK membrane and membrane SKCK control. Then incubated for 24 hours. Results: The mean viability of human dental pulp cells in group 1mg and 2mg SKRCK was 315.9 and 298.9, whereas in the group SKCK 1mg and 2mg is 514.7 and 520.8. Conclusion: SKRCK did not give toxic effects on human dental pulp cells.Keywords crab shells chitosan, scaffold, RGD, toxicity, human dental pulp cells.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In the period 1996 to 2006,Indonesian pulp and paper production increased rapidly from 5.5 million tones to 16.5 million tones......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pembuatan pulp bukan kayu umumnya dilakukan dengan proses soda, walaupun proses tersebut kurang ramah lingkungan tetapi sangat selektif proses delignifikasinya. Proses organosolv yang dikombinasikan dengan penambahan NaOH dapat menghasilkan rendemen lebih tinggi, kualitas pulp baik, ramah lingkungan dan lindi hitamnya dapat didaur ulang sebagai bahan pemasak. Penelitian terhadap ethanol hasil daur ulang lindi hitam organosolv dengan destilasi satu tingkat pada suhu dibawah 80 oC, dapat menghasilkan ethanol 53 - 73 % (v/v) , pH 3,8 - 4,1 dan memiliki sifat bakar yang sama dengan ethanol standar . Ethanol daur ulang digunakan kembali pada proses pembuatan pulp organosolv serat kenaI dengan variasi penambahan ethanol standar 25 %, 50 % dan penambahan NaOH 6% dan 9%. Pulping dilakukan pad a suhu 175 oC , ratio 1 : 10 selama 3,5 jam dalam digester yang berputar., dapat menghasilkan rendemen pulp kenaf organosolv 69 - 78 % dengan bilangan Kappa 20 - 25, hasilnya sama dengan menggunakan ethanol standar. Pulp kenaf organosolv dilakukan pemutihan dengan tahapan DEDEP yang menghasilkan pulp dengan derajat putih 63 - 73 %GE, viskositas 12 cp dan memiliki sifat fisik pulp sebanding dengan pulp organosolv standar ..
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Munyati Usman
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebocoran pengisian saluran akar dari 3 macam tehnik pengisian, yaitu tehnik kondensasi lateral (k.l), kondensasi vertikal gutta-percha panas (k.v.g.p) dan kondensasi lateral gutta-percha panas (k.l.g.p).

Sembilan puluh akar gigi dengan saluran akar tunggal dan lurus, dipreparasi secara step-back sesuai-panjang kerja 9 mm dengan file terbesar No.60, dan kemudian dilakukan secara step-back sampai No.80. Foramen apikal ditembus dengan file No.25 untuk mendapatkan keseragaman diameter. Masing-masing tehnik dilakukan pada 30 akar gigi. Kebocoran pengisian saluran akar diukur dengan perembesan zat warna (tinta cina hitam), dengan interval waktu rendaman 1 hari dan 15 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah semen saluran akar mengeras dan sementara itu sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam. Evaluasi dilakukan dengan stereomikroskop dan sebelumnya sampel dibelah memanjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebocoran tehnik k.l.g.p. lebih kecil secara bermakna.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu kebocoran pengisian yang terkecil pada tehnik k.l.g.p, kemudian tehnik k.l. dan tehnik k.v.g.p. yang paling besar Pengaruh lama perendaman, sama pada semua tehnik pengisian.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syariful Helmi S
Abstrak :
Ringkasan Eksekutif


Pengelolaan HTI sebagai salah satu sumber daya hutan yang menghasilkan bahan baku untuk industri harus mengacu pada kebijaksanaan pengelolaan hutan sebagai komponen lingkungan hidup, diharapkan terpadu dengan kebijaksanaan pembangunan sektor kehutanan. Industri hasil hutan harus mengoptimalkan pola produksi yang menghasilkan nilai tambah besar namun tetap mempertahankan aspek pengelolaan lingkungan hidup dengan diterapkannya eco-labelling.

Suatu HTI akan mempunyai kelayakan untuk dibangun dan diusahakan apabila jelas urgensi dan prospeknya. Oleh karena itu, keberhasilan program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Nasional berperan sangat strategis dalam upaya menjamin kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan, khususnya industri pulp dan kertas di masa mendatang.

Kajian kelayakan pembangunan pabrik pulp terintegrasi dengan HTInya yang direncanakan oleh perusahaan kehutanan PT XYZ bekerjasama dengan BUMN Kehutanan berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dapat dikatakan layak dan dapat juga dikatakan tidak layak apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda terhadap parameter yang dikaji.

Apabila dikaji hanya dari faktor finansial maka pembangunan dan pengusahaan HTI dengan harga jual kayu HPH sebesar USD 22,7/m3 dan kayu HTI sebesar USD 20,9/m3 tidak dilayak diimplementasikan, karena nilai NPV pada discount rate biaya dana proyeknya (cost of capital) bernilai negatif. Besarnya biaya dana pembangunan HTI adalah 11,07 persen, dimana nilai NPV pada discount rate 11 persen adalah sebesar 1.768,6 juta, dan nilai NPV pada discount rate 12 persen sebesar 2.701,8 juta. Selain itu, nilai IRR proyek (10,65%) lebih kecil dari biaya dananya (11,07%) sehingga disimpulkan pembangunan dan pengusahaan HTI ini tidak layak apabila akan dilaksanakan.

Namun, mengingat adanya ketentuan apabila perusahaan baru akan mendirikan pabrik pulp harus terintegrasi dengan Hutan Tanaman Industri yang merupakan syarat perijinan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, serta dengan tujuan agar pabrik dalam proses produksinya tidak menghadapi masalah pasokan bahan baku maka pembangunan dan pengusahaan HTI ini mutlak diperlukan.

Pertimbangan lain, adalah karena akan diterapkannya era labelling terhadap seluruh produk yang berbahan baku dari alam pada tahun 2000 nanti maka untuk mengantisipasi persyaratan tersebut, perusahaan yang akan mendirikan pabrik pulp oleh Departemen Kehutanan diwajibkan memiliki HPH dan HTI sebagai sumber pasokan bahan baku produksinya.

Kajian pembangunan dan pengusahaan HTI ini akan layak secara finansial apabila harga jual kayu minimal sebesar USD 25/m3 baik (untuk kayu HPH maupun kayu HTI. Harga jual kayu ini merupakan harga ketetapan yang diberikan oleh PT XYZ (pabrik) kepada PT SHS (perusahaan pengelola HTI) apabila pasokan kayu yang dihasilkan oleh PT SHS bersumber dari HTI yang dikelola berkesinambungan sebagaimana yang disepakati oleh kedua perusahaan yang bernaung di bawah group usaha yang sama.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Vicitra Dewanty
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Ulfiana
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi efektivitas dental pulp stem cells DPSCs dalam menginduksi proses regenerasi jaringan pada defek tulang kelinci New Zealand dengan menilai kadar alkaline phosphatase ALP dan gambaran histologis. Defek kritis dibuat pada tulang femur kelinci dan transplantasi DPSCs dilakukan terhadap kelompok perlakuan, sedangkan defek pada kelompok kontrol dibiarkan kosong. Pada minggu ke-2 dan ke-4 pasca tindakan operatif, dilakukan pengukuran kadar ALP dalam serum menggunakan colorimetric assay. Setelah 4 minggu, kelinci dikorbankan dan dilakukan analisis terhadap gambaran histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke-2, kelompok kelinci yang diberi perawatan dengan DPSCs memiliki kadar ALP yang lebih tinggi 157,925 ?U daripada kelompok kontrol 155,361 ?U dan peningkatan terjadi di minggu ke-4 dengan nilai yang lebih besar pada kelompok DPSCs 169.750 ?U dibandingkan dengan kelompok kontrol 160.406 . Evaluasi histologis menunjukkan bahwa sejumlah lamela tulang dan osteosit mengisi area defek dari kelompok DPSCs. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa transplantasi DPSCs efektif dalam menginduksi dan mempercepat progresivitas regenerasi jaringan.
This study was aimed to investigate the effectiveness of dental pulp stem cells DPSCs to induce bone regeneration in New Zealand rabbits by assessing the level of alkaline phosphatase ALP and histological view. The critical defect was created in the left femoral bone of the rabbits and transplantation of DPSCs was conducted to the treated group while the defect in the control group was left empty. In 2nd week and 4th week postoperative, ALP level in rabbits serum were measured using colorimetric assay. After 4 weeks, the rabbits were sacrificed and analyzing of histological views were conducted. The results showed that in the 2nd week, rabbit treated DPSCs group had higher level of ALP 157,925 U than the control group 155,361 U and increasing occured in the 4th week with greater score in DPSCs group 169.750 U compared to the control group 160.406 U . Histological evaluation revealed that the amount of bone lamellae and osteocytes filled the defect area of DPSCs group. Therefore, transplantation of DPSCs are effective to induce and accelerate bone regeneration by raising ALP level and forming new bone tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>