Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manullang, Irawaty
"Penelitian ini dilatarbelakangi karena masalah waktu tunggu pasien, khususnya di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini, berdasarkan angket dari bagian Tim Pengendalian Mutu Rumah Sakit yang mendapatkan hasil rendahnya kecepatan pelayanan di Depo Farmasi sehingga waktu tunggu resep menjadi lama. Berdasarkan Survey awal yang dilakukan terhadap 30 resep, ternyata ditemukan waktu pelayanan rata-rata untuk obat jadi adalah 16 menit. Dari 30 resep tersebut masih ada 30% resep terlayani sekitar 66 menit, sehingga menimbulkan masalah penumpukkan resep dan waktu tunggu pengambilan obat yang lama di Depo Farmasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model antrian resep yang lebih baik di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini.Penelitian ini merupakan penelitian Cross Sectional dan Operational Research dengan analisis kuantitatif yang diolah berdasarkan pengumpulan data waktu masuk dan keluarnya resep ke dan dari setiap titik pelayanan di Depo Farmasi Unit Rawat Jalan RS PGI Cikini pada sore hari dari tanggal 22 April 2002 sampai dengan 27 April 2002.
Hasil penelitian ini adalah pola kedatangan resep mengikuti Distribusi Poisson dengan puncak kedatangan umumnya berada pada pukul 15.00-15.29 dan pukul 19.30-19.59, disiplin antriannya F.I.F.O yang dimodifikasi, struktur antrian Single Channel Multi Phase. Pada penelitian ini dibahas empat alternatif untuk mencari model antrian resep yang paling baik dengan cara mengubah komposisi petugas dan service time di setiap titik pelayanan. Keempat alternatif yang telah disimulasikan menghasilkan parameter antrian yang dapat mengurangi waktu tunggu. Alternatif keempat pada kedatangan di jam sibuk dipilih karena waktu resep dalam sistem lebih singkat dan utilisasi petugas lebih optimum.

The Development of Prescription Queue Model at the Drugstore Continue Care Unit "Sore Hari" PGI Cikini Hospital, Central of JakartaThis research is due the problem of patient's queue time, especially on the Drugstore Continue Care Unit - PGI Cikini Hospital, based on the questionnaire summary from Quality Assurance Team about the lowness of service quality performed by the drugstore. According to the previous survey, there has been completed to 30 prescription, actually found the average service time needed for the ready medicine is only 16 minutes. There are still 30% of 30 prescription which was handled for about 66 minutes, so that it occurred the accumulation prescription problem and long waiting time to get the medicine from the drugstore.
This objective of research is to find the better way or solution to the service problem on the drugstore. The research includes the research of Cross Sectional and Operational Research with quantitative analysis processed due to the in/out coming prescription from/to every spot service at the drugstore, at noon since 22 April 2002 up to 27 April 2001.
The result is the pattern of incoming prescription following the Poisson Distribution and the top incoming is generally on 15.00 - 15.29 and 19.30 - 19.59, its queue discipline is the modified F,1.F,O. its queue structure is Single Channel Multi Phase. On this research has been studied 4 alternatives to find the best model by changing the staff composition and service time at every spot service. Those 4 alternatives which have already been stimulated produce the parameter of reducing the queue time. The fourth alterative preferred choosing the busy time, due to the shorter system apply and the utilization staff is more optimum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masnir Alwi
"Kualitas pelayanan rumah sakit merupakan indikator yang menentukan citra rumah sakit yang pada gilirannya akin menentukan kesinambungan rumah sakit baik sebagai lembaga pelayanan kesehatan maupun sebagai bisnis pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan rumah sakit akan meningkat apabila penggunaan obat di rumah sakit dilakukan secara rasional. Kepatuhan dokter menulis resep berdasarkan standar obat yang berlaku akan meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keparuhan dokter menulis resep berdasarkan Formularium RSMH Palembang. faktor Internal yang diteliti meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetalman, lama kerja, sikap, dan motivasi, sedangkan faktor eksternal yang diteliti meliputi kepemimpinan, imbalan, jabatan, peran Panitia Farmasi dan Terapi, peran Komite medik, dan peran Detailer. Dalam hal ini dilakukan juga penelitian untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan. Data diperoleh melalui survey menggunakan kuisioner yang validitas dan reliabilitas telah diuji coba terlebih dahulu. Besar sampel penelitian adalah 100 responden, dilakukan secara cross .yccfional dengan analisis kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan "chi square", dan multivariate dengan "regresi logistik".
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata kepatuhan dokter menulis resep berdasarkan Formularium adalah 52,28 %. Faktor internal yang bermakna berhubungan dengan kepatuhan adalah variabel tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan motivasi, sedangkan faktor eksternal yang bermakna berhubungan dengan kepatuhan adalah variabel kepemimpinan, peran komite medik, dan peran detailer. Faktor-faktor dominan adalah variabel sikap, jenis kelamin, peran detailer, tingkat pendidikan, peran komite medik, dan motivasi.
Dari penelitian ini diharapkan agar pimpinan RSMH beserta jajarannya memperbaiki citra kepemimpinan dengan introspeksi. Dengan citra kepemimpinan yang baik diharapkan pendekatan kepada dokter yang sebenarnya mempunyai sikap dan motivasi tinggi mendukung kebijakan penulisan resep berdasarkan Formularium tidak akan sulit. Perlu dilakukan peningkatan peran Kornite medik dan Panitia Farmasi dan terapi untuk mengeliminasi peran detailer, perlu dilakukan sosialisasi Formularium RSMH, dan meinanfaatkan dokter residen dan dokter umum, beserta dokter wanita untuk meningkatkan kepatuhan dokter.

The Factors that Relate to the Discipline of Doctor for Writing the Prescription Follow the Legal Standard of Medicine in Hospital of RSMH Palembang CityThe quality of service in hospital is an indicator to determine its image, so it can influence its activity not only as social service institution but also as business service institution. The quality of service in hospital will increase influenced by rational using of its medicine The discipline of doctor writes prescription based on the legal standard of medicine will increase the rationality of its medicine usage.
The aim of this research is how to know the factors relate to the discipline of doctor for writing prescription based on formulation of RSMH Palembang. Internal factors that are investigated consist of age, sex, education, knowledge, experience, attitude, and motivation. External factors that are investigated consist of leadership, incentive, job, function of Medicine Committee and Therapy, function of Medical Committee, and function of Detailer. Besides that, in this case, the aim of this research is to know the dominant factors that influence the discipline. Data is collected by survey method, using valid and reliable questionnaire. The total of -samples in this research are 100 respondents, hold by cross sectional, using quantitative analysis. Method of analysis used variant, two variant combination of chi square, and multi variant combination of logistic regression.
Conclusion, the discipline of doctor that writes the prescription following the medicine formulation shows 52,28 percent. The internal factors that determinate relate to the discipline are education, knowledge, attitude, and motivation. So, the external factors determinate it are leadership, function of Medical Committee, and function of Detailer. The dominant factors determinate the discipline are attitude, sex, function of l)etailer, education, function of Medical Committee, and motivation.
Recommendation. The management of RSMH Hospital and their staffs must be improved their image, how to be introspection themselves. The good image of leadership is implied how to persuade the doctors, who have good motivation and good attitude, in order they realize and is not too difficult to write the prescription follow the formulation. So, it is important to increase the function of Medical Committee, and Medicine Committee and Therapy to eliminate the function of Detailer. It needs the socialization of formulation of RSMH join together with candidate physician and physician, and female physician, in order to improve the discipline of doctors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Shalda
"Kegiatan pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan di apotek salah satunya mencakup pengkajian dan pelayanan resep. Resep yang dilayani di apotek cukup beragam, mulai dari resep untuk penyakit akut maupun kronis seperti diabetes.Tujuan dari skrining dan analisis resep obat antidiabetes adalah untuk mengetahui obat antidiabetes yang diresepkan oleh dokter, mengetahui jumlah resep yang mengandung obat antidiabetes, serta menilai kerasionalan penggunaan obat antidiabetes pada resep yang dilayani di Apotek Roxy Biak selama periode Juli 2022. Dari seluruh resep yang masuk selama periode tersebut, resep yang mengandung obat antidiabetes dicatat dan dikumpulkan data, kemudian dipilih dua resep untuk dikaji kelengkapan resep berdasarkan aspek administratif, farmasetik, serta klinis. Pengkajian 2 (dua) resep antidiabetes di Apotek Roxy Biak dilihat dari aspek administratif, farmasetika dan klinis sudah sesuai. Namun pada aspek administratif penulisan umur dan berat badan pasien tidak dituliskan. Aspek administratif terkait umur dan berat badan perlu dikonfirmasi kembali kepada pasien atau keluarga pasien yang mengambil obat di apotek, hal ini penting untuk mengkaji ketepatan pengobatan yang akan diterima oleh pasien.

One of the clinical pharmacy service activities carried out in pharmacies includes assessment and prescription services. The prescriptions served in pharmacies are quite diverse, ranging from prescriptions for acute and chronic diseases such as diabetes. The purpose of screening and analysis of anti-diabetic drug prescriptions is to find out the anti-diabetic drugs prescribed by doctors, to find out the number of prescriptions containing anti-diabetic drugs, and to assess the rationale for drug use. antidiabetic prescriptions served at the Roxy Biak Pharmacy during the period July 2022. Of all prescriptions received during this period, prescriptions containing antidiabetic drugs were recorded and data collected, then two recipes were selected to review the completeness of the prescription based on administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. The review of 2 (two) antidiabetic prescriptions at the Roxy Biak Pharmacy from an administrative, pharmaceutical and clinical perspective was appropriate. However, in the administrative aspect, the patient's age and weight were not written down. Administrative aspects related to age and weight need to be confirmed again with the patient or the patient's family who picks up the drug at the pharmacy, this is important to assess the accuracy of the treatment that the patient will receive."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktariani
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit mempunyai standar yang sudah ditetapkan salah satunya pada bidang farmasi klinik yaitu adalah pelayanan resep, dimana terdapat proses screening resep dan membutuhkan waktu pelayanan. Pada peresepan yang diberikan oleh dokter, seringkali ditemukan interaksi obat yang dapat menyebabkan beberapa masalah sehingga screening resep sangat diperlukan, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dari petugas farmasi. Menurut SPM waktu tunggu pelayanan resep dari RSAB Harapan Kita terdapat 45,56% resep racikan dan 42,89% resep obat jadi yang sesuai. Sedangkan berdasarkan SPM Permenkes terdapat 70% resep obat racikan dan 69,81% resep obat jadi yang sesuai. 2. Interaksi obat pada peresepan pasien di instalasi rawat inap RSAB Harapan Kita dibagi menjadi 5 kategori. Pada kategori A ditemukan interaksi sebesar 1,18%, kategori B sebesar 16,47%, kategori C sebesar 75,29%, kategori D sebesar 5,88%  dan kategori X sebesar 1,8%.

Pharmaceutical services in hospitals have predetermined standards, one of which is in the field of clinical pharmacy, namely prescription services, where there is a prescription screening process and requires service time. In prescriptions given by doctors, drug interactions are often found which can cause several problems so that prescription screening is necessary, while the waiting time for prescription service is the time period from the time the patient submits the prescription until the patient receives the drug from the pharmacist. According to the SPM prescription service waiting time from RSAB Harapan Kita, there were 45.56% concoction prescriptions and 42.89% prescription finished drugs that were appropriate. Meanwhile, based on the SPM Permenkes, there were 70% prescriptions for concoction drugs and 69.81% prescriptions for finished drugs that were appropriate. 2. Drug interactions in patient prescribing at the Harapan Kita Hospital inpatient installation are divided into 5 categories. In category A, there was an interaction of 1.18%, category B of 16.47%, category C of 75.29%, category D of 5.88% and category X of 1.8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Pengkajian klinis berupa ketepatan indikasi, dosis obat, waktu penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan interaksi obat). Pengkajian klinis pada resep obat betujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien.

A prescription is a written request from a doctor or dentist to a pharmacist, either in paper or electronic form to provide and deliver medicine to patients in accordance with applicable regulations. Prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Clinical assessment in the form of accuracy of indications, drug dosage, time of drug use, duplication and / or polypharmacy, unwanted drug reactions (allergies, drug side effects, other clinical manifestations, contraindications and drug interactions). Clinical assessment of drug prescriptions aims to improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of safety in patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Maulinda Sari
"Migrain merupakan gangguan nyeri kepala primer dengan prevalensi tinggi dan cukup berdampak pada masalah sosial ekonomi. Studi yang dilakukan yaitu pengkajian kelengkapan resep serta analisis terhadap resep obat migrain yang diterima oleh Apotek Roxy Galaxy selama periode Januari 2023.Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan resep yang diterima selama bulan Januari tahun 2023 kemudian memilih dua resep resep yang memuat obat migran untuk dilakukan pengkajian resep.Pengkajian resep obat migrain yang diterima di Apotek Roxy selama periode bulan Januari 2023 ditemukan bahwa resep yang diterima sudah rasional namun kelengkapan administratif dan farmasetik tidak tercantum dengan lengkap. Resep yang diterima sudah rasional namun perlu dilakukan pengkajian resep dengan data yang lebih banyak dan periode pengkajian lebih panjang sehingga data yang diperoleh lebih banyak dan beragam.

Migraine is a primary headache disorder with a high prevalence and quite an impact on socio-economic problems. The study carried out was a review of the completeness of prescriptions and an analysis of migraine drug prescriptions received by Apotek Roxy Galaxy during the January 2023 period. A review of migraine drug prescriptions received at the Apotek Roxy during the January 2023 period found that the prescriptions received were rational but the administrative and pharmaceutical aspects were not listed completely. The prescriptions received are rational, but it is necessary to review the prescriptions with more data and a longer review period so that the data obtained is more numerous and varied."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sakinah Qur`ani
"Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan menjamin keselamatan pasien. Salah satu upaya untuk menjamin keselamatan pasien yaitu dilakukan skrining resep untuk meminimalkan kesalahan pengobatan. Skrining resep meliputi persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Oleh karena itu, pada tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan skrining kelengkapan resep yang ditinjau berdasarkan persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan resep pasien Rawat Inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022. Populasi penelitian berjumlah 477 resep dan sampel penelitian sebanyak 220 resep yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada tanggal 12-16 Desember 2022. Berdasarkan hasil skrining kelengkapan resep pasien rawat inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022, diperoleh hasil bahwa kelengkapan persyaratan administratif yang tidak lengkap terdapat pada aspek berat badan dan tinggi badan, kelengkapan persyaratan farmesetik yang tidak lengkap terdapat pada aspek bentuk dan kekuatan sediaan, serta kelengkapan persyaratan klinis yang tidak lengkap terdapat pada aspek interaksi obat.

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan menjamin keselamatan pasien. Salah satu upaya untuk menjamin keselamatan pasien yaitu dilakukan skrining resep untuk meminimalkan kesalahan pengobatan. Skrining resep meliputi persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Oleh karena itu, pada tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan skrining kelengkapan resep yang ditinjau berdasarkan persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan resep pasien Rawat Inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022. Populasi penelitian berjumlah 477 resep dan sampel penelitian sebanyak 220 resep yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada tanggal 12-16 Desember 2022. Berdasarkan hasil skrining kelengkapan resep pasien rawat inap Kartika RSPAD Gatot Soebroto periode 12-16 Desember 2022, diperoleh hasil bahwa kelengkapan persyaratan administratif yang tidak lengkap terdapat pada aspek berat badan dan tinggi badan, kelengkapan persyaratan farmesetik yang tidak lengkap terdapat pada aspek bentuk dan kekuatan sediaan, serta kelengkapan persyaratan klinis yang tidak lengkap terdapat pada aspek interaksi obat."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezha Alausy Fauzan
"Pengkajian resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi klinik yang dilakukan apoteker mulai dari pengkajian administratif, farmasetik serta klinis sebelum diracik. Apoteker sebagai mitra kerja dokter harus memahami dan mengkaji resep yang berpotensi menimbulkan kesalahan pengobatan melalui kajian terhadap kejadian medication error sesuai yang tercantum pada Standar Pelayanan Kefarmasian. Tujuan dari pengkajian resep ini yakni untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat ditinjau dari indikator pola peresepan berdasarkan kelengkapan administrasi dan indikator potensi medication error resep polifarmasi di Apotek Kimia Farma 11 Bandung. Kajian ini dilakukan selama Bulan Agustus 2020 yang bertempat di Apotek Kimia Farma 11 Bandung, Jl. WR. Supratman No. 72, Bandung. Kajian dilakukan selama Bulan Agustus 2020 terhadap 50 lembar resep yang berasal dari Klinik Kimia Farma Supratman dan di luar klinik, dengan melihat kejelasan penulisan terkait obat, kelengkapan resep serta gambaran mengenai interaksi obat pada 2 resep (polifarmasi). Dari hasil pengamatan, ditemukan banyak kelengkapan penulisan resep yang rendah berupa informasi nomor izin praktek dokter/SIP (48%), usia (46%), berat badan (4%) dan alamat pasien (22%). Dari 2 kajian resep secara klinis, terdapat interaksi obat antara Clopidogrel dengan Curcumin/Piracetam (resiko pendarahan) juga dengan obat antikolesterol Simvastatin/Artovastatin (penurunan kadar Clopidogrel).

Prescription assessment is one part of clinical pharmacy services performed by
pharmacists, starting from administrative, pharmaceutical, and clinical assessments
before formulation. Pharmacists as a doctor’s work partner must understand
prescriptions that have the potential to cause medication errors through a review of
its incidence as stated in the Pharmaceutical Service Standards. The purpose of this
prescription review is to determine the rationality of drug use in terms of prescribing
pattern indicators based on administrative completeness and potential indicators of
polypharmacy prescription medication errors at Kimia Farma 11 Pharmacy in
Bandung. This study was conducted during August 2020 at Kimia Farma 11
Bandung Pharmacy, Jalan WR. Supratman No. 72, Bandung. The study was carried
out during August 2020 on 50 prescription sheets originating from the Kimia Farma
Supratman Clinic and outside the clinic, by looking at the clarity of writing related
to drugs, completeness of prescriptions, and an overview of drug interactions on
two polypharmacy prescriptions. From the observations, it was found that there
were many low completeness in writing prescriptions in the form of information on
the doctor’s practice license number (48%), age (46%), body weight (4%) and the
patient’s address (22%). From two clinical prescription studies, there were drug
interactions between Clopidogrel and Curcumin/Piracetam (risk of bleeding) as
well as the anti-cholesterol drug Simvastatin/Artovastatin (decreased levels of
Clopidogrel).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Husnah
"Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pengadaan di sebuah Apotek. Perencanaan dapat dilakukan berdasarkan metode konsumsi ataupun epidemiologi. Kelompok kelas terapi obat yang paling banyak keluar dari Apotek dalam periode tertentu dapat dijadikan prioritas dalam pengadaan untuk periode berikutnya. Pembelian obat di Apotek dapat dilakukan tanpa resep ataupun dengan resep. Oleh karena itu kelas terapi obat yang paling sering diresepkan oleh dokter merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Data kelas terapi didapat dengan memeriksa kelas terapi setiap obat yang tertulis pada seluruh resep yang masuk ke Apotek Roxy Mangga Besar selama periode 16-22 Agustus, selanjutnya ditentukan presentase untuk tiaptiap kelas terapi. Dari analisa yang dilakukan didapatkan tiga kelas terapi utama yang paling banyak diresepkan yaitu obat obat dalam kelas terapi Antiinfeksi terutama antibiotik (32,88%), Obat untuk saluran cerna (30,96%), dan Analgesik-Antipiretik (29,62%) dari total 520 resep. Dari data yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, dimana ketiga kelas terapi tersebut dapat dijadikan prioritas atau sebagai kelompok obat yang diberikan porsi terbesar dari anggaran dalam perencanaan obat untuk pengadaan periode berikutnya.

Planning is an important part of the procurement process at a pharmacy. Planning can be done based on consumption or epidemiological methods. The drug therapy class group that leaves the pharmacy the most in a certain period can be prioritized in the procurement for the next period. Purchasing drugs at the pharmacy can be done without a prescription or by prescription. Therefore, the drug therapy class most often prescribed by doctors is one of the considerations in planning. The therapy class data obtained by examining the therapy class of each drug written on all prescriptions that have been submitted to the Apotek Roxy Mangga Besar during the period 16-22 August, then it is determined percentages for each therapy class. From the analysis carried out, it was found that the three main classes of therapy were most widely prescribed, namely drugs in the class of anti-infective therapy, especially antibiotics (32.88%), drugs for the digestive tract (30.96%), and analgesics-antipyretics (29.62%) of a total of 520 prescriptions. From the data obtained, it can be used as a reference in planning, where the three classes of therapy can be prioritized or as a group of drugs that are given the largest portion of the budget in drug planning for the procurement of the next period."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>