Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rohana Amelia Putri H.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S26309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiyawati
"Putusnya hubungan perkawinan karena perceraian selain berakibat bagi bekas suami dan isteri, juga membawa akibat terhadap anak dibawah umur. Perceraian suami isteri dapat terjadi karena berbagai upaya yang dilakukan kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik yang terjadi mengalami jalan buntu, maka perceraian merupakan jalan keluar yang paling baik bagi pasangan suami isteri yang tidak mungkin lagi dapat hidup rukun, sebagaimana yang dituju oleh ikatan perkawinan. Salah satu akibat dari perceraian antara suami isteri terhadap anak dibawah umur menimbulkan perwalian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada 3 macam perwalian, perwalian oleh suami/isteri, Perwalian dengan surat wasiat dan perwalian yang diangkat oleh hakim, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ada 2 macam, perwalian yang diangkat oleh hakim dan perwalian dengan surat wasiat. Akibat perceraian terhadap anak dibawah umur menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 229 ayat 1 Perwalian diserakan kepada seorang dari kedua orang tuanya sebagai wali, ini merupakan kekuasaan yang bersifat individual, sedangkan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 41 (a) perwalian oleh bapak atau ibu, ini merupakan kekuasaan yang bersifat kolekti£. Tanggung jawab orang tua, terhadap anak dibawah umur berbeda antara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa kewajiban itu bukan hanya sampai pada dewasa tetapi sampai mereka mampu untuk berdiri sendiri walaupun telah terjadi ikatan perkawinan antara orang tuanya putus."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S21211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Rasyiddin Muhammad
"Bayi yang lahir prematur atau bayi yang mengalami masalah kesehatan harus segera dipindahkan ke tempat yang memiliki fasilitas yang lebih memadai seperti ruang perina atau ruang perawatan intensif neonatus (NICU). Sebelum dilakukan transfer, bayi harus dipastikan dalam keadaan stabil agar tidak terjadi kejadian merugikan selama proses transfer. Kejadian merugikan yang dapat terjadi selama proses transfer bayi antara lain hipotermia, hipoksia, hipoglikemia, ketidakstabilan hemodinamik, bahkan kematian. Proses stabilisasi sebelum dilakukannya transfer dapat dilakukan dengan metode STABLE yang terdiri dari pemeriksaan sugar and safe care, temperature, airway, blood pressure, lab work, dan emotional support. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas transfer intra rumah sakit dengan pendekatan metode STABLE terhadap respons fisiologis bayi baru lahir dan status emosional orang tua. Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial parallel design. Responden pada penelitian ini adalah bayi baru lahir secara spontan ataupun operasi caesar di RSUD Bandung Kiwari pada bulan Maret-April 2024 yang berjumlah 52 bayi. Intervensi dilakukan pada bayi baru lahir dan orang tua sesuai metode STABLE berdasarkan hasil pemeriksaan. Pengukuran respons fisologis bayi baru lahir menggunakan monitor ECG, glukometer, dan termometer axilla digital, sedangkan status emosional orang tua diukur menggunakan kuesioner State Anxiety Inventory (SAI). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan respons fisiologis bayi baru lahir pada variabel glukosa darah, suhu tubuh, frekuensi napas, dan saturasi oksigen (p < 0.05); sedangkan pada variabel denyut nadi, CRT (capillary refill time), dan status emosional orang tua tidak menunjukkan hasil yang signifikan (p > 0.05). Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh perawat perina dalam melakukan stabilisasi bayi baru lahir dengan kondisi khusus agar proses transfer lebih aman dan tidak terjadi kejadian merugikan.

Preterm baby or babies with health problems should be immediately transferred to a place with more adequate facilities such as the perina room or neonatal intensive care unit (NICU). Before the transfer, the baby must be ensured to be in a stable state so that no adverse events occur during the transfer process. Adverse events that can occur during the transfer process include hypothermia, hypoxia, hypoglycemia, hemodynamic instability, and even death. The stabilization process before transfer can be done with the STABLE method which consists of checking sugar and safe care, temperature, airway, blood pressure, lab work, and emotional support. This study aims to identify the effectiveness of intra-hospital transfer with the STABLE method approach to newborn physiological responses and parents' emotional status. This study used a randomized controlled trial parallel design. Respondents in this study were newborns born spontaneously or by cesarean section at Bandung Kiwari Hospital in March-April 2024, totaling 52 babies. Interventions were carried out on newborns and parents according to the STABLE method based on the results of the examination. Measurement of newborns' physiological responses used ECG monitors, glucometers, and digital axilla thermometers, meanwhile parents' emotional status was measured using the State Anxiety Inventory (SAI) questionnaire. The results showed significant differences in physiological responses of newborns on variables of blood glucose, body temperature, respiratory rate, and oxygen saturation (p < 0.05); meanwhile on variables of heart rate, CRT (capillary refill time), and emotional status of parents did not show significant results (p > 0.05). The results of this study can be used as a reference by perina nurses in stabilizing newborns with special conditions so that the transfer process is safer and no adverse events occur."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Razin Kanz
"Data perceraian orang tua nampaknya mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Penelitian terdahulu telah menemukan bagaimana perceraian orang tua dapat memberikan berbagai dampak negatif pada emerging adults. Penelitian ini menyoroti peran self-acceptance terhadap tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai serta bagaimana self-acceptance berhubungan dengan setiap dimensi dari flourishing. Penelitian ini menduga self-acceptance pada emerging adults yang orang tuanya bercerai dapat membantu untuk berperan sebagai faktor protektif yang mempromosikan pemaknaan positif terhadap peristiwa perceraian orang tua mereka, yang pada akhirnya membantu tingkat flourishing mereka untuk berkembang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi bahasa Indonesia Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) dan adaptasi bahasa Indonesia The PERMA-Profiler. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linear dua variabel. Penelitian ini melibatkan 323 partisipan emerging adults dengan rentang usia 18 – 25 tahun (M = 21.1, SD = 2.24). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat self-acceptance mampu memprediksi tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai sebesar 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936). Penelitian ini juga menemukan bahwa self-acceptance memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan setiap dimensi dari flourishing.

Parental divorce rates appear to be increasing year by year. Previous research has found that parental divorce can have various negative impacts on emerging adults. This study highlights the role of self-acceptance on flourishing among emerging adults with divorced parents and examines the relationship between self-acceptance and each dimension of flourishing. The study hypothesizes that self-acceptance in young adults can help to serve as a protective factor, promoting positive meaning making regarding their parents' divorce, thereby contribute to enhancing their flourishing. The instruments used in this study include the Indonesian adaptation of the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) and the Indonesian adaptation of The PERMA-Profiler. Analysis is done using correlation analysis and linear regression of two variables. This study involved 323 emerging adults participants aged 18 – 25 years (M = 21.1, SD = 2.24). The results show that self-acceptance accounts for 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936) of the variance in flourishing among emerging adults whose parents have divorced. The study also found that self-acceptance has a positive and significant relationship with each dimension of flourishing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Adabina
"Kepuasan hidup merupakan suatu kekuatan psikologis yang memfasilitasi perkembangan adaptif remaja. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kepuasan hidup remaja adalah komunikasi dengan orang tua. Tuntutan pekerjaan seringkali menyulitkan orang tua untuk berkomunikasi dengan remaja. Permasalahan komunikasi saat orang tua berada di tempat kerja dapat diminimalisir dengan penggunaan komunikasi online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja yang memiliki kedua orang tua bekerja. Responden penelitian terdiri dari 106 remaja berusia 10-15 tahun yang memiliki kedua orang tua bekerja. Komunikasi online orang tua-anak diukur menggunakan instrumen hasil modifikasi alat ukur Online Parent-Child Communication (Niu et al., 2019). Satisfaction with Life Scale Adapted for Children (SWLS-C; Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2010) digunakan untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja yang memiliki orang tua bekerja. Selain itu, ditemukan hubungan yang signifikan dan positif antara komunikasi online orang tua-anak dan kepuasan hidup remaja laki-laki dan kepuasan hidup remaja perempuan yang memiliki kedua orang tua bekerja.

Life satisfaction acts as a psychological strength that facilitates adolescents‟ adaptive development. Communication with parents is known as one of several factors that related to adolescents‟ life satisfaction. Parental work pressures make it harder for parents to communicate with adolescents. Problems related to communication when parents are at work can be minimalized through the use of online communication. The purpose of this research is to examine the relationship between online parent-child communication and life satisfaction among adolescents who have working parents. 106 adolescents who have working parents participated in this research. Parent-child online communication was measured using modified version of Online Parent-Child Communication (Niu et al., 2019). Life Satisfaction was measured using Satisfaction with Life Scale Adapted for Children (SWLS-C; Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2010). The result shows a significant and positive relationship between parent-child online communication and life satisfaction among adolescents who have working parents. In addition, this research also shows a significant and positive relationship between parent-child online communication and adolescent boys‟ life satisfaction and adolescents girls‟ life satisfaction, among adolescents who have working parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library