Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qonitah Arya Sulthanah
"Kemajuan teknologi dan berkembangnya berbagai bentuk media baru yang lebih interaktif telah mengubah cara audiens dalam menjalin hubungan dengan karakter media favoritnya. Media Sosial sebagai salah satu bentuk media baru kini digunakan oleh berbagai publik figur, salah satunya adalah
Social Media Influencer untuk membangun Personal Brand dan
berkomunikasi dengan audiensnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengaruh dari Hubungan Parasosial yang terjalin dalam diri pengikut akun media sosial Instagram @ariefmuhammad sebagai seorang Social Media Influencer, terhadap salah satu aspek Personal Branding dari Arief Muhammad yaitu Relationship yang
merupakan hubungan baik yang terjalin antara seseorang dengan orang lain
sebagai hasil dari praktik Personal Branding yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan sifat eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Parasosial yang dirasakan audiens
berpengaruh signifikan secara positif terhadap Relationship antara audiens dengan Social Media Influencer. Variabel Hubungan Parasosial berpengaruh sebesar 51,4% terhadap Relationship, dengan Friendship sebagai dimensi paling berpengaruh menurut responden."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Dwiyanti
"Penelitian ini mengeksplorasi bentuk interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar musik K-Pop yang berusia dewasa muda (26 – 39 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta wawancara mendalam terhadap 4 perempuan dewasa muda untuk pengambilan data. Data dianalisis melalui coding dan ditulis dengan teknik analisis naratif. Pada penelitian ini, interaksi parasosial dilihat dari aktivitas penggemar yang dilakukan dan memasukkan perspektif usia dewasa muda, sehingga dapat terlihat bagaimana interaksi parasosial berperan dalam kehidupan penggemar. Karakteristik individu dewasa muda turut melatarbelakangi bentuk interaksi parasosial yang dialami penggemar. Hasil analisis menemukan adanya keterbatasan sebagai individu dewasa muda yang berpotensi menghentikan interaksi parasosial pada diri penggemar. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan media digital dan fandom. Penelitian ini menemukan interaksi parasosial pada penggemar dewasa muda digunakan sebagai sarana media enjoyment.

This research explores forms of parasocial interactions that occur in K-Pop music fans who are young adults (26-39 years). This study uses a qualitative approach, phenomenological strategy, and in-depth interviews with 4 young adult women. The data were analyzed through coding process and written with narrative analysis techniques. Parasocial interaction in this study are seen from the fan activity and include the age perspective as young adults (life course perspectives), so the study can see how parasocial interactions have a role in the fans’ life. Characteristics of young adult individuals also contribute to the form of parasocial interactions experienced by the fans. The results of this research found that young adult fans have limitations that potentially stop parasocial interactions in fans. However, these limitations are overcome by the use of digital media and fandom. This study found interactions in young adult fans are used as media enjoyment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Qoriana Nurfadilah
"Penyebaran budaya K-pop melalui idol group semakin sukses di berbagai belahan dunia. Penyebaran konten K-pop tidak lepas dari pemanfaatan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube. Industri hiburan Korea Selatan membuat inovasi baru dengan menciptakan beberapa aplikasi media sosial. Inovasi yang dilakukan industri hiburan Korea Selatan adalah penggemar dapat mengunggah pesan untuk idola, lalu idola akan memilih beberapa unggahan penggemar untuk diberikan komentar atau cheer. Aplikasi yang memiliki fungsi tersebut bernama Weverse. Weverse mengumumkan bahwa TREASURE menjadi artis pertama naungan YG Entertainment yang bergabung. Melalui aplikasi ini, diharapkan penggemar di seluruh dunia dapat berkomunikasi dengan TREASURE. Intensitas komunikasi yang tinggi antara idola dan penggemar dapat memunculkan hubungan parasosial. Perasaan penggemar seperti mengenal idola secara personal ketika melakukan komunikasi melalui media sosial termasuk dalam kriteria hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan parasosial yang terlihat dari ragam honorifik mitra tutur ketika TREASURE berinteraksi dengan penggemar. Penulis menggunakan metode analisis kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil dokumentasi percakapan yang bersumber pada aplikasi Weverse. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa anggota TREASURE memperlakukan penggemar sebagai teman dekat dan akrab karena lebih sering memakai ragam honorifik mitra tutur informal.

The spread of K-pop culture through idol groups is increasingly successful in various parts of the world. The spread of K-pop content cannot be separated from the use of social media such as Instagram, Facebook, Twitter and Youtube. The South Korean entertainment industry is making new innovations by creating several social media applications. An innovation made by the South Korean entertainment industry is that fans can upload messages for idols, then idols will select several uploaded fans to give comments or cheers. The application that has this function is called Weverse. Weverse announced that TREASURE will be the first artist under YG Entertainment to join. Through this application, it is hoped that fans around the world can communicate with TREASURE. The high intensity of communication between idols and fans can give rise to parasocial relationships. The feeling of fans like knowing idols personally when communicating through social media is included in the criteria for parasocial relationships. This study aims to explain the parasocial relationship that can be seen from the honorific variety of speech partners when TREASURE interacts with fans. The author uses a qualitative analysis method on the data obtained from the documentation of conversations originating from the Weverse application. The findings from this study indicate that TREASURE members treat fans as close and intimate friends because they more often use honorifics in informal speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Sofie Alexandra
"Fenomena hubungan parasosial menjadi sesuatu yang kerap diperbincangkan ketika membahas tentang musisi dan penggemar. Istilah yang dikemukakan oleh Donald Horton dan Richard Whorl pada 1956 (Brisco, 2021) itu kerap diasosiasikan dengan musisi pada era media sosial pada penelitian-penelitian di masa kini. Padahal, fenomena hubungan parasosial telah terjadi jauh sebelum istilah tersebut ada. Tulisan ini menjelaskan bagaimana hubungan parasosial antara musisi dan penggemarnya berkembang dalam rentang 100 tahun, dari masa radio (1920-an hingga 1930-an), masa televisi (1940-an hingga 1980-an), dan masa internet (1990-an hingga 2020-an). Walau diklaim bahwa hubungan parasosial yang kuat muncul pada era internet di mana teknologi sangat memadai untuk para penggemar mendapatkan konten yang beragam dan terkesan lebih intim ketimbang konten melalui teknologi kuno, penulis menemukan bahwa hubungan parasosial sejak zaman radio sudah kuat jika melihat konteks dari hiburan di masa itu.

The parasocial relationship phenomenon has become a subject that is often discussed in a conversation about the musician and fan relationship. The term–put forward by Donald Horton and Richard Whorl in 1956 (Brisco, 2021)–is often associated with musicians in the social media era in current research. While in fact, the parasocial relationship phenomenon occurred long before the term existed. This paper tries to explain how the parasocial relationship between musicians and their fans has developed over a period of 100 years, from the radio era (the 1920s to the 1930s), the television era (the 1940s to the 1980s), and the internet era (the 1990-s to the 2020-s era). Even though it is claimed that strong parasocial relationships emerged in the internet era, where the technology is advanced enough to provide fans with a variety of contents that feels more intimate in comparison to old technology, the writer finds that parasocial relationships even from the radio era has already been strong when we look at the context of entertainment during that time."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Yolanda Nabasa
"Saat ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan selebritas asal Korea Selatan untuk mempromosikan produknya. Hal ini dilakukan karena selebritas asal Korea Selatan dianggap dapat menciptakan kesan kedekatan personal dengan para penggemar mereka, atau yang secara ilmiah disebut sebagai hubungan parasosial. Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa hubungan parasosial berhubungan dengan perilaku konsumen, seperti intensi pembelian dan pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga ditemukan berhubungan dengan materialisme seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan dan apakah materialisme berperan sebagai moderator pada hubungan tersebut. Sebanyak 359 penggemar selebritas asal Korea Selatan yang berusia 20 – 25 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial memprediksi pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01), akan tetapi materialisme ditemukan tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran produk untuk meningkatkan penjualan dan di sisi lain meningkatkan literasi konsumen, termasuk penggemar selebritas asal Korea Selatan, untuk lebih sadar dan berhati-hati ketika membeli produk yang dipromosikan oleh idolanya.

Currently, an increasing number of companies are using South Korean celebrities to promote their products. This is done because South Korean celebrities are believed to create a sense of personal closeness with their fans, known scientifically as parasocial relationships. Previous studies have found that parasocial relationships are related to consumer behavior, such as purchase intention and impulsive buying. Impulsive buying has also been found to be related to an individual's materialism. This study aims to investigate the relationship between parasocial relationships and impulsive buying among fans of South Korean celebrities, and whether materialism plays a moderating role in this relationship. A total of 359 fans of South Korean celebrities, aged 20-25, participated in this study. The research was conducted by distributing an online questionnaire. The results of the study indicate that parasocial relationships predict impulsive buying among fans of South Korean celebrities (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01). However, materialism was found to not moderate this relationship. The findings of this study are expected to provide insights for companies in designing marketing strategies to increase sales, while also enhancing consumer literacy, including among fans of South Korean celebrities, to be more aware and cautious when purchasing products promoted by their idols."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadelia Dwiphala
"Sudah ada beberapa penelitian yang berfokus pada bagaimana kredibilitas sumber dan keadilan mempengaruhi hubungan parasosial dan ketertarikan produk , serta bagaimana ketertarikan produk berdampak terhadap niat membeli konsumen terhadap produk baru. Tapi hanya sedikit yang meneliti faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi niat membeli dan eWOM, maka penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut, berfokus pada beauty influencer Indonesia di Instagram. Dengan 492 responden, penelitian ini menggunakan SPSS 26 (pre-test) dan SmartPLS 4 untuk analisis data.
Di penelitian ini ditemukan bahwa: variabel-variabel attractiveness, similarity, dan trustworthiness memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap parasocial relationship; similarity yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap product interest. Interpersonal fairness dan informational fairness berpengaruh positif dan signifikan terhadap parasocial relationship; dan distributive fairness berpengaruh positif dan signifikan terhadap product interest. Variabel parasocial relationship berpengaruh signifikan dan positif terhadap product interest, purchase intention, dan eWOM. Product interest berpengaruh signifikan dan positif purchase intention dan eWOM.

Few studies have focused on how source credibility and fairness influence parasocial relationships and product interest, and how product interest impacts consumers' purchase intentions towards new products. But few have examined how these factors can influence purchase intention and eWOM, so this study aims to fill the gap, focusing on Indonesian beauty influencers on Instagram. With 501 respondents, this study used SPSS 26 (pre-test) and SmartPLS for data analysis. The results show that:
This study found that: the variables of attractiveness, similarity, and trustworthiness have a significant and positive effect on parasocial relationships; similarity has a significant and positive effect on product interest. Interpersonal fairness and informational fairness have a positive and significant effect on parasocial relationship; and distributive fairness has a positive and significant effect on product interest. Parasocial relationship has a significant and positive effect on product interest, purchase intention, and eWOM. Product interest has a significant and positive effect on purchase intention and eWOM.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Jabbar Shiddiq
"TikTok live shopping merupakan suatu platform belanja secara real-time dimana streamer dapat terhubung dan berinteraksi dengan pembeli secara langsung melalui konten live streaming pada TikTok. Platform live stream commerce ini sedang naik tren, namun masih sedikit penelitian yang membahas faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian impulsif di platform ini. Pembelian impulsif merupakan hal yang penting karena dinilai sebagai salah satu kunci kesuksesan transaksi pada e-commerce. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembelian impulsif menggunakan teori flow dan parasocial relationship.Pada penelitian ini, faktor technology affordance dan faktor stream dimension dipilih sebagai anteseden dari flow untuk mengetahui apakah teknologi pada TikTok live shopping dapat memengaruhi perilaku pengguna. Sementara itu, source credibility model dipilih sebagai anteseden dari teori parasocial relationship untuk mengetahui apakah faktor eksternal dapat memengaruhi perilaku pengguna. Penelitian dilakukan menggunakan metode campuran dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) dengan menggunakan survei daring yang diisi oleh 608 responden valid. Pendekatan kualitatif dengan wawancara telah dilakukan kepada sepuluh responden untuk memvalidasi hasil kuantitatif. Hasil analisis membuktikan bahwa teori flow dan parasocial relationship memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif; semua faktor pada source credibility model memengaruhi parasocial relationship; dan hanya perceived effortlessness serta interactivity yang memberikan pengaruh pada flow. Penelitian ini berimplikasi teoretis dengan mengisi kekosongan penelitian mengenai pembelian impulsif pada live stream commerce khususnya TikTok live shopping. Penelitian ini memiliki implikasi praktis bagi pelaku industri live stream commerce untuk mengimplementasi fitur yang sesuai dan mengatur strategi bisnis yang tepat.

TikTok live shopping is a real-time shopping platform where streamers can connect and interact with buyers directly through live streaming content on TikTok. There are still not many studies that discuss the factors that influence impulsive buying behavior on TikTok live shopping. “E-commerce live streaming” is regarded as the latest trend of e-commerce, and impulse buying is a key factor in the success of transactions. Therefore, this study tries to determine what factors influence impulsive buying using the flow theory and parasocial relationships. In this study, the technology factor (technology affordance) and the stream dimension factor were chosen as the antecedents of flow to find out whether technology in TikTok live shopping can affect user behavior. Meanwhile, the source credibility model was chosen as an antecedent of the parasocial relationship theory to determine whether external factors can influence user behavior. The research was conducted using mixed methods with quantitative and qualitative approaches. The quantitative approach was carried out using the covariance-based structural equation modeling (CB-SEM) method using an online questionnaire survey and a total of 608 valid questionnaires were collected. The qualitative approach using interviews have been conducted to 10 respondents to validate the quantitative results. Research results show that flow and parasocial relationship theory have a significant influence on impulsive buying behavior; all factors in the source credibility model affect parasocial relationships; and only perceived effortlessness and interactivity have an effect on flow. This research provides theoretical implications by completing the research gap regarding impulse buying on live stream commerce, especially TikTok live shopping. This research provides practical implications for live stream commerce industry stakeholders to implement appropriate features and set the right business strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biancavai Irama Fidyzahwa
"Penggunaan media sosial meningkat signifikan beberapa tahun terakhir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, khususnya Jabodetabek. Peningkatan ini didominasi oleh mahasiswa sebagai pengguna terbesar dengan jumlah 89,7%. Sebanyak 56,7% mahasiswa menggunakan media sosial untuk berinteraksi sosial. Salah satu bentuk interaksi ini adalah hubungan dengan idola. Sebanyak 18,7% mahasiswa yang menggunakan fangirling sebagai strategi koping masuk dalam kategori intensitas tinggi dan 63,2% mahasiswa masuk ke dalam kategori sedang. Fenomena ini membawa dampak positif seperti dukungan emosional, tetapi juga dampak negatif seperti kecandua. Dukungan emosional yang diberikan dapat membawa penggemar ke dalam suatu hubungan yaitu hubungan parasosial. Dalam hal ini, hubungan parasosial merupakan hubungan antara penggemar dan tokoh media yang dipersepsikan oleh suatu media sehingga menciptakan ilusi kedekatan dan terjalinnya suatu hubungan antara idola dan penggemar, Terkait hal ini, penelitian ini bertujuan menggambarkan hubungan parasosial pada mahasiswa di Jabodetabek serta perannya dalam pemenuhan kebutuhan akan cinta dan kepemilikan. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi dengan metode purposive sampling. Informan pada penelitian ini berjumlahkan 11 informan yang terdiri dari 4 informan utama dan 7 informan pendukung berupa teman dan keluarga dari informan utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial pada penelitian ini merupakan interaksi antar penggemar dan idola yang di mediasi oleh media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube, TikTok, Bubble, Weverse, dan Website. Gambaran hubungan parasosial yang dijalani para informan memberikan perasaan positif seperti bahagia dan termotivasi. Namun secara pemenuhan kebtuhan akan cinta dan kepemilikan, masih terdapat kekosongan dalam komponen hubungan tertentu di kehidupan informan. Berdasarkan analisis, diketahui bahwa hubungan parasosial yang dimiliki informan dengan idola termasuk ke dalam kategori hubungan parasosial positif. Kemudian dalam hal memenuhi kebutuhan akan cinta dan kepemilikan, hubungan parasosial berperan sebagai pengganti hubungan yang kurang didapatkan informan serta membantu mempererat hubungan sosial informan. Meski begitu, hubungan parasosial yang dijalani para informan tetap tidak bisa menggantikan hubungan yang nyata dan hanya bersifat sementara sebab hubungan ini hanya bersifat satu arah dan tidak ada timbal balik sebagaimana seharusnya hubungan nyata yang ideal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, meskipun hubungan parasosial yang dijalani para informan bersifat positif dan berperan dalam pemenuhan kebutuhan akan cinta dan kepemilikan, hubungan ini tetap tidak akan menggantikan hubungan nyata dan hanya sebatas menjadi komponen pengganti maupun komponen pendukung hubungan sosial para informan sebab kurangnya komponen yang bersifat dua arah.

The use of social media has increased significantly in recent years worldwide, including in Indonesia, particularly in the Jabodetabek area. This increase is dominated by university students as the largest user group, accounting for 89.7%. Approximately 56.7% of students use social media for social interaction. One form of such interaction is the relationship with idols. Among these students, 18.7% who use fangirling as a coping strategy fall into the high-intensity category, while 63.2% are in the medium category. This phenomenon brings both positive impacts, such as emotional support, and negative impacts, such as addiction. The emotional support provided can lead fans into a relationship known as a parasocial relationship. In this context, parasocial relationships refer to the perceived interaction between fans and media figures mediated through certain media, creating the illusion of closeness and a formed relationship between idols and fans. This study aims to describe parasocial relationships among university students in Jabodetabek and their role in fulfilling the need for love and belonging. The approach used in this study is qualitative, collecting data through in-depth interviews and document studies using the purposive sampling method. The study involved 11 informants, consisting of 4 main informants and 7 supporting informants in the form of friends and family of the main informants. The results of the study show that parasocial relationships in this context are interactions between fans and idols mediated by social media platforms such as Instagram, Twitter, YouTube, TikTok, Bubble, Weverse, and websites. The depiction of parasocial relationships experienced by the informants provides positive feelings such as happiness and motivation. However, in terms of fulfilling the need for love and belonging, there remains a void in certain components of relationships in the informants' lives. Based on the analysis, it is known that the parasocial relationships maintained by the informants with their idols fall into the category of positive parasocial relationships. Furthermore, in fulfilling the need for love and belonging, parasocial relationships serve as a substitute for relationships that are less accessible to the informants and help strengthen their social relationships. However, the parasocial relationships experienced by the informants still cannot replace real relationships and are only temporary since these relationships are one-sided and lack the reciprocity found in ideal, real relationships. It can be concluded that, although the parasocial relationships experienced by the informants are positive and play a role in fulfilling the need for love and belonging, they still cannot replace real relationships and only serve as a substitute or a supporting component of the informants' social relationships due to the lack of reciprocity inherent in two-way relationships. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Remaja berada pada fase pencarian jati dirinya, sebagaimana tahap perkembangan psikososial remaja yaitu identity versus role confusion. Pencarian identitas diri remaja seringkali dikaitkan dengan tokoh idola yang rentan menimbulkan perilaku parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parasocial relationship dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis analisis-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 108 remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Ego Identity Process Questionnaire digunakan untuk mengukur status identitas diri dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur hubungan parasosial. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 35,2% remaja berada pada fase identitas diri achievement dan 50% remaja memiliki hubungan parasosial dengan tokoh idolanya pada tingkat intense personal feeling. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan parasosial dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). Kesimpulan penelitian ini adalah aktivitas pengidolaan membentuk hubungan parasosial dengan tokoh idola yang turut memengaruhi status identitas diri yang dicapai oleh remaja pada tahap perkembangannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel lain yang berkaitan dengan hubungan parasosial terhadap status identitas diri remaja.

Adolescents are in an identity-searching period, as is the stage of adolescent psychosocial development, specifically identity vs role confusion. The search for self-identity in adolescents is frequently related with idol figures who are prone to triggering parasocial conduct. The purpose of this study is to investigate the relationship between parasocial relationships and self-identity construction among K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta. This study recruited 108 teenage K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta who were chosen using a simple random samplingsimple strategy and a quantitative method of correlation-analysis. The Ego Identity Process Questionnaire was used to assess identity status, and the Celebrity Attitude Scale to measure parasocial relationships. The results of the univariate analysis showed that 35,2% of adolescents were in the achievement self-identity phase and 50% of adolescents had a parasocial relationship with their idol at the level of intense personal feeling. The results of bivariate analysis using the Spearman rho test showed that there was a significant relationship between parasocial relations and the self-identity status of young K-Pop fans in DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). The conclusion of this study is that idolizing activities form parasocial relationships with idol figures which also influence the identity status achieved by adolescents at their developmental stage. Future research is expected to be able to relate other variables related to parasocial relationships to adolescent self-identity status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Alya Firdausya
"Tujuan dari pemasaran influencer adalah untuk memanfaatkan pengaruh dan kekuatan individu untuk mempromosikan merek. Namun, penelitian mengenai hubungan parasosial pada niat beli masih sedikit, terutama pada konteks influencer media sosial. Penelitian ini menganalisis bagaimana atribut konten dan strategi interaksi influencer memengaruhi niat beli konsumen melalui mekanisme hubungan parasosial. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) untuk pengolahan data dari 337 responden yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap pengguna YouTube minimal satu jam per hari yang merupakan subscriber youtuber lifestyle yang berada di Indonesia yang merupakan generasi Z, pernah membeli produk yang direkomendasikan dalam satu tahun terakhir dan pernah berkomentar setidaknya satu kali pada youtuber lifestyle tersebut. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa parasocial relationship berpengaruh secara positif terhadap purchase intention. Selain itu, prestige, interactivity, dan self-disclosure berpengaruh secara positif terhadap parasocial relationship. Implikasi manajerial serta saran bagi penelitian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini.

The purpose of influencer marketing is to leverage the influence and power of individuals to promote a brand. However, research on parasocial relationships on purchase intention is still scant, especially in the context of social media influencers. This study analyzes how content attributes and influencer interaction strategies affect consumers' purchase intentions through the mechanism of parasocial relationships. This research is quantitative and uses Structural Equation Modeling (SEM) for data processing from 337 respondents obtained through distributing questionnaires to active YouTube users at least one hour per day, lifestyle youtubers subscribers who are in Indonesia and are Generation Z, who at least once have purchased the endorsed product in the past year and have commented at least once on the lifestyle youtuber. This study shows the results that parasocial relationships have a positive effect on purchase intention. In addition, prestige, interactivity, and self-disclosure have a positive effect on parasocial relationships. The managerial implications and suggestions for further research will be discussed further in this study.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>