Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jenni Caroline Maria
Abstrak :
ABSTRAK
Yayasan Griya Asih berdiri sejak tahun 1996 dan merupakan yayasan yang berkonsep rumah tinggal bagi anak jalanan di Jakarta. Para pembimbing yang berjumlah delapan orang memiliki kompetensi yang masih kurang sebagai pembimbing, ditandai dengan adanya salah satu permasalahan yakni komunikasi yang tidak lancar baik di kalangan pembimbing itu sendiri maupun antara pembimbing dan anak bimbing remaja khususnya. Oleh karena itu program intervensi ini dilaksanakan dengan serangkaian tahapan kegiatan untuk membantu meningkatkan pemahaman pembimbing tentang remaja dan permasalahannya sehingga dapat mengatasi masalah komunikasi dalam melaksanakan tugas bimbingan. Hal ini dilakukan melalui program pelatihan pengetahuan pembimbing dalam hal psikologi perkembangan remaja. Target intervensi adalah pembimbing sebagai individu dan kelompok. Model yang dipakai adalah Transtheoretical Model (TT Model) yang terdiri dari 5 (lima) tahapan dasar yaitu pre-contemplation, contemplation, planning , action, maintenance. Setiap tahapan bertujuan untuk menghasilkan suatu perubahan positif yang disertai indikator perubahan berupa motivasi, performa, harapan, nilai dan proses perubahan.

Studi baseline sendiri dilakukan dengan serangkaian kegiatan pengamatan, wawancara, diskusi, workshop, lobbying dan dialog informal. Prinsip dari program intervensi ini adalah sederhana (mudah diterima dan tidak rumit), fokus (pada pembimbing) dan efektif (langsung memberikan manfaat atau dampak positif dalam kurun waktu tertentu)
2007
T17658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Setiawan
Abstrak :
Tesis berjudul "Pengaruh Variabel Struktural Organisasi Terhadap Kinerja BUMN Jasa Keuangan Nonbank: Ukuran Persepsional Eksekutif Lini" merupakan hasil penelitian mengenai perilaku organisasi atau OB (organizational behavior) BUMN jasa keuangan non-bank. Keterangan yang diperoleh berasal dari ukuran persepsional 10 eksekutif fungsi lini di BUMN yang diteliti. Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan model Melcher (1985), Likert (1967), dan Robbins (1995). Model Melcher mengetengahkan hubungan antara faktor-faktor struktural primer dan sekunder dalam organisasi dengan perilaku individu dan kelompok, melalui intervensi gaya kepemimpinan. Sedangkan model Likert mengemukakan bagaimana manajer melalui organisasi mencapai tujuan akhir berupa prestasi dan kinerja, seperti produktivitas, volume penjualan, pemborosan, mutu pelayanan, dan sebagainya. Robbins juga mengaitkan variabel organisasi dari level individu, grup, hingga sistem organisasi, dengan produktivitas, turn over, absensi, dan kepuasan kerja. Model OB untuk penelitian ini sebagian besar mengadopsi variabel yang dikemukakan Melcher. Dengan demikian, secara hipotetikal dapat dijelaskan bahwa variabel struktural primer (aliran kerja, kompleksitas tugas, dan pembatas ruang-fisik) bersama variabel struktural sekunder (hubungan kewewenangan formal dan kontrol formal) dengan intervensi gaya kepemimpinan (perwakilan, partisipasi, pengarahan, peraturan, dan stimulasi berupa sanksi dan penghargaan) diharapkan berpengaruh terhadap pola perilaku (individu, kelompok, antargrup, dan vertikal), yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Di sini ini, pengaruh yang dimaksud adalah hubungan timbal balik atau korelasi. Hasilnya antara lain, perilaku individu BUMN yang diteliti menjurus pada pola perilaku fungsional, yang kondusif guna meningkatkan kinerja. gaya kepemimpinannya, transisional menuju demokratisasi. BUMN yang diteliti tidak lepas dari cirinya yang kental sebagai organisasi birokratis. Hasil penelitian ini menunjukkan keadaan seperti itu, misalnya kompleksitas tugas yang terspesialisasi dengan interdependensi moderat (considerable spesialization). Spesialisasi di BUMN mempengaruhi keterlibatan kerja, kepuasan kerja, dan komitmen kerja. Kuncinya terletak pada upaya untuk menjaga aliran kerja tetap terprogram dan menetapkan sasaran yang dapat diprediksi hasilnya. Selain itu, hasil yang akan dicapai cukup terprediksi, meski aliran kerjanya (work flow) kurang terprogram. Delegasi kewewenangannya cenderung sentralistis. Kontrol formal lebih mengandalkan pendekatan individual ketimbang kelembagaan. Pengarahan masih bersifat direktif (komando), tetapi cenderung adaftif (demokratis). Esprit de corp-nya moderat. Hubungan antara atasan dan bawahan yang harmonis menjadi kunci untuk memperkuat tim kerja menuju organisasi yang efektif.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T18846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Khair
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan intervensi untuk mengatasi permasalahan mengenai komitmen pengajar di lembaga bimbingan belajar X. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan observasi dan wawancara dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar pengajar memiliki komitmen kontinuan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang sejumlah program intervensi yang fokus pada peningkatan komitmen kontinuan menjadi komitmen afektif, mempertahankan komitmen afektif, dan memperbaiki kinerja pengajar saat ini. Intervensi yang dilakukan berupa perbaikan struktur kompensasi dan peningkatan hubungan positif di lingkungan kerja. ......The purpose of this study was to develop an intervention program to solve the problem of teacher commitment in X learning tutoring organization. This study used a qualitative method by using observation and interviews in data collection. The results showed that most teachers have a continuance commitment. Based on this, then an intervention program was designed that focus on transforming the continuance commitment to affective commitment, to maintain affective commitment, and to improve teacher's performance. The interventions are improving the compensation structure and enhancing positive relationship in the work environment.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
Abstrak :
ABSTRAK
PERMASALAHAN: HIV/AIDS dan Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Wanita usia subur, khususnya yang berpenghasilan rendah pengunjung Puskesmas semakin rentan terhadap risiko penularan kedua penyakit tersebut. Sampai saat ini belum ada model upaya promotif dan preventif di Puskesmas yang mengintegrasikan pelayanan penyakit menular seksual (PMS) ke dalam pelayanan BP/KIA/KB di Puskesmas.

TUJUAN PENELITIAN: Mengembangkan model intervensi guna menurunkan risiko infeksi PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B bagi wanita usia reproduksi wanita hamil dan peserta KB berpenghasilan rendah melalui keterpaduan program PMS dengan program kesehatan reproduksi di klinik KIA/KB dan BP di Puskesmas daerah perkotaan dan pedesaan.

METODA PENELITIAN: Desain penelitian adalah Kuasi eksperimen, yaitu one group pre dan post test tanpa kelompok kontrol. Dalam intervensi ini dilakukan observasi awal, intervensi dan observasi akhir tanpa menggunakan kelompok kontrol

Pengumpulan data pre intervensi adalah: a) survei PSP (Pengetahuan, Sikap & Praktek) terhadap 400 ibu pengunjung BP/KIA/KB yang dipilih secara acak dan b) skrining terhadap 1200 ibu pengunjung BP/KIA/KB menggunakan sediaan basah dan pewarnaan Gram. Selain itu, dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam 4 dokter Puskesmas; Diskusi Kelompok Terarah (DKT) masing-masing 4 kelompok petugas Puskesmas dan ibu usia reproduksi pengunjung BP/KIA/KB; pengamatan pelayanan BP/KIA/KB dan data Iayanan suntik dan penggunaan jarum & syringe (tabung jarum suntik).

Sedangkan pada post intervensi yang dikumpulkan adalah data survei PSP pada 400 ibu pengunjung ' BP/KIA/KB; studi kualitatif pada petugas Puskesmas (dokter, paramedis, petugas lab); pengamatan pada pelayanan BP/KIA/KB serta data layanan suntik dan penggunaan jarum & syringe.

Lokasi penelitian adalah di 4 wilayah Puskesmas, yaitu 2 di perkotaan (Puskesmas Kec. Koja dan Ciracas di DKI Jaya) dan 2 di pedesaan (Puskesmas Kec. Pamanukan, Kab. Subang dan Kec. Pulomerak Kab. Serang, Jabar).

Analisis data kualitatif dilakukan secara content analysis. Hasil survei disajikan dalam distribusi frekwensi, tabulasi silang PSP yang berkaitan dengan PMS, HIV/AIDS, Hepatitis B & kebiasaan suntik dengan membandingkan pre dan post intervensi dan membandingkan lokasi perkotaan dan pedesaan. Uji kemaknaan dilakukan dengan Chi-square. Dari skrining PMS dikemukakan hasil yang dilakukan oleh Puskesmas dan konfirmasi pemeriksaan oleh Bag. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, FKUI/RSCM.

HASIL PENELITIAN: Karakteristik responden sebelum dan sesudah intervensi tidak berbeda. Dua diantara lima responden baik di kota maupun desa menderita infeksi PMS/ saluran reproduksi. Bila dilihat secara keseluruhan intervensi penyuluhan yang dilakukan berdampak pada kenaikan proporsi responden yang mengetahui HIV/AIDS & bahaya penggunaan jarum suntik tetapi tidak memiliki dampak pada PSP yang berkaitan dengan PMS dan Hepatitis B. Perubahan pengetahuan petugas Puskesmas sebagai hasil intervensi cukup baik tetapi belum memiliki dampak positif terhadap praktek interaksi antara petugas-pasien maupun sterilisasi alat. Namun dari data pelayanan suntikan sekalipun proporsi yang disuntik di BP baik perkotaan maupun pedesaan (kecuali Pamanukan) relatif meningkat tetapi penggunaan jarum suntik berulang berkurang. Demikian juga penggunaan syringe berulang juga turun tetapi rasionya belum mencapai 1:1.

Dampak intervensi yang belum nyata dan signifikan ini dapat disebabkan antara lain penyuluhan yang dilakukan hanya intensif pada saat terjadwal sesuai kegiatan proyek, sesudah itu berjalan tetapi kurang intensif, penyuluhan hanya terbatas di Puskesmas sehingga jangkauannya terbatas, sedang yang terpajan penyuluhan mungkin tidak terpilih sebagai sampel, jarak antara selesainya penyuluhan terjadwal dan evaluasi relatif panjang (6 bulan). Dilain pihak, perubahan PSP pada pengunjung maupun petugas memerlukan waktu relatif lama.

KESIMPULAN DAN SARAN: Kejadian infeksi PMS dan saluran reproduksi di kalangan WUS pengunjung BP/KIA/KB di perkotaan maupun pedesaan cukup tinggi yaitu sekitar 43,5%. Teknik pemeriksaan PMS sederhana dapat dilakukan di Puskesmas dengan pelatihan dan kualitas tenaga yang memadai dan supervisi yang baik. Sesudah intervensi, PSP WUS mengenai PMS dan Hepatitis B tidak banyak berubah_ Namun pengetahuan tentang HIWAIDS dan bahaya penggunaan jarum suntik berulang meningkat demikian juga kesediaan membayar sendiri jarum/syringe bertambah. Sekalipun interaksi petugas-pasien dan praktek sterilisasi alat di Puskesmas belum banyak perbaikan dan ada kenaikan permintaan suntik di BP tetapi penggunaan jarum dan syringe berulang terjadi kecenderungn penurunan. Telah dikembangkan model intervensi berupa pelatihan petugas Puskesmas mengenai manajemen dan pencegahan PMS termasuk HIV/AIDS, Hepatitis B & Pencegahan pemberian suntikan berulang serta materi baku yang terdiri dari silabus dan bahan serta penunjang pelatihan. Selain itu juga dikembangkan model serupa bagi ibu pengunjung BPIKIAIKB di Puskesmas termasuk materi dan penunjang penyuluhan.

Disarankan agar pelaksanaan penyuluhan bagi pengunjung BP di Puskesmas hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan dengan pengunjung Klinik KIA/KB. Perlu adanya pemantapan teknik penyuluhan bagi petugas pelaksana, khususnya KIA/KB. Evaluasi dampak dan hasil akhir model ini sebaiknya dilakukan minimal sesudah kegiatan penyuluhan berjalan 6 bulan sehingga perubahan pada kebiasaan dan praktek dapat terlihat lebih nyata.

Model skrining PMS di Puskesmas secara sederhana dapat dikembangkan lebih lanjut pada program Paket Ibu Bayi (Mother Baby Package-WHO) yang akan dikembangkan pemerintah dalam waktu dekat. Disarankan, hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pemegang kebijakanlpengelola program di Departemen Kesehatan.
ABSTRACT
Intervention to Reduce Risk of HIV/AIDS And Hepatitis B Among Low Income Reproductive Age Women Attending an Ambulatory/ Mother & Child Health And Family Planning Clinic at The Puskesmas in DKI Jakarta And West Java, 1994-1996THE RESEARCH PROBLEM: In Indonesia, HIV/AIDS and Hepatitis B have become major and critical public health problems. At present there is no cure for these two diseases. The low income married women of reproductive age (MWRA) are becoming more and more susceptible to the risk of infection of sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/AIDS. Currently a model of integrating STD services into the existing ambulatory/mother & child health (MCH/family planning (FP) services in the Puskesmas is nonexistent).

THE RESEARCH OBJECTIVES: To develop an intervention model in reducing the risk of STDs including HIV/AIDS and Hepatitis B infection for low income MWRA through integrating STD services into MCH/FP services in the Puskesmas both for urban as well as rural areas.

METHODOLOGY OF THE STUDY: The design of the study was one group pre and post test without a control group (a Quasi-experimental design). A measurement was conducted at the beginning of the study then followed by intervention and evaluation! measurement after the intervention. Three different measurements were conducted prior to the intervention period namely a (a) KAP (Knowledge, Attitude & Practice) survey on STD/HIV/AIDS, Hepatitis B and Danger of Reuse of Needles and Syringes among randomly selected 400 MWRA visiting ambulatory/MCH and FP clinics, (b) STD screening using wet-mount and Gram stain among 1200 of the similar clinic attendants, and (c) qualitative assessments: in-depth interviews were conducted with 4 PHC doctors, each four FGDs (Focus Group Discussion) with public health center personnel and selected MWRA were performed. Observation were made on the interaction of the health personnel and the clients and the sterilization techniques took place in the PHC.' After the intervention, a similar KAP survey was conducted among another 400 MWRA attending the above same facilities and in-depth interviews with PHC personnel and observation of the personnel-client interaction, sterilization techniques. Data concerning injection practices and the use of needles and syringes were also collected before and after the intervention.

Content analysis technique was used to analyse the qualitative data. Frequency distribution and cross tabulation were used to depict the results of the KAP survey describing pre and post intervention status or urbanlrural differences. Chisquare test was performed as required. The results of the STD screening was shown as it was conducted by PHC lab technicians and rechecked by the Dept of Dermatovenerology of the School of Medicine, the Univ. of Indonesia) RSCM General Hospital.

RESULTS OF THE STUDY: Social demographic characteristics of the respondents pre and post intervention was quite similar. Two out of five respondents both in the urban and rural areas suffering of STD/Reproductive Tract Infection (RT9. The intervention seems to have an effect on the increase of the proportion of the respondents who knew about HIV/AIDS and the danger of reusing needles and syringes. However, it has no effect on the PSP of the respondents concerning STD and Hepatitis B. There was a change in the knowledge of the PHC personnel concerning STD, HIV/AIDS and Hepatitis B, yet there was no apparent effect on the pattern of interaction between providers and the clients and the sterilization technique in the PHC. Although there is an increased proportion of injection demands in the ambulatory clinic both in the urban and rural areas (except Pamanukan) there was a decrease on the reuse of the needles as well as the syringes. The ratio of the use of syringe were close to I:1.

The impact of the intervention was not prominent and significant due to others among the following factors: the intensive health education probably took place during the tight schedule of the project only, after the recommended schedule it took place unregularly; health education was limited in the Puskesmas, therefore the coverage is limited; those who were exposed to the health education were likely not selected as the sample of the survey, and the interval between completed recommended health education intervention and the evaluation was too long. On the other hand change of practice especially among the MWRA attending the PHC and also the personnel of the PHC took a relatively longer time.

CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS: STD and RTI infection among the MWRA attending the PHC clinic both in the urban and rural were relatively high about 43.5%. Simple technique of screening STD at the PHC was feasible with appropriate training and relatively good quality of lab technician and good supervision. After the intervention the KAP of the MWRA concerning STD and Hepatitis B was likely to remain unchanged. However, their knowledge concerning HIV and AIDS and the danger of using needles and syringes were increased. There was also an increase on the willingness of the client to pay for the disposable needle and syringe for the injection. Although the interaction of the client and the health personnel as well as sterilization technique at the Puskesmas was still unsatisfactory and there was an increased demand of injection in the ambulatory clinic, overall there is a reduction on the reuse of the needles and syringes. An intervention model including training for the PHC personnel concerning management and prevention of STD including HIV/AIDS, Hepatitis B and Prevention of Reuse of Needles and Syringes. It also made available of the module of training of the MWRA including health education materials. It is recommended that the ambulatory clinic visitors should be not be the same health education target audience with the MCH and FP clinic attendants. It is also recommended to retrain the skills on health education among the PHC personnel. The final output evaluation should be conducted at least after six months of the health education intervention so that substantial change of practice took place among both MWRA and PHC personnel. The experience of conducting STD screening in the Puskesmas could be useful in the upcoming promotion program of the WHO's Mother Baby Package by the Ministry of Health. An advocation should be made to follow-up the result of this study to both program holder and decision makers at the Ministry of Health.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Lawrence Erlbaum , 2007
155.232 ANG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Russell, Susan
Abstrak :
Various types of performance interventions exist, few organizations completely evaluate anything but basic training interventions. This issue discusses several evaluation models, methods, and tools used to evaluate different types of performance interventions including consultative, techno-structural, and process-system interventions. It compares evaluation models in the context of soft data, and discusses how performance interventions can be jeopardized.
Alexandria, VA: [;American Society for Training & Development Press;American Society for Training & Development Press, American Society for Training & Development Press], 2005
e20429026
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Hernes
Abstrak :
Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi warga desa Sumurugul melalui pembangunan jaringan sosial dengan pengusaha lokal dalam mendukung program penurunan angka kematian ibu (AKI) di daerahnya. Secara spesifik, tujuan yang hendak dicapai adalah tumbuhnya kesadaran target group akan pentingnya sistem jaringan sosial, guna peningkatan ekonomi masyarakat desa, dan meningkatkan kapasitas inisiatif mandiri dari target group dalam membangun sistem jaringan sosial di desa Sumurugul. Pendekatan community development partnerships dan community development corporation memberikan kerangka landasan teoritis dan arah pengembangan jaringan sosial sebagai faktor strategic dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat desa Sumurugul. Kontribusinya dapat dikembangkan untuk memfasilitasi pengembangan jaringan sosial dan ekonomi di wilayah pedesaan lainnya di Indonesia. Hasil yang dicapai dalam program intervensi merujuk dan terakumulasi pada rangkaian teknik seperti: (1) Pelaksanaan diskusi terlaksana dengan baik, peserta sangat tertarik akan penjelasan fasilitator dan peserta dapat memahami akan arti pentingnya membangun jaringan sosial, (2) Melalui pelatihan pertama, tentang keterampilan pembuatan proposal, dalam hal ini pembuatan surat menyurat formal, awalnya peserta belum semua memahami aturan tata lulls surat menyurat yang resmi. Setelah diadakan pelatihan, peserta mampu membuat surat resmi berupa undangan formal, (3) Pada pelatihan kedua, keterampilan pelatihan pemetaan, peserta mampu mengidentifikasi potensi kelebihan dan kekurangan dirt dan mitra, sehingga kemampuan memetakan potensi sudah mereka kuasai, dan (4) Pelatihan ketiga berupa simulasi kunjungan ke pejabat negara teijadi perubahan sikap dan perilaku yang tampak, dimana peserta terlihat menjadi percaya diri, dan muncul snail] pemahaman barn, bahwa bertemu dengan pejabat pemerintah adalah hal yang tidak sulit, sepanjang aturan yang berlaku dilakukan.
This intervention held in intention to improve the economics of Sumurugul village society through social network development with the local businessmen to endorse the local Maternity Death Rate reduction program. Specifically, the purpose is the development of group target's conscience due importance of the social network, in order to improve society's economics, and enhancing an active participatory of the target group in developing the social network system in Sumurugul village. The results are; (I) the discussion was performed successfully, participants were attracted to facilitator's explanation and they are able to understand the importance of this social network development. (2) On the first training material, proposal training, this in the case is to create formal papers. Initially, participants did not entirely understand the formal papers conduct, whereas after the training, they are able to create a formal paper, a formal invitation. (3) In the second training of mapping, participants are able to identify their and their partners' potentials and shortcomings, thus, they have the ability to map the potentials, and (4) changing in attitude and behaviour is apparent upon the third training of simulation in visiting a state's official, where participants become more confident, and incurred a new understanding that meeting with a government official was not adifficult thing to do , as long as they obey the effective rules.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lewiston: The Edwin mellen Press, 1987
303.4 SOC (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library