Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurzakia
Abstrak :
Obesitas yang merupakan faktor risiko penyakit degeneratif di negara berkembang. Hal ini terjadi akibat perubahan gaya hidup masyarakat antara lain aktifitas fisik dan pola makan akibat perkembangan status sosial ekonomi masyarakat perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan mengetahui cut-off point status gizi obese berdasatkan indikator IMT (indeks massa Tubuh). Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi obese berdasarkan indikator PLT (proporsi lemak Tubuh) (35%), indikator IMT depkes (22,7%) dan Indikator IMT (40,8%).
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Churniawati
Abstrak :
Prehipertensi banyak terjadi pada penderita obesitas abdominal. Prevalensi obesitas abdominal di Kabupaten Gresik sebesar 21,5%. Kepatuhan diet penderita prehipertensi dengan obesitas abdominal diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Prehipertensi dan hipertensi berhubungan dengan pelbagai komplikasi pada hampir seluruh organ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan prehipertensi pada obesitas abdominal di Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gresik pada November 2013 - November 2014 dengan rancangan penelitian potong lintang. Responden adalah pasien yang datang ke unit rawat jalan puskesmas yang diambil secara konsekutif sejumlah 74 orang. Responden berusia antara 25 - 64 tahun, mengalami obesitas abdominal, tidak hamil, tidak hipertensi, dan tidak syok. Responden diwawancarai usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, dan kebiasaan makan serta diperiksa tekanan darah, kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, dan gula darah puasa. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji kai kuadrat serta multivariat dengan regresi logistik ganda. Prevalensi prehipertensi pada obesitas abdominal sebesar 62,2%. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, laki-laki banyak mengalami prehipertensi. Kadar trigliserida berhubungan secara signifikan dengan prehipertensi (PR = 4,620; 95% CI = 1,439 - 14,831; nilai p = 0,010). Intervensi untuk mencegah prehipertensi perlu dilakukan sejak dini dengan memodifikasi gaya hidup orang dengan obesitas abdominal.
Prehypertension commonly happened to people suffering abdominal obesity. The abdominal obesity prevalence in Gresik District was 21.5%. Dietary compliance of patients with prehypertension and abdominal obesity was needed to decrease hypertension risk. Prehypertension and hypertension correlate with various complications in almost organs. This study aimed to Prehipertensi pada Obesitas Abdominal Prehypertention among Abdominal Obesity Lia Churniawati, Santi Martini, Chatarina Umbul Wahyuni analyze prehypertension determinants among abdominal obesity as conducted on November 2013 - November 2014 using cross sectional design. Respondents were patients coming to primary health care?s outpatient unit as 74 people taken consecutively. They were 25 - 64 years old, suffering abdominal obesity, not getting pregnant, non-hypertensive and not in a shock. Respondents were interviewed regarding age, sex, education, physical activities, smoking habits, family records and eating habits as blood pressure and levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglyceride and fasting blood glucose measured. Data analysis applied univariate, bivariate with chi square test and multivariate with multiple logistic regressions. The prehypertension prevalence among abdominal obesity was 62.2%. If compared based on sex, males have more prehypertension experience. Triglyceride levels significantly related to prehypertension (PR = 4.620; 95% CI = 1.439 - 14.831; p value = 0.010). Intervention to prevent prehypertension should be implemented since early by modifying lifestyle of people suffering abdominal obesity.
Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Churniawati
Abstrak :
Prehipertensi banyak terjadi pada penderita obesitas abdominal. Prevalensi obesitas abdominal di Kabupaten Gresik sebesar 21,5%. Kepatuhan diet penderita prehipertensi dengan obesitas abdominal diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Prehipertensi dan hipertensi berhubungan dengan pelbagai komplikasi pada hampir seluruh organ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan prehipertensi pada obesitas abdominal di Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gresik pada November 2013 - November 2014 dengan rancangan penelitian potong lintang. Responden adalah pasien yang datang ke unit rawat jalan puskesmas yang diambil secara konsekutif sejumlah 74 orang. Responden berusia antara 25 - 64 tahun, mengalami obesitas abdominal, tidak hamil, tidak hipertensi, dan tidak syok. Responden diwawancarai usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, dan kebiasaan makan serta diperiksa tekanan darah, kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida, dan gula darah puasa. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji kai kuadrat serta multivariat dengan regresi logistik ganda. Prevalensi prehipertensi pada obesitas abdominal sebesar 62,2%. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, laki-laki banyak mengalami prehipertensi. Kadar trigliserida berhubungan secara signifikan dengan prehipertensi (PR = 4,620; 95% CI = 1,439 - 14,831; nilai p = 0,010). Intervensi untuk mencegah prehipertensi perlu dilakukan sejak dini dengan memodifikasi gaya hidup orang dengan obesitas abdominal.
Prehypertension commonly happened to people suffering abdominal obesity. The abdominal obesity prevalence in Gresik District was 21.5%. Dietary compliance of patients with prehypertension and abdominal obesity was needed to decrease hypertension risk. Prehypertension and hypertension correlate with various complications in almost organs. This study aimed to Prehipertensi pada Obesitas Abdominal Prehypertention among Abdominal Obesity Lia Churniawati, Santi Martini, Chatarina Umbul Wahyuni analyze prehypertension determinants among abdominal obesity as conducted on November 2013 - November 2014 using cross sectional design. Respondents were patients coming to primary health care?s outpatient unit as 74 people taken consecutively. They were 25 - 64 years old, suffering abdominal obesity, not getting pregnant, non-hypertensive and not in a shock. Respondents were interviewed regarding age, sex, education, physical activities, smoking habits, family records and eating habits as blood pressure and levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglyceride and fasting blood glucose measured. Data analysis applied univariate, bivariate with chi square test and multivariate with multiple logistic regressions. The prehypertension prevalence among abdominal obesity was 62.2%. If compared based on sex, males have more prehypertension experience. Triglyceride levels significantly related to prehypertension (PR = 4.620; 95% CI = 1.439 - 14.831; p value = 0.010). Intervention to prevent prehypertension should be implemented since early by modifying lifestyle of people suffering abdominal obesity.
Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winne Widiantini
Abstrak :
Pada tahun 2008, sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal akibat obesitas, sekitar 300 juta orang yang secara klinis tergolong obesitas yang merupakan penyokong utama penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi obesitas pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan pengaruh aktivitas fisik dan stres terhadap obesitas. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013 di Jakarta pada 230 responden yang dipilih secara acak sistematik dari 1.119 PNS. Obesitas diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) berupa rasio berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (meter2), responden dinyatakan obesitas jika IMT ≥ 25 kg/m2. Prevalensi obesitas pada PNS Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013 adalah 48%. Setelah dikontrol oleh konsumsi makanan dan usia didapatkan hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan stres dengan obesitas. Kelompok yang melakukan aktivitas fisik sedang atau berat berisiko 0,4 atau 0,6 kali lebih rendah untuk mengalami obesitas dan kelompok yang mengalami stres sedang atau berat berisiko 4,6 atau 2,4 kali lebih besar untuk mengalami obesitas. Disarankan Kementerian Kesehatan melakukan pemeriksaan obesitas pada semua pegawai secara rutin dan menyelenggarakan olahraga rutin setiap hari serta memanfaatkan fasilitas olahraga (fitness center) untuk menjaga kebugaran.
In 2008, about 2,8 milion adult people were dead caused by obesity, about 300 milions people who clinically obese who is main support of degenerative diseases such as diabetes mellitus, heart desease, and cancer. This study aimed to know the prevalence of obesity among civil servant Secretariat General of the Ministry of Health of Republic of Indonesia and the effect of physical activity and stress. The cross sectional studies was performed on 230 respondents who selected by systematic random sampling. Obesity is measured using Body Mass Index (BMI) i.e. the ratio between the weight (in kilograms) divided by height (in meters squares), obesity exist if BMI ≥ 25 kg/m2. Data analysis was done using multivariate logistic regression. Results of the study showed that the prevalence of obesity is 48%. After controlled by nutrient intake and age there is a significant relationship between physical activity and stress with obesity. Moderate and heavy physical activity have a risk of 0.4 or 0.6 times less likely to be obese and groups who experience moderate or severe stress has a risk of 4.6 or 2.4 times more likely to be obese. Advised on the Ministry of Health to conduct regular monitoring of the occurrence of obesity in all its employees and create aschedule and applying the best workouts together and makeuse of the sports facilities (fitness center).
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnawati Bantas
Abstrak :
Sindrom metabolik (SM) adalah suatu kombinasi gangguan medis yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler. Salah satu kriteria sindrom metabolik adalah obesitas sentralis. Beberapa sumber mendefinisikan sindrom metabolik menggunakan ukuran lingkar pinggang yang berbeda yang belum tentu sesuai apabila diterapkan untuk populasi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat nilai titik po- tong lingkar pinggang yang optimal sebagai salah satu kriteria SM yang sesuai dengan antropometri populasi Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan data sekunder yang berasal Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Sampel terdiri dari 13.262 orang beru- sia diatas 15 tahun pria dan wanita tidak hamil. Sebagai variabel dependen adalah S, dan variabel independen adalah ukuran lingkar pinggang. Analisis statistik yang digunakan adalah Receiver operating characteristic (ROC) curve dengan software analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai titik potong optimal dari ukuran lingkar pinggang untuk mengi- dentifikasi subjek-subjek dengan faktor risiko multiple (ganda) dari SM di Indonesia adalah 85 cm untuk pria dan 83,5 cm untuk wanita. Disimpulkan bahwa penentuan kriteria ukuran lingkar pinggang sebagai salah satu kom- ponen penentu SM harus disesuaikan untuk setiap komunitas.

Metabolic syndrome (MS) is a combination of several medical condi- tions which increase the risk of type 2 diabetes and cardiovascular disease. One of the criteria of MS is central obesity. There are some resources which provide the definition of MS that used difference waist circumference, which was not always necessarelly in accordance with the Indonesian population. The aimed of this study was to determine the optimal cut-off point of waist circumference as a component of MS which appropiate to the anthopo- metric of Indonesia population. This was a descriptive study, and used a secondary data from Riskesdas 2007. Sample was consisted of 13.262 men and non pregnant women, age over 15 years-old. MS was as depend- ent variable, and waist circumference was as independent variable. Statitical analysis was done by using software data analyzes with ROC curve methode. The result of study showed that optimal cut-off point of waist circumference to identify subjects with multiple risk of MS was 85 cm for Indonesian men and 83,5 for Indonesian women. It was concluded that the determination of the criteria of waist circumference as one of the criteria of SM should be adjusted for every community.
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Besral
Abstrak :
Kejadian stres pada pelbagai kelompok di Indonesia cukup tinggi dan belum banyak diketahui determinannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stres pada pegawai Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Penelitian potong lintang ini dilakukan pada tahun 2013 terhadap 230 pegawai sekretariat jenderal yang dipilih secara acak. Analisis statistik menggunakan regresi logistik ganda. Responden dikatakan stres jika memiliki skor 28 atau lebih dengan menggunakan 17 pertanyaan terkait personal stress inventory. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 79% dan determinan stres adalah obesitas, usia, jabatan, suku, pendidikan, dan aktivitas fisik. Risiko stres lebih tinggi pada pegawai yang obesitas (ORadj = 1,9), pegawai berusia di bawah 40 tahun (ORadj = 2,1), suku Sunda (ORadj = 3,1), menduduki jabatan struktural (ORadj = 2,3), pegawai yang berpendidikan SMA atau D3 (ORadj = 2,8), dan pegawai perempuan yang kurang aktivitas fisik (ORadj = 8,2). Disimpulkan bahwa determinan stres sangat bergantung pada beban kerja dan karakteristik individu, risiko stres sangat tinggi terdapat pada pegawai perempuan yang kurang aktivitas fisik. Disarankan agar Kemenkes melakukan promosi kesehatan tentang hidup sehat dan pencegahan stres kepada seluruh pegawai, melakukan rekreasi bersama secara berkala, melaksanakan olahraga rutin setiap hari Jumat pagi di pusat kebugaran Kemenkes untuk menurunkan obesitas dan stres.
The prevalence of stress on various groups in Indonesia is quite high and has not been known their determinants. This study aimed to find out determinants of stress among civil servants at the Health Ministry of Republic of Indonesia. This cross sectional study was conducted in 2013 toward 230 secretariat general civil servants selected randomly. Analysis of statistic used multiple logistic regression. Respondents were considered stress if they got score 28 or more by using 17 questions personal stress inventory. Results showed that prevalence of stress related to and determinants of stress were obesity, age, position, tribe, education and physical activity was worth 79%. The risk of stress was higher among obese civil servants (ORadj = 1.9), age under 40 years old (ORadj = 2.1), tribe Sundanese (ORadj = 3.1), structural positions (ORadj = 2.0), senior high school or vocation level (ORadj = 2.8), women with lack of physical activity (ORadj = 8.2). To sum up, determinants of stress very depended on work loads and individual characteristics, the highest risk of stress among women who lack of physical activity. The Health Ministry should promote health public concerning healthy lifestyle and prevention of stress to all civil servants, periodically holding recreation together, conducting regular exercise on Friday morning in order to reduce obesity and stress.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Christina
Abstrak :
Beberapa tahun terakhir angka obesitas di Indonesia cenderung meningkat. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan dan output energi dalam jangka waktu cukup lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian obesitas pada pekerja on shore di perusahaan minyak dan gas. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh pekerja on shore (laki-laki maupun perempuan) berusia 35 ? 55 tahun yang sesuai dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan (n = 378). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas (IMT ³ 25 kg/m2) pada pekerja on-shore sebesar 49,5%. Variabel umur, tingkat pendidikan, status pegawai, asupan energi, karbohidrat, dan serat memiliki hubungan signifikan dengan kejadian obesitas (nilai p < 0,05). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian obesitas adalah tingkat pendidikan (OR = 2,85; 95%CI = 1,240 ? 6,502). Tingginya prevalensi obesitas pada pekerja memerlukan perhatian yang lebih serius dari pihak perusahaan dalam menanggulangi masalah obesitas melalui upaya peningkatan program komunikasi, informasi, dan edukasi gizi yang lebih terarah dan terprogram serta perlu dilakukan sosialisasi untuk memantau berat badan dan lingkar pinggang-panggul secara rutin untuk mencegah timbulnya penyakit jantung koroner.
In the last few years the incidence of obesity in Indonesia tends to increase. Obesity is caused by an imbalance between energy intake and output in a long term. The purpose of this study was to identify risk factors in the incidence of obesity of the workers on-shore oil and gas companies. This research designed by cross sectional study.The subject of this research was on shore workers of oil and gas company (male and female) aged 35 ? 55 years old in East Kalimantan and were eligible for inclusion and exclusion criteria (n = 378). The results showed that the prevalence of obesity of on shore workers was as high as 49.5% (BMI ³ 25 kg/m2). Age, level of education, employement status, energy, carbohydrate, and fiber intake were associated with obesity (p value < 0,05). The most dominant factor associated with obesity was level of education (OR = 2,85; 95%CI = 1,240 - 6,502). The high prevalence of obesity in the workers need more serious attention from the company in overcoming the problem of obesity, by enhancing the EIC program with more focused and sustainable, and need to socialize monitoring of body weight and waist-hip circumference regularly to prevent coronary heart disease.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library