Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Siregar, Gita Permata Wansah
"Kesadaran itu bukanlah aktivitas mental yang terbatas pada otak tetapi fenomena kompleks yang diwujudkan dan diatur oleh aktivitas sistem saraf yang dapat disebut sebagai perasaan. Kesadaran terjadi ketika substansi pikiran, seperti persepsi dan/ perasaan secara spontan diidentifikasi sebagai bagian dari organisme/pemilik tertentu. Identifikasi diberikan oleh aliran homeostasis yang berkelanjutan, yang menerjemahkan proses pengaturan kehidupan. Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk mengelaborasi lebih konkret bagaimana kesadaran (persepsi, memori, imajinasi) yang termanifestasi dari homeostasis ini dapat mengambil alih daya kognisi manusia dalam menentukan setiap keputusan yang mengakibatkan intoksikasi politik. Hal ini dipengaruhi cara kerja neuromarketing politik yang membangun algoritma nilai jual terhadap persona kandidat politisi dengan pendekatan neurosains. Menggunakan metode analisis konseptual dan refleksi kritis adanya kecenderungan bias bahwasanya otak menginsinuasikan insting alamiah seseorang dalam bentuk keterikatan emosi terhadap pilihan politiknya pada dimensi sosio-religiositas. Pada akhirnya, penelitian ini membangun perspektif utuh dalam menjabarkan hubungan yang signifikan antara mind subjek, pola perilaku konsumer politik dalam sistem demokrasi dan resiko epistemik etika artificial intelligence.
Consciousness is not a mental activity limited to the brain but a complex phenomenon that is realized and regulated by the activity of the nervous system which can be called feelings. Consciousness occurs when thought substances, such as perceptions and/feelings are spontaneously identified as part of a particular organism/owner. Identification is provided by a continuous homeostatic flow, which translates the regulatory processes of life. In this research, the author attempts to elaborate more concretely on how consciousness (perception, memory, imagination) which is manifested from homeostasis can take over human cognitive power in determining every decision that results in political intoxication. This is influenced by the way political neuromarketing works, which builds selling value algorithms for the personas of political candidates using a neuroscientific approach. Using conceptual analysis and critical reflection methods, there is a biased tendency that the brain insinuates a person's natural instincts in the form of emotional attachment to their political choices in the socio-religiosity dimension. In the end, this research builds a complete perspective in explaining the significant relationship between the subject's mind, political consumer behavior patterns in a democratic system and the ethical epistemic risks of artificial intelligence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library