Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pemberian kemoterapi pada penderita kanker servik menimbulkan beberapa perubahan, seperti alopesia, penurunan berat badan dan hiperpigmentasi, dimana perubahan tersebut dapat direspon secara berbeda oleh penderita kanker servik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi penderita kanker servik yang sedang menerima kemoterapi terhadap perubahan gambaran diri, melalui metode penelitian deskriptif sederhana. Penelitian dilakukan terhadap 20 orang responden di Paviliun E Ria RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, dengan hasil : 90 % sampel (18 responden) memiliki tingkat persepsi yang positif akibat efek pemberian kemoterapi terhadap perubahan gambaran diri, yang ditandai dengan menerirna perubahan tubuh, percaya diri terhadap penampilan, tetap memerima kehadiran orang lain dan tidak merasa cemas terhadap perubahan tubuh. Sedangkan 10 % sampel (2 responden) memiiiki tingkat persepsi yang negatif akibat efek pemberian kemoterapi terhadap perubahan garabaran diri, yang ditandai dengan raga ragu atau menolak perubahan tubuh, tidak percaya diri terhadap penampilan, menolak bertemu dengan orang lain dan cemas terhadap perubahan tubuh."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5054
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Adrial
"Tesis ini membahas tentang penggunaan Treatment Planning System (TPS) PRISM pada kasus kanker payudara menggunakan unit terapi Elekta di RSPAD Gatot Soebroto. Berkas elektron biasanya digunakan setelah pembedahan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis tambahan. Pengukuran dosis dengan energi 8 MeV dan 10 MeV serta lapangan aplikator 6 x 6 cm2, 10 x 10 cm2, 14 x 14 cm2 dan 20 x 20 cm2 disimulasikan sebagai beam data pada PRISM. Beam data unit terapi SL20B merupakan bawaan pada piranti lunak PRISM yang akan dijadikan sebagai acuan kalkulasi. Dosis pada water phantom, inhomogenity phantom dan hasil simulasi CT Scan pasien kanker payudara dianalisis secara 1D berupa PDD, 2D berupa kurva isodosis dan 3D berupa Dose Volume Histogram. Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan menggunakan TPS PRISM berbeda dengan hasil TPS ISIS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas) pada TPS PRISM sedangkan pada TPS ISIS tidak memperhitungkan hal tersebut. Beberapa deviasi distribusi dosis bernilai sangat besar antara TPS ISIS dan TPS PRISM. Deviasi melebihi 5% terjadi saat energi 8 MeV mulai dari kedalaman 2.3 cm dan 10 MeV mulai dari kedalaman 2.8 cm.

This thesis discusses about the utilization of PRISM Treatment Planning System (TPS) in the case of breast cancer using Elekta therapy unit at RSPAD Gatot Soebroto. Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster doses. Dose measurements with linac energy 8 MeV and 10 MeV and field sizes 6 x 6 cm2, 10 x 10 cm2, 14 x 14 cm2 and 20 x 20 cm2 were simulated as beam data on PRISM. Therapy unit SL20B beam data are innate in software PRISM that will be used as reference calculations. Doses on water phantom, inhomogenity phantom and the CT scan simulation for breast cancer patient were analyzed in form of PDD for 1D, isodosis curve for 2D and Dose Volume Histogram for 3D. The result from PRISM TPS and ISIS TPS are different because the correction factors of inhomogenity are not included in ISIS TPS. Some deviations of dose distribution from TPS ISIS and TPS PRISM are very high. Deviation larger than 5% started from 2.3 cm depth for 8 MeV and 2.8 cm for 10 MeV."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T38762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tumor campur pada kelenjar liur dan kulit umum terjadi, tetapi sangat jarang pada jaringan lunak. Pada kelenjar liur umumnya tumor ini bersifat jinak dan hanya sedikit yang menjadi ganas.
Dilaporkan 3 kasus yang tidak lazim yaitu tumor campur ganas jaringan lunak. Penderita tumor tersebut adalah dua orang laki-laki dewasa dan satu anak perempuan. Usia pada waktu diagnosis berkisar antara 6 - 67 tahun. Tumor berasal dari subfasial paha kanan, subkutan punggung dan bahu kiri. Pada semua kasus terdapat benjolan dengan atau tanpa rasa sakit.
Secara makroskopik 2 dari 3 kasus tumor berbatas tegas yang pada pemotongan berwarna abu-abu kecoklatan dan bermusin. Gambaran morfologi utama yaitu sel-sel tumor epiteloid membentuk sarang, pita atau duktulus dengan / tanpa sarang sel spindel di dalam stroma hialin atau miksoid. Osifikasi dapat ditemukan pada satu kasus. Aktifitas mitosis pada semua kasus lebih dari 2 mitosis per 10 lapang pandang besar.
Semua kasus memperlihatkan hasil positif pada pewarnaan alcian blue. Dengan pewarnaan imunohistokomia AE 1/AE3, S 100, vimentin, EMA, SMA dan MSA memperlihatkan hasil bervariasi.
Sampai saat ini belum ada data kekambuhan pasien - pasien ini."
MPIAPI 14:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shirley Mansur
"Tujuan : Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi sensitivitas dan spesifisitas dari beberapa metode penapisan keganasan pada tumor ovarium jenis epitelial dengan membandingkan Skor Gatot dan Risk Malignancy Index, serta mengajukan modifikasi Skor Gatot.
Metode : Empat ratus satu pasien dengan kecurigaan keganasan ovarium tipe epithelial dimasukkan sebagai subjek penelitian, dilakukan prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratoris dan ultrasonografi. Dari data tersebut, diambil variabel-variabel yang sesuai dengan Skor Gatot dan Risk Malignancy Index. Dilakukan analisa statistik berupa perhitungan sensitivitas dan spesifisitas serta ROC dan titik potong optimal.
Hasil : Dari 401 subjek penelitian, didapatkan bahwa Skor Gatot memiliki sensitivitas 73.7% dan spesifitas 45.6% (p = 0.000; LR 28.830) sedangkan RMI memiliki nilai sensitivitas 72.4%, spesifisitas 35.94% (p = 0.02, LR 9.588) untuk RMI 1 dan nilai sensitivitas 76%, spesifisitas 30.9% (p = 0.05; LR 7.984) untuk RMI 2. Dilakukan modifikasi pada Skor Gatot dengan pembobotan ulang pada tiap variabel, didapatkan hasil Modifikasi Skor Gatot 1 memiliki titik potong pada nilai 28.5 dengan sensitivitas sebesar 60.4% dan spesifisitas sebesar 61.4% (p= 0.000, LR 44.228) dan Modifikasi Skor Gatot 2 memiliki nilai potong pada titik 5.75 dengan kisaran nilai sensitivitas 49.3 – 69.6% dan sensitivitas 51.6-65.2% ( p = 0.000; LR 36.806).
Kesimpulan : Skor Gatot dan RMI memberikan hasil yang kurang memuaskan dalam melakukan prediksi keganasan ovarium. Dengan melakukan pembobotan ulang pada tiap variabel pada Skor Gatot, sensitivitas dan, terutama, spesifisitas dapat ditingkatkan dalam mendeteksi adanya keganasan ovarium tipe epitelial. Hal ini ditujukan agar dapat meningkatkan prediksi keganasan pada pasien dalam usia reproduksi.

Objective : The study was designed to evaluate the sensitivity and specificity of several methods in detecting ovarian epithelial malignancy by comparing Gatot Score and Risk Malignancy Index, and also proposing the modification of Gatot Score.
Method : Four hundred and one subjects with suspected epithelial ovarian malignancy entered the study and performed anamnesis, physical examinations, laboratories studies and ultrasonography. From the data, we took the variables according to Gatot Score and Risk Malignancy Index. We performed statistic analysis in term of sensitivity, specificity, ROC and optimal cut-off-point.
Results : From 401 observation subjects, revealed that Gatot Score possess the sensitivity of 73.7% and specificity of 45.6% (p = 0.000; LR 28.830), while RMI possess the sensitivity of 72.4% and specificity of 35.94% (p = 0.02, LR 9.588) for RMI 1, and the sensitivity of 76% and specificity of 30.9% (p = 0.05; LR 7.984) for RMI 2. Modification to Gatot Score was performed by re-weighting to its all variables, which resulted in Gatot Score Modification 1 with cut-off point of 28.5, sensitivity of 60.4% and specificity of 35.94% (p= 0.000, LR 44.228) and Gatot Score Modification 2 with cut-off point of 5.75, sensitivity range between 49.3 – 69.6% and specificity range between 51.6-65.2% ( p = 0.000; LR 36.806).
Summary : Both Gatot Score and RMI resulted in unsatisfactory output in predicting the malignancy of ovary. By reassigning the weighting of all variables in Gatot Score, especially the specificity was improved in detecting the malignancy of epithelial type ovary. This measure was directed for patients in reproductive ages, thus increasing the possibility of true malignancy.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius H. Pudjiadi
Jakarta: UI-Press, 2006
PGB 0160
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Triharini
"ABSTRAK
Pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoterapi akan mengalami masalah
secara fisik maupun psikologis. Keluhan fisik seperti mual, muntah dan lemah lesu
serta respon psikologis seperti kecemasan dan depresi dapat dikurangi dengan
memberikan paket edukasi tentang perawatan diri selama di rumah. Di ruang
kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya telah dikembangkan paket edukasi yang
berisi tentang pengaturan nutrisi, aktivitas, aspek psikologis dan latihan relaksasi
otot progresif yang diberikan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui hubungan paket edukasi dengan
keluhan fisik dan psikologis pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
Penelitian ini menggunkan desain cross sectional. Metode sampling yang digunakan
adalah total populasi. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi sejumlah 25
orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data analisis dengan
menggunakan uji T dan chi-squere. Hasil menunjukan adanya perbedaan yang
bemakna tingkat keluhan mual muntah, lemah lesu dan respon psikologis pada
responden sebelum dan sesudah intervensi (p<0,05). Hasil analisis hubungan
karakteristik responden dengan keluhan didapatkan hasil ada hubungan antara umur
dengan kecemasan (P=0,032), ada hubungan antara status bekerja dengan
kecemasan (P=0,003) dan ada hubungan antara frekuensi kemoterapi dengan lemah
lesu (P=0,015). Implikasi dari hasil penelitian ini adalah dapat dikembangkannya
paket edukasi sebagai bagian dari asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks
yang menjalani kemoterapi untuk menurunkan keluhan fisik dan psikologis sehingga
memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

ABSTRACT
In general cervical cancer patient who undergo chemotherapy will experience physical and psychological symptoms. Physical symptoms such as nausea, vomiting, and fatigue; and psychological symptoms such as anxiety and depression can be minimized by giving them education package on how implement self-care at home. In the obstetric-gynecologic ward Dr. Soetomo hospital, education package on nutrition, physical exercise, psychological aspect and progressive muscle relaxation exercise had been established for cervical cancer patient who undergone chemotherapy. The purpose of this study is to examine the relationship between education package given to the cervical cancer patient with the physical and psychological symptoms on cervical cancer who undergone chemotherapy. This study was using cross sectional design with total population sampling method. 25 samples were recruited based on the inclusion criteria using structured questionnaire. T-test and chi-square were used to analyze the data. The findings shows that there is a significant different on nausea, vomiting & fatigue symptoms and psychological symptoms before and after intervention (p<0,05). The other findings show that there was a relationship between respondent characteristics and symptoms: aged and level of anxiety (P=0.032); work status & anxiety (P=0.003); and chemotherapy frequency & fatigue (P=0.015). The implication of this study was that education package is part of the nursing care of cervical cancer patient who undergone chemotherapy which can minimize physical & psychological symptoms and improve patient’s quality of life.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Devianti Usman
"ABSTRAK
Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan
kanker payudara. Penanganan nyeri yang diterima oleh pasien seringkali tidak efektif dalam
mengatasi nyeri. Tidak tertanganinya masalah nyeri kanker dapat berdampak pada kualitas
hidup pasien. Terapi masase merupakan salah satu dari terapi komplementer yang dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi dalam mengatasi nyeri kanker. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi masase terhadap intensitas nyeri kanker di
Makassar. Disain penelitian ini adalah quasi experiment design with pre - post test control
group. Sampel pada penelitian ini berjumlah 31 orang dengan 16 orang pada kelompok
intervensi yang mendapatkan kombinasi analgetik dan terapi masase selama 3 hari.
Sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 15 dengan mendapat terapi standar analgetik.
Sampel diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi (p=0,000), namun terdapat penurunan intensitas nyeri yang lebih
besar pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan rata-rata penurunan intensitas
nyeri pada kelompok kontrol (kelompok intervensi 1,21; kontrol 0,81). Penelitian ini
merekomendasikan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi masase terhadap intensitas
nyeri, dan mengidentifikasi faktor lain yang berpengaruh terhadap intensitas nyeri.

ABSTRACT
Pain is one of the most common complaint of patient with breast cancer. Intervention of the pain sometimes is not so effective to reduce cancer pain. This ineffectiveness of the treatment on cancer pain can effect on the quality of life of the person who have breast cancer. Massage therapy is one of the complementary therapy that can reduce cancer pain. The purpose of this study is to identify the effect of massage therapy on cancer pain in Makassar. The design was
a quasi experiment with pre-post control group. Data collection was conducted by a consecutive sampling. There was 31 participants in this study. Fifteen of them was place in a control group who isprovided with an analgetic therapy. Pain intensity was measured before and after analgetic therapy. Sixteen participants in the intervention group was treated with combined analgetic therapy and massage therapy. The pain intensity was measured before and after combined analgetic therapy and massage therapy was given. The pain intensity was measured for 3 days on both control and intervention groups.The result showed that pain reduction on both groups (control and intervention) (p=0,000), but the intervention group shows lower pain intensity than patiscipants in the control group (score of 1,21 on
intervention and kontrol 0,81 respectively). This finding showed that massage therapy had significant effect to reduce pain intensity of patient with breast cancer."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rezkini
"Tumor ovarium tipe sel benih merupakan tumor tersering pada anak dan remaja putri. Di Indonesia, tumor ovarium merupakan permasalahan yang cukup berarti karena pasien umumnya datang dalam kondisi stadium lanjut akibat tidak adanya metode skrining yang memadai untuk mendeteksi kasus ini secara dini.
Tujuan: (1) mengetahui jumlah kasus baru tumor ovarium primer tipe sel benih di Jakarta selama tahun 1997-2006; (2) mengetahui proporsi kasus tumor ovarium primer tipe sel benih dengan tumor genitalia perempuan di Jakarta selama tahun 1997-2006; (3) untuk mengetahui proporsi tumor ovarium primer tipe sel benih terhadap tipe lain tumor ovarium primer selama tahun 1997-2006. (4) untuk mengetahui adanya hubungan antara kelompok usia dengan derajat keganasan tumor ovarium primer tipe sel benih.
Metode: Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada data sekunder kasus tumor ovarium primer di Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM tahun 1997-2006 dengan uji Chi-Square (p<0,05).
Hasil: jumlah kasus baru tumor ovarium primer tipe sel benih di Jakarta adalah 578 kasus dengan subjek penelitian berasal dari kelompok usia 0-9 tahun hingga 80-89 tahun. Tumor ovarium primer tipe sel benih merupakan 4,79% dari semua tumor genitalia perempuan. Terdapat hubungan yang bermakna (p 0,000) antara kelompok usia dan derajat keganasan tumor ovarium primer tipe sel benih. Tumor sel benih merupakan 25,5% dari semua tumor ovarium primer.
Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium primer tipe sel benih.

Germ cell ovarian tumour is the most common type of tumour found among children and adolescents in Indonesia. In Indonesia, ovarian tumour has become a major problem since most patients seek medical attention in their late stages because there is no adequate screening method to diagnose ovarian tumour in early stages.
Objectives: (1) To analyze the number of most recent diagnosed primary ovarian germ cell tumour's cases in Jakarta in the period of 1997-2006. (2) To analyze the proportion of primary ovarian germ cell tumours within all female's genital tumours. (3) To analyze the proportion of primary ovarian germ cell tumour within all primary ovarian tumours. (4) to know whether there is a relationship between age group and histological grade in primary ovarian germ cell tumours.
Methods: based on secondary data from RSCM's Department of Pathology and Anatomy, this research was conducted using cross-sectional method with Chi-Square statistical test (p< 0.05).
Result: this research indicates that there were 578 new cases of primary ovarian germ cell tumour, in the RSCM's Department of Pathology and Anatomy for the period of 1997-2006. These cases were distributed among the age group of 0-9 years old until 80-89 years old. The research findings indicates a statistically significant correlation (p<0.000) between the histological grade of primary ovarian germ cell tumour and the patients' age group. Primary ovarian germ cell tumours were found in 4,79% among all the female's genital tumour. Germ cell primary ovarian tumours were 25,5% of all primary ovarian tumours.
Conclusion: there is a strong relationship between histological grade of primary ovarian germ cell tumour and the age of patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09131fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Caesar Nurfiansyah
"Metode : Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik dengan menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM Jakarta pada 31 Januari 2015 hingga 31 Januari 2020. Sebanyak 183 pasien wanita dengan kecurigaan neoplasma ovarium padat diikutsertakan dalam penelitian. Pasien dengan penyakit sistemik lainnya atau mengalami kehamilan dieksklusi dari penetlitian. Dilakukan uji kesesuaian dengan menggunakan uji Kappa. Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas dari masing-masing penanda tumor
Hasil : AFP memiliki sensitivitas 1,92% dan spesifisitas 77,1% sebagai penanda disgerminoma. LDH memiliki sensitivitas 55,67% dan spesifisitas 65,65% sebagai penanda disgerminoma.. AFP memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 85% sebagai penanda teratoma. LDH memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 58,13% sebagai penanda teratoma . AFP memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 88,89% sebagai penanda Yolk sac tumor. LDH memiliki sensitivitas 41,67% dan spesifisitas 59,65% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi AFP dan LDH memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 50,29% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi tumor marker AFP dan LDH memiliki nilai sensitivitas yang lebih tinggi namun tidak memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan menggunakan AFP atau LDH saja.
Kesimpulan : AFP dan LDH merupakan penanda tumor yang dapat digunakan untuk deteksi dini maupun skrining pada kasus neoplasma padat ovarium.

Background: Ovarian neoplasms are the most common malignancy experienced by women in Indonesia. Solid ovarian neoplasm is a form of ovarian neopalsma that has a low survival rate due to late diagnosis. Early detection using tumor markers is one of the focuses of researches on ovarian neoplasms, one of which includes AFP and LDH.
Objective : To determine the sensitivity and specificity of AFP, LDH, and the combination of the two tumor markers.
Method : This research is a diagnostic test using cross sectional method. Sampling is done consecutively. The study was conducted at the Obstetrics and Gynecology Clinic of RSCM Jakarta from 31 January 2015 to 31 January 2020. A total of 182 female patients with suspicion of solid ovarian neoplasms were included in the study. Patients with other systemic diseases or pregnant were excluded from research. Conformity test was performed using the Kappa test. Sensitivity and specificity of each tumor marker was obtained
Result : AFP has a sensitivity of 1.92% and specificity of 77.1% as a marker of dysgerminoma. LDH has a sensitivity of 55.67% and a specificity of 65.65% as a marker of dysgerminoma. AFP has a sensitivity of 30.43% and a specificity of 85% as a marker of teratoma. LDH has a sensitivity of 30.43% and specificity 58.13% as a marker of teratomas. AFP has 100% sensitivity and 88.89% specificity as a marker of Yolk sac tumor. LDH has a sensitivity of 41.67% and specificity 59.65% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH has a sensitivity of 100% and a specificity of 50.29% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH marker tumors has a higher sensitivity value but does not have better accuracy than examinations using AFP or LDH alone
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tempat kerja dengan angka kejadian kanker paru pada wanita. Pertanyaan penelitian adalah apakah ada hubungan antara tempat kerja dengan angka kejadian kanker paru pada wanita dan seberapa jauh hubungan tempat kerja dengan angka kejadian kanker paru tersebut. Asumsi tempat kerja akan berpengaruh terhadap angka kejadian kanker paru pada wanita. Disain penelitian menggunakan metode deskriptif korelatif dimana untuk mengidentifikasi hubungan tempat kerja dengan angka kejadian kanker paru pada wanita. Responden penelitian adalah ibuibu dengan kanker paru yang telah bekerja di dalam rumah atau di luar rumah dengan lama kerja minimal 10 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi lalu di kumpulkan kembali. Data yang terkumpul ditabulasi, dianalisa dengan rumus korelasi product moment (r) lalu diuji tingkat kemaknaan dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sedang (r = 0,53). Kesimpulannya pada uji tingkat kemaknaan (t) memperlihatkan hasil tidak bermakna oleh karena jumlah sampel yang terbatas sekali (hanya 8 responden)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5180
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>