Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifa Rostitaputri
"Tesis ini membahas konstruksi pesan politik melalui video musik, yaitu video speech composing bertema Pilpres 2014 dalam YouTube. Dipilih tiga video yang dipublikasikan pada masa kampanye Pilpres 2014, sehingga ketiganya menampilkan kedua pasangan Capres-Cawapres, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, beserta tokoh politik, dan public figure lainnya. Semiotika Roland Barthes digunakan sebagai teori dan metode penelitian.
Hasil penelitan ini ditemukan bahwa tanda-tanda digunakan untuk mengonstruksi pesan politik berdasarkan tayangan yang bermuatan politik di televisi, dipadukan dengan pengetahuan dan keinginan subjektif dari kreatornya. Dengan menyertakan unsur parodi, pesan politik dalam ketiga video tersebut berusaha menggugah kesadaran masyarakat tentang karakteristik pemerintahan yang semestinya, ketertiban menjalani demokrasi di Indonesia, menggunakan hak suaranya, dan menjaga kondisi yang kondusif, tenang, rukun, dan harmonis pada masa Pilpres 2014.

This thesis discusses construction of political message through music video, that is speech composing video with Presidential Elections 2014 theme in YouTube. These three chosen videos was published during Presidential Elections 2014 campaign, that showed the two pairs of candidate, Prabowo-Hatta and jokowi-JK, along with other politicans and public figures. Roland Barthes Semiotics used as theory and research methods.
The result of this study showed that signs is used to construct political message based on political programs in television, combined with the knowledge and subjectivity of its creator. Enclosing the element of parody, the political message on these videos tried to arouse the public awareness about the ideal government and undergoing the democracy in Indonesia with impeccable, using the voting rights, and keep the peace, condusive, and harmonious condition during the Presidential Elections 2014.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Guntur Farhan
"Penelitian ini mengkaji kode kultural di musik video `This Land` dan kaitannya dengan sejarah diskriminasi, penindasan, dan kekerasan rasial di Amerika menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan representasi Stuart Hall. Menggunakan kedua teori tersebut, penelitian ini menemukan bahwa video musik “This Land” menguak akar settler colonialism dalam ideologi supremasi kulit putih yang melegitimasikan sistem penindasan terhadap orang kulit hitam dan orang kulit berwarna. Dengan demikian, video musik ini merepresentasikan isu rasisme kontemporer sebagai sebuah sistem yang bertahan sepanjang sejarah dan tetap direpresentasikan melalui simbol-simbol. Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa `This Land` mendekonstruksi ideologi supremasi kulit putih dan wacana rasisme yang diwakilkan melalui simbol-simbol tersebut.

This study examines the cultural codes linked to the history of racial discrimination, oppression, and violence in America in the music video of `This Land`, by applying Barthes` classification of codes and Hall`s theory of representation. The music video foregrounds American settler colonial roots of white supremacy ideology that legitimizes a system of oppression towards black people and colored people alike. As such, the music video represents racial issue in contemporary America as a system that persists throughout the history, and remains represented through symbols. Lastly, this study finds that “This Land” deconstructs and subverts the ideology of white supremacy and discourse of racism embodied in the symbols."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pradina Anugrah Anggraeni
"Video musik telah menjadi salah satu bentuk komunikasi audio-visual yang membawa K-pop menjadi sebuah sensory experience yang mana makna dari sebuah lagu akan dapat dengan mudah dipahami. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hubungan antara tanda dan makna yang terkandung dalam dua versi video musik Ditto oleh NewJeans. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini ditemukan dua data terkait tanda yang merepresentasikan realitas kehidupan seorang idola di antaranya yakni seorang idola akan selalu menjadi sumber kekuatan bagi para penggemarnya dan seorang idola yang ingin agar para penggemarnya selalu setia kepada mereka serta ditemukan lima data terkait tanda-tanda yang merepresentasikan realitas kehidupan seorang penggemar di antaranya yakni seorang penggemar merekam fancam idolanya, seorang penggemar yang selalu memberi dukungan kepada idolanya, seorang penggemar yang merasa sudah tidak lagi memiliki hubungan emosional lagi kepada idolanya, seorang penggemar yang meninggalkan idolanya karena sudah tidak menemukan rasa keseimbangan dalam hidupnya, dan seorang penggemar yang menyadari bahwa kehadiran idola dapat membantu menemukan jati diri."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Realita Prihandini
"Video klip musik bukan lah hal yang asing untuk dijadikan media kritik atau media protes. Melalui video klip suatu musisi dapat menyampaikan opini, perspektif dan kritik terhadap suatu instansi atau pun organisasi. Menggunakan video klip musik, kritik dan protes dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh konsumen musisi itu sendiri. Oleh Karena itu, pada era globalisasi seperti dewasa ini video klip musik adalah salah satu cara yang paling mudah untuk menarik perhatian masyarakat terlebih para penikmat musik. Selain dapat menarik perhatian dari penikmat musik, musisi tersebut juga dapat mendapatkan simpatisan yang akan mendukung kritik sang musisi agar kritik dan protes tersebut dapat disuarakan lebih luas lagi. Dalam penerapannya, mayoritas kritik yang diangkat oleh musisi seperti Pussy Riot dalam video klip musiknya adalah konflik hubungan pemerintah dengan rakyatnya.Video klip Pussy Riot yang berjudul “Chaika” dirilis pada tahun 2016 adalah salah satu video klip yang mengkritik seorang jaksa Rusia bernama Yury Chaika dan pemerintahan Vladimir Putin. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis oleh Fairclough dan juga didukung oleh teori Counter-Hegemony dari Antonio Gramsci dan teori Putinisme. Hasil penelitian adalah kritik dan protes yang dilakukan Pussy Riot melalui representasi dalam video klip “Chaika”.

Music Video is not a foreign platform to critic or to protest. A musician can express their relevant opinion or protest against an instantion or an organization through a music video. Criticism and protest can be accepted and can be understood easier by the consumers with music video as the platform. Particularly in this era of globalization music video is one of the easiest way for musicians to draw attention from the music lovers. Other than drawing attention from the music lovers, a musician can also gain more supporters who support the musician so that the criticism and protest of the musician can be heard even more. In it’s application, majority of the criticism which is voiced by musicians such as Pussy Riot, is the conflict between the Government and the citizens. Music video titled “Chaika” produced by Pussy Riot in the year 2016 is a music video that is used by the Pussy Riot to critic a Russian Prosecutor named Yury Chaika and the President Putin’s reign. The music video This research uses the method of Critical Discourse Analysis by Fairclough. Moreover this research also use the theory of Counter-Hegemony by Antonio Gramsci and Putinism theory to support the writing. The result of this research elaborates how Pussy Riot uses Music Video of “Chaika” as a platform to express Counter-Hegemony against the Putin’s reign through “Chaika” music video visual and lyrics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Arindya Laksmidewi Marghaputra
"Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk menjaga jarak menjadi tantangan bagi industri hiburan musik. Konser tur antar negara, temu penggemar dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh brand industri musik untuk membentuk pengalaman audiens terpaksa harus ditiadakan. Dalam menghadapi kondisi ini, para pemasar industri hiburan musik memanfaatkan teknologi dan membuat konser virtual sebagai bentuk strategi experiential marketing. Tulisan ini akan menganalisis apakah konser virtual telah memenuhi pilar keberhasilan strategi experiential marketing dibandingkan dengan konser offline. Terdapat sebelas pilar keberhasilan experiential marketing yakni remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable dan believable. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus komparatif dengan membandingkan satu variabel pada dua sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda. Dalam pengaplikasiannya, konser virtual maupun konser offline memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi augmented reality dan grafis 3D dalam konser virtual menciptakan pengalaman unik melalui efek panggung seolah-olah visual tersebut nyata, sehingga tercipta pengalaman mendalam yang dimana secara psikologis audiens merasa menjadi bagian dari lingkungan virtual tersebut sehingga timbul perasaan nyata ‘berada disana’. Namun, teknologi tidak dapat menggantikan pengalaman yang didapat melalui interaksi tatap muka. Teknologi justru menciptakan cara interaksi baru dan pengalaman unik yang berbeda dari interaksi langsung.

Covid-19 pandemic forces us to practice physical distancing. This condition leads to a new challenge, especially for the music entertainment industry. Many activities that build the audience's experience such as world tour concerts and fan meetings had to be eliminated. In facing this challenge, music industry marketers take advantage of technology and create virtual concerts as a form of experiential marketing strategy. This study aims to analyze whether virtual concerts have met the pillars of successful experiential marketing strategy compared to offline concerts. There are eleven pillars of experiential marketing such as remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable, and believable. The research method used is a comparative case study, comparing one variable in two different samples or at different times. Study results revealed that both virtual concerts and offline concerts have their respective advantages and disadvantages. Augmented reality technology and 3D graphics used in virtual concerts create a unique experience through stage effects as if the visuals are real, this visualization creating an immersive experience where the audience psychologically become one with the virtual environment and a sense of "being there" arises. However, technology cannot replace the experiences gained through face-to-face interactions. Instead, technology creates a new way of interacting and a unique audience experience. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Allisa Meinada
"Keberadaan penyanyi rap Jerman berlatar belakang imigran turut menyukseskan popularitas budaya Hiphop Jerman, khususnya industri musik rap di Jerman. Latar belakang budaya para penyanyi rap Jerman dengan latar belakang imigran yang beragam menciptakan ciri khas tersendiri dalam kancah musik rap di Jerman. Musik rap tidak hanya menjadi medium untuk ekspresi diri tetapi juga untuk menyampaikan pesan-pesan terkait kondisi sosial yang ada. Keberhasilan multikulturalisme di Jerman yang masih menjadi wacana hingga saat ini turut menjadi permasalahan sosial yang kerap kali diangkat sebagai tema musik rap Jerman. Diskriminasi terhadap imigran di Jerman atas perbedaan etnis dan ras sebagai penentu identitas merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada seorang penyanyi rap Jerman-Turki, Eko Fresh. Usahanya dalam mengklarifikasi identitas dirinya sebagai seorang Jerman menimbulkan permasalahan, bahwa ia dihadapkan dengan lingkungan yang tidak memandang dirinya sebagai seorang Jerman. Persoalan identitas yang dialami Eko Fresh sesuai dengan pernyataan Stuart Hall 1996, bahwa identitas seseorang tidak selalu ditentukan oleh hal-hal yang bersifat tetap seperti etnis ras seseorang, melainkan dapat dikonstruksi. Di sisi lain, Eko Fresh menunjukkan atribut-atribut Turki dan Timur Tengah dalam video klip musiknya. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Eko Fresh membentuk identitasnya dengan menganalisis atribut Turki dan Timur Tengah dalam video klip. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis tekstual dengan pendekatan semiotika. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latar belakang budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat hilang begitu saja dan dapat mempengaruhi identitas yang seseorang miliki. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu identitas secara bersamaan. Dengan demikian, identitas Eko Fresh dalam video klip menunjukkan bahwa identitas seseorang tidak bersifat tunggal dan mutlak.

The existence of German rappers with immigrant background has succeed the popularity of German Hip hop culture mdash especially rap music industry mdash in Germany. The cultural background of German rappers with immigrant backgrounds create its own characteristic in the German rap scene. Rap is not only a medium of a self expression but also a medium to convey messages related to the social conditions that happen in a country. The success of multiculturalism in Germany which still remains a discourse until today has also become a social problem that is often used as a theme of German rsquo s rap music. The discrimination towards immigrants based on various ethnic and racial groups in Germany as identity determination is one of the problems that happened to a German rapper with Turkish descent named Eko Fresh. His effort to clarify his identity as a German shows that he is facing the surroundings who don rsquo t see him as a German. The issue of identity that he has experienced is in accordance with Stuart Hall rsquo s 1996 statement that identity is not always defined by something fixed like ethnicity and race, however it is something that can be constructed. On the other hand, Eko Fresh shows Turkish and Middle Easterns attributes in his music video. This thesis is aimed to show how Eko Fresh forms his identity by analyzing the Turkish and Middle Easterns attributes in the music video. The research method that used in this thesis is textual analysis with semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that cultural background is not something that can easily disappear and it can influence someones identity. Anyone can have more than one identity at a time. Hence, Eko Freshs identity in the music video shows that identity is not singular and absolute. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library