Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Iwan Rivai Alam
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penambang emas skala kecil meningkat di Indonesia, prosesnya menggunakan cairan merkuri untuk mengikat partikel emas. Jenis pekerjaan peleburan smelting berisiko paling tinggi terpajan uap merkuri. Gangguan memori jangka pendek merupakan salah satu gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan uap merkuri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan memori jangka pendek pada penambang emas skala kecil.Metode: Desain menggunakan potong lintang untuk menentukan prevalensi gangguan memori jangka pendek kemudian kasus kontrol berpasangan, jumlah kasus 15 dan kontrol 75 pada penambang emas skala kecil di Lombok dan Banten, menggunakan data sekunder dari Prodia Occupational Health Institute. Diagnosis gangguan memori jangka pendek dengan pemeriksaan Forward Digit Span Test. Pemilihan 75 kontrol dilakukan dengan cara berpasangan kelompok.Hasil: Prevalensi gangguan memori jangka pendek sebesar 6 . Variabel usia merupakan faktor risiko terjadinya gangguan memori p = 0,039, OR: 5,091 dan KI 95 : 1,182-21,930 . Sedangkan faktor indeks massa tubuh p = 0,215 , kebiasaan merokok p = 0,726 , kebiasaan konsumsi alkohol p = 0,744 , penyemprot pestisida p = 0,343 , jenis pekerjaan berupa penambang galian batu miner p = 0,369 , amalgamasi amalgamation p = 0,066 , peleburan smelting p = 0,127 , masa kerja p = 0,369 dan hasil pemeriksaan merkuri di urin p = 0,643 bukan merupakan faktor yang mempengaruhi secara bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek.Kesimpulan: Usia ge; 50 tahun merupakan faktor risko paling bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek pada pekerja penambang emas skala kecil.ABSTRACT
Background: Artisanal small scale mining activity increase in Indonesia that the processing used mercury to bind gold particle. The smelting process is the most risk exposured by mercury vapour.Short term memory impairment is one of health effect caused vapour of mercury.Objective: To know about short term memory impairment in artisanal small scale mining gold miningMethode: Cross sectional design to get short term memory impairment prevalene and then case control matched group design, case 15 and controls 75 artisanal small scale gold mining at Lombok and Banten use secunder data from Prodia Occupational Health Institute. Diagnose short term memory impairment used by forward digit span test and controls choiced by matched group. Result: Prevalence of short term memory impairment is 6 . Age variable is risk factor to short term impairment p = 0,039, OR: 5,091 dan CI 95 : 1,182-21,930 . Body mass index p = 0,215 , smoking p = 0,726 , drinking alcohol p = 0,744 , chronic exposured by pesticide p = 0,343 , type of work process like miner p = 0,369 , amalgamation p = 0,066 , smelting p = 0,127 , work periode p = 0,369 , mercury in urine result test p = 0,643 are not risk factors to short term memory impairment.Conclusion: Age ge; 50 years old is risk factor to short term impairment at artisanal small scale gold mining.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
EFFECTS OF CONCENTRATION, AND BODY SIZE ON THE BIOACCUMULATION OF MERCURY ON THE ARK COCKLES ANADARA ANTIQUATA. The kinetics of mercury bioaccumulation on the ark cockles Anadara antiquata were investigated by using radiotracer. An aquaria experiments applied to two groups of cockles, that were smaller (10-20mm) and bigger cockles (35-45 mm), three individuals each, with two replications. Four Hg2+ concentration (0.0025; 0.005; 0.01; and 0.02 μg.L-1) with 0.5 Bq.L-1 of 203Hg2+ were treated to both groups. The experiments of bioaccumulation lasted for 14 days, continued with 5 days depuration treatments. The observed variables were Bioconcentration Factor (BCF), uptake rates, efflux rates, contents of mercury in the body, and elimination rates of mercury. The models to predict BCF and elimination rates also had made. The results showed that Hg2+ bioaccumulation on smaller cockles was higher than bigger cockles. The increased of Hg2+ concentration in the water decreased the BCF on both groups. By the steady state of exposure period, the Bioconcentration Factor (BCF) of Hg was 775,532 on smaller cockles, and 378,708 on bigger cockles. The increased of Hg2+ concentration in the medium effected the increased ofHg2+ efflux rates, and Hg2+ contents in the body on both groups, but decreased the uptake rates on bigger cockles. There were no significant differences of Hg2+ retention percentage during depuration time on both groups.
604 JTPL 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan disungai cikaniki , salah satu anak sungai cisadane , di Jawa Barat yang melalui kawasan penambangan emas pongkor dan tercemar oleh merkuri dari ekstraksi emas.
551 LIMNO 21:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang melibatkan ekstraksi emas dengan menggunakan logam merkuri telah menyebabkan peningkatan konsentrasi logam tersebut di Sungai Cikaniki. Keberadaan logam merkuri di perairan telah banyak dilaporkan menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifikasi merkuri pada biota dan rantai makanan yang ada diperairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bioakumulasi merkuri pada fauna makrobentik yang berbeda kebiasaan makan fungsionalnya pada daerah yang tercemar merkuri akibat aktivitas PETI. Lokasi penelitian meliputi daerah Cikaniki Hulu untuk daerah yang belum tercemar,, dan Cisarua, Curug Bitung dan Lukut yang berlokasi di Sungai Cikaniki untuk daerah-daerah yang sudah tercemar oleh logam merkuri. Pada masing-masing lokasi pengamatan dilakukan sampel air, sedimen dan biota air yang meliputi perifiton, fauna makrobentik dan ikan, untuk dianalisi konsentrasi logam merkurinya. Untuk melihat adanya gejala biomagnifikasi pada rantai makanan di perairan tersebut, maka biota air yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan kebiasaan makan fungsionalnya yaitu, produsen primer/perifiton, scrapper, scredder, collector gatherer, collector filterer, dan predator. Dari hasil analisis diketahui bahwa bioakumulasi merkuripada perifiton adalah yang tertinggi diantara kelompok kebiasaan makan fungsional yang diamanti di Sungai Cikaniki, diikuti selanjutnya oleh kelompok scraper, collector filterer, collector gatherer, shredder an terakhir predator. Pola bioakumulasi merkuri pada biota air dari hulu ke hilir menunjukkan pola peningkatan denga akumulasi tertinggi berada di Curug Bitung, kecuali untuk kelompok kebiasaan makan fungsional scraper. Bioakumulasi merkuri pada biota perairan Sungai Cikaniki berkorelasi dengan konstrasi merkuri pada media lingkungannya.
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Dharma
Abstrak :
Pendahuluan: Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) saat ini merupakan isu global yang kompleks karena penggunaan merkuri elemental dalam proses kerjanya. Pajanan merkuri pada pekerja menempatkannya dalam risiko gangguan kesehatan yang serius. Ada 850 titik PESK di Indonesia yang tersebar di 32 propinsi, dengan jumlah pekerja yang tidak kurang dari 250.00 orang. Informasi terkait jenis aktifitas kerja yang paling berpengaruh terhadap risiko gangguan kesehatan pada pekerja PESK akan sangat berguna sebagai pedoman dalam melakukan tindakan pengendalian risiko. Metode: Penelitian dengan desain potong lintang bertujuan mencari hubungan antara jenis aktifitas kerja dengan kadar merkuri urin pekerja. Intoksikasi merkuri ditetapkan sesuai NAB yang ditetapkan Pemerintah, yaitu 20 µg/gram kreatinin. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa hasil pengisian kuisioner dan hasil pemeriksaan merkuri urin pekerja PESK di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Banten. Hasil: Prevalensi pekerja yang memiliki kadar merkuri urin di atas NAB di dua propinsi di Indonesia adalah 35,5%. Dari analaisis multivariat, faktor yang paling dominan adalah jenis aktifitas kerja risiko tinggi (p=0,003 ROsuaian:2,811 IK95%:1,413-5,590). Kesimpulan:  Jenis aktivitas kerja risiko tinggi adalah jenis aktivitas kerja yang paling berisiko menyebabkan pekerja PESK pada penelitian ini memiliki kadar merkuri urin di atas NAB.
Introduction: Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) has became global and complex issues, because of the use of elemental mercury in its working processes. Workers in ASGM divided into three type of tasks: miner, mineral processor and smelter. Smelter was categorized as high risk type of task, regarding the exposure of mercury vapor resulted from heating the amalgam. Urinary mercury level can be used as an indicator for the severity of mercury exposure in a worker. Method: A cross sectional design study to obtain job task and its relation to urinary mercury level among ASGM worker. Job task divided into high risk type of task (smelter), and low risk type of task (miner and mineral processor). We used secondary data from questionnaire and mercury urinary level of ASGM worker in the provinces of Nusa Tenggara Barat and Banten. Biological Exposure Index (BEI) of mercury was 20 µg/gram creatinin, referred to The Decree of Ministry of Manpower of Republik Indonesia and American Conference of Govermental Industril Hyginenists (ACGIH). Result: Prevalence of workers having urinary mercury level above BEI was 35,5%. Smelter was the most dominant factor (p=0,003 adjustedOR:2,811 CI95%:1,413-5,590). Conclusion: The most related factor was high risk type of task.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizhkal
Abstrak :
Pertambangan emas di kabupaten Mandailing Natal sudah ada sejak 2008. Tetapi semakin marak pada tahun 2010 di kecamatan Hutabargot dan di kecamatan Nagajuang pada November 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kadar merkuri pada rambut pada pekerja tambang terpajan merkuri dan karakteristik individu pekerja(usia, lama tinggal, status gizi dan konsumsi ikan) dengan gangguan keseimbangan tubuh. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data yang digunakan yaitu data primer dari kuesioner dan sekunder dari hasil uji laboratorium rambut. Sampel penelitian ini disesuaikan dengan sampel dari data sekunder yang menggunakan rumus Lemeshow sehingga didapatkan sampel 60 orang. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent (merkuri dalam rambut) dan variabel konfounding terhadap variabel dependent (gangguan keseimbangan tubuh). Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan jika dilihat dari nilai OR variabel merkuri dalam rambut masih tergolong tinggi yaitu 6,0 dan setelah dikontol variabel karakteristik individu OR merkuri dalam rambut turun menjadi 4,92.
Gold mining in Mandailing Natal regency has been around since 2008. But it became more prevalent in 2010 in Hutabargot sub-district and in Nagajuang sub-district in November 2011. The purpose of this study was to analyze the relationship between mercury levels in hair in mercury exposed workers and individual characteristics of workers (age, length of stay, nutritional status and consumption of fish) with body balance disorders. This study uses a cross sectional method. The data used are primary data from questionnaires and secondary from the results of hair laboratory tests. The research sample was adjusted to the sample from secondary data using the Lemeshow formula so that sample of 60 people was obtained. The results of this study found that there was no significant relationship between independent variables (mercury in hair) and confounding variables on the dependent variable (body balance disorder). Although the results of the study did not show a significant relationship when viewed from the OR variable value of mercury in the hair was still relatively high at 6.0 and after being contracted the individual characteristic variable OR mercury in the hair dropped to 4.92.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqiyah
Abstrak :
Merkuri merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun dalam bentuk logam berat yang persisten dan bersifat bioakumulatif dalam ekosistem sehingga menyebabkan ancaman khusus bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu biomarker jangka panjang untuk mengukur merkuri dalam tubuh adalah rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan keracunan merkuri di wilayah pertambangan emas skala kecil (PESK) Desa Mangkualam dan Kramatjaya Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dengan variabel utama status pekerjaan responden dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat dan variabel lain yaitu umur, jarak tempat tinggal, frekuensi konsumsi ikan, buah, dan sayur. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling dengan responden sebanyak 43 orang di masing-masing desa. Data penelitian ini merupakan data sekunder dari institusi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta melalui wawancara terpimpin dan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut di laboratorium. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square serta uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara status pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,001 OR=4,825). Hasil analisis uji korelasi Spearman menyatakan tidak terdapat hubungan antara variabel umur dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,715), frekuensi konsumsi buah dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,201), frekuensi konsumsi sayur kadar merkuri dalam rambut (p=2,07), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,000 R=0,720). Hasil analisis uji chi-square menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang bertempat tinggal dengan jarak ≤ 261 meter maupun jarak >261 meter dari pengolahan emas dengan kadar merkuri dalam rambut (p=0,472).
Mercury is one of the hazardous and toxic element in the form of persistent and bioaccumulative heavy silvery-white metal in the ecosystem, which causes particular threat to human and environmental health. One of the long term biomarkers to assess mercury inside the body is hair. This study aimed at determining relation between employment status and mercury intoxication of the population by artisanal small-scale gold mining (ASGM) in Mangkualam and Kramatjaya Villages, Cimanggu, Pandeglang in the year of 2018. This study was an analytic observational study employing cross-sectional design with the main variable of residents employment status with hair mercury levels. Other variables measured were age, residence distance, frequent consumption of fish, fruits, and vegetables. The sampling technique was carried out by quota sampling with total of 43 respondents in each village. This study used secondary data obtained from the Jakarta Institute of Environmental Health and Disease Control (BBTKLPP). The data was collected by guided interviews and examinations of mercury levels in hair in the laboratory. The data analysis was conducted by univariate and bivariate with chi-square test and Spearman correlation test. The chi-square test found that there was statistically significant correlation between employment status and mercury levels in hair (p=0,001 OR=4,825). From the Spearman correlation test, it was found that no correlation was obtained between age as a variable and mercury levels in hair (p=0,715), frequency of fruits consumption and mercury levels in hair (p=0,201), frequency of vegetables consumption and mercury levels in hair (p=2,07). However, there was a statistically significant correlation between frequency of fish consumption and mercury levels in hair (p=0,000 R=0,720). The chi-square analysis test found that no significant difference was obtained between respondents whose residence ≤ 261 meter and >261 meter from the artisanal small scale gold mining with mercury levels in hair (p=0,472).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amaranggani Wikan Puspita Kenanga
Abstrak :
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang dapat ditemukan di perairan baik air tawar maupun air laut dan memiliki toksisitas yang tinggi sehingga penyebarannya perlu dikendalikan. Telah ditemukan bahwa nanopartikel emas yang terkonjugasi asam sianurat memiliki kemampuan untuk mendeteksi Hg2+ dengan prinsip kolorimetri. Oleh karena itu, penilitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode deteksi merkuri yang sensitif dan selektif menggunakan nanopartikel emas terkonjugasi asam sianurat dalam perangkat berbasis kertas. Kondisi optimum dalam preparasi kertas saring untuk menghasilkan sensor yang paling baik yaitu dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 1 yang direndam dalam larutan AuNP terkonjugasi asam sianurat selama 24 jam dan pengeringan pada suhu 50oC selama 10 menit. Analisis dilakukan setelah perangkat kertas diteteskan sampel sebanyak 20 µL sehingga terjadi perubahan warna yang jelas dari merah muda ke warna ungu kebiruan setelah 5 menit. Deteksi dapat diamati secara visual dengan mata telanjang hingga konsentrasi Hg2+ yang cukup kecil yaitu 0,05 µM. Respon kolorimetri sensor juga selektif terhadap Hg2+ setelah dilakukan pengujian dengan ion-ion logam Ba2+, Zn2+, Cd2+, Mn2+, Cu2+, Mg2+, Ag2+, dan Fe2+. Selain itu, respon dari sensor juga konsisten untuk sampel air danau yang dibubuhi Hg2+. Hasil dari penelitian ini yaitu dapat memberikan teknologi dasar yang menjanjikan untuk pengembangan sensor yang terjangkau, cepat, portabel, dan mudah digunakan untuk deteksi dan pemantauan kadar Hg2+ dalam air. ......Mercury is one of the heavy metals that can be found in both fresh water and sea water and has high toxicity so that its spread needs to be controlled. It has been found that gold nanoparticles conjugated with cyanuric acid have the ability to detect Hg2+ by the colorimetric principle. Therefore, this research aims to develop a sensitive and selective mercury detection method using cyanuric acid-conjugated gold nanoparticles in a paper-based device. The optimum condition for preparing filter paper to produce the best sensor is using Whatman No. filter paper. 1 which was soaked in AuNP solution which had been conjugated with cyanuric acid for 24 hours and dried at 50oC for 10 minutes. Analysis was carried out after 20 µL of sample was dropped on the paper device so that there was a clear color change from pink to bluish-purple after 5 minutes. Detection can be observed visually with the naked eye down to a fairly small Hg2+ concentration of 0.05 µM. The colorimetric response of the sensor is also selective towards Hg2+ after testing with metal ions Ba2+, Zn2+, Cd2+, Mn2+, Cu2+, Mg2+, Ag2+, and Fe2+. In addition, the response from the sensor is also consistent for lake water samples spiked with Hg2+. The results of this research can provide a promising basic technology for the development of sensors that are affordable, fast, portable, and easy to use for the detection and monitoring of Hg2+ levels in water.Mercury is one of the heavy metals that can be found in both fresh water and sea water and has high toxicity so that its spread needs to be controlled. It has been found that gold nanoparticles conjugated with cyanuric acid have the ability to detect Hg2+ by the colorimetric principle. Therefore, this research aims to develop a sensitive and selective mercury detection method using cyanuric acid-conjugated gold nanoparticles in a paper-based device. The optimum condition for preparing filter paper to produce the best sensor is using Whatman No. filter paper. 1 which was soaked in AuNP solution which had been conjugated with cyanuric acid for 24 hours and dried at 50oC for 10 minutes. Analysis was carried out after 20 µL of sample was dropped on the paper device so that there was a clear color change from pink to bluish-purple after 5 minutes. Detection can be observed visually with the naked eye down to a fairly small Hg2+ concentration of 0.05 µM. The colorimetric response of the sensor is also selective towards Hg2+ after testing with metal ions Ba2+, Zn2+, Cd2+, Mn2+, Cu2+, Mg2+, Ag2+, and Fe2+. In addition, the response from the sensor is also consistent for lake water samples spiked with Hg2+. The results of this research can provide a promising basic technology for the development of sensors that are affordable, fast, portable, and easy to use for the detection and monitoring of Hg2+ levels in water.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library