Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andy Hidayat
Abstrak :
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan ciri-ciri morfologik pada beberapa tingkat retardasi mental (RM). Penelitian tersebut umumnya di lakukan pada penderita sindroma Down (SD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks sefalometri dan tangan menurut tingkat RM primer. Pada penelitian ini digunakan sampel yang berjumlah 300 anak laki-laki yang berasal dari Sekolah Luar Biasa dan 100 anak dari Sekolah Dasar sebagai kelompok kontrol. Kriteria sampel adalah berusia 7 - 12 tahun, memiliki ciri-ciri penderita SD dan data kesehatan ibu dan anak menunjukkan RM primer. Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode Martin pada masing-masing sampel, lalu hasil pengukuran diolah dalam bentuk indeks sefalometri dan tangan. Hasil penelitian ini memperihatkan bahwa indeks sefalometri dan tangan pada penderita RM ringan dan RM sedang tidak berbeda bermakna secara statistik dibandingkan kontrol (p > 0,05). Sedangkan RM berat berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p < 0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampel pada RM ringan berasal dan penderita SD tertier atau SD kuarterner, RM sedang dapat berasal dari pendetita SD tertier atau SD kuarterner, dapat juga dari penderita phenylketonuria (PKU) atau pengaruh pranatal yang tidak jelas; RM berat berasal dari penderita SD primer atau SD sekunder. ......Cephalometric and Hand Indices on Boys with Several Primary Mental Retardation StagesSome early researches suggested that there were morphological characteristic differences on several mental retardation (MR) stages. The subjects of those researches were mostly Down syndrome (DS) patients. This study was conducted to assess the difference of cephalometric and hand indices on primary MR stages. The subjects of the study were 300 boys from the abnormal schools and 100 boys from the elementary school as a control group. The criterions of the subjects, were 7-12 years old, had DS characters and the medical record showed that there were primary MR. In this study, measurement on each subject used Martin's methods, then the results were calculated to be cephalometric and hand indices. The results of this study indicated that there were no significant cephalometric and hand indices difference (p > 0,05) between the mild, moderate MR and the control groups. But there was significant cephalometric and hand indices difference (p < 0,05) between the severe MR and the control group. The possibilities of these results were the subjects of this study which the mild stage of MR was derived from either tertiary or quaternary DS patients; the moderate stage of MR might be derived from either tertiary or quaternary DS patients as well as phenylketonuria (PKU) patients or unknown early neonatal influence patients; and the severe stage of MR was derived from either primary or secondary DS patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
Abstrak :
Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian mempakan hal yang penting bagi anak yang mengaiami keterbelakangan mental, tcmtama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, |977 dalam Westling & Fox, 2000). Dengan keterbatasan limgsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dirniliki agar anak dapat semakin mandiri dan mengurangi ketcrganlungan akan bantuan dari orang lain pada area bantu diri yang dimiliki. Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk mclatih individu yang mengalami keterbelakangan mental. Secara spesitik, penggunaan tcknik fora! task presentation chaining dalam moditikasi perilaku dapat memaksimalkan kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutamajika bebcrapa tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui teknik rcilal laskpresenralion chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan tems melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai. Penggunaan teknik total task presentaiion chaining dalam tugas akhir ini bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak Iaki-laki usia 4 tahun 11 bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kctcrampilan berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk bemakaian, yaitu mcngenakan I-shin dan oclana berelastis hanya menggunakan verbal prompx saja. ......Leaming self-help skills like dressing is considered to be important for child with mental retardation, especially if the child have not acquired the skills to a degree that correspond to his chronological age (Lent, 1975; Westling & Morden, 1977 in Westling & Fox, 2000). With limitations in his cognitive functioning, special procedures must be applied so that his dressing skills can be enhance, and reducing the amount of assistance from others. For the last four decades, many studies showed the success of applying behavioral techniques to teach child with metal retardation. Specifically, the used of total task presentation chaining in behavior modification can maximize child's independence early in training, especially if some steps are already familiar to child (Martin & Pear, 2003). With this technique, child attemps all the steps from the beginning to the end ofthe chain on each trial until all steps are mastered. The purpose of using total task presentation chaining in this final assignment is enhancing dressing skills in a boy with mild mental retardation age 4 years l I months. This program showed improvement in child's dressing skills. The child can wear t-shirt and pants using verbal prompt only.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Abdini
Abstrak :
Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa perkembangan (Grossman, dalam Kauflinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anal; seperti bantu diri dan kernarnpuan sosial (Mash & Wolfe, 2005). Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi mental ringan, netardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa telcnik modifikasi perilaku sangat coook dan dapat diaplikasikan untuk mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri seperti berpakaian, makan dan kebexsihan pn`badi (Martin dan Pear, 2003). Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental ringan bCI'l1Si3 4 tahun I bulan, untuk memiliki kewrampilan bantu diri dalam hal berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan subjek untuk menggunakan celana dalam. Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tclmik backward chainin. Backward chaining sesuai tmtuk meningkatkan keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining merupalcan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek merniliki kemampuan terbatas mengenai suatu perilalcu (Miltenberger, 2004). Bukti keberhasilan dari pezilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap ada sampai pclatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980). Hasil pelatihan memmjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan dengan menggtmakan teknik backward chaining, subjek dapat mcnggunakan celana dalam sendixi tanpa bantuan orang lain. ......Mental retardation is a cognitive function disorder which cause a limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman, in Kauffman & I-Iallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An intervention can be conducted to train several important skills for the child, such as self help and social sldlls (Mash Se Wolfe, 2005). Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e. mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for children with mild mental retardation can be done by doing behavior modiiication using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child with mental retardation about self help skill, such as dressing, eating, and personal hygiene (Martin & Pear, 2003). This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally retarded child to possess a self help skill in dressing. Speciticajly, this training is aimed to train the child's ability to put on underwear without other's help. The behavior modification technique which is used to conduct this training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing self help skill and often used to teach children with mental retardation to dms properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure which often be used when a child has limited ability to do certain things (Miltenberger, 2004). A successfill trained behavior in the early stage of training persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980). The final training result shows that after completing 24 training sessions using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her ovm without other's help.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) Terhadap Penerimaan Keluarga dengan Anak Tunagrahita. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experimental pre-post test with control group. Sampel 56 diambil dengan teknik purposive sampling pada keluarga dengan anak retardasi mental yang mengalami masalah psikososial dalam merawat anaknya. Analisis data dengan Independent t-test dan Paired ttest. Hasil penelitian menemukan bahwa penerimaan keluarga dengan anak tunagrahita meningkat secara bermakna setelah mendapat TPK. TPK direkomendasikan sebagai terapi keperawatan utama dalam meningkatkan penerimaan keluarga dengan anak tunagrahita. ......The aim of this study was to determine the influence of ACT on family?s acceptance to the mental retardation child. This was a quasi-experimental research, using pre-post test with control group. A number of 56 samples were recruited using purposive sampling technique in family having mental retardation child that experiences psychosocial problem in caring the child. Samples are divided into 2 groups of control and intervention group. Data were analyzed using Independent t-test and Paired t-test. The results showed that the acceptance in family with mental retardation child who get ACT was significantly increased. ACT is recommended as primary therapy in nursing care to increase level of acceptance in family with mental retardation child.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menggambarkan secara mendalam problematika yang dihadapi keluarga dari anak dengan intellectual disabilty (ID) yang tinggal di daerah pedesaan, dengan beberapa pertanyaan penelitian: (1) Bagaimana persepsi keluarga terhadap anak dengan ID? (2) Bagaimana proses penerimaan keluarga terhadap kehadiran anak dengan ID? (3) Apakah dampak kehadiran anak dengan ID di tengah-tengah sebuah keluarga? (4) Bagaimana pengharapan masa depan keluarga terkait dengan kondisi anak dengan ID? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Subjek penelitian ini adalah empat keluarga yang memiliki anak dengan ID dan dua tokoh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: (1) mayoritas keluarga memiliki persepsi yang salah terhadap anak dengan ID, yang berawal dari pengetahuan mereka yang sangat terbatas tentang ID dan berujung pada intervensi yang salah; (2) semua keluarga masih berada dalam proses menuju penerimaan; (3) kehadiran anak dengan ID di tengah-tengah keluarga memunculkan berbagai dampak negatif dan positif, baik secara personal, secara interpersonal dalam satu keluarga, maupun secara interaksional keluarga dengan lingkungan sekitar; (4) mayoritas keluarga berharap anak mengalami kesembuhan atau menjadi normal.
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) Terhadap Penerimaan Keluarga dengan Anak Tunagrahita. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experimental pre-post test with control group. Sampel  56 diambil dengan teknik purposive sampling pada keluarga dengan anak retardasi mental yang mengalami masalah psikososial dalam merawat anaknya. Analisis data dengan Independent t-test dan Paired t-test. Hasil penelitian menemukan bahwa penerimaan keluarga dengan anak tunagrahita meningkat secara bermakna setelah mendapat TPK. TPK direkomendasikan sebagai terapi keperawatan utama dalam meningkatkan penerimaan keluarga dengan anak tunagrahita. ......The aim of this study was to determine the influence of ACT on family’s acceptance to the mental retardation child. This was a quasi-experimental research, using pre-post test with control group. A number of 56 samples were recruited using purposive sampling technique in family having mental retardation child that experiences psychosocial problem in caring the child. Samples are divided into 2 groups of control and intervention group. Data were analyzed using Independent t-test and Paired t-test. The results showed that the acceptance in family with mental retardation child  who get ACT was significantly increased. ACT is recommended as primary therapy in nursing care to increase level of acceptance in family with mental retardation child.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Sutini
Abstrak :
ABSTRAK
Keluarga dengan anak retardasi mental di Kabupaten Sumedang sekitar 10.898 orang dari 1.089.889 penduduk di Kabupaten Sumedang, dan yang tercatat di SLB-C sekabupaten sumedang hanya 218 orang. Tujuan penelitian ini adalah Memperoleh gambaran tentang pengaruh pelaksanaan terapi Self-Help Groups terhadap koping keluarga dengan anak Retardasi mental di SLB-C Kabupaten Sumedang tahun 2009 sehingga dapat mengurangi faktor resiko terjadinya gangguan. Metode penelitian adalah adalah ”Quasi experimental pre-post test with control group” dengan intervensi self help group. Cara pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan sampel sebanyak 22 keluarga . Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik keluarga dan kuesioner koping keluarga. Self help group dilakukan pada dua kelompok; kelompok I diberikan self help group dengan enam kali pertemuan (empat kali bimbingan dan dua kali mandiri), kelompok II tidak diberikan self help group. Analisa data menggunakan univariat dengan menganalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan sentral tendensi. Analisa Bivariat menggunakan Independent sample t-test, Chi-Square dan Dependent sample t-test. Multivariat menggunakan pearson product moment dan Rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan koping setelah self-help group pada keluarga dengan anak retardasi mental secara bermakna dan terjadi perubahan dari koping maladaptif menjadi adaptif (p value = 0,000). Pada kelompok yang hanya diberikan terapi generalis terjadi juga peningkatan kemampuan koping keluarga dengan anak retardasi mental tetapi peningkatan tersebut masih berada di koping maladaptif. Direkomendasikan untuk membentuk kelompok selfhelp group lainnya di lingkungan SLB-C.
ABSTRACT
Family and children with mental retardation at Sumedang district are almost 10.898 people of 1.089.889 population at Sumedang district, and they are only 218 people which recorded at SLB-C of Sumedang district. This study purpose to find describing the effect of implementing Self Help Groups therapy toward coping family and children with mental retardation at SLB-C of Sumedang District in 2009 so it can decrease risk factors of disturbance occur. This study used design of quasi experimental pre-post test with control group by self help group intervention. This study used a purposive sampling on getting samples by 22 families as samples. The equipment on collecting data using questionares of family characteristic and family coping. Self help group has been done for two groups where the first group was given self help group for six times of meeting (four times for guiding and two times for standing alone), while the second group was given self help group. Analized data used univariate by analizing as descriptive by calculating frequency distribution and central tendency. Bivariate analysis used Independent sample t-test, Chi-Square and Dependent sample t-test. Multivariate analysis used pearson product moment and rank spearman. Study result indicated improvement the abilities of coping family and children with mental retardation as means (p value = 0,000). It was recommended to build and implementing self help group for family who had children with mental retardation. Family and children with mental retardation at Sumedang district are almost 10.898 people of 1.089.889 population at Sumedang district, and they are only 218 people which recorded at SLB-C of Sumedang district. This study purpose to find describing the effect of implementing Self Help Groups therapy toward coping family and children with mental retardation at SLB-C of Sumedang District in 2009 so it can decrease risk factors of disturbance occur. This study used design of quasi experimental pre-post test with control group by self help group intervention. This study used a purposive sampling on getting samples by 22 families as samples. The equipment on collecting data using questionares of family characteristic and family coping. Self help group has been done for two groups where the first group was given self help group for six times of meeting (four times for guiding and two times for standing alone), while the second group was given self help group. Analized data used univariate by analizing as descriptive by calculating frequency distribution and central tendency. Bivariate analysis used Independent sample t-test, Chi-Square and Dependent sample t-test. Multivariate analysis used pearson product moment and rank spearman. Study result indicated improvement the abilities of coping family and children with mental retardation as means (p value = 0,000). It was recommended to build and implementing self help group for family who had children with mental retardation.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suparyono
Abstrak :
Anak penyandang keterbelakangan mental sedang dapat dilatih membaca kata-kata yang merupakan petunjuk atau tanda-tanda di lingkungan kehidupannya. Membaca mempakan kegiatan menginterpretasikan huruf-huru£ Membaca diawali dengan penguasaan keterampilan pra-membaca dan pengenalan hmuil Untuk melatih meningkatkan kemampuan xnembaca pada anak penyandang keterbelakangan mental sedaug digunakan program pengajaran individual (PPI) dengan teknik Applied Behavior Anabfsls (ABA). PPI ini diberikan secara bertahap kepada A, seorang penyandang keterbelakangan mental sedang berusia 10 tahun 6 bulan yang belum bisa membaca. Tahapan intervensi yang terdapat dalam program adalah pertemuan pertama hingga ketiga: pengenalan ukuran, berat, letak, arab, bentuk, wama dan pemasangau obyek-obyek yang sama, pertemuan keempat hingga keenam: pengenalan humf vokal. Program ini akan dilanjutkan oleh orang tua subyek. Evaluasi program dilakukan setiap akhir tahap. Kesimpulan program intervensi ini adalah terdapat peningkatan kemampuan keterampilan pra-membaca pengenalan huruf vokal untuk anak yang mengalami keterbelakaoan mental sedang melalui teknik ABA. ......Children withmoderate mental remrdation cotddbenainedtoreadwordsand signs in their environment. Reading is a meaningful interpretation printed dan written verbal symbols. Early reading started with mastering of pre-reading skills and an introduction to identiiication of alphabets. The intervention program was based on Individualized Education Program (IEP) which would be used in Applied Behavior Analysis (ABA). This program is given to A, an ID years old boy with moderate mental retardation, who is not capable of reading, The aim of the intervention program was to help A improve his pre-reading skills. These programmes consisted of two sessions with two stages. One of early sessions were baseline sessions and the rest were interventions sessions. Interventions were given through stages. The intervention stages in this programme were stage one: the introduction of concepts pre-reading included size, weight, position, direction, shape, colour and matching the same objects. Stage two introduced identification of vowels. Additional intervention was given to a parent. Evaluations were given at the end of every stage. Overall, the conclusion showed improvement in pre-reading skills, in the recognition of vowels with ABA method.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34103
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uji Arum Ismartini
Abstrak :
ABSTRAK
Anak merupakan harta yang paling beiiiarga bagi orangtua. Khususnya bagi ibu, anak yang lahir dengan sehat dan tidak berkelainan memilild simbol bahwa ibu mampu memberikan ketuninan yang baik. Berbedajika anak yang dilahirkan memilild kelainan Down Syndrome. Hal ini dapat membuat ibu mengalami shock dan kekecewaan yang hebat (Ashman & Eikins, 1994), karena kelainan Down Syndrome dapat terlihat dengan jelas, sehingga dapat menimbulkan reaksi lingkungan yang d£Q}at berpengaruh teriiadap penerimaan ibu. Selain itu hadin^ra anak Down Syndrome akan berpengaruh pada pengaturan waktu luang dan ekonomi keluarga Harapan ibu juga akan menurun setelah mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimilild anak Untuk dapat menerima kondisi anaknya, ibu membutuhkan waktu yang relatif cukup panjang. Diawali dengan perasaan shock, sedih dan kecewa (primary phase). Kemudian dalam diri ibu akan timbul rasa marah, bersalah, ambivalensi dan maiu (secondary phase). Kondisi ini akan terns berlangsung hingga ibu menyadari bahwa anaknya membutidikan intervensi yang tepat (tertiary phase) (Kubler-Ross dalam Gargiulo, 1985). Pada saat ini dapat dikatakan bahwa ibu sudah dapat menerima kondisi anaki^a, walaupun penerimaaniQra tidak akan pemah sempuma karena perasaan sedih dan depresi akan selalu muncul (Gargiulo, 1985). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penerimaan ibu antara lain adalah sikap lingkungan dan kerabat dekat (significant others), reaksi abnormal anak, kesenjangan yang timbul antara harapan dan kenyataan, serta tingkat ekonomi dan orientasi pendidikan. Kesemuanya itu saling berinteraksi dengan proses yang ibu alami d^am menerima kondisi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan ibu anak Down Syndrome yang berusia kurang dari lima tahun. Penerimaan ibu merupakan hal yang penting bagi anak Down Syndrome, karena semakin cepat ibu dapat menerima kondisi anak, semakin cepat ibu dapat mengambil tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan anak. Lima tahun pertama merupakan masa yang relatif berat bagi ibu, dimana ibu memperoleh diagnosa yang akurat, kemudian mengalami berbagai emosi yang berfluktuasi, hingga akhimya dapat menerima kondisi anak (Tumbull, dkk. dalam Heward, 1996). Taliun-tahun selanjutnya ibu sudah mulai dapat mengorganisasi kehidupan seharihari, dan kekhawatiran pada anak sudah mulai berkurang. Untiik dapat mengetahui proses penerimaan teisebut, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode single case study. Sampel diperoleh melalui prosedur typical purposeful sampling. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap tiga orang ibu yang memiliki anak Down Syndrome benisia kurang dari lima tahun dan tinggal bersama anak teisebut. Untuk memenuhi etika penelitian, maka identitas asli dari subjek disamarkan sedemikian rupa sehingga tidak tersebar luas. Penelitian ini divalidasi dengan menggunakan metode member checks. Data yang diperoleh dianalisa dengan cara koding. Hasil dari penelitian mi menunjukkan bahwa pada ketiga ibu muncul reaksi-reaksi primary, secondary, dan tertiary phase. Hanya saja, tidak semua ibu mengalaminya. Misdnya saja sebagian ibu merasa shock dengan hadimya anak Dawn Syndrome, namun ada ibu yang tidak merasa shock. Kemudian, sebagian ibu tidak malu dengan kondisi anaknya, tetapi ada pula ibu yang malu dan risi dengan kondisi anakya. Dari ketiga subjek juga diketahui bahwa reaksi ^ef and depression teijadi sejak anak Dawn Syndrome lahir dan masih berlanjut faingga saat ini. Sedangkan adaptasi teihadap anak yang merupakan bagian dari tertiary phase tennyata muncul sejak awal, beberapa saat setelah anak didiagnosa mengalami Dawn Syruirome. Ketiga subjek juga menunjukkan bahwa reaksireaksi yang mereka ^ami tidak berurutan, seperti ibu yang tidak mengalami reaksi tertentu, kemudian "lompat" pada reaksi selanjutnya. Selain itu juga diketahui reaksi-reaksi yang merupakan bagian dari secondary phase temyata muncul pada saat ibu sedang berada pada primary phase. Begitu juga dengan tertiary phase yang muncul saat ibu sedang berada pada secondary phase, sehingga dapat dikatakan bahwa proses penerimaan yang dilewati ibu anak Dawn Syndrome mengalami tumpang tindih. Hal ini sebenamya merupakan fenomena yang wtgar, karena tergantung sepenuhnya pada keunikan individu masing-masing (Gargiulo, 1985). Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa pada akhimya ketiga subjek dapat menerima kondisi anak mereka, tenitama karena adanya dukungan dari orang terdekat dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan pada ibu yang memiliki anak Down Syndrome untuk mengjkuti program parent support group, sehingga dapat berbagi cerita dengan ibu-ibu lain yang juga memiliki anak Down Syndrome. Selain itu bagi konselor yang terlibat dalam parent support group, (hsarankan untuk memfokuskan pada tahap penerimaan yang dialami ibu, sehingga dapat memberikan penanganan yang lebih tepat. Kemudian bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dapat digunakan metode lain dalam kerangkan kualitatii^ kemudian menggunakan sumber data yang lebih bervariasi. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat lebih kaya.
2001
S2804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>