Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vira Primanugrah Shakanti
Abstrak :
Individu yang hendak menikah harus siap untuk menjalani kehidupan perkawinan, karena ketidaksiapan menikah dapat memicu terjadinya konflik dan perceraian. Di Indonesia banyak perceraian terjadi karena alasan ketidaksiapan menikah. Selain itu juga banyak terjadi penundaan menikah, salah satu alasannya adalah individu ingin memastikan diri sudah benar-benar siap sebelum memutuskan menikah. Perlu dilakukan kajian mengenai kesiapan menikah untuk mendalami fenomena-fenomena tersebut. Perkawinan merupakan suatu anjuran dalam agama Islam, sehingga ada baiknya dilakukan kajian mengenai hubungan dan pengaruh religiusitas terhadap kesiapan menikah. Melihat adanya perbedaan peran dan pengalaman antara laki-laki dan perempuan di masyarakat, maka kesiapan menikah ditinjau dari jenis kelamin juga perlu diteliti. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap emerging adults (18-25 tahun) beragama Islam yang belum menikah. Responden yang diteliti berasal dari wilayah Jabodetabek. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online. Alat ukur kesiapan menikah yang digunakan adalah adaptasi California Marriage Readiness Evaluation (CMRE). Alat ukur religiusitas yang digunakan adalah adaptasi The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan metode statistik menggunakan SPSS. Analisis data dilakukan dengan independent sample t-test, uji korelasi, uji koefisien determinasi, dan uji regresi linear sederhana. Hasil penelitan menunjukkan adanya perbedaan kesiapan menikah yang tidak signifikan antara emerging adults laki-laki dan perempuan, baik secara umum maupun di masing-masing kategori kesiapan menikah. Terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesiapan menikah. Artinya, semakin tinggi religiusitas seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikahnya. Masing-masing dimensi religiusitas juga memiliki hubungan dengan masing-masing kategori kesiapan menikah. Kontribusi religiusitas terhadap kesiapan menikah emerging adults adalah sebesar 19,3%. ......Individuals who want to marry must be ready to live a married life, because being unprepared for marriage could lead to conflicts and divorces. In Indonesia, a lot of divorce cases are caused by being unprepared for marriage. There are also people who delay marriages, with one of the reasons being one needs to be make sure that they are ready to marry, before deciding to tie the knot. To understand the phenomena better, a study about marriage readiness is to be done. As marriages are advised in Islam, the correlation between religiosity and marriage readiness as well as the contribution of religiosity towards marriage readiness must be studied. In addition to that, marriage readiness difference between the two sexes must also be studied considering the different roles and experiences between men and women. The method of this study is quantitative method. The respondents are unmarried Muslim emerging adults (18-25 years of age) from around the Jabodetabek area. The data collection is done through an online questionnaire. The instrument for measuring the marriage readiness is an adaptation of The California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) and for measuring religiosity is an adaptation of The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). The data collected from the questionnaire were processed with statistical method using SPSS. The data analysis is conducted with an independent sample t-test, Pearson correlation test, coefficient of determination test, and simple linear regression test. The result of the study showed that there is an insignificant difference between the marriage readiness of male and female emerging adults, both generally and in every marriage readiness category. A positive correlation between religiosity and marriage readiness is also found through the study. In other words, a higher religiosity resulted in a higher marriage readiness. Each religiosity dimension also correlates with each marriage readiness category. The result also showed that religiosity contributes to 19,3% of marriage readiness in emerging adults.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rembulan Nurdianto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menyelidiki keputusan menikah dikalangan perempuan terhadap pengaruh ekpektasi dari output perkawinan dalam proses pengambilan keputusan dan mengkaji premi upah pernikahan bagi laki-laki dan perempuan serta mencoba mengeksplorasi bias seleksi pada karakteristik yang dapat diamati. Data yang digunakan adalah data cross-sectional dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 4 (IFLS4). Pertama, penelitian ini membuat sebuah model empiris dimana variabel probabilitas bekerja dan probabilitas memiliki anak sebagai variabel proksi terhadap ekspektasi dari output pernikahanan yang akan mempengaruhi probabilitas keputusan pernikahan perempuan. Kedua, untuk mengkaji premi upah, penelitian ini mempertimbangkan pernikahan sebagai perlakuan non-acak dengan potensi hasil upah yang heterogen untuk mengkaji premi upah di Indonesia. Kemudian, dengan menggunakan propensity score matching, bias seleksi antara pria dan wanita yang menikah dan lajang dapat ditentukan. Kesimpulannya pertama, keputusan menikah perempuan ditentukan oleh ekspektasi dari output perkawinan, yaitu peluang untuk bekerja dan peluang untuk mempunyai anak, serta oleh karakteristik individu itu sendiri, seperti usia, agama, dan suku. Kedua, terdapat faktor lain yang mempengaruhi keputusan pernikahan perempuan, namun dalam skala yang lebih kecil. Kecil kemungkinan untuk menikah bagi perempuan yang tinggal di kota dan ditemukan premi upah pernikahan baik bagi laki-laki maupun perempuan meskipun perempuan mempunyai premi upah pernikahan yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki. ......This study tries to investigate the decision to marry among women on the effect of expected marital output in the decision-making process, examines the marriage wage premium for men and women, and tries to explore selection bias on observable characteristics using cross-sectional data from IFLS4. First, an empirical model is proposed where probability to work and probability to have children are used as proxies of expected marital output which will influence the probability of women’s marriage decision. Second, the study considering marriage as a non-random treatment with heterogenous potential outcomes of wage to examines wage premium in Indonesia. Then, using propensity score matching, selection bias between married and single men and women has been determined. The conclusions are first, women’s marriage decision determined by the expected marital output, which are probability to work and probability to have a child or children, and by the individual characteristics itself, such as age, religion and ethnicity. Second, other factors affect women’s marriage decisions, but to a lesser extent. Marriage is less likely for women who live in urban area and we find a marriage wage premium for both men and women though women have smaller marriage wage premium as compared to men.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ulil Amri
Abstrak :
Pentingnya keberhasilan pencapaian tugas perkembangan tahap dewasa awal menjadi latar belakang dalam penelitian ini. Salah satu tugas tersebut adalah proses membangun hubungan intim untuk membentuk sebuah keluarga. Tingginya tingkat kesiapan menikah pada kelompok dewasa awal, sayangnya tidak dibarengi dengan persiapan yang matang sehingga menyebabkan pencapaian pelaksanaan tugas perkembangan keluarga yang rendah dan lebih lanjut mengurangi kepuasan pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan tugas perkembangan keluarga tahap I dan II pada kelompok dewasa awal. Desain yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif yang dianalisis melalui uji univariat. Sampel yang digunakan sebanyak 103 responden yang diambil menggunakan teknik non probability sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat pengetahuan sampel terhadap tugas perkembangan keluarga secara keseluruhan berada pada kategori sedang (45,6%) sampai tinggi (54,4%). Secara terpisah, gambaran pengetahuan pada variabel tugas perkembangan keluarga tahap I lebih baik secara statistik daripada variabel lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong cukup baik, tetapi masih perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan pada kelompok dewasa awal sesuai dengan tahap perkembangan masing-masing individu. Peneliti menyarankan bagi mahasiswa keperawatan untuk menguasai konsep keluarga dengan baik agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan populasi dan kuesioner yang lebih luas dan terukur sehingga dapat menggambarkan kondisi populasi yang sebenarnya. ......This research is motivated by the importance of successful achievement of developmental tasks in the early adult stage. One of these tasks is the process of building intimate relationships to form a family. Unfortunately, the high level of readiness for marriage in the early adult group is not accompanied by proper preparation, which results in low achievement of family development tasks and further reduces marital satisfaction. This study aims to describe the level of knowledge of family development tasks stages I and II in the early adult group. The design used is quantitative research with descriptive methods which are analyzed through univariate tests. The sample used was 103 respondents who were taken using a non-probability sampling technique. The results of this study found that the overall level of knowledge of the sample on family development tasks was in the moderate (45.6%) to high (54.4%) category. Separately, the picture of knowledge on the stage I family development task variable is statistically better than the other variables. Thus, it can be concluded that the level of knowledge of respondents is quite good, but there is still a need for efforts to increase knowledge on an ongoing basis in the early adult group according to the stage of development of each individual. Researchers suggest for nursing students to master the concept of family well in order to provide comprehensive nursing care. Further research is recommended to use a broader and measurable population and questionnaire so that it can describe the actual condition of the population.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library