Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Corina
"Wacana kekuasaan dan moralitas senantiasa mengemuka dalam kajian filsafat politik. Di satu sisi kekuasaan memiliki nilai ideal sebagai sarana perwujudan aspirasi rakyat. Namun di sisi lain, kekuasaan identik dengan praktek politik penguasa yang melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Kekuasaan terlibat dalam perdebatan nilai dan praktek. Nilai ideal terkait dengan tuntutan moralitas yang seharusnya (ought) dimiliki oleh penguasa. Sementara pada prakteknya, kekuasaan menghadirkan fenomena yang sulit dan kompleks, riil dan bergerak dalam kebutuhan pribadi sang penguasa sendiri. Pemikiran Niccolo Machiavelli identik dengan kondisi tersebut. Situasi sosial dan politik yang belum stabil menuntut penguasa untuk melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Pilihannya adalah kekuasaan tanpa stabilitas hanya menyisakan suasana tak menentu bagi negara. Akibatnya program program penguasa sulit berjalan, sementara kekuasaan harus mengakomodasikan berbagai perbedaan kepentingan dalam masyarakat. Menurut Machiavelli, kekuasaan dan moralitas merupakan dua hal yang terpisah. Asumsi moral dipandang sebagai entitas yang berdiri sendiri. Moralitas merupakan bagian dari strategi kekuasaan, yang tidak selamanya terkait dengan persoalan baik dan buruk namun bersifat realistik dan obyektif serta tidak universal, ia bisa saja berubah-ubah setiap waktu tergantung pada kondisi masyarakat. Penguasa yang berlaku baik kepada rakyat dalam membangun tatanan sosial dan politik yang baru terbentuk, dianggap sebagai bagian dari strategi kekuasaan. Tujuannya adalah agar legitimasi kekuasaan bisa tercapai.
Menurut tesis ini, bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan menurut Machiavelli sebagai sebuah strategi. Sementara pennikiran lain, seperti Russell dan Kant memposisikan moralitas sebagai landasan berpikir penguasa dalam menjalankan kekuasaan. Hal ini juga berarti bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan tidak sekadar hubungan strategi, namun kewajiban yang sudah semestinya dilakukan oleh penguasa. Ajaran moral tidak harus mengarah pada asumsi teologis tertentu, namun bersifat universal, yakni kemanusiaan.
Wacana kekuasaan dan moralitas senantiasa mengemuka dalam kajian filsafat politik. Di satu sisi kekuasaan memiliki nilai ideal sebagai sarana perwujudan aspirasi rakyat. Namun di sisi lain, kekuasaan identik dengan praktek politik penguasa yang melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Kekuaasaan terlibat dalam perdebatan nilai dan praktek. Nilai ideal terkait dengan tuntutan moralitas yang seharusnya (ought) dimiliki oleh penguasa. Sementara pada prakteknya, kekuasaan menghadirkan fenomena yang sulit dan kompleks, riil dan bergerak dalam kebutuhan pribadi sang penguasa sendiri. Pemikiran Niccolo Machiavelli identik dengan kondisi tersebut. Situasi sosial dan politik yang belurn stabil menuntut penguasa untuk melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Pilihannya adalah kekuasaan tanpa stabilitas hanya menyisakan suasana tak menentu bagi negara. Akibatnya program program penguasa sulit berjalan, sementara kekuasaan harus mengakomodasikan berbagai perbedaan kepentingan dalam masyarakat.
Menurut Machiavelli, kekuasaan dan moralitas merupakan dua hal yang terpisah. Asumsi moral dipandang sebagai entitas yang berdiri sendiri. Moralitas merupakan bagian dari strategi kekuasaan, yang tidak selamanya terkait dengan persoalan baik dan buruk namun bersifat realistik dan obyektif serta tidak universal, ia bisa saja berubah-ubah setiap waktu tergantung pada kondisi masyarakat. Penguasa yang berlaku baik kepada rakyat dalam membangun tatanan sosial dan politik yang baru terbentuk, dianggap sebagai bagian dari strategi kekuasaan. Tujuannya adalah agar legitimasi kekuasaan bisa tercapai.
Menurut tesis ini, bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan menurut Machiavelli sebagai sebuah strategi. Sementara pennikiran lain, seperti Russell dan Kant memposisikan moralitas sebagai landasan berpikir penguasa dalam menjalankan kekuasaan. Hal ini juga berarti bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan tidak sekadar hubungan strategi, namun kewajiban yang sudah semestinya dilakukan oleh penguasa. Ajaran moral tidak harus mengarah pada asumsi teologis tertentu, namun bersifat universal, yakni kemanusiaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T22898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ali
"Penelitian in berawal dari keprihatinan peneliti terhadap sering terjadinya tindakan dan perilaku masyarakat yang akhir-akhir ini cenderung destruktif dan anarkis, seta semakin menonjolnya gaya hidup yang instrumental, egosentris, kurang peduli terhadap lingkungan, dan sering melakukan jalan pintas untuk tujuan pribadi dan kelompok. Bahkan banyak diantaranya yang tidak segan-segan melakukan tindakan agresif dengan menghalalkan segala cara, termasuk di kalangan generasi muda yang terdidik. Perilaku masyarakat yang demikian mirip dengan ciri sikap Machiavellian yang diajarkan ole Niccolo Machiavelli. Schubungan dengan itu, penelitian in bertujuan untuk mengungkapkan sikap Machiavellian dan intensi berperilaku agresif pimpinan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda, serta kaitannya dengan karakteristik personal (jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan), dan orientasi organisasi yang dipimpinnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif (positivistik) dengan metode penelitian ex post facto (pengukuran sesudah kejadian). Populasi penelitian adalah semua peserta kongres pemuda/KNPI VIII di Jakarta, dengan sampel sebanyak 240 orang pimpinan dari berbagai OKP. Instrumen yang digunakan untuk semua variabel yang diteliti adalah kuesioner. Variabel sikap Machiavellian diukur dengan menggunakan Personality Inventory I dan II yang dikembangkan Ricci, sedangkan variabel lainnya menggunakan instrumen yang dikonstruk sendiri ole peneliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang, dan statistik inferensial dalam bentuk analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pimpinan organisasi pemuda memiliki sikap Machiavellian dalam kategori sedan Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa 85,8% memiliki sikap Machiavellian dalam katagori sedang dan 14,2% memiliki sikap Machiavellian dalam kategori tinggi. Tidak ada diantara mereka yang memiliki sika Machiavellian dalam kategori rendah. (2) Intensi untuk berperilaku agresif di kalangan pimpinan organisasi pemuda secara mum termasuk tinggi. Hasil penelitian menunjukkan 61.7% memiliki intensi berperilaku agresif yang tinggi, dan 38.7% memiliki intensi berperilaku agresif dalam kategori sedang. Tidak ada di kalangan mereka yang memiliki intensi berperilaku agresif dalam kategori rendah. (3) Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa sika Machiavellian di kalangan pimpinan organisasi pemuda dipengaruhi secara langsung dan signifikan oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang mereka pimpin. Wanita ternyata lebih Machiavellian dibanding dengan pria.
Pimpinan organisasi yang berusia muda memiliki sikap Machiaveliian yang lebih tinggi dari yang berusia relatif tua. Tingkat pendidikan yang tinggi di kalangan pimpinan organisasi pemuda juga telah mengakibatkan mereka menjadi Machiavellian. Selain itu, organisasi pemuda yang berorientasi terhadap akademik ternyata memiliki sikap Machiavellian lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memimpin organisasi yang berorientasi pada politik dan agama. (4) Ditemukan juga bahwa tidak ada pengaruh langsung jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin terhadap intensi berperilaku agresif di kalangan pimpinan organisasi pemuda. Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin berpengaruh secara tidak langsung terhadap intensi berperilaku agresif melalui sika Machiavelliannya (5) sikap Machiavellian di kalangan pimpinan organisasi pemuda termyata berpengaruh langsung dan signifikan terhadap intensinya untuk berperilaku agresif. Sikap Machiavellian in temyata menjadi variabel perantara dalam menjembatani pengaruh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin oleh pimpinan organisasi pemuda.
Hasil penelitian merekomendasikan agar pembinaan terhadap Organisasi Kemasyarakatan Pemuda terus dilakukan, dengan menjadikan organisasi tersebut sebagai tempat internalisasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Kepada para peneliti berikutnya disarankan agar mengkaji lebih lanjut permasalahan sikap Machiavellian dan intensi berperilaku agresif di kalangan generasi muda dengan menggunakan perspektif teoretis, setting penelitian dan pendekatan penelitian yang berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library