Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yati Qomala
"Modal sosial daerah asal merupakan modal sosial yang secara spesifik berada di suatu daerah dimana seseorang tinggal atau berasal. Adanya aktifitas migrasi dapat membuat individu lebih sulit mengakses modal sosial daerah asalnya, namun modal sosial juga dapat mempermudah seseorang dalam proses melakukan migrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh modal sosial individu maupun komunitas di daerah asal terhadap partisipasi migrasi pekerja. pembentukan variabel modal sosial dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Kemudian, variabel modal sosial yang telah terbentuk digunakan untuk mengestimasi peluang bermigrasi menggunakan regresi probit. Hasilnya, modal sosial individu berpengaruh positif terhadap partisipasi migrasi pekerja, sedangkan modal sosial komunitas daerah asal berpengaruh negatif. Hal ini berarti, modal sosial secara secara individu dapat menjadi faktor pendorong bermigrasi, sedangkan modal sosial komunitas yang menjadi karakteristik suatu derah dapat menjadi faktor penghambat migrasi.

The social capital of origin is the specific social capital located in any area of residence or origin. Mobility activities make it more difficult for people to access social capital from their home regions, however social capital can also facilitate a person in the process of transforming. The purpose of this study is to look at the effect of social capital of individuals or communities in the area of origin on labor migration participation. The formation of social capital variables is done using factor analysis. Then, the social capital variabel that has been creates is used to estimate the opportunity to migrate using probit regression. As a result, individual social capital is positive for worker participation, while local community social capital is negative. This means that individual social capital can be motivating factor for migration, while community social capital being characteristic of local residents can be an inhibiting factor for migration.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emirpahsha Eddy Tabrani
"Migrasi tenaga kerja internasional di dorong oleh factor daya tarik dari negara tujuan. Tenaga kerja menilai bahwa kondisi negara tujuan merupakan salah satu faktor yang menentukan negara tujuan mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Terlebih, sebuah negara berkembang dan/atau maju menjadi destinasi utama bagi tenaga kerja untuk bermigrasi karena daya tariknya, dalam kasus ini, negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Maka dari itu, penting untuk diketahui besar pengaruh dalam faktor yang mempengaruhi brain gain di negara OECD sebagai daya tarik bagi tenaga kerja untuk bermigrasi serta faktor yang menentukan tenaga kerja untuk bermigrasi. Riset ini bertujuan untuk menyelidiki peran dari globalisasi, pembangunan ekonomi, dan tata kelola pemerintahan dalam migrasi tenaga kerja internasional di negara OECD. Riset ini berdasarkan hasil fixed effect regressions dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 29 negara anggota OECD pada tahun 2013-2017. Hasil riset menunjukan bahwa globalisasi dan tata kelola pemerintahan memiliki efek positif dalam migrasi tenaga kerja internasional, sedangkan pembangunan ekonomi memiliki efek sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa negara OECD mendapatkan efek dari brain gain dari pengaruh globalisasi dan tata kelola pemerintahan dari negara tujuan. Namun, keterbatasan pengambilan data dari seluruh negara OECD menjadi implikasi dari riset ini.

The nature of international labor migrations are driven by the pull factors of the host country. Mainly, migrants do perceive that the host country condition becomes one of the factors for them to migrate in order to achieve a better return. Additionally, a developing and/or developed country becomes a favorable destination for labor to migrate due to its country's attractiveness, in this case, the OECD countries. However, it is essential to know the magnitude regarding the drivers of brain gain in OECD countries as the pull factors for labor migration as well as determinants for international labor to migrate. This research aims to investigate the role of globalization, economic development, and political governance on international labor migration in OECD countries. In order to do so, the research is based on fixed effect regressions with secondary data obtained from 29 members of OECD countries between 2003-2017. The research found that globalization and political governance have a positive effect on international labor migration, while economic development has a counter effect. Therefore, it can be concluded that OECD countries gain the effect of brain gain by the nature of globalization and political governance of the host countries. However, the lack of available datasets of all OECD countries becomes the implication of the research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aubrey Firaekayoga
"Migrasi tenaga kerja sebagai sebuah proses bergender, dibangun di atas norma gender tradisional perempuan. Namun, perempuan pekerja migran, dengan segala tantangan yang mereka hadapi, bergerak menantang konstruksi gender tradisional untuk bertahan hidup. Belum banyak penelitian dalam studi migrasi tenaga kerja di Indonesia yang menggunakan perspektif gender untuk membongkar fenomena tersebut, dan bagaimana pemberdayaan dapat dicapai pada tahap pascamigrasi dan reintegrasi. Studi ini menganalisis berbagai tantangan yang dihadapi perempuan purna pekerja migran Indonesia (PMI) dalam proses reintegrasi di daerah asalnya setelah kembali dari luar negeri. Dengan menggunakan konsep performativitas gender oleh Judith Butler (1990) dan relasi gender, penelitian ini bertujuan untuk menguak bagaimana gender memengaruhi pengalaman migrasi perempuan, mulai dari keputusan awal untuk bermigrasi hingga pengalaman pascamigrasi. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan interseksionalitas gender dengan faktor-faktor lain seperti kelas, ras, dan etnis dalam memahami pengalaman migrasi secara holistik. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode penelitian feminisme empiris dalam mengeksplorasi pengalaman perempuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tulisan ini berargumen bahwa manajemen sistem migrasi di Indonesia masih didasarkan pada pendekatan top-down yang mengutamakan kepentingan para pengambil keputusan elit dibandingkan kepentingan pekerja migran. Pendekatan tersebut telah menyebabkan marginalisasi pengalaman perempuan dan berlanjutnya diskriminasi berbasis gender, sehingga pendekatan yang lebih inklusif dan sensitif gender bersifat bottom-up diperlukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pekerja migran, khususnya perempuan, dalam berintegrasi kembali ke dalam komunitas mereka. Studi ini juga menyoroti bagaimana integrasi pendekatan top-down dan bottom-up dapat menghasilkan reintegrasi yang mampu melayani kepentingan seluruh lapisan aktor. Temuan penelitian ini mempunyai implikasi terhadap pengembangan kebijakan dan manajemen sistem migrasi tenaga kerja yang lebih inklusif dan sensitif gender di Indonesia, dan berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai studi migrasi yang kompleks dan beragam. Studi ini juga berkontribusi pada pengayaan literatur migrasi dan mengisi kesenjangan penelitian mengenai kepulangan dan reintegrasi.

Labor migration as a gendered process, builds on traditional female gender norms. However, female migrant workers, with all the challenges they face, challenge traditional gender constructions to survive. There has not been much research in the study of labor migration in Indonesia that uses a gender perspective to reveal this phenomenon, and how empowerment can be achieved at the post-migration and reintegration stages. This study examines the challenges faced by Indonesian female migrant workers in reintegrating into their communities after returning from abroad. Drawing on the concept of gender performativity by Judith Butler (1990) and gender relations, the research investigates how gender shapes the migration experience, from the initial decision to migrate to the post-migration experience. The study also highlights the importance of considering the intersectionality of gender with other factors such as class, race, and ethnicity in understanding the migration experience. This qualitative research utilizes empirical feminism method to explore the experiences of women to answer the research question. The study argues that the management of international labor migration in Indonesia is still based on a top-down approach that prioritizes the interests of elite decision-makers over those of migrant workers. This approach has led to the marginalization of women's experiences and the perpetuation of gender-based discrimination. The study suggests that a more inclusive and gender-sensitive approach is needed to address the challenges faced by migrant workers, particularly women, in reintegrating into their communities. The integration of top-down and bottom-up approaches can result in a more holistic and inclusive reintegration process that meets the needs of all stakeholders.The findings of this study have implications for the development of more inclusive and gender-sensitive migration policies in Indonesia, and contribute to a deeper understanding of the complex and multifaceted nature of migration. This study also contributes to the enrichment of the migration literature body and filling the research gap regarding return and reintegration."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Nimrot
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aglomerasi ekonomi terhadap net migrasi tenaga kerja dengan menggunakan data Sensus Penduduk SP 2010 dan Survey Penduduk Antar Sensus SUPAS 2005 dan 2015. Fokus aglomerasi ekonomi adalah human capital, kepadatan populasi, dan employment share di sektor manufaktur. Net migrasi tenaga kerja di klasifikasikan menjadi tenaga kerja skilled dan tenaga kerja unskilled. Hasil regresi menggunakan Random Effect Model menunjukkan bahwa aglomerasi ekonomi menjadi daya tarik tenaga kerja unskilled untuk melakukan migrasi. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja unskilled lebih menunjukkan sensitivitas untuk melakukan migrasi apabila ada perubahan human capital, kepadatan populasi dan juga employment share di sektor manufaktur. Aglomerasi human capital tidak mempunyai dampak terhadap net migrasi total skilled dan unskilled , namun setelah ada interaksi variabel human capital dan employment share di sektor manufaktur menunjukkan bahwa aglomerasi human capital menjadi daya tarik tenaga kerja yang berada di sektor manufaktur untuk melakukan migrasi.

ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of economic agglomeration on labor net migration using data from the Indonesia censuses SP of 2010 and Intercensal Survey SUPAS of 2005 and 2015. The focus of economic agglomeration is human capital, population density, and employment share in the manufacturing sector. Net labor migration is classified into skilled labor and unskilled labor. Regression results using the Random Effect Model indicate that the economic agglomeration becomes pull factor of unskilled labor to migrate. This suggests that unskilled labor shows more sensitivity to migration if there are changes in human capital, population density and also employment share in the manufacturing sector. The agglomeration of human capital has no impact on total net migration skilled and unskilled , but after the interaction of human capital variables and employment share in the manufacturing sector shows that agglomeration of human capital is the pull factor of labor in the manufacturing sector to migrate. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Ivander
"Penelitian ini mengkaji para pemagang Technical Intern Training Program (TITP) asal Indonesia yang bekerja di Tokyo, ibu kota Jepang. Penelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa para pemagang Indonesia di Jepang sering mengalami stres hingga mencapai tahap burnout. Penelitian terdahulu mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya antara lain adalah kurangnya fasilitas dan dukungan dari pemerintah Indonesia untuk membantu pemagang selama berada di Jepang. Penelitian ini menggunakan teori jaringan sosial, konsep in-group, serta teori faktor stres bekerja di luar negeri dan strategi coping. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data penelitian diambil dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada lima pemagang (Technical Intern Trainee Program) TITP asal Indonesia yang saat ini sedang bekerja di Tokyo, Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial memiliki pengaruh besar terhadap strategi coping yang digunakan oleh para pemagang Indonesia di Tokyo. Jaringan sosial berperan penting sebagai pemecah masalah, pemberi dukungan sosial, dan pemandu bagi para pemagang. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa faktor penyebab stres terbesar bagi pemagang adalah stres komunikasi. Dalam menangani masalah yang tidak dapat diatasi, strategi coping berfokus pada emosi (Emotion Focused Coping) terbukti paling efektif.

This study examines Indonesian Technical Intern Training Program (TITP) trainees working in Tokyo, the capital of Japan. Previous studies have revealed that Indonesian interns in Japan often experience stress to the point of burnout. Previous studies also have revealed that the causal factors include the lack of facilities and support from the Indonesian government to help trainees while in Japan. This study uses social network theory, the in-group concept, and the theory of stress factors working abroad and coping strategies. The research approach method used is a qualitative approach. Research data was taken by conducting in-depth interviews with five TITP trainees (Technical Intern Trainee Program) from Indonesia who are currently working in Tokyo, Japan. The results of the study indicate that social networks have a major influence on the coping strategies used by Indonesian interns in Tokyo. Social networks play an important role as problem solvers, social support providers, and guides for interns. In addition, this study also found that the biggest stress factor for interns is communication stress. In dealing with intractable problems, emotion-focused coping strategies have proven to be the most effective."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library