Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meithya Rose Prasetya Puteri
"Teori justifikasi sistem mengklaim bahwa anggota kelompok tak beruntung cenderung lebih menjustifikasi status quo dibandingkan kelompok beruntung terutama pada situasi yang kesenjangannya sosial ekonominya sangat ekstrem. Ini terjadi karena anggota kelompok tak beruntung mengalami disonansi ideologis. Melalui metode eksperimen, penelitian ini melihat apakah klaim tersebut berlaku di Indonesia. Berefleksi terhadap situasi yang terjadi di Indonesia, peneliti menempatkan perempuan sebagai kelompok tak beruntung dalam domain agama dan mereka yang memiliki tingkat ekonomi rendah sebagai kelompok takberuntung dalam domain ekonomi.
Hipotesis yang diajukan adalah pada domain agama, perempuan cenderung lebih menjustifikasi aturan berpoligami dibandingkan laki-laki sebagai upaya untuk mereduksi disonansi ideologis mereka. Sementara hipotesis kedua, dalam domain ekonomi, kelompok dengan tingkat ekonomi rendah cenderung lebih tidak menjustifikasi kebanyakan pemerintah dibandingkan kelompok dengan tingkat ekonomi tinggi sebagai upaya mereduksi disonansi ideologis mereka. Hasilnya, hipotesa pertama dan hipotesa kedua terbukti. Khusus domain agama, penelitian ini menemukan hubungan negatif yang cukup kuat antara disonansi ideologis dengan justifikasi terhadap status quo. Saran untuk penelitian selanjutnya, manipulasi disonansi pada kelompok eksperimen harus lebih diperkuat agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Trisatryo
"Besarnya jumlah kendaraan di kota Jakarta disertai dengan meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas. Sesuai data dari Ditlantas Polri, sebagian besar kecelakaan lalu lintas melibatkan pengendara sepeda motor. Skripsi ini membahas pengendara sepeda motor yang berkendara secara ugal-ugalan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dan bagaimana sikap pembenaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara dengan tiga informan. Hasil penelitian membenarkan bahwa pengendara sepeda motor yang terlibat kecelakaan lalu lintas memang berkendara secara ugal-ugalan dan mereka melakukan pembenaran dengan teknik netralisasi atas perilakunya. Hasil penelitian ini juga menyarankan bahwa diperlukan suatu bentuk edukasi yang lebih efektif tentang kesadaran akan keselamatan dan kedisiplinan dalam berkendara kepada calon pengemudi.

The large numbers of vehicles in the city contributes to the increasing number of traffic accidents. As per data from the Police Traffic Directorate, almost every traffic accidents involve motorcyclists. This thesis discusses motorcyclists who are reckless/risky while driving thus causing traffic accidents. And how they justify their recklessness. This study is a qualitative research by conducting interviews with three informants. The results confirmed that the motorcyclists involved in a traffic accident are indeed reckless while driving and they use techniques of neutralization to justify their behavior. The results of this study also suggest that we need a more effective form of education on awareness of safety and discipline in driving to prospective drivers."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halomoan, Bernardo Gyorgy
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengangkat dan memperjelas permasalahan justifikasi epistemik. Descartes, pada kedua buku tersebut, diasumsikan memiliki argumentasi yang mendasari pengetahuan-pengetahuan yang ia temui. Beberapa dari pengetahuan tersebut adalah eksistensi diri, distingsi mind-body, dan realitas objektif. Epistemologi Descartes berangkat dari fondasi 'aku berpikir'; pengetahuan tersebut niscaya benar dan indubitable. Dari situ, Descartes mengetahui bahwa substansi ada dua: mind dan body. Setelah itu, ia mendeduksi (non-silogistik) bahwa pengetahuan mengenai realitas objektif bukan direpresentasikan oleh sensasi, melainkan direpresentasikan oleh ide-ide bawaan di dalam mind. Dari penelitian saya, saya berkesimpulan tiga hal. Yang pertama Descartes melakukan kekeliruan (invaliditas) ketika ia mengetahui eksistensi diri. Descartes keliru mencampur knowing-how dan knowing-that, dan menganggap 'aku berpikir' sebagai objek, hal yang dihipotesiskan tidak luput dari Evil Genius. Yang kedua pengetahuan mengenai distingsi mind-body inkoheren. Hal ini dikarenakan kekeliruan kategoris yang ia lakukan. Yang ketiga prakondisi pengetahuan Descartes mengenai realitas objektif tidak mencukupi. Hal ini dikarenakan justifikasi realitas formal dengan realitas objektif sama, dan akhirnya pengetahuan tersebut bergantung pada natural light. Oleh karena ketiga hal tersebut, argumentasi Descartes, dalam kedua buku tersebut, mengenai eksistensi diri, distingsi mind-body, dan realitas objektif tidak justified.

ABSTRACT
This undergraduate thesis aims to clarify the issues raised about the problem of epistemic justification. Descartes, on both of this book, is assumed to have underlying arguments on the knowledge he discovered. Some of these knowledge are self-existence, the mind-body distinction, and objective reality. Descartes‘ epistemology started from the foundation of 'I think'; such knowledge is necessarily true and indubitable. Descartes recognized that there are two substances: mind and body. Then, he deduced (non-syllogistically) that the knowledge of objective reality is not represented by sensation, but rather by the innate ideas inside of the mind. From my research, I concluded three things. First, Descartes committed an invalid deduction when he discovered self-existence. Descartes mistakenly mixed 'knowing-how' and 'knowing-that', and thought that 'I think' as an object, things which is hypothetically couldn't escape from the Evil Genius. Second, the mind-body distinction is incoherent. This is caused by categorical error that he committed. Third, Descartes' precondition of knowledge about objective reality is not sufficient. This is because in Descartes formal reality and objective reality is the same, and ultimately the knowledge depend on natural light. Because of these three notions, Descartes' arguments inside the two books, about the existence of self, mind-body distinction, and the objective reality are not justified."
2014
S54464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Yanuarius
"ABSTRAK
Studi ini melihat pengaruh diskusi terhadap justifikasi sistem. Sebanyak 41 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan ketika partisipan mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi hal-hal positif tentang sistem, kecenderungannya untuk menjustifikasi sistem akan meningkat. Dan sebaliknya, ketika partisipan mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi hal-hal negatif tentang sistem, kecenderungannya untuk menjustifikasi sistem akan menurun. Hal ini sesuai dengan teori shared reality yang menyebutkan bahwa suatu kepercayaan atau keyakinan akan terbentuk dan terpelihara jika kepercayaan dan keyakinan dibagi dan dishared bersama-sama orang lain. Dan sebaliknya, suatu kepercayaan dan keyakinan yang tidak dibagi dan tidak dishared bersama-sama orang lain, tidak akan terbentuk dan terpelihara. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi teori justifikasi sistem tidak sepenuhnya benar. Mungkin saja kecenderungan individu menjustifkasi sistem karena individu tidak pemah berbicara tentang sistem. Penelitian ini menunjukkan diskusi berpengaruh terhadap justifikasi sistem."
2010
T38326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrahamsz, James
"Indonesia adalah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Perbandingan luas laut dan darat tiga berbanding satu menjadi dasar jastifikasi indonesia sebagai negara maritim. Implementasi kebijakan nasional, diharapkan dapat mengungkit pembangunan nasional melalui kekuatan dinamika pembangunan"
Jakarta: Seskoal Press, 2019
023.1 JMI 7:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ramadhan
"Hukum hanya diucapkan ketika ia bernafaskan keadilan. Ketika hukum tidak merekognisi keadilan, ia kehilangan substansinya. Dalam kondisi ini, hukum tidak memiliki alasan untuk diucapkan, apalagi diperdebatkan. Hukum hanya diucapkan untuk supremasi kehidupan, agama, harta, akal, dan keluarga. Lantas, hukum macam apa yang menjaga lima hal esensial ini? Jawabannya adalah hukum Islam, hukum Islam dalam pengertiannya yang sesungguhnya.

Law is only spell in the name of justice. When law does not recognize justice, it was meaningless. In this condition, law has no reason to spell, nor to debate. Law is only spell to supremize life, religion, property, intellect, and family. So, what kind of law that can protect this five essentials? The answer is Islamic law, Islamic law in its truly sense."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S83
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dershonitz, Alan M.
Boston: Little, Brown & Co., 1994
346.730 3 DER a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library