Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syadza Andini
Abstrak :
[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada keluarga yang memiliki anak dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua mengembangkan strategi manajemen yang efektif untuk menangani berbagai masalah perilaku anak dengan developmental disabilities dan isu-isu perkembangan yang terkait. Program intervensi dilaksanakan dalam 7 sesi, yang terdiri dari 5 sesi di klinik, dan 2 sesi observasi di rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode ceramah, diskusi, worksheet dan roleplay. Permasalahan perilaku anak diukur dengan menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) yang diisi oleh orangtua pada sesi pertama dan terakhir program dan catatan harian perilaku yang diisi sepanjang program berlangsung. Gaya pengasuhan orangtua diukur dengan menggunakan instrument The Parenting Scale dari Arnold, O’Leary, Wolff, & Acker (1993). Selain itu, pengukuran persepsi orangtua mengenai kompetensinya dalam praktek pengasuhan diukur dengan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) dari Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, L.P.(1978). Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua (Ayah) dari anak laki-laki usia 14 tahun 9 bulan (G) dengan diagnosa Mild Intellectual Disability, yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Ayah sebagai partisipan memiliki karakteristik pola pengasuhan yang keras, mudah marah, dan menggunakan kekerasan fisik sebagai metode pendisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam mengurangi permasalahan perilaku membantah dan agresif pada G, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang positif. Pada studi ini, Ayah mengalami perubahan berupa lebih tenang ketika bereaksi terhadap kesalahan-kesalahan G dan tidak langsung memuncak kemarahannya, menerapkan strategi dalam meningkatkan hubungan positif dengan G, dan mampu menerapkan pola disiplin yang tegas dan konsisten, serta tidak menggunakan kekerasan;The study was conducted to determine the effectiveness of Stepping Stones Triple-P intervention on a family who have a child with Mild Intellectual Disability and disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). This program aims to help parent develop effective management strategies for dealing with a variety of behavioral problems of child with developmental disabilities and issues related to the development. This program implemented in 7 sessions, which consist 5 sessions at the clinic, and two observation sessions at home. The method used in this study is through lectures, discussions, worksheets, and role-plays. Child behavior problems were measured by using the Child Behavior Checklist (CBCL) filled out by parents on the first and last session of the program; as well as diaries of problem behavior filled out throughout the program. Dysfunctional parenting styles were measured using The Parenting Scale (PS) of Arnold, O’Leary, Wolff, and Acker (1993). In addition, the measurement of parental perceptions regarding their competence in parenting practices measured by the Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) of Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, LP (1978). Both PS and PSOC were filled out by parents on the first and last session of the program. Participant in this study were parents (father) of a boy ages 14 years and 9 months old (G) with a diagnosis of Mild Intellectual Disability, who has disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). Father as a participant has characteristics of harsh parenting, irritability, and using physical violence as a disciplinary method. The results showed that the implementation of the Stepping Stones Triple-P interventions proved effective in reducing the problem of non-compliant and aggressive behaviors in G, by enhancing the knowledge and skills of parents to implement positive parenting styles. In this study, father experienced changes in parenting attitude that are able to be calm when reacting to G’s problem behavior, able to implement positive relation strategies with G, and capable of implementing firm and consistent discipline instead of coercive disciplinary method., The study was conducted to determine the effectiveness of Stepping Stones Triple-P intervention on a family who have a child with Mild Intellectual Disability and disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). This program aims to help parent develop effective management strategies for dealing with a variety of behavioral problems of child with developmental disabilities and issues related to the development. This program implemented in 7 sessions, which consist 5 sessions at the clinic, and two observation sessions at home. The method used in this study is through lectures, discussions, worksheets, and role-plays. Child behavior problems were measured by using the Child Behavior Checklist (CBCL) filled out by parents on the first and last session of the program; as well as diaries of problem behavior filled out throughout the program. Dysfunctional parenting styles were measured using The Parenting Scale (PS) of Arnold, O’Leary, Wolff, and Acker (1993). In addition, the measurement of parental perceptions regarding their competence in parenting practices measured by the Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) of Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, LP (1978). Both PS and PSOC were filled out by parents on the first and last session of the program. Participant in this study were parents (father) of a boy ages 14 years and 9 months old (G) with a diagnosis of Mild Intellectual Disability, who has disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). Father as a participant has characteristics of harsh parenting, irritability, and using physical violence as a disciplinary method. The results showed that the implementation of the Stepping Stones Triple-P interventions proved effective in reducing the problem of non-compliant and aggressive behaviors in G, by enhancing the knowledge and skills of parents to implement positive parenting styles. In this study, father experienced changes in parenting attitude that are able to be calm when reacting to G’s problem behavior, able to implement positive relation strategies with G, and capable of implementing firm and consistent discipline instead of coercive disciplinary method.]
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Rahandini
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan: mengetahui perbedaan video animasi dan non-animasi dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi anak tunagrahita ringan. Metode: studi eksperimental dengan mengedukasi 30 anak tunagrahita usia 6-18 tahun menggunakan video selama 21 hari dan pemeriksaan oleh peneliti setiap minggu. Hasil: setelah 3 minggu terjadi peningkatan (68,75% dan 50%) keterampilan menyikat gigi, penurunan skor indeks plak (68,75% dan 50%) dan kematangan plak (62,5% dan 35,71%) bermakna pada kelompok intervensi A dan intervensi B. Kesimpulan: tidak ada perbedaan antara efektivitas video animasi dan non-animasi dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi anak tunagrahita. Video efektif meningkatkan keterampilan menyikat gigi anak tunagrahita dengan adanya penurunan plak bermakna.
ABSTRACT
Aim: to know differences between animated and non-animated video in improving toothbrushing skill of children with intellectual disability. Method: experimental study by educate 30 children aged 6-18 with intellectual disability using video for 21 days and reasearcher evaluating every week. Result: there’s significant improvement (68,75% and 50%) of toothbrushing skill, reduction of plaque index (68,75% and 50%) and plaque maturity score (62,5% and 35,71%) in intervention A and B group after 3 weeks. Conclusion: no significant differences between animated and nonanimated video’s effectiveness in improving their toothbrushing skills.Video is effective to improve toothbrushing skill on children with intellectual disability by decreasing plaque score.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efika Fiona
Abstrak :
Disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan pada fungsi kognitif, adaptif, dan adanya keterlambatan pada perkembangan yang terjadi sebelum usia 18 tahun. Salah satu hal yang menyangkut fungsi-fungsi tersebut dan biasanya bermasalah pada penyandang disabilitas intelektual ringan adalah regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menahan diri terhadap perilaku yang tidak sesuai terkait dengan emosi negatif ataupun positif yang dirasakan, mengatur diri supaya tidak tergantung dengan suasana hati, menenangkan diri ketika muncul emosi yang kuat, dan memfokuskan atensi ketika muncul emosi yang kuat. Regulasi emosi sangat dibutuhkan untuk beradaptasi hingga menjaga hubungan dengan orang lain. Intervensi yang dapat digunakan untuk menangani masalah regulasi emosi adalah pemberian pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi. Penelitian ini menggunakan desain single subject. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan perilaku subjek. Penggunaan sistem keterampilan dalam keseharian juga berkaitan dengan peranan orang-orang di sekitar subjek yang memahami cara penggunaan keterampilan dan mengingatkannya pada subjek. ......Intellectual disability is a condition where someone experiences deficits in intellectual functions, adaptive functions, and onset of these deficits during the developmental period before the age of eighteen . One of the things that are related to the functions and become problems for children with mild intellectual disability is the emotion regulation. Emotion regulation is someone rsquo s ability to refrain himself from improper behavior concerning negative and positive emotions that he feels, to manage himself so that he does not depend on his mood condition, to calm down himself when strong emotion arises, and to focus his attention when strong emotion appears. Emotion regulation is extremely needed for adaptation in order to maintain relations with other people. Intervention that can be used to handle emotion regulation problem for children with intellectual disability is by giving emotion regulation skills system training. This research uses single subject design. The result of this research shows that emotion regulation skills system training gives positive impacts on cognitive and behavior aspects of the subject. The application of these skills in daily life is also related to the roles of people around the subject who can understand how to apply the skills and remind the subject.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhefi Ratnawati
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Dhefi RatnawatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada RemajaTunagrahita di IndonesiaPembimbing : Dr. dra. Evi Martha, M.KesRemaja disabilitas merupakan salah satu sumber daya manusia Indonesia yang harusditingkatkan kualitasnya agar dapat berperan sebagai subyek dalam pembangunankesehatan.Hasil Susenas tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat 2,45 pendudukIndonesia menyandang disabilitas dan menurut Program Perlindungan dan LayananSosial PPLS tahun 2012 jumlah penyandang disabilitas secara nasional adalahsebanyak 3.838.985 jiwa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desainstudi kasus yang dilakukan selama bulan Juni ndash; Juli 2018. Informan total berjumlah 27orang berasal dari berbahai pemangku kepentingan terkait pendidikan kesehatanreproduksi remaja tunagrahita. Hasil dari penelitian ini adalah belum semua pemangkukepentingan terkait menyusun kebijakan mengenai Pendidikan kesehatan reproduksiremaja tunagrahita. Hanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telahmenyusun kebijakan yang spesifik berupa pedoman kesehatan reproduksi untuk remajatunagrahita. Pelaksanaan kebijakan tersebut belum optimal karena belum dilakukan diseluruh wilayah di Indonesia dan diharapkan dapat masuk dalam kurikulum pendidikankhusus.Kata Kunci: Pendidikan, Kesehatan Reproduksi, Remaja, Tunagrahita
ABSTRACT
Name Dhefi RatnawatiStudy Program Public Health ScienceTitle The Policy of Reproductive Health Education for theAdolescence with Intellectual Disability in IndonesiaCounsellor Dr. dra. Evi Martha, M.KesAdolescence with disabilities are one of Indonesia 39 s human resources whose qualitymust be improved to make them play the role as the subjects in health development. Theresult of the National Socio Economic Survey in 2012 shows that there are 2.45 ofIndonesian people are disabilities. According to the Social Protection Program PPLS in 2012, the number of people with disabilities is 3,838,985. This research was aqualitative research with case study design carried out in June July 2018. The totalinformants were 27 people coming from different stakeholders related to thereproductive health education for adolescence with intellectual disability. The results ofthis study show that not all of the relevant stakeholders formulate the policies regardingthe reproductive health education for young people with mental retardation. It is onlythe Ministry of Education and Culture that has formulated a specific policy in the formof reproductive health guidelines for adolescence with intellectual disability. Theimplementation of these policies is not optimal and is expected to be included in thespecial education curriculum.Keywords Education, Intellectual Disability, Reproductive Health, Adolescence
2018
T49938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Suci Amini
Abstrak :
Remaja dengan disabilitas intelektual sedang diharapkan untuk menguasai keterampilan esensial bagi keberlangsungan hidup mereka di lingkungan sosial dan keterampilan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Keterampilan membaca jam analog adalah keterampilan untuk membaca isyarat visual yang ditunjukkan jam analog sebagai informasi penunjuk waktu. Sementara keterampilan berbelanja adalah keterampilan menghitung uang dan menggunakannya untuk melakukan transaksi jual-beli. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas program Telling Time dan One-More-Than dalam meningkatkan keterampilan membaca jam analog dan berbelanja pada remaja dengan disabilitas intelektual sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat peningkatan persentase skor keterampilan membaca jam analog dan berbelanja dari semula hanya 11,1% dan 0% menjadi 100%. Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan secara statistik dalam keterampilan membaca jam analog (Z = -2,333, p <0,05) dan berbelanja (Z = -2,000, p <0,05). Dengan demikian, program Telling Time dan One-More-Than dapat dikatakan efektif dalam mengembangkan keterampilan membaca jam analog dan berbelanja pada remaja dengan disabilitas intelektual sedang. Implikasi, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan. ......Adolescents with moderate intellectual disabilities are expected to master essential skills for their survival in a social environment and skills that can improve their quality of life. Telling time are skills to read visual cues that are shown by analog watch as timekeeping information. While shopping skills are the skills to count money and use it to make buying and selling transactions. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Telling Time and One-More-Than programs in improving telling time and shopping skills for adolescents with moderate intellectual disabilities. Based on the results of the research conducted, there was an increase in the percentage of the score for telling time and shopping skills from 11.1% and 0% to 100%. The Wilcoxon test also shows that there is a statistically significant change in telling time of analog watch skill (Z = -2,333, p <0.020) and shopping skill (Z = -2,000, p <0.046). Thus, the Telling Time and One-More-Than programs can be said to be effective in developing telling time and shopping skills for adolescents with moderate intellectual disabilities. Implications, limitations, and suggestions for future research are discussed.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamana Ihda Husna Zain
Abstrak :
Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan pada fungsi intelektual dan fungsi adaptif, keterbatasan ini menghambat pemenuhan kebersihan diri, yang nantinya akan membentuk perilaku menjaga kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kondisi umum dan perilaku kebersihan diri pada anak dengan disabilitas intelektual. Tujuan lain adalah untuk melihat perbedaan perilaku ditinjau dari usia, klasifikasi disabilitas intelektual, dan penghasilan orang tua. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 anak di Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukan presentase sebanding antara anak dengan disabilitas intelektual yang memiliki perilaku menjaga kebersihan diri baik dan kurang baik, serta mayoritas anak memiliki kebersihan diri yang baik (59,1%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari usia anak (p = 0,330; α = 0,05) dan penghasilan orang tua (p = 0,371; α = 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari klasifikasi disabilitas intelektual yang dimiliki (p = 0,013; α = 0,05). Terdapat perbedaan kondisi umum terkait kebersihan diri ditinjau dari perilaku menjaga kebersihan diri anak (p = 0,02; α = 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk membentuk perilaku kebersihan diri yang baik pada anak disabilitas inelektual. Perawat dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam asuhan pada klien dengan disabilitas. Perawat pada layanan kesehatan di puskesmas atau di unit kesehatan sekolah dapat melakukan promosi dan pendidikan kesehatan atau mengambil peran dalam pemberian asuhan.
Intellectual disability is the limitation on intellectual and adaptive functions, the limitation limits the fulfillment of personal hygiene, that may shape personal hygiene behavior. This study aims to identify general conditions and personal hygiene behavior on children with intellectual disabilities. Another goal is to see the differences of personal hygiene behavior among age, classification of intellectual disability, and parents' income. The study was conducted on Cross Sectional design and total sampling method. The number of samples required is 66 children in Bekasi. The results showed a comparable percentage of children with intellectual disabilities who have good and poor personal hygiene behavior, and majority had good personal hygiene (59.1%). There were no significant difference on personal hygiene behavior among age (p = 0,330; α = 0,05) and parents' income group (p = 0.371; α = 0,05). There was a significant difference on personal hygiene behavior among intellectual disability classification (p = 0.013; α = 0,05). There was a significant difference on self hygiene general conditions in term of children self care behavior (p = 0.02; α = 0,05). The results of this study recommend us to establish good personal hygiene behavior in children with intellectual disabilities. Nurses are able to take a role. Nurses in all setting such as in health service or school health unit can carry out health promotion, education, or providing direct care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Dhestiana
Abstrak :
Latar Belakang: Paparan terhadap pengalaman buruk seperti pelecehan dan pengabaian memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosio-emosional anak. Orang dengan disabilitas intelektual memiliki kualitas kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak berkebutuhan khusus. Anak dengan disabilitas intelektual rentan mengalami pengucilan sosial, diskriminasi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga maupun lingkungan dan kualitas kesehatan yang kurang baik. Hingga saat ini, di Indonesia, belum ada instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai pengetahuan dan mencegah terjadinya kekerasan maupun pelecehan seksual pada remaja perempuan dengan disabilitas intelektual ringan. Hal ini membuat perlunya ada instrimen khusus yang valid dan reliabel. Dalam hal ini, dipilih instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” oleh Wen-Ying Lou. Instrumen tersebut merupakan salah satu ukur yang mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik untuk mengetahui pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada siswa perempuan sekolah menengah dengan disabilitas intelektual. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” pada populasi siswi perempuan dengan disabilitas intelektual di Indonesia. Proses penelitian ini terdiri dari tahap penerjemahan instrument ke dalam Bahasa Indonesia, uji coba dengan sepuluh responden, penyempurnaan terjemahan, penilaian validitas isi oleh sepuluh pakar Kesehatan Jiwa. Hasil: Pada uji validasi, didapatkan bahwa validitas isi instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” berada pada tingkatan baik, yaitu dengan nilai I-CVI sebesar 0.70 – 1.00 dan nilai S-CVI sebesar 0.87. Hasil uji coba terhadap sepuluh orang anak dengan disabilitas intelektual ringan diperoleh bahwa instrument dapat dipahami dan diterima. Instrumen ini secara isi valid untuk digunakan oleh pemeriksa sebagai alat bantu untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak perempuan dengan disabilitas intelektual tentang pencegahan kekerasan seksual. Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan validasi isi, dapat disimpulkan bahwa instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” versi Bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang memiliki validitas isi yang baik dengan hasil uji coba yang mudah dipahami oleh sampel responden. Namun, untuk memastikan validitas, perlu dilakukan kembali uji reliabilitas serta uji validitas lainnya. Kata kunci: kekerasan seksual, remaja perempuan, disabilitas intelektual, An Illustrated Scale Measuring ......Background: Exposure toward awful events, such as abuse and neglection may produce negative influences to children’s social and emotional development. People with intellectual disabilities also possess lower quality of health compared to people without any special needs. Children with intellectual disabilities are more prone to experience social isolation, discrimination, sexual abuse, domestic / environmental violence, and loqwquality of health. To date, in Indonesia, there is no valiable and reliable instrument to assess knowledge and prevent sexual abuse in female teenager with mild intellectual disabilities. Therefore, it is necessary to have a specific, valid, and reliable instrument. In this matter, this study choose an instrument named “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” by Wen-Ying Lou. This instrument is one of the measuring tools that have good validity and reliability to obtain knowledge of sexual abuse prevention in female teenagers with intellectual disabilities. Methods: This study aimed to obtain the validity and reliability of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” in a population of female teenagers with intellectual disabilities in Indonesia. This study process consists of translating the instrument into Bahasa Indonesia, testing with 10 respondents, finalizing the Indonesian version of the instrument, and content validity by 10 experts in Psychiatry. Results: In the validity test, it is obtained that the content validity of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” is considered to be valid, with the score of I-CVI within the range of 0.70 – 1.00 and S-CVI score at 0.87. From the trial test ton ten girls with mild intellectual disability, it showed that this instrument can be easily understood and accepted. The instrument is valid in the content and can assist clinician to assess the knowledge about sexual abuse prevention of children with mild intellectual disability. Conclusion: From the content validity testing, “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” – Indonesian has acceptable content validity. The trial test also shows that the instrument is easily understandable for respondents. But, for futher usage, this instrument needs to have reliability test or other validity tests
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Safitri
Abstrak :
Disabilitas intelektual dikarakteristikkan dengan adanya keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang muncul sebelum usia 18 tahun. Dampak disabilitas intelektual yang menonjol pada remaja penyandangnya ialah kegagalan untuk membangun hubungan interpersonal yang diharapkan lingkungan berikut pencapaian prestasi akademis yang rendah. Sementara itu, diketahui bahwa penguasaan keterampilan regulasi emosi dapat menunjang keberfungsian individu, baik dengan mendukung berkembangnya keterampilan sosial yang bersangkutan maupun memfasilitasi kelancaran proses belajar dan adaptasi di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pelatihan keterampilan regulasi emosi berdasarkan metode Dialectical Behavior Therapy pada remaja dengan disabilitas intelektual. Kekhususan Dialectical Behavior Therapy dalam mengikutsertakan lingkungan sosial dan memperhitungkan kondisi biologis klien ditengarai menjadi kunci untuk mengembangkan kapasitas regulasi emosi pada subjek dengan disabilitas intelektual. Melalui observasi yang dilakukan terhadap tingkah laku subjek antara sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi, ditemukan bahwa terdapat peningkatan dalam hal pengetahuan dan sikap subjek terkait aspek-aspek penguasaan keterampilan regulasi emosi. Lebih lanjut, keterampilan untuk menerapkan teknik regulasi emosi secara konsisten pada subjek dengan disabilitas intelektual sangat terkait dengan dukungan lingkungan sosial yang subjek terima dari sekitarnya. ......Intellectual disability is characterized by significant limitations in intellectual functioning and adaptive behavior that appears before the age of 18 years old. The prominent impacts of intellectual disability in adolescents are failure to establish interpersonal relationships as socially expected and lower academic achievement. Meanwhile, it is known that emotion regulation skills has a role in supporting the functioning of individual, either by nourishing the development of social skills as well as by facilitating the process of learning and adaptation in school. This study aims to look for the effectiveness of Dialectical Behavior Therapy DBT in developing emotion regulation skills for adolescents with intellectual disability. DBT's special consideration toward clients rsquo social environment and their biological condition is foreseen to be the key for developing emotion regulation capacity for subjects with intellectual disability. Through observations on client's behavior, conducted before and after the completion of DBT intervention program, it was found that there is an improvement in client's knowledge and attitudes related to the mastery of emotion regulation skills. In addition, client's consistency to actually practice emotion regulation techniques over time is largely influenced by the support received from the client's social circles.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Aelyo Nindyo Kusuma Negara
Abstrak :
Gangguan neurodevelopmental Autism Spectrum Disorder ASD terkadang juga tampil bersamaan dengan gangguan Intellectual Disability ID . Diagnosis untuk individu yang memiliki kedua kondisi ini adalah ASD with accompanying intellectual impairment. Anak dengan kondisi demikian pada umumnya mengalami hambatan dalam menguasai kemampuan adaptif, termasuk keterampilan bantu diri. Hambatan ini lebih nyata pada anak dengan ASD dan/atau ID yang berat severe , antara lain karena kesulitan mereka memusatkan perhatian dan memahami instruksi. Walaupun demikian, keterampilan bantu diri penting untuk terlebih dulu diajarkan pada anak dengan ASD with accompanying intellectual impairment sebelum keterampilan lainnya, guna meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup anak tersebut. Pada penelitian ini, keterampilan bantu diri yang diajarkan adalah keterampilan mandi, secara spesifik perilaku membasuh tubuh sampai bersih menggunakan gayung. Perilaku tersebut terdiri dari empat langkah Langkah A-D , yang dimulai dengan memegang gayung dan diakhiri dengan menyiram air ke tubuh. Teknik yang digunakan adalah shaping pada anak usia 10 tahun 7 bulan dengan ASD with accompanying intellectual impairment - Requiring very substantial support yang nonverbal. Intervensi pada penelitian ini terdiri dari 14 sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase penampilan tiap langkah perilaku target tanpa diberikan prompt fisik. Walaupun demikian, partisipan masih sesekali membutuhkan prompt fisik untuk menampilkan Langkah D. ......The neurodevelopmental disorder Autism Spectrum Disorder ASD often co occurs with Intellectual Disability ID . The diagnosis for the individual with both conditions is ASD with intellectual impairment. Children with this condition usually experience difficulties in acquiring adaptive functions, which includes self help skills. Difficulties are more evident in children with severe ASD and or ID because it is more difficult for them to concentrate and understand instructions, among other things. Even so, on children with ASD with intellectual impairment, it is important to teach self help skills before other skills to increase their autonomy and quality of life. In this study, the self help skill taught is the showering skill, specifically the ability to wash their body until it is clean using a water scooper gayung . This behavior consists of four steps Step A D , which starts with holding the water scooper and ends with pouring water to the body. The technique used is shaping on a 10 years and 7 months old girl with ASD with intellectual impairment who is nonverbal. The intervention program consists of 14 sessions. Results show that there is an increase in the percentage of each step of the target behavior appearing without physical prompt. However, the participant still occasionally needs physical prompt to perform Step D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedek Roslina
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Pelayanan Jarak Jauh PPJJ Tahun 2017 sebagai program home care bagi penyandang disabilitas intelektual di Kabupaten Bandung Barat serta mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian evaluasi formatif yang membandingkan temuan dengan Pedoman PPJJ sebagai prosedur dan kebijakan pengelola program dan Pedoman Home Care Tuna Grahita Kementerian Sosial sebagai best practice standard . Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum 10 tahapan PPJJ Tahun 2017 dilaksanakan dengan berpedoman pada kebijakan pengelola program. Di sisi lain, terdapat tahapan yang tidak sesuai dengan pedoman home care, serta tahapan yang tidak didasari prosedur apapun. Pelaksanaan PPJJ Tahun 2017 didukung oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman pendamping dalam kegiatan sosial, kepedulian pendamping terhadap anak berkebutuhan khusus, adanya Rehabilitasi Berbasis Masyarakat RBM , solidaritas pendamping, dan dukungan dari berbagai pihak. Adapun faktor penghambat program mencakup kesulitan pendamping dalam menyusun laporan bantuan stimulan, sikap orang tua penerima pelayanan yang tidak proaktif terhadap program, kondisi psikologis penerima pelayanan yang labil, materi pelatihan pendamping yang kurang lengkap, jarak antar kecamatan yang jauh, dan kecemburuan sosial dari aparat, kader, dan masyarakat di salah satu kecamatan.
ABSTRACT
This study aims at evaluating the implementation of The Distance Service Program DSP in 2017 as a home care program for persons with intellectual disabilities in West Bandung regency and also identifying the supporting and inhibiting factors. This study used a qualitative approach with the type of formative evaluation research that compares the findings with the DSP Guidelines and Home Care for Intellectual Disability Guidelines by Ministry of Social Affairs of Indonesia. The results showed that generally 10 stages of DSP in 2017 were implemented by referring to program management policy. Some stages are inconsistent with home care guidelines and that are not based on any procedure. The implementation of DSP in 2017 is supported by several factors, such as community worker rsquo s experience in social activities, their caring concerns to children with special needs, the existence of Community Based Rehabilitation CBR institution, solidarity of community workers, and support from various parties. The inhibiting factors of the program include the community worker 39 s difficulties in preparing stimulant assistance reports, parental attitudes of non proactive service to the program, psychological condition of beneficiaries, incomplete training materials, distances between remote sub districts, and social jealousy from the apparatus, cadres, and communities in one of the districts.
2018
T51581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>