Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Wijayanti
"Peningkatan jumlah penduduk lansia yang semakin bertambah, akan berdampak pada peningkatan beban ketergantungan lansia akibat penurunan fungsi fisiologis yang dialaminya seperti istirahat dan tidur. Insomnia dapat mempengaruhi penurunan kesehatan fisik, psikologis, fungsi kognitif dan sosial pada lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia melalui program sleep hygiene di PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Program sleep hygiene merupakan salah satu intervensi keperawatan yang mendorong tidur lebih nyenyak, sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Intervensi ini terdiri dari 8 sesi yang dilakukan selama 60 menit setiap sesinya. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) dan Sleep Hygiene Index (SHI). Hasil karya ilmiah menunjukkan terdapat penurunan skor pada instrumen PSQI dari 16 menjadi 7, terdapat penurunan dari 21 menjadi 9 pada intrumen ISI dan pada instrumen SHI mengalami penurunan dari 43 menjadi 30. Penulis merekomendasikan adanya upaya untuk mengatasi insomnia dengan menerapkan intervensi peningkatan tidur pada lansia.

The increased number of elderly populations had an impact to the elderly independence due to the decrease in physiological functions experienced such as rest and sleep. Insomnia could decrease the physical, psychological, cognitive and social health functions in the elderly. This scientific work aimed to describe the implementation of nursing care for the elderly with insomnia using the sleep hygiene program at PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Sleep hygiene program is a nursing intervention that encourages deeper sleep, to increase the quantity and quality of sleep. This intervention consisted of 8 sessions and conducted for 60 minutes on each session. The instruments used were Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) and Sleep Hygiene Index (SHI). The sleep hygiene program resulted the decreasing scores of PSQI, ISI and SHI. The PSQI instrument decreased from 16 to 7, the ISI instrument decreased from 21 to 9, and the SHI instrument decreased from 43 to 30. The author recommends effort to resolve insomnia by using sleep enhancement interventions on ederly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Sebastian Jaya
"Insomnia adalah salah satu masalah yang paling umum bagi lanjut usia (lansia). Seperti gangguan psikologis lainnya, terdapat berbagai tipe dan penyebab insomnia. Walaupun demikian, mencari penyebab dan membeda-bedakan berbagai tipe insomnia seringkali tidak bermanfaat dalam menangani insomnia. Penelitian telah menunjukkan bahwa semua tipe dan penyebab insomnia dapat menerima manfaat terapi. Terapi yang paling efektif dan direkomendasikan untuk menangani insomnia adalah multi-komponen cognitive behavioral therapy (CBT). Teknik yang umumnya termasuk dalam paket terapi adalah sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, dan pendekatan kognitif.
Penelitian ini menggunakan paket terapi tersebut ditambah teknik pemecahan masalah yang efektif untuk menangani insomnia. Terapi dibawakan dalam kelompok yang terdiri dari 8-sesi dan berlangsung selama 4 minggu. Setiap minggu terdapat dua sesi, sehingga terdapat sekitar 3-4 hari pada antar sesi.
Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre-post within group. Partisipan adalah lima lansia (64-75 tahun) yang terdiagnosis dengan insomnia berdasarkan Research Diagnotic Criteria untuk insomnia (Edinger, dkk., 2004). Untuk mengukur efektivitas terapi, partisipan diwawancarai dan mengisi kuesioner Skala Mengantuk Epworth, kuesioner Insomnia Severity Index, dan sleep diary.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi efektif dalam mengurangi simtom insomnia. Sebagian besar partisipan mengalami penurunan skor ISI yang besar dan penurunan yang lebih dari 50% pada waktu yang dibutuhkan untuk tidur dan waktu bangun setelah tidur. Selanjutnya, sebagian besar partisipan mengakui peningkatan kualitas tidurnya dan hilangnya simtom insomnia. Penelitian ini menunjukkan bahwa CBT multi-komponen kelompok dapat menurunkan simtom insomnia dengan cukup besar pada lansia Indonesia. Hasil penelitian yang menunjukkan efektivitas CBT multi-komponen kelompok penting untuk menyediakan intervensi psikologis evidence based yang efektif dan ekonomis bagi lansia.

Insomnia is one of the most common problems for the elderly. Like other psychological disorders, there are differing types and causes of insomnia. However, discovering the causes and differentiating insomnia types is often not useful in treating insomnia. Researches have shown that all insomnia types and causes can benefit from therapy. The most effective and recommended therapy for treating insomnia is multicomponent cognitive behavioral therapy (CBT). The usual techniques included in the therapy package are sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, and a cognitive approach.
This research used the usual therapy package with an additional problem solving technique, which has been shown effective for treating insomnia. The therapy is delivered in group setting, which consists of 8-sessions. The therapy takes 4 weeks with 2 sessions per week, leaving around 3-4 days between sessions.
The research design is a quasiexperiment pre-post within group design. The participants are five older adults (64-75 years old) that are diagnosed with insomnia based on Research Diagnostic Criteria for insomnia (Edinger, et. al., 2004). To measure the effectiveness of the therapy, the participants are interviewed and completed Epworth Sleepiness Scale, Insomnia Severity Index (ISI), and sleep diary.
The result showed that the intervention is effective in reducing insomnia symptoms. Most participants experience a large reduction of ISI scores during the therapy and more than 50% reduction of sleep onset time and wake time after sleep onset. Furthermore, most participants acknowledge their sleep improvement and the disappearance of insomnia symptoms. This research shows that group multicomponent CBT can achieve clinically significant reduction of insomnia symptoms in Indonesian elderly. This finding provides evidence on using group multicomponent CBT to treat insomnia for Indonesian elderly. Evidence for the effectiveness of group multicomponent CBT is important in providing evidence based psychological intervention that is effective and economical for the elderly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Nova M.
"Kondisi masyarakat perkotaan yang membutuhkan tempat tinggal bagi lansia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah lansia. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu pilihan tempat tinggal bagi lansia dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang dapat mempertahankan kemandirian dan kualitas hidup lansia. Sebuah riset internasional yang dilakukan oleh US Census Bureau, International Data Base tahun 2004 dalam Made (2010) terhadap penduduk Indonesia menyatakan bahwa sebanyak 31,7% dari jumlah lansia di Indonesia mengalami insomnia. Bapak E (68 tahun) merupakan salah satu klien yang tinggal di PSTW dan mengalami insomnia.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi lansia dengan masalah insomnia dan menganalisis intervensi terapi aktivitas dalam mengatasi masalah insomnia pada lanjut usia. Terapi aktivitas merupakan sekumpulan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan individu. Jenis terapi aktivitas yang digunakan adalah penjadwalan aktivitas dan olahraga aerobik lansia. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama tujuh minggu diperoleh hasil bahwa klien mengalami peningkatan kualitas tidur yang ditandai dengan skor PSQI klien menurun dari 18 menjadi 13.

Urban communities who need a place to stay for the elderly increased along with the increasing number of elderly. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung as one of the housing options for the elderly with a variety of facilities and services to maintain autonomy and quality of life the elderly. US Census Bureau, International Data Base on 2004 found that 31.7% elderly in Indonesia suffered insomnia. Mr. E (68 years old) is a client who lived on PSTW and suffered insomnia.
This paper aims to describe a comprehensive nursing care for elderly people with insomnia and analyze activity therapy interventions for insomnia in the elderly. The meaning Activity therapy is set of activities undertaken to improve the health status of elderly. This type of activity therapy consist of activity scheduling and aerobic excercise. After giving interventions for seven weeks, Mr. E showed that sleep quality client improved by PSQI score from 18 become 13.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Septiani
"Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang padat lingkungannya. Hal tersebut tentunya berdampak pada masayarakat perkotaan yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah lansia. Masalah yang paling sering dikeluhkan lansia adalah insomnia. Insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian mengalami kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi dan tidur yang tidak nyenyak. Penatalaksanaan insomnia dapat dilakukan melalui terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Intervensi yang ditetapkan pada karya ilmiah ini adalah terapi non farmakologi yang meliputi sleep restriction, sleep restriction, teknik relaksasi (relaksasi nafas dalam dan relaksasi progressif), teknik massase dan pemberian aromaterapi.

Region is an area of dense urban environment. It is certainly an impact on urban communities in it. One is the elderly. The most common problems are the elderly complained of insomnia. Insomnia is a complaint about the lack of quality sleep caused by difficult enter sleep, frequent night awakenings and then have difficulty returning to sleep, waking up too early and sleep soundly. The management of insomnia can be done through pharmacological therapy and non-pharmacological therapy. Interventions are defined in this paper is a non-pharmacological therapies include sleep restriction, sleep restriction, relaxation techniques (deep breathing relaxation and progressive relaxation), and the provision of technical massase aromatherapy. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Hestiani Windari Br.
"Jumlah masyarakat perkotaan semakin lama semakin meningkat akibat arus urbanisasi. Tinggal di perkotaan berdampak terhadap peningkatan level stress dan fungsi aktivitas. Daerah perkotaan memiliki jumlah pengangguran dan gelandangan yang tinggi, termasuk didalamnya lansia. Lansia mengalami penurunan dalam kemampuan fisik dan aktivitas sehingga membutuhkan tempat penanmpungan untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka yakni panti sosial. Lansia yang tinggal di panti tidak lepas dari masalah-masalah kesehatan, salah satunya adalah insomnia. Insomnia adalah masalah yang sering terjadi pada lansia yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia sehingga harus diselesaikan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi insomnia, yakni dengan sleep hygiene, relaksasi otot progresif, peningkatan aktivitas, dan pemberian massase. Hasil dari analisis terhadap seorang lansia menemukan bahwa serangkaian intervensi tersebut dapat mengatasasi masalah insomnia pada lansia.

Urban populations keep increasing by time because of urbanization. Living in urban area effects increasing of sress level and activities. Urban slum and jobless/homeless are developing at a rapid rate including elders. Elders that living in nursing home are in risk of health problems, one of the problem is insomnia. Insomnia is a common problem in elders that may decrease quality of life, therefore this problem have to be solved. This writing aim to analize the interventions that can be used to reduce or solve insomnia, they are sleep hygiene progressive muscle relaxation, increasing activities, and back massage. The result by analizing the interventions in one elder found that the interventions can solve insomnia problem in elder."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Purwo Sulistyo
"Latar belakang: Sebuah penelitian di Rumah Sakit (RS) Norwegia (2012) menemukan 67,7% perawat dengan pola kerja gilir 3-rotasi mengalami insomnia. Banyak penelitian dilakukan tentang kerja gilir dan hubungannya dengan kesehatan, sehingga pola rotasi yang direkomendasikan tersedia, tetapi masih ada pola lain diterapkan, termasuk oleh pekerja rumah sakit. Pola kerja gilir iregular memiliki risiko terjadinya insomnia lebih besar. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola kerja gilir 3-rotasi dengan insomnia pada pekerja RS.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain komparatif potong-lintang. Data sekunder dari 234 pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi regular dan iregular diikutertakan dalam penelitian ini, yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang dianalisis adalah faktor individu, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan dan higiene tidur juga faktor pekerjaan, seperti profesi, masa kerja, dan unit kerja.
Hasil: Prevalensi insomnia klinis pada pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi adalah 29.9%. Ketika insomnia ringan (pra-klinis) diikutsertakan, maka prevalensi insomnia adalah 55.5%. Variabel berhubungan dengan insomnia adalah: pola kerja gilir 3-rotasi (ROsesuaian 0.34; IK 95% 0.18 - 0.66), pekerjaan sampingan (ROsesuaian 0.46; IK 95% 0.22 - 0.99;), indeks higiene tidur (ROsesuaian 8.84; IK 95% 4.41 - 17.74). Variabel lain tidak berhubungan secara signifikan dengan insomnia preklinis-klinis.
Kesimpulan: Prevalensi insomnia preklinis-klinis adalah 55.5% di antara pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi. Indeks higiene tidur adalah faktor paling dominan terkait dengan insomnia (ROsesuaian 8.84).
Background: A study in the Norwegian Hospital (2012) found 67.7% of nurses with 3-rotational shift work patterns had insomnia. Many studies exist on shift work and it’s association with health, there fore recommended shift patterns are available, but still other patterns are implemented, including among hospital workers. Irregular shift work patterns have a greater risk of insomnia. This study aims to determine association of 3-rotational shift work patterns with insomnia in hospital workers.
Method: This study used a cross-sectional comparative design. Secondary data from 234 hospital workers with regular and irregular 3-rotational shift work patterns were included in the study, who meet the inclusion criteria. Variables analyzed were individual factors, like age, gender, marital status and sleep hygiene also occupational factors, like profession, work period and work unit.
Results: The prevalence of clinical insomnia in hospital workers with 3-rotational shift work patterns was 29.9%. When light insomnia (pre-clinical) were included, the prevalence of insomnia was 55.5%. Variables associated with light - severe insomnia were: 3-rotational shift work patterns (ORadj 0.34; 95% CI 0.18 - 0.66), side jobs (ORadj 0.46; 95% CI 0.22 - 0.99), sleep hygiene index (ORadj 8.84; 95% CI 4.41 - 17.74). Other variables were not significantly related to insomnia.
Conclusion: Prevalence of insomnia preclinical - clinical was 55.5% among hospital workers with 3-rotational shift work. Sleep hygiene index is the most dominant factor associated with insomnia (ORadj 8.84). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T58917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khafifah Sri Lestari
"Insomnia merupakan salah masalah tidur yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Faktor risiko terjadinya insomnia diantaranya faktor psikososial, lingkungan, dan faktor perubahan fisiologi lansia. Insomnia yang tidak tertangani dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi insomnia lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Intervensi tersebut yaitu teknik relaksasi: warm footbath yang dilakukan selama 15-20 menit, dengan frekuensi 2 minggu. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) menurun pada lansia setelah dilakukan intervensi pada tiga lansia. Berdasarkan hasil tersebut, terapi warm footbath dapat menjadi pilihan dalam mengatasi insomnia pada lansia. Penulis merekomendasikan adanya penerapan teknik relaksasi warm footbath yang dilakukan secara rutin pada malam hari saat lansia akan tidur.

Insomnia is one of the most common sleep problems in the elderly. Risk factors for insomnia include psychosocial, environment, and physiological changes in the elderly. Untreated insomnia can have an impact on decreasing the quality of life of the elderly. This writing aims to analyze the application of evidence-based practices in the form as maintain intervention in dealing for older persons with insomnia at PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. The intervention is a relaxation technique: warm footbath which is carried out for 15-20 minutes, with a frequency of 2 weeks. The results of this case study show that the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)’s score declined in three older persons women after intervention. Based on these results, warm foot bath therapy can be an option in dealing with insomnia in elderly. The author recommends the application of a warm footbath that can be done on a regular basis everyday at night when the elderly are going to sleep.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Plenum Medical Book, 1991
616.849 CAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library