Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Januar Setiawati
"Didalam Hukum Kewarisan Perdata barat terdapat Prinsip “seketika setelah
pewaris meninggal maka beralihlah sekalian hak-hak dan kewajiban dibidang
hukum kekayaan pada sekalian ahli waris”. Hak-hak dan kewajiban yang
dimaksud tidak hanya berupa aktiva tetapi juga pasiva. Permasalahan timbul jika
warisan yang ditinggalkan berupa pasiva atau hutang, apalagi jika hutang tersebut
dijaminkan dengan jaminan umum. Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 3574 K/Pdt./2000 tentang warisan berupa hutang terdapat
permasalahan mengenai tangggung jawab ahli waris yaitu istri dan anak-anak dari
pewaris atas hutang yang ditinggalkan pewaris. Untuk mendapatkan jawaban dari
permasalahan tersebut diatas maka di dalam penulisan ini penulis menggunakan
metode penelitian hukum doktrinal atau disebut penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder yang meliputi bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Berdasarkan teori-teori
yang ada dapat disimpulkan bahwa seketika setelah pewaris meninggal maka
segala hak dan kewajiban berpindah kepada ahli waris baik itu berupa pasiva
maupun aktiva. Tetapi ahli waris mempunyai hak untuk menentukan sikap
terhadap harta peninggalan tersebut yaitu menerima secara mumi, menerima
dengan syarat atau menolak warisan. Putusan Mahkamah Agung juga telah lalai
dalam menerapkan hukum yang menyatakan bahwa istri dan anak-anak pewaris
hanya bertanggung jawab sebatas jumlah harta peninggalan pewaris. Putusan
tersebut telah lalai dikarenakan Putusan Mahkamah Agung tersebut didasarkan
pada Pasal 175 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam bukan didasarkan pada Kitab
Undang-undang Hukum Perdata mengingat penyelesaian masalah pada tahap awal
para pihak menyelesaikan menggunakan Pengadilan Negeri bukan pengadilan
agama. Kompleksnya permasalahan waris perdata memerlukan suatu pendalaman
dan pengetahuan baik dalam teori dan praktek bagi aparat penegak hukum
sehingga di dalam menangani permasalahan mengenai waris perdata mereka dapat
memberikan keputusan yang adil dan memberikan kepastian hukum

In the Western Civil Law on Succession, there is Principle that
“immediately after the predecessor passes away, his rights and obligations to the
assets shall assign to the successor^)”. The rights and obligations are not only in
terms of the assets but also the liabilities. The problem arising if the succession
inherited is in terms of liabilities or debt, let alone if the debt left is guaranteed
against general guarantee. In the Judgment of the Supreme Court of the Republic
of Indonesia Number 3574 K/Pdt./2000 regarding succession in terms of debt,
there is problem on responsibility of the successors namely wife and children of
the predecessor to the debt inherited to the successor. To obtain the answer of the
problem above, then in this writing, the writer uses the doctrinal law research
method or called literature research, namely the research to the secondary data
covering primary law, secondary law and tertiary law materials. Based on the
existing theories, it can be concluded that immediately after the predecessor
passes away, then all rights and obligations are assigned to the successor, whether
in terms of liabilities or assets. But the successor has right to determine his
attitude to the succession namely accepting purely, accepting conditionally or
rejecting the succession. The Judgment of the Supreme Court has also made an
omission in applying the law stating that the successors namely wife and children
are only responsible limited to the quantity of succession. The omission occurs
since it is based on Article 175 paragraph 2 of Islamic Law Compilation, not
based on the Indonesian Civil Law since the settlement of problem in the early
phase, the parties refer to the District Court, instead of the religion court The
complex problem on civil succession requires the legal enforcers to study in-depth
and have knowledge in both theory and practice thereby able to pass fair judgment
and provide legal certainty in dealing with the problem on civil succession.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hillary Febryna Rosalia
"Pada hakikatnya subjek pajak adalah seseorang atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Namun dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, warisan yang belum terbagi yang kedudukannya adalah sebuah harta waris, merupakan subjek pajak atau dapat dikatakan juga merupakan bagian dari subjek hukum. Di lain sisi, warisan yang belum terbagi ini juga berkedudukan sebagai harta peninggalan tidak terurus yang menjadi kewenangan dari Balai Harta Peninggalan. Sehingga seyogyinya Balai Harta Peninggalan akan melakukan pengurusan atas warisan yang belum terbagi termasuk dalam pengurusan pajaknya.
Skripsi ini membahas mengenai bagaimana warisan sebagai objek dapat menjadi subjek pajak dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2008 dan bagaimana pengurusan Balai Harta Peninggalan dalam menyelesaikan utang pajak harta peninggalan. Penelitian penulis menggunakan metode yuridis-normatif dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya dilakukan wawancara dengan narasumber terkait.
Permasalahan berupa tidak jelasnya penjelasan mengenai warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak dan ketidaklengkapan atas peraturan Balai Harta Peninggalan dalam mengurus pajak warisan yang terbagi ini menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian hukum dalam mengatasi permasalahan pajak yang berasal dari warisan yang belum terbagi. Maka dari itu, penulis menyarankan adanya penyempurnaan pengaturan berupa penambahan penjelasan mengenai warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak dan disusunnya peraturan untuk Balai Harta Peninggalan. 

In essence,the tax subject is a person or legal entity that has rights and obligations. However, in Indonesian Law Number 36 Year 2008, an undivided inheritance whose position exists as inheritance or assets is a tax subject or can be said as a legal subject. On the other hand, the undivided inheritance is also hold the position as as an neglected inheritance under the authority of the Inherited Property Board. So that the Inherited Property Board will manage the undivided inheritance including the management of the tax.
This thesis discusses how inheritance as an object can be a tax subject in Indonesian Law Number 36 year 2008 and how Inherited Property Board manage the tax liability problems. For this research author used juridical-normative methods with data collection tools in the form of document studies consisting of primary and secondary legal materials, including interviews with related interviewees.
Problems in the form of unclear explanation the definition of the undivided inheritance is tax subject and incompleteness the regulation of the Inherited Property Board to manage the tax liability problems of the undivided inheritance creates confusion and legal uncertainty. Therefore, the author suggest an improvement in the regulation of undivided inheritance as a tax subject and regulate the regulations for the Inherited Property Board.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Violine Agnes
"Tesis ini membahas mengenai perlindungan yang diberikan oleh KUH Perdata terhadap pengaturan waris yang memenuhi rasa keadilan bagi para ahli waris baik laki-laki maupun perempuan keturunan Tionghoa di Indonesia. Dengan menganalisis Putusan yang berkaitan dengan permasalahan waris yang terjadi dalam keluarga keturunan Tionghoa yang pembagian warisnya hanya kepada ahli waris laki-laki. Dengan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai asal muasal kepemilikan obyek perkara tersebut dan tidak mempertimbangkan fakta- fakta hukum yang terungkap dipersidangan, Majelis Hakim dalam putusan menyatakan bahwa obyek perkara bukanlah suatu boedel warisan. Bentuk dari penelitian ini adalah yuridis- normatif, dengan data yang digunakan adalah data sekunder yang dilakukan dengan meneliti bahan-bahan pustaka di bidang hukum yang bertujuan untuk meneliti kepastian hukum. Hasil dari penelitian ini adalah obyek perkara termasuk kedalam perbuatan hibah sehingga merupakan suatu boedel warisan yang menjadi hak masing-masing ahli waris, baik ahli waris laki-laki maupun ahli waris perempuan.

This thesis discusses about the protection given by Civil Code towards inheritance regulation which fulfilling the justice for heirs both male and female in the Chinese ethnic Family. By analyzing the decisions related to inheritance dispute that happens in the Chinese ethnic Family which in this case has been fully distributed to Male Inheritors. Without doing further examination about the object and without considering the legal facts revealed in court, the judges in the court decision states that the object is not an inheritance. This research is a yuridis- normative research that uses secondary data retrieved from literature as a source of information aims to research the legal certainty. The results of this study states that the object is included to schenking so is an inheritance are the rights of each Inheritor, both Male Inheritor or Female Inheritor."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T53433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rachmi Widowati
"Bagi warga negara yang tunduk pada hukum waris perdata barat, penggugat memiliki hak untuk mendapatkan harta warisan sebagaimana dalam ketentuan hukum waris perdata barat. Hibah yang dilakukan oleh pewaris pada saat masih hidup menimbulkan permasalahan karena salah satu ahli waris merasa belum mendapatkan hak warisnya sehingga ahli waris tersebut menggugat ke Pengadilan. Hakim memutuskan untuk menolak gugatan, bahkan dalam tingkat Banding maupun Kasasi. Putusan hakim ini menimbulkan pertanyaan mengapa seseorang yang tunduk pada hukum waris perdata barat tidak berhak mendapatkan hak warisnya sesuai ketentuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitan yuridis-normatif dan sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis serta jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder sedangkan untuk teknik pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan studi dokumen. Hasil dari penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memberikan saran untuk umum dan khususnya untuk praktisi hukum.

For citizen are subject to The Civil Code, The plaintiff having right to get the estate of inheritance as in the legal heirs civil Code. Grant made by an heir at while still alive has created problems because one of the heirs are not yet earned the right heirs and the heirs of suing to court. A judge to refuse a lawsuit, even in of appeals and Kasasi. Judicial decisions that raises the question why someone who subject to the Civil Law have no right to earned the right heirs were in line with the regulation. This research using yuridis-normatif methods and the nature of the research is descriptive analytical as well as the type of data used is the type of secondary data, the technique of collection is a study literature and study documents. The result of the writing of the thesis is intended to provide advice to the public and particularly to a practitioner of law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T55135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Attya Nathania
"ABSTRAK
Harta warisan yang belum dibagi merupakan hak kepemilikan seluruh ahli waris secara bersama-sama. Apabila ingin diadakan pengalihan, maka harus diketahui dan disetujui oleh seluruh ahli waris. Permasalahan muncul ketika salah seorang ahli waris melakukan pengalihan tanpa diketahui dan mendapat persetujuan dari ahli waris lainnya. Pengaturan mengenai hal ini dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak diatur secara tegas yaitu tidak diaturnya akibat apabila terjadi pengalihan harta warisan oleh ahli waris tanpa sepengetahuan dan izin dari ahli waris lainnya. Oleh sebab itu, seharusnya pengaturan mengenai waris ini diperbaharui undang-undangnya karena sudah tidak mengakomodir permasalahan waris yang baru timbul.
"
"
"ABSTRACT
"
Undivided Inheritance is an ownership rights owned by the Heirs all together. Transferring assets of the Inheritance, must be noticed and approved by all the Heirs. The problem would arise when one of the heirs transfers the Inheritance property unnoticed and unapproved by the other heirs. The Indonesian Civil Code does not explicitly express about the consequences of transferring the inheritance assets without the other Heirs noticing and also approving it. Therefore, the regulation itself needs to be updated because it does not accomodate the newly arisen inheritance issue. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent
"Tulisan ini membahas mengenai cara untuk menentukan sistem hukum waris bagi Warga Negara Indonesia yang dicatatkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan dan akibatnya terhadap pembuatan Surat Keterangan Hak Mewaris. Hingga saat ini Indonesia mengenal tiga sistem hukum waris yang berlaku secara bersamaan bagi Warga Negara Indonesia dan oleh karenanya perlu tata cara untuk menentukan hukum waris mana yang berlaku pada peristiwa kematian seseorang. Kewenangan pembuatan Surat Keterangan Hak Mewaris dibagi berdassarkan golongan hukum penduduk. Penelitian ini menjelaskan tata cara menentukan stelsel hukum waris bagi Warga Negara Indonesia yang dicatatkan berdasarkan UU Administrasi Kependudukan serta menjelaskan mengenai kewenangan instansi dalam pembuatan Surat Keterangan Hak Mewaris yang beragam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif analitis. Tipologi penelitian dalam tulisan ini adalah bersifat deskriptif dan bertujuan untuk memberikan jalan keluar atau pemecahan masalah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menentukan stelsel hukum waris yang berlaku dalam suatu peristiwa tetap berpegang pada kaidah hukum waris yaitu mengikuti status personal dari pewaris, dengan memperhatikan ada atau tidaknya kaidah perubah status. Selain itu diketahui pula pencabutan pencatatan sipil berdasarkan golongan melalui UU Administrasi Kependudukan tidak mempengaruhi kewenangan pembuatan Surat Keterangan Hak Mewaris yang beragam, namum memiliki pengaruh terhadap penelitian dokumen dikarenakan adanya akta pencatatan sipil yang baru diatur dengan UU Administrasi Kependudukan.

The research discusses about the model to determine inheritance law system for Indonesian Citizen whom registered under Law of Demographic Administration Law No. 23 Year 2006 and Law No. 24 Year 2013 and the impact of Law of Demographic Administration towards the authority of making of Inheritance Affidavit. Indonesia has three inheritance legal systems, which are remained in force and implemented to date for Indonesian Citizens, thus one shall know which system must be used in inheritance cases. The authority of making of Inheritance Affidavit is divided by Citizen Clasification. The research explained about the model to determine inheritance and the impact of Law of Demograhic Administration towards authority of making Inheritance Affidavit. The method that is used in this research is normative juridical apporach method, through studying secondary data. The research type is descriptive analytic and focused on problem solving. The research data is based on secondary data and interview data. The research concluded that the inheritance system that must be used, is the inheritance law of the deceases, with regard to the change of law rules. The Law of Demographic Administration does not affect the authority to make Inheritance Affidavit, but affect the process of document research in the making of Inheritance Addifavit.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T50945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Eka Wijaya
"Pajak merupakan sumber pendapatan yang esensial bagi negara, dimana hasil dari pemungutan pajak digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang relatif murah dan berkelanjutan (sustainable), khususnya bagi pemerintah daerah. Penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini mengkaji dan mendalami pajak yang timbul sebagai akibat dari terjadinya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu pajak dalam bentuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dimaksud ialah pengalihan yang terjadi melalui pewarisan, yaitu pewarisan dalam arti perbuatan hukum maupun dalam arti peristiwa hukum. Pokok permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini adalah: mengapa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dialihkan dari pajak pusat menjadi pajak daerah dan mengapa terhadap penerima warisan dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan? Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah metode penelitian yuridis normatif yaitu suatu metode dalam penelitian ilmu hukum yang dilakukan untuk mengkaji norma-norma dalam peraturan perundang-undangan sebagai bentuk hukum positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ditujukan untuk memperluas cakupan objek pajak daerah dimana hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pembangunan nasional. Sementara pengaturan mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan terhadap warisan dalam arti perbuatan hukum dan peristiwa hukum, yang dibebankan kepada ahli waris keturunan sedarah tidak seharusnya dilakukan, sebab tidak sesuai dengan asas saisine dalam hukum waris sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan penafsiran hak menguasai tanah oleh negara dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).

Taxes are essential source of income for the state, where the results of tax collection are used as a source of financing for sustainable development, especially for local governments. This research examines and explore taxes that arise as the impact of land and/building rights transfer which realized by means of Duty on the acquisition of Land and Building Rights. The intended transfer of land and building rights which is realized by means of transfer through inheritence, in the sense of legal action or as legal event. In this thesis, the author would like to discuss about legal reasoning for the transfer of Duty on the acquisition of Land and Building Rights from the state tax to local government tax, and legal reasoning about Duty on the acquisition of Land and Building Rights that charged to the heirs. The legal research method applies a juridical normative research methodology which focus on the aspects or norms of positive law. From the research, it is concluded that the regulation of Duty on the acquisition of Land and Building Rights transfer policy aims to expand the local tax object with the aim of increasing the revenue of the local governments in order to supporting the national development. While the regulation of Duty on the acquisition of Land and Building Rights on inheritance in the sense of legal actions and legal events that are borne by direct heirs, should not be applied because its not in accordance with the principle of saisine in inheritance law as regulated in the Code of Civil Law and the interpretation of the right to control land by the state in Law No.5 of 1960 concerning basic regulation on agrarian matters."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Josua Putra
"Penelitian ini membahas mengenai Pelaksanaan Hukum Waris di masyarakat Lampung Pesisir yaitu yang terjadi pada keluarga SC. Hukum waris yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan perspektif Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Islam. Masyarakat adat Lampung dalam pembagian harta warisan memperhatikan sistem kewarisan. Sistem kewarisan yang digunakan ini adalah sistem kewarisan mayorat laki-laki, dengan menjadikan anak tertua laki-laki sebagai penanggung jawab harta warisan orang tua yang sudah meninggal untuk menghidupi keluarga atau adik-adiknya secara adil. Sitem kewarisan mayorat inilah yang sering mengakibatkan timbulnya konflik dalam pelaksanaan harta warisan, dikarenakan tidak semua anak tertua laki-laki dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya. Hukum waris adat dan hukum waris Islam juga mengatur tentang hak janda sebagai istri dari pemilik harta warisan /pewaris. Adapun permasalahan di dalam penelitian ini adalah mengenai sistem kewarisan mayorat yang diterapkan oleh keluarga S.C dalam pelaksanaan hukum waris dilihat berdasarkan perspektif hukum waris adat serta hukum waris islam. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan tipologi penelitian eksplanatoris. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan hukum waris adat oleh keluarga S.C yang tidak sesuai dengan sistem kewarisan Mayorat laki-laki, dimana anak laki-laki tertua memegang penuh tanggung jawab atas harta warisan orang tuanya untuk bersikap adil atas kelangsungan hidup keluarga. Selanjutnya pembagian atas janda, serta penyelesaian hutang pewaris tidak sesuai dengan hukum kewarisan. Selain itu wasiat tidak dilaksanakan sesuai dengan yang telah dituliskan oleh pewasiat, sehingga menimbulkan permasalahan di dalam keluarga S.C.

This research discusses the implementation of inheritance law of the Lampung society which occurs in the SC family. This study is using the perspective of Customary Inheritance Law and Islamic Inheritance Law. In the distribution of inheritance assets, Lampung society will pay attention to the inheritance system. The inheritance system that used in this Lampung society is the male major Inheritance system. The position of oldest son is as the person in charge of their parent’s assets to support his family and his younger siblings fairly. This major inheritance system often results some conflicts in the implementation of inheritance, because not all of the eldest sons can carry out their duties and responsibility properly. Customary inheritance law and Islamic inheritance law also regulated the rights of a widow as the wife of the heirs. The problem in this research is about the majorat inheritance system applied by the S.C family in the implementation of inheritance law and viewed from the perspective of customary inheritance law and Islamic inheritance law. To answer this problem, a normative juridical legal research method with explanatory research typology is used. The result of this research are the implementation of customary inheritance law by the S.C family which is not in accordance with the male majority inheritance system, where the eldest son holds full responsibility for the inheritance of his parents to be fair for the survival of the family. Furthermore, the distribution of widows and settlement of debts of the heirs is not in accordance with the law of inheritance. In addition, the will was not carried out in accordance with what had been written by the will, causing problems in the S.C. family."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laulitha Mayangsari
"Tesis ini membahas hukum waris dimana berdasarkan kasus 359/Pdt.G/2019/PN Sby dan 744/Pdt/2020/PT Sby. Seorang muslim mewariskan kepada anaknya yang diantaranya non-muslim. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini mengenai kewenangan Pengadilan Umum dalam perkara sengketa waris bagi warga negara yang beragama Islam/muslim dan penyelesaian masalah pembagian harta waris seorang muslim kepada suami dan anak, dimana terdapat ahli waris non-muslim. Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian yuridis normatif, dengan data sekunder sebagai data utamanya. Dengan sendirinya menggunakan studi dokumen melakukan penelusuran literatur. Penelitian ini merupakan penelitian preskriptif, dengan pendekatan kualitatif pada analisis datanya. Adapun hasil penelitian bahwa Pengadilan Umum berwenang dalam menyelesaikan sengketa waris bagi warga negara yang beragama Islam serta dalam hal terjadinya sengketa waris pembagian harta waris seorang muslim dimana terdapa ahli waris non-muslim dapat mencari keadilan baik ke Pengadilan Umum maupun ke Pengadilan Agama. Penguatan dalam penelitian ini bahwa terdapat yurisprudensi Hakim Pengadilan Agama memutuskan bagian untuk ahli waris non-muslim adalah bagian wasiat wajibah yang besarnya tidak melebih dari 1/3 (satu pertiga) harta peninggalan pewaris seluruhnya. Notaris dalam menghadapi perkara yang demikian ini dapat melakukan penyuluhan hukum

This thesis discusses the law of inheritance which is based on cases 359 / Pdt.G / 2019 / PN Sby and 744 / Pdt / 2020 / PT Sby. A muslim bequeath to his children who are among the non-muslims. The problems raised in this study are regarding the authority of the General Court in cases of inheritance disputes for muslim/muslim citizens and the settlement of the problem of distributing the inheritance of a muslim to husband and children, where there are non-muslim heirs. The research method used is in the form of normative juridical research, with secondary data as the main data. By itself using document studies to search the literature. This research is an evaluative study, with a qualitative approach to data analysis. The results of the research show that the General Court has the authority to resolve inheritance disputes for citizens who are muslim and in the event of an inheritance dispute distribution of a muslim's inheritance where non-muslim heirs can seek justice both to the General Court and to the Religious Court. It is reinforced in this research that there is jurisprudence for the Religious Court Judges to decide that the portion for non-muslim heirs is the part of the mandatory will, the amount of which does not exceed 1/3 (one third) of the inheritance of the inheritor in all. Notaries in dealing with such cases can provide legal counseling."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walter Orlando Wijaya
"Pada saat peralihan hak atas saham karena pewarisan berdasarkan hibah wasiat dilaksanakan, pewaris harus memiliki saham yang ia hibah wasiatkan pada saat ia meninggal dunia. Permasalahan timbul dalam hal pewaris memiliki saham tersebut untuk dan atas nama orang lain berdasarkan perjanjian nominee yang pada umumnya dibuat dihadapan Notaris, yang menimbulkan sengketa kepemilikan hak atas saham diantara beneficiary atau pemilik sebenarnya berdasarkan perjanjian nominee dan para ahli waris penerima nominee dengan tercampurnya saham dalam boedel waris pewaris, yang keduanya memiliki hak atas saham tersebut, baik secara hukum adalah ahli waris penerima nominee (legal owner) dan beneficiary berdasarkan perjanjian nominee. Rumusan permasalahan dari tesis ini adalah kekuatan pembuktian akta notaris yang memuat perjanjian nominee dalam sengketa peralihan hak atas saham karena pewarisan serta pertimbangan hakim terkait akta Notaris yang memuat perjanjian nominee dalam sengketa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode yuridis normatif, berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa hak atas saham dalam sengketa karena pewarisan yang melibatkan perjanjian nominee dengan bentuk akta Notaris, jika perjanjian nominee tersebut dibuat sebelum adanya ketentuan larangan atas perjanjian nominee berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, maka yang berhak atas saham tersebut adalah pihak beneficiary berdasarkan ketentuan perjanjian nominee. Dalam hal perjanjian nominee dibuat setelah ketentuan larangan Perjanjian nominee, maka hibah wasiat dapat dilaksanakan karena tidak melanggar ketentuan perjanjian nominee, dan batal demi hukum dengan adanya ketentuan larangan perjanjian nominee dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

During Transfer of Rights to Shares due to inheritance based on a testamentary grant is carried out, the testator must own the shares at the time of his death. Legal issue arises in the event that the testator owns the shares for and on behalf of another person based on a nominee agreement, which is generally made infront of a notary. This creates a dispute over the ownership of shares between the beneficiary based on a nominee agreement, and the heirs of the legal owner, both whom have rights to the shares, whether by law, the heirs of the legal owner and the beneficiary based on the nominee agreement with the legal owner. Research question of this thesis is the proof of notarial deed that contains nominee agreement, and dispute of transfer or shares due to inheritance as well as judge's consideration regarding notarial deed that contains nominee agreement in such dispute. This research is conducted using Juridical-normative research method, based on secondary data collected through literature study on positive law and legal literature, which was examined through a case approach, which resulted a conclusion that the rights to shares in dispute due to inheritance involving a nominee agreement in the form of a notarial deed, is that if the nominee agreement is made prior to the prohibition of nominee agreement baed on Law Number 25 of 2007, concerning Investment, then the beneficiary is entitled to the shares based on the clauses of nominee agreement, and in the event that the nominee agreement is made after the prohibition of nominee agreement, the testamentary grant then can be executed as it does not violate the clauses within the nominee agreement, which is null and void based on the provisions within Law Number 25 of 2007, which prohibits nominee agreements"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>