Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
William Timotius Wahono
Abstrak :
Latar Belakang: Ketuban Pecah Dini KPD merupakan kejadian yang berhubungan dengan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas baik pada maternal maupun perinatal. KPD terjadi pada 5-10 dari seluruh kehamilan dan insiden infeksi selaput ketuban bervariasi dari 6-10 . Berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, serta hasil studi epidemiologi oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2010 didapatkan bahwa terdapat 7,6 juta kasus kematian anak < 5 tahun, di mana 64 4,879 juta terjadi karena infeksi, dan 40,3 3,072 juta terjadi di neonatus. Belum diketahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada kasus KPD terhadap kejadian sepsis neonatorum di Indonesia. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada ibu hamil yang mengalami KPD dengan kejadian sepsis neonatorum, sehingga dapat menjadi dasar untuk evaluasi Standar Pelayanan Medik SPM KPD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif analitik, dilaksanakan di RSCM Jakarta pada bulan Desember 2016 ndash; Juni 2017. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan >20 minggu yang mengalami KPD dan tidak mempunyai penyulit seperti diabetes melitus ataupun penyakit sistemik serius seperti penyakit jantung atau autoimun, beserta dengan bayinya. Hasil: Terdapat 405 ibu hamil dengan KPD yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Didapatkan 21 kasus 5.2 sepsis neonatorum. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama ketuban pecah sampai dengan masuk RS ge; 18 jam dengan OR 3,08, lama ketuban pecah selama perawatan di RS ge; 15 jam dengan OR 7,32, dan lama ketuban pecah sampai dengan lahir ge; 48 jam dengan OR 5,77 mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. Usia kehamilan preterm < 37 minggu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum dengan OR 18,59. Sedangkan jumlah periksa dalam pada penelitian ini tidak dapat dianalisis. Kesimpulan: Lama ketuban pecah yang makin panjang serta usia kehamilan preterm mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. ...... Background: Premature Rupture of Membrane PROM is associated with high maternal as well as perinatal morbidity and mortality risks. It occurs in 5 to 10 of all pregnancy while incidence of amniotic membrane infection varies from 6 to 10. Based on the 2007 National Demography and Health Survey SDKI, Maternal Mortality Rate MMR in Indonesia is 228 per 100.000 live births. Results of epidemiological studies by the WHO and UNICEF in 2010 found that there were 7.6 million cases of under five mortality, in which 64 4.879 million occurred due to infection and the rest 40.3 3.072 million occurred in neonates. However, there is no known association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in PROM cases on neonatal sepsis incidence in Indonesia. Objectives: This study aims to find out the association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in pregnant women with PROM on neonatal sepsis incidence. The result may provide the basis for evaluating Standards of Medical Care SPM in PROM cases at Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM. Methods: A hospital based analytical descriptive study was done in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from December 2016 until June 2017. The study used total sampling method which included all pregnant women with gestational age of more than 20 weeks who experienced PROM and their babies. Samples with existing comorbidities such as diabetes mellitus or other serious systemic illnesses such as heart disease or autoimmune condition were excluded in the analysis. Results: A total of 405 pregnant women with PROM were incuded in this study. There were 21 cases 5.2 of neonatal sepsis. The analysis showed that risk of neonatal sepsis was higher in pregnant women with prolonged rupture of membrane for 18 hours before hospital admisission OR 3.08, prolonged rupture of membrane for 15 hours during hospitalization OR 7.32 , and prolonged rupture of membrane for 48 hours until birth OR 5.77. The risk of neonatal sepsis was even higher in preterm pregnancy with gestational age of <37 weeks (OR 18.59). However, the number of vaginal examination could not be analyzed. Conclusion: Risk of neonatal sepsis is higher in longer duration of prolonged rupture of membrane as well as preterm pregnancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merita Basril
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap fungsi fisiologis pada bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik. Penelitian ini menggunakan desain randomized control trial (RCT) yang melibatkan 50 responden bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (perawatan rutin rumah sakit) 25 responden dan kelompok intervensi (bayi dilakukan PMK) 25 responden sesuai kriteria inklusi. PMK dilakukan tiga hari berturut-turut selama satu jam/hari. Hasil analisis uji perbedaan menujukkan adanya perbedaan saturasi oksigen secara bermakna pada saat dilakukan PMK (p=0.000; α=0,05) dan frekuensi pernapasan intra (p= 0,007), dan post (p= 0,027) pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan hasil tersebut, adanya pengaruh perawatan metode kanguru terhadap fungsi fisiologis pada bayi prematur yang terpasang ventilasi mekanik. Intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan sebagai prosedur di ruang NICU karena sudah terbukti dapat mempercepat weaning ventilator. ......his study was conducted to determine the effect of the kangaroo method of care (PMK) on the physiological function of mechanically ventilated premature infants. This study used a randomized control trial (RCT) design involving 50 premature infants who were mechanically ventilated and divided into two groups, namely the control group (routine hospital care) 25 respondents and the intervention group (babies undergoing PMK) 25 respondents according to the inclusion criteria. . PMK is carried out three days in a row for one hour/day. The results of the analysis of the difference test showed that there was a significant difference in oxygen saturation during PMK (p=0.000; α=0.05) and intra-respiratory frequency (p= 0.007), and post (p= 0.027) in the control group and the intervention group. Based on these results, there is an effect of kangaroo treatment on physiological function in mechanically ventilated premature infants. It is hoped that this intervention can be continued as a procedure in the NICU room because it has been proven to speed up ventilator weaning
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Zulaeha
Abstrak :
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. SPM Kabupaten Pandeglang 2014 sebesar 90%. Balita yang menerima perawatan dari fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan angka tersebut belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) penanganan diare pada Balita sebesar 100%. Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pencarian pengobatan Balita diare di wilayah kerja Puskesmas Labuan. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi adalah Balita yang didiagnosa diare selama Januari - April 2014 di klinik MTBS Puskesmas Labuan dan sampel berjumlah 100 Balita. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur Balita dengan praktek pencarian pengobatan p= 0.023 dan nilai OR= 2.95. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Labuan untuk meningkatkan promosi kesehatan program pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada Balita sehingga dapat berpengaruh pada perubahan perilaku pencarian pengobatan diare pada Balita. ...... Diarrheal disease is a public health problem because the morbidity and mortality are still high. Standart Minimal Services Pandeglang 2014 is 90% of Toddlers who receive care from a health facility or health worker that number does not meet the Standart Minimal Services treatment of diarrhea in children under five by 100%. This study to determine the factors associated with treatment seeking practice of diarrhea in children under five at Puskesmas Labuan. Quantitative research with cross sectional design. The population were diagnosed Toddler with diarrhea during January-April 2014 in the clinic Labuan MTBS health center and totaled 100 Toddler. Data obtained from interviews using questionnaire. The results of the bivariate analysis showed no significant relationship between age Toddlers with treatment of diarrhea inseeking p = 0.023 and OR = 2.95.Labuan is expected to do health promotion programs to improve the prevention and control of diarrheal diseases in Toddlers that can affect the health seeking behavior of diarrhea in toddler.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Novianta Wulandari
Abstrak :
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Akibat gejala klinis dari infeksi bakteri pada bayi yang beragam, maka bayi biasanya diberikan pengobatan berupa terapi antibiotik dengan diagnosis yang samar. Pemberian antibiotik tanpa justifikasi yang tepat menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien bayi di ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode Oktober-Desember 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dan metode retrospektif yaitu mengumpulkan data sekunder berupa data rekam medis dan catatan peresepan antibiotik. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode Gyssens. Berdasarkan hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotik, didapatkan hasil yaitu 17 peresepan antibiotik 36,95 memenuhi kategori 0 penggunaan antibiotik tepat/bijak, 1 peresepan antibiotik 2,18 termasuk dalam kategori IIa penggunaan antibiotik tidak tepat dosis, 3 peresepan antibiotik 6,52 termasuk dalam kategori IIb penggunaan antibiotik tidak tepat interval, 9 peresepan antibiotik 19,57 termasuk dalam kategori IIIa penggunaan antibiotik terlalu lama, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IIIb penggunaan antibiotik terlalu singkat, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IVa ada antibiotik lain yang lebih efektif, dan 8 peresepan antibiotik 17,39 termasuk dalam kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik.
Bacterial infection is one of the leading causes of death in neonates. As a result of clinical symptoms of bacterial infection in neonates are diverse, neonates are usually given antibiotic therapy with a vague diagnosis. Prescribing of antibiotics without appropiate justification cause ineffective antibiotic ability. The aim of this study was to determine the quality usage of antibiotic on neonates in perinatology ward Fatmawati General Hospital October December 2016. The study was conducted by cross sectional design and retrospective method by collecting secondary data in the form of medical records and antibiotic prescription records. The sampling was done by total sampling technique. Assessment quality usage of antibiotic was done using Gyssens method. Based on the results of the assessment quality usage of antibiotic, from 46 antibiotic prescribing obtained 17 antibiotic prescribing 36.95 include in category 0 appropiate use of antibiotic ,1 antibiotic prescribing 2.18 include in category IIa inappropiate dosage, 3 antibiotic prescribing 6.52 include in category IIb inappropiate interval, 9 antibiotic prescribing 19.57 include in category IIIa the usage of antibiotic was too long, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IIIb the usage of antibiotic was too short, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IVa there were other more effective antibiotics, and 8 antibiotic prescribing 17.39 include in category V there was no indication of antibiotic usage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library